NovelToon NovelToon

Sahabat Sejati Sampai Mati

Sahabatku ternyata sudah meningg*l 1

#Sahabatku Ternyata Sudah Meninggal

Hari ini aku berniat untuk menemui sahabatku yang sedang merantau ke Sulawesi tepatnya di Palu. Aku pun sangat rindu dengan sahabatku itu karena sudah terbiasa dari kecil selalu bersama, jadi jauh dikit ada yang beda.

Oh iya perkenalkan nama aku Adrian dan sahabat ku namanya Fikran, kami selalu bersama sama waktu kecil, namun setelah lulus SMA dia memutuskan untuk merantau ke Palu, katanya mau nyari pengalaman kerja.

"Heey bangun bang udah nyampe nih" kata sopir bus membangunkanku.

Setelah itu aku baru sadar ternyata aku sudah sampai di terminal yang ada di kota Palu, aku pun memberi kabar ke sahabatku bahwa aku telah sampai dan dia menyuruhku langsung ke rumah dia.

"Asalamualaikum fikran" tanpa menunggu jawaban, aku langsung masuk saja, mungkin karena udah terlalu tidak sabar ketemu dia, jadi langsung masuk saja. Saat masuk, suasana rumahnya begitu aneh, ada bau busuk seperti bangkai, tapi aku cuek akan hal itu, lalu saat masuk ke kamar aku melihat fikran sedang duduk.

"Yeee orang ucap salam kok nggk di jawab sih Fik" kataku kesal.

"Eh maaf yah Rian aku nggk denger sumpah" kata dia tanpa ekspresi

"Kmu knpa Fik mukamu kok pucat kek semen" kataku

"Adrian aku sayang kamu aku nggak mau ninggalin kamu, kamu adalah sahabat terbaik dalam hidupku"

"Njirr merinding aku ***, sekali lagi lo bilang sayang aku tumb*k pala kau" kataku sambil mendorong kepalanya pelan

"Ih baperan siapa juga yg mau sama lo emang gw hom*"

Kami pun tertawa bersama, tak terasa hari udah sore, aku pun memutuskan untuk mandi, karena dari pagi belum mandi badan udah kayak pabrik minyak, licinnya minta ampun.

"Fik kamu ada sabun nggak?"

"Buat apaan emang?" tanya nya datar

"Mau bikin perkedel nih laper banget"

"Hah??, emng bisa??, caranya?”

"Ambil sabun buka bungkusnya lalu hantam ke mukamu!!”

"Njirr ngamok, awokawokao”

Selepas mandi aku baru sadar kenapa rumah sahabat aku ini berantakan, seperti rumah yang tidak berpenghuni. Lalu tiba-tiba fikran menepuk pundakku.

"Hey ngapain sih ngelamun" tanya fikran.

"Njirr ngagetin aja. Ini kok rumah kamu kayak kapal pecah sih nggak ke urus" kataku lalu duduk.

"Owh itu aku males beres beres aja. toh nggak ada juga tamu yang datang" katanya berlalu menuju kamar.

Aku yang masih terdiam karena setau ku fikran itu orangnya paling males liat yang berantakan dan hobi banget beberes rumah.

"Ah mungkin saja dia lagi ada msalah asmara jadi malas gerak" batinku.

Aku pun berlalu dan duduk di teras depan rumah, lalu ada seorang wanita yang sudah cukup tua, atau lebih spesifik lagi disebut Ibu-Ibu melihatku dan datang menghampiriku.

"Mas ngapain sendirian di rumah kosong malam malam gini??” tanya ibu itu penuh curiga.

"Eh ini bu saya mau main ke rumah temen saya sekalian cari kerja juga di sini bu"

"Owh kirain mas nya mau maling" kata ibu sambil tertawa

"Ya nggak lah buk saya mau nyari kerja" kataku sedikit memaksakan terseyum,

"Eh nama temen kamu siapa sekitar sini kali aja ibu kenal?”

"Fikran bu yang punya rumah ini" kataku sambil nyender di dinding

"Jangan bercanda nak, Fikran kan sudah meninggal" kata ibu itu

"Ibu ini becanda mulu dari tadi" kataku tertawa sambil mendorong ibu itu

"Nak lebih baik kamu cepat pulang saja" kata ibu itu dengan penuh keseriusan

Tiba-tiba dari dalam rumah, Fikran datang

"Rian ada siapa??" tanya Fikran

"Ini loh ibu katanya kamu udah meninggal kan gw jadi ngakak" kataku masih tertawa

Ibu yang melihat ku berbicara sendiri kaget bukan main

"Allahuakbar jangan jangan kamu bukan manusia" kata ibu itu lalu pergi meninggalkanku

"Njirr ganteng ganteng gini di bilang bukan manusia"

Aku dan Fikran pun tertawa, dan kami cukup lama ngobrol di teras rumah. Dan setiap orang yang lewat pasti berkata “kamu ngapain bicara sendiri?” dan bukan hanya beberapa orang, tapi setiap orang lewat pasti berkata demikian bahkan aku di katain gila sama warga sekitar.

"Udalah kita masuk aja Fik bosen gw di katain gila" kataku kesal

"Haha ayok"

Saat masuk rumah tiba-tiba aku mencium aroma busuk dan aroma darah yang sangat amis, cukup lama aku terdiam

"Kenapa rian?” tanya fikran

"Eh enggak ayo kita tidur udah ngantuk nih" kataku alasan

Dan saat mau tidur kecurigaan ku mulai bertambah, tingkah aneh dari sahabatku mulai nampak, bayangin aja dia tidur ngadep ke aku terus menerus, dan matanya tidak berkedip sama sekali sambil senyum terus terusan.

Aku yang mulai kesal pun menampar wajah fikran

"Jangan tatap gitu njir takut gw woy muka lo kek joker"

"Yaa maaf kangen aja sama lo sahabat gw dari kecil selalu nemanin gw di kalah seneng aja"

"Di kalah susah juga woy gw selalu nemanin lu" kataku membela diri

"Nggak ada, pas kita di kejar anji*g aja lo langsung narik gw dan lo yang lari dan biarin kaki gw di gigit" katanya sambil menatap ke atas

"Njirr masih ingat aja maaf aku khilaf" kataku tertawa

Tiba-tiba dia nangis lalu kembali tertawa

"Jangan gitu dong lo tau kan gw penakut" kataku mulai takut

"Eh maaf yah kalau gw nakutin lo, soalnya gw cuman sakit aja nginget masa kecil kita dlu sampai SMA" katanya mengusap air matanya

"Kamu ini kenapa sih kaya orang udah mau pergi aja" kataku mulai serius

"Ingat kita ini udah kayak kakak adik walaupun gw sering jail tapi jujur jauh dari lo itu sakit woy.. gw kesini karena kangen sama lo sahabat gw dari kecil yang selalu nemanin gw, tapi kenapa sekarang lo bertingkah aneh" kataku mendorongnya keras

Kini mataku berkaca kaca aku hanya mengingat kata-kata warga sini bahwa dia ini sudah meninggal dan yang pastinya aku tidak bisa terima jika itu benar terjadi

"Sudahlah gw mau tidur" kataku membelakanginya

Pukul 01:00 malam aku terbangun dan aku kaget melihat Fikran sedang duduk sambil menatapku tanpa berkedip lalu dia tersenyum

"Kamu kok bangun?, tidur aja nanti aku jagain" katanya datar

Lalu dia berdiri dan menuju dapur, aku hanya mendengarnya dari dalam kamar saja karena cukup lama tak kembali akupun khawatir lalu menyusulnya ke dapur tapi anehnya dia tidak ada di dapur, dan saat aku kembali ke kamar dia sudah berada di kamar berbaring dan menatap ke langit-langit rumah

"Kamu jangan pergi ya, aku sunyi di rumah ini" kata dia lalu menatapku

Jantungku rasanya mau copot antara takut sedih dan kesal karena sikap Fikran yang begitu aneh. Dan aku mencoba tetap berfikir positif lalu aku kembali tidur, tapi rasanya sulit sekali mata ini untuk tidur, rasa takut selalu menghantuiku, dan sahabatku terus terusan menatapku dan kini wajahnya sangat dekat dengan wajahku, dan anehnya bau busuk semakin menyengat. Aku terus mencoba untuk tetap tenang dan akhirnya aku pun tertidur

Dan tepat pukul 03:00 aku terbangun kini ku lihat Fikran sudah membelakangi ku, dan kini aku bisa bernafas lega, tapi karena sudah cukup takut, aku mencoba untuk keluar dari rumah ini. Aku berjalan perlahan untuk mengambil tas ku dan aku lihat Fikran masih dalam keadaan tertidur lalu aku menuju pintu kamar dengan berjalan perlahan takut membangunkanya. Pada saat telah di depan pintu kamar aku lalu mengunci pintu kamarnya agar dia tak bisa mengejarku tapi betapa kagetnya aku ketika menatap ke arah pintu depan dia sedang berdiri lalu menatapku tajam kini bajunya berlumuran darah dan tangan kirinya hampir putus lalu dia menangis dan berteriak

"Jangan pergiiiiiiii"

Dia lalu berlari ke arahku dengan mata melotot

Sahabatku ternyata sudah meningg*l 2

Dia lalu berlari ke arahku sambil melotot, anehnya tubuhku rasanya seperti mematung tak bisa bergerak. Kini dia tersenyum dan perlahan ku tatap bola matanya pun jatuh sebelah lalu tangannya meraih bola matanya yang jatuh tanpa memalingkan pandangnya terhadapku. Badanku bergetar hebat namun ini bukan karena cinta, tetapi ini karena ketakutan, dia lalu berdiri kembali dan tersenyum sembari memperlihatkan mulutnya yang penuh ulat dan darah.

Rasanya perutku sangat mual ingin muntah karena melihat itu semua.

"Kenapa Rian apakah kamu takut terhadapku?, katanya kita sahabat kok kamu mau pergi?" katanya tertawa

Lalu tiba-tiba dia menghilang, aku yang masih bingung dan ketakutan mencoba berlari menuju pintu dan sialnya pintu terkunci dan aku mencoba untuk berteriak namun sekali lagi usaha ku sia-sia, rasanya mulutku tak bisa berteriak dan tiba-tiba aku merasakan leher ku di tiup seseorang saat hendak berbalik ke belakang, secepat kilat Fikran menusukan pisau ke perut ku dan ia tertawa lepas

"Kita adalah sahabat sehidup semati seperti yg kau katakan rian hahahaha"

Kembali di tusukan pisau itu keperutku dan ke wajahku

"Ampun Fik ampun" kataku mulai lemah

Kini aku tak bisa merasakan tubuhku lagi dan saat aku sadar aku melihat tubuhku yang terbaring penuh luka dan darah

"Maaf yah Rian gw lakuin ini biar kita bersma terus sampe mati" kata Fikran penuh penyesalan

"Iya nggak usah sedih sekarang kita udah bebas udah tenang tapi ada yang kurang Fik"

"Apa rian yang kurang"

"Gimna kalau kita nambah sahabat lagi"

"Yaudah ayok trus kita cari sahabat kemana Rian?”

"Kita cari orang yang kalau tidur suka matiin lampu dan tidur ngadep tembok” kataku tertawa

"Iyaa trus kita tatap trus mata dia yg pura-pura tidur" kata Fikran

"Nggk sabar apalagi kalau rumah mereka mati lampu, terus mereka sendirian di kamar"

"Yaudah ayo mereka semua udah nungguin kita”

***

"Iya nggak usah sedih sekarang kita udah bebas udah tenang tapi ada yang kurang fik"

"Apa Rian yang kurang"

"Gimna kalau kita nambah sahabat lagi"

"Yaudah ayok trus kita cari sahabat kemana Rian?”

"Kita cari orang yang kalau tidur suka matiin lampu dan tidur ngadep tembok" kataku tertawa

"Iyaa terus, kita tatap terus mata dia yang pura-pura tidur" kata Fikran

"Nggk sabar apalagi klw rumah mereka mati lampu, terus mereka sendirian di kamar"

"Yaudah ayo mereka semua udah nungguin kita”

Tiba-tiba pipiku rasanya ada yang nampar

"Hey bangun woy udah pagi bangun katanya mau kerja.. Dasar kebo" kata Fikran

"Hah??, ternyata hanya mimpi??" tanyaku dengan raut wajah masih bingung

"Mimpi apaan lu bang?, pasti mimpi basah yah dasar otak mes*m, makanya cari cewek Rian terus nikahin" kata Fikran memukulku dengan guling

"Bukan itu, gw mimpi lu itu setan trus tangan lu putus trus lu kejar gw trus lu nusuk gw pake pisau trus gw mati" kataku serius

"Kebanyakan terus lu kek tukang parkir" kata dia tertawa

"Ah lu mah nggak asik di ajak cerita" kataku sambil mengambil hp dalam tas

"Lagian sih mna ada setan nusuk make pisau"

"Kali aja setannya lagi gabut trus nusuk gw" kini akupun ikut tertawa

***

Aku lalu pergi ke kamar mandi dan setelah selesai mandi aku masuk ke kamar Fikran. Aku melihat dia akhir-akhir ini kebanyakan diam dan selalu menatapku, dan lambat laun aku terbiasa dengan tatapannya yg menyeramkan itu.

"Woy bengong mulu mandi sana katanya kita mau ke tempat kerja" kataku sambil berkaca di cermin yg ada di kamarnya

"Iyaa iyaa" katanya berlalu melewatiku

***

Lagi lagi ke anehan muncul saat Fikran berlalu lewat di belakangku, dia tak nampak di cermin

"Fik tunggu.. kok kamu tdi nggak ada yah di cermin?, coba kmu kesini dulu" pintahku terhadap Fikran

"Masa nggak ada.. mata kamu kali dah buta kegantengan jdi nggak bisa liat gw lewat" katanya dan tetap diam di depan pintu kamar

"Serius tadi kamu nggak ada di cermin coba kita buktiin aja.. sini ayo" kataku menariknya

***

Namun saat hendak sampai di depan cermin tiba-tiba ada suara motor jatuh dari arah luar, sontak aku pergi ke luar untuk mengeceknya. Lalu setelah membantu orang tersebut aku kembali masuk tapi belum sampai di depan pintu aku mendengar ada yang pecah dari dalam kamar. Aku pun berlari, takut terjadi apa-apa dengan sahabat ku

"Apaan tuh tadi yg pecah Fik?"

"Eh ini Rian tadi di cermin ada cicak jadi gw pukul aja pake kursi soalnya geli aja liat cicak" katanya sambil tersenyum

"Masa sih lo takut cicak??"

"Yah iyalah masa semua tentang sahabat nggak di tau” katanya sambil mengisi serpihan kaca di kantong plastik

**

Setelah cukup lama berdebat tentang cicak aku pun mengalah dan mengajaknya untuk segera berangkat ke tempat kerjanya

"Yaudah ayok berangkat masa gw karyawan baru udah telat" bujukku

"Iyaa tapi dengan satu syarat. Kamu kerjanya harus jujur dan jangan mau di ajak ambil uang perusahaan!!" katanya serius

"Iya iya ayok buruan" kataku begitu saja

***

Kami lalu menunggu angkot di pinggir jalan, setelah kami mendapatkan angkot kami pun menuju ke tempat kerja.

Di dalam angkot pun aku dan Fikran sering bercanda dan tertawa, lalu aku menatap sopir angkot yg sedang melirikku dari cermin trus menggeleng gelengkan kepalanya

"Kenapa bang geleng-geleng kepala gitu"

"Eh mas kalau ada masalah cerita nggak baik di pendam mas, atau mas nya abis putus yah??" tanya sopir angkot

"Maksudnya apasih bang" tanya ku kesal

"Masnya dari tadi ngomong sendiri kek orang gila" kata sopir itu

"Wah kelewatan nih sopir biar gw aja yg pukul nih sopir Rian, berani betul bilng sahabat gw gila" kata Fikran marah

"Udah biarin aja Fik mungkin sopirnya yang abis putus cinta" kataku menahan Fikran

"Mas ini benar gila yah?, lebih baik masnya turun aja cape gw ngomong dengan orang gila" kata sopir itu marah lalu menghentikan angkotnya

***

Kami pun turun dari angkot tersebut kulihat Fikran menatap sopir itu penuh kebencian. Lalu tiba-tiba angkot yang kami tumpangi tersebut bertabrakan di perempatan, lalu Fikran hanya tertawa dan menarik tanganku tanpa memperdulikan angkot yang bertabrakan tersebut.

Sahabatku ternyata sudah meningg*l 3

***

"Hey kenapa kita lari ayo bantu sopir itu!!" kataku berhenti lalu berbalik

"Udah biarin aja dia nggak mati kok mending kita ke tempat kerja udah telat nih" kata Fikran menarik tanganku kembali

***

Setelah 15 menit berjalan akhirnya kami sampai juga di tempat Fikran bekerja, dan cukup lama aku melihat tempat kerjanya, ternyata ini adalah pabrik pengemasan garam.

"Hey mau masuk nggak katanya mau kerja" kata Fikran mengagetkanku.

"Eh iya maaf ayo masuk" kata ku lalu merapikan baju.

"Mmm tunggu, kamu liat orang yg berdiri di sana?, kamu bilang aja mau ngelamar kerja dan bilang kamu teman saya. Saya mau ke toilet dulu perut saya sakit nih" kata Fikran lalu berlari meninggalkanku.

"Lah kok gitu tunggu!!" kata ku

***

Belum sempat mengejarnya tiba-tiba datang laki laki berpakain sangat rapi

"Kamu siapa kok main di kawasan pabrik??" tanyanya curiga

"Saya kesini mau ngelamar kerja om" kata ku

"Mmm lamar kerja yah?, oke kamu langsung ke ruangan saya di sebelah sana yang paling kanan" kata orang itu

***

Kami pun berjalan ke ruangannya lalu aku di interview

"Silahkan perkenalkan nama kamu dan pengalam kerja kamu ceritakan" kata dia

"Nama saya Adrian, saya dari buol datang ke Palu untuk mencari kerja om. Saya cuman pernah jadi kuli bangunan aja om" kataku penuh keyakinan

"Tunggu ulang nama kamu siapa?, adrian?, trus kamu dari buol?" tanya om itu lagi

"Iya om saya dari buol dan saya teman Fikran yang kerja di pabrik ini juga" kataku meyakinkan orang itu

"Jadi benar ini kamu orang yang di rekomendasikan Fikran?"tanyanya lagi

"Iya om, saya om, saya sahabat Fikran tapi Fikrannya lagi ke toilet om" kata ku

***

Bapak itu lalu menatapku keheranan

"Kamu ini ngomong apa sih" tanya bapak itu bingung

"Tadi kami udah mau masuk kesini tapi dia tiba-tiba ingin ke toilet” kataku meyakinkan bapak itu

***

Bapak itu hanya menggelengkan kepalanya lalu membawa aku ke ruangan di mana tempat untuk karyawan beristirahat dan masing-masing mempunyai loker sendiri

"Ini loker Fikran tapi kami nggak tw kodenya apa kamu bisa membukanya?" tanya bapak itu

"Lah kita tunggu aja dia pak atau saya pergi nyari dia dulu di toilet?" kata ku

"Nggak usah buka saja, katanya hanya kamu yg bisa buka" pintah bapak itu

***

Saya hanya diam dan bingung kenapa bapak ini sangat ingin membuka loker sahabat ku, emang di dalam loker itu isinya apa terus kodenya apa

"Saya nggak tau pak kodenya. Fikran pun tidak ada membahas tentang kode lokernya" kata ku bingung

"Coba ingat-ingat tanggal apa yang penting atau nomor yg penting bagi kalian berdua" kata bapak itu meyakinkan aku

***

Aku hanya menghela nafas lalu berfikir sejenak nomor atau tanggal apa yang penting bagi kami berdua, karena penasaran aku lalu mencoba tanggal lahir Fikran.

Aku memutar angka dan memutar lagi dan loker tersebut tidak mau terbuka.

Aku lalu mengingat tanggal kami mulai bersahabat, aku lalu mencobanya dan berhasil loker itu terbuka dan di dalam loker tersebut hanya ada secarik kertas

Lalu bapak itu langsung mengambil kertas yang ada di dalam loker Fikran

(rahasia kematian)

Aku hanya melihat bapak itu membaca kertas tersebut, setelah cukup lama nampak mata bapak itu berkaca kaca

"Pak ada apa?" tanyaku heran dengan raut wajahnya yang sedih

"Eh enggak... mending kita sekarang langsung ke tempat kerjanya saja" kata bapak itu

"Ayo pak" kataku semangat

Kami lalu pergi ke tempat pengemasan garam, nampak di sana banyak alat-alat canggih yang belum ku lihat dan ada beberapa karyawan di sana yang sedang bekerja dan mendatangi kami

"Eh pak ada apa?" tanya salah satu karyawan

"Ini teman Fikran yg dulu dia ceritakan ingin bekerja juga" kata bapak itu memperkenalkan aku ke pada mereka

Aku tak menyangka ternyata Fikran sering bercerita tentang aku di sini, dan karyawan yang ada di sini ternyata baik baik

"Kenalin nama saya Rian salam kenal dan kerjasama nya" kataku

"Iya selamat yah kamu akhirnya bisa kerja di sini, dan kami mengucapkan bela sung..." kata salah satu karyawan terhenti karena di tarik oleh bosnya tersebut

Aku hanya melihat mereka yang sedang berbicara namun entah membicarakan apa, aku pun tidak peduli aku akhirnya melihat lihat karyawan lain yang sedang bekerja, tiba-tiba dari arah belakang Fikran menepuk pundakku

"Apansih Fik nganggetin aja.. trus kmu dari mana kok baru muncul?" kataku

"Eh maaf Rian soalnya abis dari toilet sy masih ada urusan penting" kata Fikran

***

Sontak karyawan di situ kaget melihatku berbicara sendiri dan menyebut nama Fikran. Belum sempat menegurku, mereka di panggil oleh bos mereka dan lagi lagi mereka membicarakan sesuatu

"Fik liat mereka lagi ngomongin apasih?" tanyaku curiga

"Ah pasti mereka lagi bahas strategi pemasaran saja" katanya lagi

Nampak sesekali mereka melihatku dengan tatapan sedih dan aku tak mengerti kenapa mereka menatapku seperti itu. Lalu bos itu menghampiriku, sesekali menatap ke arah Fikran, dan ternyata bos kami mempunyai indra ke enam yang bisa melihat hal hal ghaib.

Namun yang dia lihat hanyalah sesosok Fikran yang wajahnya telah hancur dengan mata kiri sudah copot lalu salah satu tangannya hampir putus sama seperti yang ada di dalam mimpiku semalam.

"Rian kamu sekarang sudah bisa bekerja, kamu ikut saja apa yg di ajarkan oleh karyawan lain" kata bos kami tanpa memperhatikan fikran lagi

"Siap pak.. ayok Fik kita kesana ajarin gw juga yg lo bisa" kataku sambil menarik tangan Fikran

Mereka yang tidak bisa melihat hanya bergidik ngeri melihat tanganku seolah olah menggenggam sesuatu yang tidak ada

"Sumpah ngeri kali anak itu bos, sy jadi merinding" kata karyawan itu ke pada bos

"Huss biarin aja, dia belum tau dan sekarang belum waktu yang tepat untuk memberi tau. Udah kalian kerja aja anggap saja dia gila tapi jangan ganggu dia karena jujur sy juga bisa melihat Fikran dia sangat menakutkan" kata bos itu lalu pergi

Karyawan lain hanya ketakutan dan tak sedikit juga yang sedih melihatku seperti itu. Kini aku sudah mulai mengerti bekerja di pabrik pengemasan garam ini dan aku sangat semangat bisa bekerja dengan sahabatku, kami selalu bercanda dan tertawa sambil meneruskan pekerjaan.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17:30, aku lalu berpamitan dengan karyawan, lalu tak lupa juga berpamitaan dengan bos sebelum pulang. kemudian aku dan Fikran menunggu angkot di tepi jalan dan tidak menunggu lama akhirnya kami mendapatkan angkot yang masih kosong. Seperti biasa aku ngobrol dengan sahabatku, membahas tentang kerjaan tadi, lagi lagi sopir memandangi ku melalu cermin dalam angkot tapi sopir ini lebih penakut dari sopir yang sebelumnya dan aku lihat tanganya sangat gemetar memegang setir mobil.

"Bang kok tangannya gemetar gitu?" tanyaku heran

"Maaf mas ampuni saya mas tolong jangan apa apain saya,saya masih punya anak dan istri di rumah" kata sopir itu gemetar dan wajahnya sudah berkeringat

Ternyata dia melihat sosok asli yang bersamaku yah benar Fikran dengan wajah yang menyeramkan

"Abang nya lucu nih" kataku menepuk pundak sopir angkot tersebut

"Yaa tuhan lindungi hamba... tolong jangan ganggu saya tolong saya tidak ingin istri saya jadi janda" kata sopir itu berteriak ketakutan

"Dasar stress" kataku lalu tertawa

"eh bang berhenti dah nyampe" kataku kembali menepuk pundak sopir itu

"Mama" teriak sopir itu kaget lalu menginjak rem mendadak

"Bang hati hati dong bawa angkotnya" kataku kesal lalu turun dari angkot

"Ma...ma.maaf mas" kata sopir itu terbata bata

Lalu dilihatnya kembali sosok yang bersama saya dengan mata yang sudah copot sebelah dan tersenyum kepadanya, sopir itu lalu secepat kilat langsung menjauh dari kami

"Bang woy gw belum bayar" kataku berteriak

"Udahlah biarin aja itung itung hemat pengeluaran" kata Fikran tertawa

Rasanya senang melihat sahabatku tertawa seperti tidak memiliki beban, aku lalu merangkul sahabatku itu kemudian kami masuk ke dalam rumah. Karena masih lapar aku kembali memasak mie dan saat kutawarkan ke Fikran lagi lagi dia menolak.

"Fik kok selama saya disini nggak pernah yah saya liat kmu makan ataupun minum" kataku menatapnya

"Gw lagi diet" kata dia datar

Aku lalu tersentak kaget lalu tertawa dengan kata kata yang di lontarkan oleh Fikran barusan

"Dengan badan kamu yg sudah kurus trus lo mau diet dasar aneh" kataku masih tertawa

"Biarin emang kaya lo perut udah kaya ibu hamil 7 bulan" kata Fikran tertawa

"Logika aja lah dari kecil orang tua sudah susah payah cari makan untuk besarin kita eh kok pas udah gede malah diet anak macam apa kw" kataku kembali membalasnya

"Nggak gitu juga konsepnya kali... udah makan aja trus kita lanjut cerita" kata Fikran lalu pergi

...Like...

...Vote...

...Komen...

...Share...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!