Flashback On
Diandra dan Mario merencanakan untuk berakhir pekan dan merayakan moment special Anniversary Pernikahan mereka yang ke-3 itu di Villa yang letaknya di kota X, tidak begitu jauh dari Kota B. Jarak tempuh dari kota B ke Kota X sekitar 1,5 jam.
Hari keberangkatanpun tiba. Keduanya sibuk mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Villa.
"Sayang, coba di cek kembali, jangan sampai ada yang ketinggalan". Sambil tersenyum manis kearah istrinya dan berjalan menuju kamar tidur.
"Iya sayang, nih lagi aku periksa" membalas senyum suaminya sembari memeriksa barang-barang bawaannya.
" Tuh kaann.. ada yang tertinggal" Sambil membawa kotak merah muda dan disodorkan ke istrinya.
"Loh sayang.. ini apaan ??" berniat membuka kotaknya.
"haahaahaa..." Mario tertawa seperti menang lotre milyaran rupiah.
"Ya ampun sayang... dasar mesum!" Wajahnya langsung merona merekah saat dilihatnya isi dari kotak itu. Bagaimana tidak, kotak itu berisi Lingerie sexy berwarna merah. Dimasukkannya kembali lingerie itu kedalam kotaknya dan disatukan dengan barang bawaannya.
"Semuanya sudah beres sayang ?? barangnya Aku bawa ke mobil yah" tutur mario kepada istrinya.
" Iya sayang, Varo juga udah siap" kata Dian.
Merekapun bersiap menuju kota X. Saat akan membuka pintu mobil, tiba-tiba ponsel mario berdering.
*dDrreettt... ddrreett...ddrreett.*
"Dari siapa sayang ?" bertanya kepada suaminya.
" Dari Pak Rudi, saya angkat dulu yah sayang siapa tau penting" Mengangkat telepon sambil berjalan menjauhi istrinya.
Sesekali, suara Mario terdengar seperti orang yang kaget. Ekspresinyapun menunjukan layaknya orang yang lagi shock. Sesekali di pijitnya dahi dan tengkuknya. Percakapannya dengan orang di seberang telah diakhiri dengan menutup telepon dan berjalan kearah istrinya.
"Semuanya baik-baik saja kan sayang ?" tanyan Diandra keheranan.
"Tadi Pak Rudi menelpon, katanya Mang Diman mengalami kecelakaan di lokasi proyek. Mereka sudah menuju Rumah Sakit sekarang, dan aku juga harus kesana sekarang". Tuturnya dengan nada pelan dan hati-hati, khawatir istrinya akan kecewa.
"Ya sudah, kita harus kesana sekarang sayang" Jawab Diandra seperti buru-buru.
"Tidak sayang, biar aku aja yang kesana, kasian Varo kalau harus ikut ke RS. Begini saja, kamu duluan aja ke Villa sama Varo Nanti aku nyusul kesana. Gak papa kan sayang kalau kamu menyetir sendiri." tanyanya pada istrinya.
" Trus kamu kesana naik apa dong..?" Tanyanya bingung mendengar perkataan suaminya.
"Gampanglah sayang.. aku bisa diantar sama Pak Rudi" Ucapnya sembari menyerahkan kunci mobil ke istrinya.
" Ya sudah kalau gitu, kamu jangan lupa kabarin aku yah." Meraih kunci mobil yg diserahkan suaminya.
Dian pun menuju kota X mengemudikan mobilnya, sedangkan Mario mengendarai motornya dengan arah yang berlawanan dengan istri tercintanya itu.
Setibanya di RS, mario langsung menuju IGD dimana pekerjanya itu di Observasi. Lukanya cukup parah, namun sudah ditangani dengan baik oleh tim medis pihak RS.
Setelah berbincang dengan Pak Rudi (Mandor pekerja yang membawa korban ke RS) dan Ibu Ina (istri korban), Mario pun langsung menuju ke ruang administrasi untuk menyelesaikan adninistrasi dan prosedur RS. Setelah membayar tagihan RS, Mario kembali menemumui Pak Rudi dan Bu Ina.
"Ibu, saya mohon maaf dan turut menyesal atas kejadian yg menimpa suami ibu" Dengan raut sedih dia menundukkan wajahnya.
"Namanya juga musibah pak. Gak ada yang tau kepada siapa musibah itu akan datang, Bukan salahnya bapak" Ucapnya Bi Ina kepada majikan suaminya.
"Bapak gak usah khawatir, ada saya disini pak. Tiap perkembangannnya Akan saya laporkan kepada bapak. Bapak susul Ibu Dian aja, katanya mau bulan madu kedua" tersenyum menggoda kearah Mario.
"Ya sudah pak, bu..saya permisi dulu. kalau ada apa-apa kabarin saya yah pak" Sembari menepuk pundak Pak Rudi dia menyunggingkan senyum manisnya yang kelihatan terpaksa karena merasa tidak meninggalkan pekerjanya yang kecelakaan, kemudian diapun berlalu.
Mario pun melajukan sepeda motornya menuju kota X menyusul istri dan anaknya. Dia memutuskan untuk berkendara sendiri mengingat Pak Rudi masih menemani Mang Diman di RS. Sebelum berangkat, Dia berencana menelpon istrinya namun diurungkannya dengan maksud ingin memberi kejutan istrinya.
Beberapa saat kemudian...
*Bbrrruuuukkkk...plaakkk...*
Sepeda motor yang dikendarai Mario kehilangan kendali dan menabrak pembatas jalan. Mario pun jatuh terpental. Dari arah berlawanan tampak mobil Sport hitam melaju kencang dan mengerem secara mendadak saat sepeda motor Mario nyaris menyentuh bumper depan mobil mewahnya.
"Astagfirullah... apakah aku menabraknya ??" Pengemudi itu berlari kecil ke arah Mario yang didapatinya terluka parah dibagian kepala dan pahanya
----‐--------------------------
Bersambung....
Terima kasih sudah membaca karyaku.
Terus ikuti Kisahnya😉
Like, Comment dan Share
❤⭐⭐⭐⭐⭐
" Astagfirullah,,,apakah aku menabraknya ?" Berlari kecil ke arah Mario yang didapatinya luka parah di bagian kepala dan paha.
" Anda jangan bergerak, saya akan menelpon ambulance". Si pengemudi pun dengan sigap menelpon ambulance.
Setelah berbicara dengan operator, dia pun memutuskan sambungan telepon. Dan kembali momposisikan dirinya disamping korban.
"too..long.. hub..bu..ngi ke..luarga..saya..". Pinta Mario, Tampak wajahnya menahan rasa sakit, bicara pelan dan agak terbata sembari menyodorkan ponsel yang dikeluarkan dari saku celananya.
"Saya akan coba menghubungi kerabat anda". Dengan tangan bergetar Mengutak atik ponsel milik Mario dan melihat kontak dengan nama "MY QUEEN" yang menurutnya keluarga dekat si korban. Dilihatnya nama kontak di posisi paling atas kemudian menghubunginya.
Diandra yang baru saja tiba di Villa mendengar ponselnya berdering. Diliriknya sekilas layar ponselnya kemudian dengan antusias menjawab panggilan dari "My King".
"Halo sayang... sudah sampai mana ??" ucap Diandra sambil tersenyum.
"Maaf, apakah anda keluarga yang punya nomor ini?" Sedikit hati-hati karena ketakutan melihat si Korban yang semakin banyak mengeluarkan darah.
"Maaf, ini nomor suami saya. Kalau boleh tau kenapa ponsel suami saya ada di tangan anda ?" Tanyanya sedikit bingung.
Si Pengemudi diam sesaat, tidak tau harus berkata apa.
"Itu...suami anda..." kalimatnya menggantung, sambil mengusap dahi yang tidak keringatan.
"Iya.. suami saya kenapa?" Setengah berteriak karena perasaannya mulai tidak enak.
"Maaf, suami anda mengalami kecelakaan. Maafkan saya". Suara si pengemudi mulai serak, tak terasa air matapun keluar dari pelupuk matanya.
"Apa maksud anda, dimana suami saya?" Tanya Diandra dengan nada meninggi.
"Kami masih berada di Desa A, dekat kota X. Ambulance RS PMI sudah menuju kesini. Sekali lagi saya mohon maaf". Lalu memutuskan sambungan teleponnya dengan istri korban.
"Halo..halo..." Sambungan telepon terputus dia pun segera bergegas mengangkat barang ke dalam mobil kemudian menggendong buah hatinya. Di dudukkannya si kecil Varo di carseat yang telah disediakan. Diapun melajukan mobilnya kembali ke kota B.
Perasaannya remuk, hancur berkeping-keping seakan dunia runtuh menimpanya. Sesekali di tatapnya wajah polos Varo yang belum mengerti apa-apa. Diusapnya air yg membasahi pipinya dengan kasar. Berusaha menahan sesak di dadanya agar terlihat tenang didepan buah hatinya.
Sebelum ke Rumah Sakit, Diandra mampir ke rumah Anna sahabat satu-satunya yang ia miliki di Kota B. Diandra dan Mario adalah pendatang dari Kota S sehingga mereka tidak mempunyai kerabat di Kota B ini. Diandra bermaksud menitipkan Varo kecil ke Anna karena pengasuh Varo lagi pulang kampung menjenguk keluarganya.
"Na, Varo aku titip sebentar yah, Papanya Varo kecelakaan. Aku harus ke Rumah Sakit sekarang" Ucapnya sambil menangis.
" Loh..bukannya kalian mau liburan bertiga?? Kok bisa ??" Tanya Anna dengan raut wajah gelisah.
"Nanti aku jelasin, aku juga gak tau gimana ceritanya. Aku jalan yah..titip Varo dulu" Segera bergegas keluar dari rumah Anna.
"Iyaa.. kamu hati-hati". AnnaSetengah berteriak karena Dian sudah berlalu.
Dian pun melajukan mobilnya menuju Rumah Sakit PMI yang jaraknya tidak begitu jauh jaraknya dengan kediaman Anna. Setelah memarkirkan mibilnya, dia pun menatap gedung bangunan Rumah Sakit itu kemudian masuk kedalam gedung. Setibanya di reception langsung menanyakan dimana Ruang UGD, setelah mendapatkan informasi diapun menuju ke ruangan yang telah ditunjukkan oleh Satpam yang berjaga.
---‐-------------'
Bersambung...
Hai,,, saya new comer yah.. mohon arahan dan bimbingannya. Kritik dan saran mohon di tulis di kolom komentar. Jangan di bully please...
Jangan Lupa Vote 😉
Diandra masuk ke ruang UGD mencari sosok suaminya. Beberapa saat mencari, akhirnya didapati suaminya yang tidak lagi sadarkan diri. Ketegarannya mulai runtuh, air mata yang sedari tadi berusaha dia bendung akhirnya tumpah dan tak lagi diusap. Isak tangispun terdengar dari mulutnya. Sesekali dia menggoyangkan tubuh suaminya agar sadar akan kehadirannya. Dokter dan perawat yang menangani pun memintanya tetap tenang, namun tak diindahkannya.
"Maaf, apa Ibu keluarga pasien ?" tanya dokter itu.
"Saya istrinya, tolong selamatkan suami saya dok!" berkata kepada dokter sambil menggenggam erat lengan si dokter.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin bu, kami akan segera mengambil tindakan operasi, karena lukanya cukup parah" kata dokter.
" Ibu bisa tanda tangani surat persetujuan pengambilan tindakan operasinya, kami akan segera membawa suami ibu ke Ruang Operasi" Suster menyerahkan selembar kertas ke ara Diandra.
Diandrapun menandatanganinya. Akhirnya Mario di bawa beberapa suster menuju ruang operasi. Diandra berjalan beriringan dengan brankar pasien yang membawa suaminya sembari menggenggam tangan suaminya yang mulai terasa dingin. Diandra pun berhenti saat suaminya dan tim medis akan memasuki ruang operasi.
"Maaf, Ibu menunggu diluar dulu. Biarkan dokter melakukan tugasnya" Tuturnya sambil tersenyum dan menggenggam tangan Diandra.
" Baik suster". Berusaha tegar namun tetap berurai air mata.
Pintu ruang operasi pun di tutup. Segala do'a pun dia panjatkan tak pernah putus untuk keselamatan suaminya. Sayup-sayup suara tawa Mario terngiang di benaknya. Seketika dia merasakan rindu yang mendalam kepada pujaan hatinya itu. Bayangan akan kenangan manisnya bersama Mario terpampang jelas diingatannya. Entah darimana sumber air itu berasal, Air matanyapun tak pernah surut. Bahkan semakin lama semakin deras air matanya mengalir. Sesekali ia bergumam lirih nyaris tak kedengaran
"Ya Allah.. selamatkan suamiku, Lindungi dia, sembuhkan dia" Do'a Dian.
"Sayang, aku yakin kamu kuat. kamu harus sembuh sayang, demi aku dan demi anak kita Alvaro" bathinnya.
Tak terasa 40 menit telah berlalu, namun operasinya belum juga selesai. Dian tak henti-hentinya mondar mandir kesana dan kemari di depan ruang operasi. Sesekali di tatapinya pintu ruangan itu. Beberapa menit kemudian pintu pun terbuka.
Dokter yang menangani operasi Mario melangkah dengan pelan ke arah Diandra. Tampak kekecewaan di raut wajah dokter itu sembari menggengam tangan Diandra.
" Maaf Ibu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun Tuhan berkehendak lain. Ibu yang sabar yah, maafkan kami". Menepuk pundak Dian kemudian melangkah meninggalkan Dian yang berdiri mematung tanpa bisa berkata-kata. Air mata Diandra kini tak dapat dibendung lagi.
Dian pun mengerti maksud ucapan dokter kemudian menangis sejadi-jadinya.
"Bangun sayang, kamu tega tinggalin aku sama Varo, aku mohon buka mata kamu.. kamu sudah janji mau nyusul aku ke villa, kamu suruh aku buat jaga diri tapi kenapa kamu yang gak jaga diri kamu. Kamu benar-benar tega sayang... Ayo bangun... bukankah kita mau ngerayain anniversary kita ??? Jawab aku sayang, Varo nungguin kita di rumah Anna.. Bangun Mario Kusuma..!!!" Suaranya semakin keras diiringi tangisan yang tak henti-hentinya. Suster dan satpam jaga pun kewalahan menghadapinya yang nampak depresi atas kepergian suaminya.
Diandrapun ke ruang administrasi untuk menyelesaikan segala administrasi yang harus diselesaikannya.
"Maaf suster, saya ingin tahu, siapa yang membawa suami saya kesini setelah kecelakaan?" tanya Diandra kepada suster.
"Maaf bu, pria yang membawanya langsung pergi saat mengetahui keluarga korban sudah datang" Suster menjawab.
"Apakah dia yang menabrak suami saya suster ?" Tanyanya lagi.
"Kalau itu saya tidak tahu bu.. Mungkin Ibu bisa menanyakan langsung pada saksi dan pihak kepolisian".
Diandrapun berlalu dari hadapan suster dengan membawa sejuta pertanyaan dikepalanya mengenai hal yang telah menimpa suaminya.
Jenazah Mario telah disemayamkan di RS, kemudian diantar ke rumah duka untuk dilakukan pemakaman.
Keluarga dan kerabat pun berdatangan. Mengingat parahnya luka-luka yang dialami Mario membuat Dian mengambil keputusan untuk segera memakamkannya.
Prosesi Pemakaman telah usai, keluarga dan kerabat yang ikut mengantarkan Mario ke peristirahatan yang terakhirnyapun pamit dan mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada Dian.
Diandra hanya diam, tak memberikan respon kepada orang yang lalu lalang menyalaminya.
_____________________________
BERSAMBUNG....
Mohon kritik dan sarannya
Jangan lupa Like, comment & share
Klik ❤ dan beri Rate 5⭐⭐⭐⭐⭐
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!