Di angkat dari Kisah nyata seorang gadis tertekan dengan kehidupannya yang selalu direndahkan oleh sang ayah.
Penikahan nya bermula dari perjodohan dari CEO dan rekan kerja Sindy berakhir dengan pernikahan yang sah.
Sindy menerima dengan ikhlas untuk dinikahi oleh pria yang baru ia kenal dengan perbedaan umur yang sangat jauh.
Tetapi Sindy kesulitan mendapatkan restu dari ayah nya yang memiliki ketegasan terhadap anak nya untuk tidak menikah muda.
Sindy wanita berkulit putih memiliki kepribadian sangat lugu, pemalu, ramah dan murah senyum. Sindy berasal keluarga sederhana. Sindy bekerja sebagai admin di perusahaan yang baru saja louncing yang bergerak di bidang jasa antar jemput barang.
Saat itu yang bekerja di Perusahaan tersebut hanyalah Sindy sendiri. Setiap hari Sindy menghabiskan waktu sendiri dan hanya menghabiskan waktu di tempat kerjanya di ruangan sempit dan dipenuhi lemari berkas-berkas data kantor.
Sebelum Sindy mendapat pekerjaan tersebut, Sindy si gadis pemalu itu sempat bekerja sebagai marketing dengan menawarkan jasa dan mengarahkan masyarakat untuk menggunakan aplikasi perbelanjaan atau belanja secara sistem online.
Namun pada saat itu, Sindy sangat kesulitan untuk mendapat kan customer untuk bisa melakukan apa yang Sindy harapkan.
Awalnya Sindy berpikir untuk tetap menjalani pekerjaan marketing ini dengan senang hati dan mencoba untuk melakukan pekerjaan nya dengan ikhlas.
Hari demi hari telah Sindy lewati, namun pengorbanan yang Sindy lakukan untuk mencari customer yang bersedia dengan ikhlas mendengarkan permohonannya untuk mendowload aplikasi belanja online tersebut tidak selalu mencukupi target.
Sehingga rasa putus asa pun mulai terbayang-bayang dipikiran Sindy. Tetapi Sindy tetap berusaha menjalani dengan sepenuh hati, karena beban yang harus ia tanggung. Ia harus membayar cicilan sepeda motor yang ia beli secara kredit pada awal ia mendapatkan pekerjaan.
Sungguh nekat Sindy saat itu, karena belum sebulan Sindy bekerja, Sudah berani kredit sepeda motor untuk digunakan pergi bekerja.
Kakak pertama nya lah yang membuat Sindy mengambil keputusan untuk kredit sepeda motor. Kakak Sindy berkata, " Tunggu apa lagi? Segera kamu kredit sepeda motor, supaya nanti kamu pergi kerja tidak bergantung Kerala orang lain". Ucap kakak Sindy.
Sindy berpikir sejenak. Dalam hati berkata " Apakah mungkin? Apakah aku sanggup untuk melunasi pembayaran kredit nanti nya. Sindy merase ragu. Disisi lain, yang dikatakan kakak pertamanya itu ada benarnya juga. Semata-mata untuk kebaikan adiknya.
Beberapa Hari kemudian Sindy berkata Kepada kakak pertamanya, " Baiklah kak, aku siap untuk kredit sepeda motor, tolong kakak lihat kondisi motor nya, baik dari kondisi meeting dan sebagai nya". Ucap Sindy.
Sindy dan kakaknya hanya mengusahakan kredit sepeda motor seken. Bukan sepeda motor baru. Sindy dan kakaknya sadar mereka hanya mampu membayar dengan Uang seadanya untuk DP sepeda motor.
Kakaknya sudah pergi ke dealer untuk melihat sepeda motor, yang mana kiranya cocok untuk digunakan adiknya dan sambil mengecek kondisi mesinnya.
Setelah di lihat kondisi nya, kakak Sindy pulang lagi kerumah untuk menyampaikan informasi mengenai sepeda motor tersebut.
Beberapa Hari kemudian tim survei tersebut, mencoba menghubungi dan melihat kondisi finansial dari keluarga Sindy. Waktu pengisian formulir pembelian, kakak Sindy mencamtumkan nomor telpon orang tua nya dan yang dicantumkan adalah nomor telpon ayah nya. Sindy berkata " Kenapa harus nomor ayah nya sih?.
Sedangkan ayah Sindy tidak mengetahui hal tersebut. Ketika Tim survei menghubungi nomor telpon ayah nya, sang ayah mulai meninggikan share karena mereka tidak memberitahu nya terlebih dahulu kalau ingin kredit sepeda motor.
Ayah Sindy berkata, " Memang nya kamu sanggup membayar cicilan setiap bulannya? Kerja baru beberapa hari sudah mau kredit barang".
Sindy pun menjawab " Iya ayah, insyaAllah Sindy siap, ayah tenang saja, Sindy tidak Akan merepotkan ayah".
Ayah " Oke jika kamu sanggup melunasinya ayah akan bantu untuk DP nya, sisanya kamu yang mengusahakan sendiri".
Sindy " Baiklah ayah, terimakasih karena bersedia membantu membayar uang mukanya".
Keesokan hari nya, tiba-tiba Tim survei menemui ayah Sindy yang sedang bekerja. Beberapa pertanyaan diajukan oleh Tim survei. Setelah selesai tanya jawab itu, Tim survei lanjut menemui orang rumah yaitu Sindy yang tercantum namanya di formulir dan ibunya sebagai pendamping nya.
Sesi tanya jawab pun dimulai kala itu, mulai dari pekerjaan Sindy sebagai apa? Gaji yang Sindy peroleh berapa ? Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Setelah selesai mewawancarai Sindy dan keluarga, Tim survei pamit pulang dan mengatakan " Berkas ini akan kami serahkan ke dealer nya terlebih dahulu. Jika nantinya disetujui untuk pengambilan kredit nya maka pihak kami akan menghubungi ayah Sindy dan keluarga.
Sindy menjawab " Baik pak, terimakasih pak".
Tim survei " Sama-sama bu, kami pamit pulang bu".
Sindy "iya pak". Sambil tersenyum.
Sindy berharap ajuannya segera disetujui, karena tidak mau merepotkan temannya yang selalu berangkat kerja bersama sedangkan jadwal shift yang berbeda dan selalu meminta atasan untuk disamakan jadwal kerjanya dengan temannya.
Teman Sindy selalu berkata " Aku tidak keberatan Sindy, jika kamu berangkat kerja bersama dengan ku, aku sangat senang".
Sindy " Iya, cuma aku merasa kurang enak jika setiap hari merepotkan mu".
Teman Sindy " Tidak masalah, santai aja".
Sindy " Kita kan tidak selalu punya jadwal kerja yang sama".
Teman Sindy " Iya sih ".
***
Setelah beberapa Hari menunggu keputusan dari dealer motor tersebut, akhirnya ayah Sindy mendapat telpon dari pihak dealer, untuk menandatangani berkas-berkas nya.
Ayah Sindy yang masih bekerja pun segera bersiap pulang untuk men jemput Sindy untuk pergi ke dealer motor tersebut. Sindy kaget dengan tiba-tiba ayah nya sampai di rumah dan berkata " Ayo siap-siap Sindy! Kita ke dealer sekarang, karena mereka sudah menelpon ayah agar menemui mereka untuk menandatangani persetujuan itu".
Dengan sangat semangat Sindy bersiap untuk pergi.
***
Di perjalanan Sindy hanya terdiam, ayahnya bertanya " Sindy, apakah kamu tau dimana dealer motor tersebut? ".
Sindy " Iya ayah, tepatnya dekat dengan jembatan pasar traditional itu ayah".
Ayah " Apakah kamu yakin untuk kredit sepeda motor yang seken?
Coba kamu kredit yang baru saja. Kan sudah pasti mesin nya bagus".
Sindy " Dari mana aku mendapatkan uang untuk membayar cicilan ny ayah. Sudah pasti lebih tinggi, sedangkan gaji per bulan aku kerja aja hanya cukup untuk ongkos dan cicilan yang sudah aku perhitung kan ayah.".
Ayah " Baiklah kalau begitu, tapi kalau menurut ayah lebih baik yang baru saja".
Sindy " Sementara aku kredit yang seken aja ayah, menyesuaikan dengan penghasilan ku per bulan".
Ayah " Baiklah jika memang begitu keputusanmu nak".
Sesaat terdiam.
***
Beberapa saat kemudian tibalah mereka di dealer motor tersebut.
Sindy turun dari kendaraan ayah nya, begitu pula dengan ayah nya. Dan mereka segera masuk kedalam kantor.
Karyawan dealer bertanya " Selamat siang pak, ada yang bisa saya bantu? ".
Ayah " Selamat siang kembali mbak, saya yang di telpon tadi pagi untuk dimintai persetujuan dan hands tangan berkas pembelian sepeda motor. Boleh saya lihat motor nya mbak? ".
Karyawan dealer " Oh iya pak, boleh. Silahkan pak".
"Ini kendaraan yang di ajukan saudari Sindy pak".
Ayah Sindy menyalakan motor tersebut. Ayah Sindy bertanya kembali ke Sindy.
Ayah " Apakah kamu yakin mau ambil yang model ini, apa tidak tertarik dengan motor beat ini? ".
Sindy " Tidak ayah, aku pilih yang pertama karena motor ini sudah di cek oleh kakak".
Ayah " Baik lah".
Karyawan dealer " Apakah bapak may transaksi hari ini pak? ".
Ayah " Iya mbak. Kami akan kembali salad 10 menit kedepan".
Karyawan dealer " Baik pak".
Ayah sindy dan sindy akan kembali dalam waktu 10 menit, dikarenakan ayah sindy tidak membawa uang cash, jadi mereka pergi k ATM terdekat.
10 menit kemudian....
Ayah Sindy dan Sindy kembali ke dealer motor tersebut untuk menyelesaikan pembayaran awal.
Ayah " Saya mau ambil kredit nya selama 2 (dua) tahun ya mbak dengan DP Rp. 3.500.000,00, tolong mbak hitung berapa Saya harus bayar perbulannya nanti".
Karyawan " Baik pak, tunggu sebentar ya pak".
2 menit kemudian...
Karyawan " Yang harus bapak cicil perbulannya senilai Rp. 580.000,00, apakah bapak setuju? ".
Ayah " Baik mbak Saya siap".
Ayah Sindy segera membayar DP nya senilai Rp. 3.500.000,00.
Karyawan langsung membuatkan kwitansi pembayarannya lalu menyerahkan kwitansi tersebut kepada ayah Sindy dan menandatangani berkas persetujuan itu.
Setelah semua selesai, karyawan dealer menyerahkan kunci motor.
Karyawan berkata " Terimakasih pak".
Ayah " Sama-sama mbak".
Ayah pun menyerahkan kunci motor tersebut kepada Sindy. Sindy langsung mengendarai sepeda motor yang saat itu sudah menjadi Milik nya. Dan Sindy saat itu terburu-buru pergi menggunakan motor itu untuk bekerja, karena hari itu iya masuk siang.
Ayah " Ini kunci nya, ayah langsung pulang ya".
Sindy " Baik ayah, Sindy langsung berangkat kerja ya ayah".
Ayah " Iya Sindy, hati-hati di jalan. Jangan mengebut ya".
Sindy " Iya ayah siap".
Di perjalanan menuju tempat kerja nya, Sindy merasa kurang nyaman mengendarai motor itu karena masih kaku banget dan belum terbiasa dong tentunya.
Sindy " Harus Santa, ngak bones tegang Sindy, ini Mimpi ngak si? Aku sudah punya kendaraan sendiri? Meskipun bukan motor baru, Alhamdulillah aku diberi kesempatan punya motor ". Ucap Sindy dengan rasa gembira dan terharu.
Kring.... Kring.... Kring....
HP Sindy pun berdering, Sindy berhenti sebentar untuk mengangkat telpon dari sang kakak. Dan ternyata kakak nya mengajak Sindy bertemu sebentar sebelum Sindy masuk kerja.
Sang kakak share lokasi untuk bertemu. Dan Sindy langsung menuju ketempat yang kakak nya Kirim.
Setelah beberapa menit, Sindy sampai di cafe tempat kakak nya menuggu.
Sindy " Hai kak, kakak sudah lama ya di sini ? ".
Kakak " Lumayan lah. Bagaimana rasanya mengendarai nya? ".
Sindy " Agak ketinggian buat aku, tapi tidak masalah sih kak, karena kan baru hari pertama juga. Kalau sudah sering mungkin lebih nyaman".
Kakak " Iya, yang penting jangan ngebut bawa nya".
Sindy " Iya, tidak akan ngebut kak".
Kakak " Kamu masuk kerja jam berapa? ".
Sindy " Jam 13.00 WIB kak, masih ada waktu 15 menit lagi ni kak".
Kakak " Ya sudah kamu berangkat sekarang, nanti telat!. Pulang nya nanti kalau bisa jangan sendiri, bahaya".
Sindy " Baik kak. Aku berangkat dulu ya ".
Kakak " Iya Sin".
Sindy pun langsung berangkat kerja. Sambil berpikir " Nanti pulang bareng siapa ya? Semoga aja ada teman yang aku kenal dan ada yang 1 (Satu) shift kerja nya".
Karena Sindy bekerja baru berapa minggu sebagai marketing, masih malu-malu bertemu dengan rekan sekerjanya. Dan untung nya Sindy punya kenalan yang tempat tinggalnya satu arah dengan rumahnya.
Sambil berpikir " Hm... Aku ajak pulang bareng ngak ya. Kalau ngak di tanya nanti aku pulang sendiri. Kan di jalan sepi, aku takut. Hm.. Ya Udah deh tanya aja.
Bisma adalah adik kelas Sindy waktu SMA. Dengan memberanikan diri untuk ber tanya, meskipun rasanya malu-malu.
Sindy " Hai Bisma, masih ingat aku ? ".
Bisma " Oh Hai, kak Sindy?".
Sindy " Alhamdulillah kamu masih ingat ".
Bisma " Oh tentu ingat, kenapa harus lips. Kan kita teman". Ucap bisma sambil tersenyum.
Sindy " He.. He.. 😁 oh iya, kamu shift siang kan hari ini? ".
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!