Era Baru
Ratusan tahun telah berlalu semenjak perang besar antara aliansi dua kerajaan melawan aliansi sekte sesat yang dipimpin pertapa hantu.
Keadaan dunia yang saat ini aman dan damai, adalah berkat seorang pendekar dengan kemampuan dewa yang mempunyai julukan Pendekar Elang Emas.
Akibat penghancuran yang dilakukan oleh pertapa hantu pada pertempuran besar ratusan tahun lalu, membuat tatanan dunia ikut berubah, daratan bumi tengah yang dahulu kala dikuasai oleh lima kekaisaran besar, kini hanya menyisakan dua kekaisaran yang masih bertahan, yakni Kekaisaran Song dan Han.
Setelah ratusan tahun berlalu pun, kedua kekaisaran sampai saat ini masih menjunjung tinggi perjanjian yang telah mereka buat ratusan tahun lalu, yaitu untuk tidak saling bertempur dan hidup rukun, damai sejahtera.
Di kedua ibu kota kekaisaran juga telah dibangun sebuah prasasti yang hampir mirip, dimana deretan prasasti tersebut bercerita tentang bagaimana para pendekar aliran putih, bangsa Elf dan para samurai bersatu padu untuk melawan pasukan musuh dengan dipimpin oleh sang pendekar Elang Emas.
Setelah perang reda dan ekonomi mulai tumbuh kembali, dengan persetujuan dari Xun JeHa, teknik pembuatan cincin ruang akhirnya dipatenkan dan diproduksi massal oleh sebuah Assosiasi (Assosiasi gunung harta), tak lama setelah itu cincin ruang telah menjadi aebuah trend baru di semua lapisan masyarakat, kini hampir tiap orang mempunyai cincing ruang, yang membedakan hanyalah luas dari cincin ruang dan apa yang ada di dalamnya.
Para pejabat dan pengusaha pastilah mempunyai cincin ruang yang sangat luas hingga mampu menampung seluruh harta kekayaan miliknya, sedangkan rakyat jelata dan juga pengusaha kecil menggunakan cincin ruang yang murah, dimana ruang didalamnya hanya muat untuk menyimpan alat alat kerja mereka saja.
Sementara itu, trauma akan kekejaman sekte sesat membuat pengejaran kepada setiap orang yang dinilai menyimpang, aktif dilakukan demi membunuh bibit-bibit pendekar sesat sebelum mereka jadi lebih besar dan kuat.
Pertempuran melawan sisa-sisa pengikut aliran sesat gencar di lakukan oleh kedua kekaisaran, mereka saat ini begitu anti dengan yang namanya aliran sesat.
Perguruan atau Sekte putih dan lurus tumbuh dan berkembang dengan subur layaknya jamur di musim penghujan, mereka berlomba lomba menarik para pemuda pemudi, dan anak-anak dari para pejabat untuk menimba ilmu di perguruan atau sekte mereka.
Sedangkan perguruan yang dahulu turut serta dalam peperangan, saat ini telah menjelma menjadi perguruan besar dengan ribuan murid di dalamnya, diantara perguruan atau sekte tersebut adalah, Sekte Lonceng Kebenaran, Sekte Pedang Pinus, Perguruan Harimau Putih, Perguruan Elang Putih dan lain lain.
Mereka tak henti hentinya melahirkan bakat-bakat baru di dunia persilatan, banyak diantara mereka yang telah mencapai tingkatan pendekar Raja ketika memasuki usia tiga puluh tahunan, dan berhasil mencapai tingkatan pendekar suci ketika berumur sekitar 50 tahunan.
Sekte-sekte pendatang baru seperti Merak Jingga yang khusus menerima murid perempuan, atau sekte Hati Baja yang berisi para pemuda berotot juga tak mau kalah dalam melahirkan bibit-bibit unggul di dunia persilatan.
Untuk terus menjaga dan mengasah bibit-bibit unggul yang ada, maka tiap tujuh tahun sekali akan diadakan turnamen besar, yang menyatukan antar dua kerajaan.
Dimana pemenang dalam turnamen tersebut, bukan hanya akan mendapatkan hadiah berupa uang, melainkan juga kejayaan dan juga gelar sebagai Elang Muda.
Itu belum termasuk turnamen-turnamen kecil yang diadakan antar sekte atau perguruan, yang sering diadakan di sana sini, demi menyaring pendekar berbakat sedari dini.
Dan kini setelah ratusan tahun berlalu, daratan bumi tengah, sekali lagi akan melahirkan seorang pendekar tanpa tanding, seorang pendekar hebat yang akan membawa kedamaian dan keadilan pada tatanan hidup masyarakat yang sudah mulai bergeser, seseorang yang akan membuka mata akan hakikat sebenarnya dari hitam dan putih.
Hai, ketemu lagi ya..
Pasti banyak yang bertanya, dan saya yakin gak sedikit yang nyinyir..
"Kenapa balik?? Gak laku ya di lapak sebelah??"
Saya cuma mau kasih jawaban, cerita saya di lapak sebelah baik - baik saja, hanya saja ada beberapa regulasi baru dari pihak sebelah yang sulit untuk saya penuhi karena terkendala oleh WAKTU.
Untuk pertanyaan - pertanyaan lain, silahkan tulis di komentar ya, jika tidak repot maka akan saya jawab.
So, happy reading 😊😊
Cerita ini berlatar belakang sekitar lima ratus tahun setelah perang besar antara sekte atau perguruan aliran putih dan netral melawan aliran sesat pimpinan pertapa hantu, daratan bumi tengah kini dikuasai oleh dua kerajaan besar yang berhasil bertahan ketika perang besar terjadi. Kekaisaran tersebut adalah Han dan Song.
Kedua kerajaan bergabung dan berjuang bersama tatkala perang besar meletus, hingga ketika perang berakhir dengan kemenangan di pihak mereka. Keduanya sepakat berdamai dan membagi wilayah kerajaan menjadi sama besarnya, rakyat menyambut gembira usulan tersebut karena mengetahui bahwa kedua raja yang memimpin di kedua kerajaan saat itu terkenal adil dan bijaksana.
Meskipun perang besar telah terjadi ratusan tahun silam, tapi hampir semua orang di daratan bumi tengah masih mengetahui betapa hebat dan melegendanya pendekar elang emas. Itu karena kedua kekaisaran memang sepakat untuk selalu memberikan pelajaran sejarah kepada para generasi muda mereka supaya mereka tetap ingat dengan kejadian besar di masa lalu yang hampir saja merubah sejarah umat manusia.
Setelah perang besar berakhir, perburuan terhadap para anggota sekte sesat semakin marak. Mereka yang dicurigai sebagai murid atau pengikut sekte sesat langsung ditangkap, diadili dan dihukum, bahkan tak sedikit yang langsung dieksekusi di tempat.
Dengan seiring berlalunya waktu, dan hilangnya satu persatu saksi mata perang, masa pun berganti. Banyak generasi muda yang menganggap bahwa legenda tentang kehebatan pendekar elang emas dan perang besar yang terjadi di daratan bumi tengah hanya dilebih-lebihkan dan tidak masuk akal. Mereka seolah mengulang lagi masa dimana akhirnya legenda tentang pendekar matahari hilang ditelan jaman.
Umat manusia memang mudah lupa dan tidak pernah memetik pelajaran dari sejarah dan kisah masa lalu, apalagi jika itu berhubungan dengan budi pekerti atau hutang budi. Kedamaian yang telah terjaga selama ratusan tahun mulai membuat mereka lengah dan tak lagi waspada, sehingga aliran sesat pun sedikit demi sedikit kembali bangkit dan mulai mengumpulkan massa atau pengikut yang setia. Namun mereka kini bermain sangat halus dengan cara berkamuflase menjadi aliran putih dan mengklaim bahwa mereka adalah sekte yang sangat taat dengan hukum.
Sementara itu kelompok perampok juga mulai menunjukkan pergerakannya, akibat dari sikap kerajaan yang dianggap mulai lalai dan tak merata dalam membagikan bantuan.
Di sebuah utara wilayah Kekaisaran Han, tepatnya di sekitar puncak bukit yang masih cukup asri, terdapat sebuah desa kecil yang hanya didiami oleh sekitar 100 an kepala keluarga. Mereka semua rata-rata bekerja sebagai petani dan pengelola kebun.
Diantara mereka ada sesosok gadis muda yang memiliki paras lumayan cantik, gadis tersebut baru berusia sekitar 20 Tahunan, gadis itu bernama Bing Bing. Sebagai seorang anak petani biasa, sudah menjadi kebiasaan baginya untuk membantu orang tuanya di ladang dan sawah setiap harinya, hingga kesempatan main sangat jarang ia dapatkan, apalagi dirinya adalah anak semata wayang.
Di desa kecil itu juga terdapat sebuah mata air terjun kecil, dimana dibawahnya ada sungai berair jernih yang mengaliri ladang dan sawah para penduduk. Bagi para pemuda dan pemudi di desa tersebut, mencuci baju sekalian berendam di sungai dekat air terjun merupakan hal yang lumrah. Mereka sering bercanda bersama ketika sedang mencuci dan mandi.
Bing Bing merupakan seorang gadis yang cantik, dengan tubuh tinggi dan kulit yang putih mulus, membuatnya menjadi kembang desa, pembawaannya yang ramah dan sikapnya yang ceria, membuatnya disukai oleh semua orang, khusunya para pemuda.
"BingBing.. Ayo ke air terjun.." Ajak salah satu teman perempuannya sambil menarik tangan gadis tersebut.
"Ok ayo, tapi aku ambil cucian dulu ya..." Bing Bing pun segera berlalu ke rumahnya.
"Kalau begitu, kita ketemuan disana ya, aku berangkat terlebih dahulu.." Teriak temannya.
Bing Bing mengangguk dan segera memungut baju nya yang kotor, saat ini di rumahnya tidak ada siapapun karena hari masih siang dan kedua orang tuanya saat ini sedang ada di ladang. Gadis itu kemudian berjalan santai menuju ke arah air terjun, ketika berada di tengah perjalanan ia berpapasan dengan rombongan prajurit, mereka membawa panji-panji berwarna merah, dengan gambar dua tombak bersilang.
Rombongan yang berjumlah kurang lebih sekitar 25 orang itu belakangan diketahui berasal dari Sekte Tombak Ganda, sebuah sekte besar yang berpusat di sekitar ibu kota. Sekte Tombak Ganda sendiri awalnya merupakan sebuah sekte kecil yang muncul sekitar lima belas tahun silam, perkembangan sekte tersebut dipenuhi oleh kontroversi, selalu mengaku sebagai sekte aliran putih, dan paling pro kepada rakyat kecil. Sekte tombak ganda memang sering mengambil preman jalanan dan juga perampok-perampok kecil sebagai muridnya.
Karena kontroversi ini lah dalam waktu yang relatif singkat, sekte tombak ganda bisa menjadi salah satu sekte besar, sekte tombak ganda juga sering menaruh para murid terbaiknya di jajaran pemerintahan, itu juga yang membuat nama sekte tersebut makin berkibar, meskipun perilaku dari murid muridnya banyak dikeluhkan oleh masyarakat atau rakyat lapisan bawah.
Dikarenakan koneksinya yang kuat dengan pihak kerajaan, maka sumber daya dan juga aliran dana seolah tak pernah putus mengalir ke kas sekte tombak ganda. Hal itu pula lah yang lantas membuat sekte tombak ganda bisa membuka banyak sekali cabang di kota-kota besar di seluruh wilayah kerajaan Han.
Rombongan yang berjumlah sekitar 25 orang pendekar itu dipimpin oleh pendekar muda berilmu tinggi yang bernama Huang Litao.
Huang Litao merupakan seorang pemuda berbakat yang berasal dari sekte tombak ganda, di usianya yang baru menginjak 25 tahunan, ia sudah berhasil menembus tingkatan pendekar raja awal, dan menjadi pemimpin cabang dari sekte tombak ganda. Parasnya lumayan tampan, hanya saja sorot matanya yang memancarkan kekejaman dan perkataannya yang tajam, membuatnya terlihat menakutkan.
Huang Litao juga dikenal sadis dan tanpa ampun, di usianya yang masih remaja, ia sudah membunuh banyak nyawa dari para anggota sekte sesat. Huang tak segan-segan mengeksekusi siapapun yang bersebrangan ideologi dengannya.
Ketika berpapasan dengan Bing Bing, Huang Litao sampai menghentikan laju kudanya karena terpesona oleh kecantikan Bing Bing, pemuda itu nampaknya jatuh cinta pada pandangan pertama. Bahkan ia menatap tanpa berkedip Bing Bing hingga gadis itu hilang dari pandangan.
"Kita akan beristirahat dulu semalam di desa ini, kalian segera buat tenda dan persiapkan makan malam." Perintah Huang Litao kepada bawahannya.
"Baik Tuan, segera laksanakan..." Jawab salah satu anak buahnya, sembari pergi dari tempat tersebut dan menyiapkan semua yanh diperintahkan tuannya.
Huang Litao dan anak buahnya diutus oleh sekte nya kemari setelah beberapa telik sandi mereka mengabarkan bahwa ada beberapa anggota sekte sesat yang sedang bersembunyi di bukit tersebut. Untuk itulah Huang Litao kesini, dia harus memburu dan menangkap salah satu pimpinan dari sekte sesat Serigala Bayangan yang disinyalisir bersembunyi di sekitar tempat tinggal Bing Bing.
...Huang Litao...
...
"Bing Bing.. Kesiniii.." Teriak salah satu temannya sambil melambaikan tangan. Bing Bing yang mendengar teriakan temannya, tersenyum dan segera beranjak menghampirinya.
"Kemana saja, lama sekali? Cucianku hampir selesai.." Ucap temannya sembari memperlihatkan cuciannya yang telah bersih.
"Maaf, tadi mengumpulkan baju-baju kotor terlebih dahulu." Seru Bing Bing.
Hari itu air terjun memang sepi, hanya ada mereka berdua disana. Bing Bing mencuci dengan cepat, sedangkan temannya memilih berendam sekalian, setelah selesai mencuci baju.
BYUUUURRRRRR...
Bing Bing melompat menyusul temannya yang sudah terlebih dulu berendam di bawah air terjun, mereka kemudian tertawa bersama hingga akhirnya menyudahi acara mandi setelah berendam cukup lama, keduanya kemudian berjalan santai menuju desa karena hari juga sudah sore menjelang malam.
Ketika tiba di perbatasan desa, Bing Bing dan temannya sempat dikejutkan oleh adanya beberapa tenda dan juga kuda yang ditautkan di pohon. Namun karena merasa itu bukan urusan mereka, keduanya pun segera berlalu dari sana.
Di lain tempat, beberapa pendekar nampak sedang berjaga di depan sebuah rumah, "Apakah anda kepala desa disini?" Tanya Huang Litao dengan nada dingin yang memprovokasi.
"Be... Benar Tuan.. Kalau boleh tahu, kalian dari mana dan ada urusan apa disini??" Jawab Kepala desa dengan terbata bata.
"Kami dari sekte tombak ganda, kesini dengan sebuah misi, yaitu menangkap para anggota sekte sasat. Apakah engkau mengenali orang ini..?" Tanya Huang Litao sembari menyerahkan gulungan berupa sketsa atau lukisan wajah seorang laki-laki.
"Ti.. Tidak tahu Tuan, desa kami sejak dahulu tak pernah mau mencampuri urusan seperti ini, apalagi ini adalah urusan dunia persilatan."
"Baiklah kalau begitu, sekarang suruh penduduk desamu untuk menyiapkan makanan yang lezat. Kami tunggu di perbatasan desa. Dan ingat jangan macam-macam, jika melihat orang seperti di gambar, segera beritahu kami..!!!" Ancam Huang Litao.
"Baik Tuan, akan segera kami persiapkan.." Jawab kepala desa dengan keringat dingin yang bercucuran. Kepala desa segera berdiri dari duduknya, Lelaki tua tersebut kemudian keluar dari ruang kerjanya dan memberitahu setiap warganya untuk menyiapkan makanan.
"Ayah, Ibu siapa mereka? Dan ada urusan apa mereka di desa kita?" Tanya Bing Bing kepada kedua orang tuanya, setelah mereka selesai makan malam.
"Entahlah, ayah juga tidak tahu. Tapi selama mereka ada disini, lebih baik engkau tidak usah keluar-keluar rumah terlebih dahulu..!!" Tutur sang ayah, mencoba mengingatkan.
"Hah.. kenapa bisa begitu??" BingBing pun merajuk dan memilih untuk masuk ke dalam kamarnya, sedangkan kedua orang tuanya hanya bisa geleng-geleng kepala.
**
TOKKK... TOKKK.. TOKKKK...
Ayah dari Bing Bing terkejut ketika mendengar bunyi ketukan pintu di malam buta, lelaki separuh baya itu pun berjalan sempoyongan dan membuka pintu rumahnya.
"Apa yang kalian lakukan malam-malam begini??" Tanya sang ayah kepada beberapa pendekar yang memaksa untuk masuk.
"Kami harus memeriksa tiap rumah, karena kami mendapat laporan bahwa ada anggota dari sekte sesat yang bersembunyi di salah satu rumah warga." Jelas salah satu pendekar dengan tingkah yang angkuh.
"Tidak ada siapapun disini kecuali aku, istriku dan anak perempuanku..!!" Jawab sang ayah.
"Kalau begitu menyingkirlah supaya tugas kami cepat selesai, atau engkau akan kami tangkap karena mencoba menghalangi pemeriksaan..!!!" Pendekar tersebut memamerkan seringai nya yang menakutkan.
Beberapa pendekar kemudian masuk dan langsung menggeledah setiap ruangan yang ada di rumah tersebut, tak terkecuali kamar Bing Bing yang digedor paksa karena gadis itu sedang terlelap dengan nyenyaknya.
"Ada apa ini ayah??" Tanya Bing Bing yang ketakutan begitu melihat ada beberapa pendekar memasuki kamarnya.
"Tenanglah, mereka hanya menggeledah.." Ucap ayah Bing Bing, mencoba untuk menenangkan putrinya.
"Syukurlah tidak ada apa-apa disini, tapi anak gadismu cukup cantik juga.. Apakah boleh jika aku memperistrinya?" Goda salah seorang pendekar.
"Maaf, tapi putri kami masih kecil dan belum cukup umur untuk menikah.." Jawab sang ibu yang dari tadi memilih untuk diam.
"Baiklah kalau begitu, kami mohon pamit terlebih dahulu.." Seru salah seorang pendekar yang daritadi menjelajahi tubuh Bing Bing dari atas sampai bawah.
BRAKKKK...
Ayah segera menutup dan mengunci pintu begitu para pendekar keluar dari rumahnya, ketiganya berpelukan, sedangkan sang ibu tak lagi kuasa untuk menahan tangisnya.
"Sudahlah bu, tidak usah dipikir.. Siapa juga yang mau menikah dengan orang seperti mereka.." Celoteh Bing Bing polos, membuat sang ayah tersenyum.
Keesokan paginya, hampir seluruh warga membicarakan tentang penggeledahan paksa yang dilakukan oleh pendekar dari sekte tombak ganda di malam buta, mereka beramai ramai mendatangi rumah kepala desa untuk menyatakan keberatannya.
Namun nyali mereka langsung ciut seketika, ketika melihat tubuh kepala desa yang bersimbah darah. Tubuh lelaki tua itu diseret dari rumahnya dengan sangat kasar dan tak manusiawi.
"Ahh, tuan dan nyonya.. Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya Huang Litao dengan nada dingin.
"Kenapa kepala desa bisa jadi seperti itu?" Tanya salah satu pemuda, memberanikan diri.
"Itu karena kepala desa kalian menyembunyikan buronan.." Jawab Huang dengan santai.
"Tidak mungkin, kepala desa tidak mungkin melakukan hal tersebut..!!" Sanggah sang pemuda yang mulai mendapat persetujuan warga.
"Sayangnya bukti-bukti yang kami dapatkan, mengatakan sebaliknya.." Huang mengakhiri sesi debat dengn seringai sinis, dan meninggalkan para warga yang geram.
Tak jauh dari sana, Bing Bing yang sedang membantu kedua orang tuanya di ladang, di hampiri oleh dua orang pendekar.
"Selamat sore nona, kami mendapat perintah untuk membawa anda ke tenda, sebagai saksi bagi kepala desa.." Ucap salah satu pendekar.
"Saksi..?? Saksi apa? Saya tidak merasa melakukan atau melihat sesuatu yang mencurigakan..!!" Bantah Bing Bing.
"Untuk masalah itu, biar ketua Huang yang memutuskan." Jawab pendekar tersebut.
"Hentikan, jangan sekali kali kalian membawa anakku..!!!" Teriak sang ayah sambil mengacungkan parang.
"Apakah engkau hendak melakukan makar kepada kaisar??" Bukannya takut, salah satu pendekar malah menantang balik sang ayah yang kini mundur sambil gemetar.
"Cukup..!! Aku akan ikut dengan kalian." Seru Bing Bing saat melihat pendekar tersebut hendak mencabut pedang miliknya.
"Aku akan baik-baik saja, kalian tunggulah di rumah." Gumam Bing Bing lirih kepada kedua orang tuanya, gadis itu pun memeluk mereka sebelum akhirnya pergi bersama kedua orang pendekar suruhan Huang Litao.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!