NovelToon NovelToon

Kupilih Hatimu

episode 1

"Tri ... tolong antar pelanggan kita ke ruang pemandian no 24." Ike sang pemilik pemandian memberikan perintah pada Tri. Tri adalah pegawai tetap di pemandian air panas milik Ike. Mereka bertetangga di kampung Caroge-Karawang. Ike ke ibu kota untuk kuliah dan memulai usaha baru. Ike adalah gadis dari keluarga berada, sedangkan Tri adalah anak yang diusir ibu kandungnya sendiri karena di fitnah oleh ayah tirinya.

*flashback 2tahun lalu*

Ike meminjam uang dari ayahnya untuk memulai berbisnis sambil kuliah di Jakarta, saat hendak berangkat ke Jakarta, Ike melihat Tri yang sedang berjongkok di halte.

 

Tri menunduk dengan wajah yang disembunyikan di lututnya yang tertekuk. Ike memang satu sekolah dengan Tri saat SMA, tapi tak pernah sekelas jadi mereka tak begitu akrab. Ike menghampiri dan duduk di halte.

 

"Kenapa nangis, Teh? putus cinta ya?" sapa Ike. Tri mengangkat wajahnya dan menghapus air matanya.

"Kamu siapa? Saya gak kenal kamu, jadi jangan urusi urusanku," Jawab Tri tegas namun pelan.

"Aku anak Mandor Karta. Pemilik perkebunan teh disini. Sekarang kau sudah mengenalku. Sebutkan namamu!" perintah Ike pada Tri. Tri menyebutkan namanya.

"Kau mau kemana?" Tri mengusap airmatanya.

"Aku akan pergi ke Jakarta untuk kuliah. Kau melanjutkan sekolahmu?" Ike balik bertanya.

"Heh, jangankan kuliah, tempat tinggal saja aku tidak punya." Tri mendengus frustasi.

"Pasti ibumu lagi!" ujar Ike.

"Bagaimana kau tahu?" Tri merasa heran, kenapa Ike tahu masalah ibunya.

"Tak usah heran. Satu sekolah juga tahu bagaimana ibumu memperlakukanmu. Melihatmu sekarang membuatku menyimpulkan satu hal, kau diusir apa aku benar?" Ike menatap lurus ke mata Tri. Tri menunduk sedih dan membuat Ike tersenyum karena tebakannya benar.

"Apa kau mau ikut denganku ke Jakarta?" Ike menawarkan.

"Jika aku punya uang, aku sudah dari dulu pergi jauh. Kemanapun itu asalkan menjauh dari ibuku," jawab Tri.

"Kau tak perlu uang jika kau ikut denganku. Kita ke Jakarta naik mobilku dan disana aku punya pekerjaan untukmu. Jadi kau akan menghasilkan uang untukmu sendiri, apa kau tertarik?" Ike menawarkan Tri ikut dengannya.

"Pekerjaan apa itu?" Tri takut Ike berniat menjualnya atau semacamnya.

"Pelayan di tempat pemandian air panas milikku, kau mau?" Ike kasihan pada Tri, yang diperlakukan bak anak tiri oleh ibu kandungnya sendiri.

"Iya,,aku mau!" jawab Tri dengan sumringah.

"Ya, udah. Yuk naik!" ucap Ike membuka pintu mobil bagian depan, di sebelah kemudi. Lalu dia masuk dan duduk dibelakang kemudi, mobil itu pun melaju ke Jakarta.

*flashback off*

"Mari nyonya saya antar," ucap Tri.

"Nyonya kamu bilang! Heh, pelayan sialan, aku ini belum menikah!" bentak pelanggan itu pada Tri.

"Maaf, Nona saya tidak tau. Maafkan saya." Tri membungkukkan badan berkali-kali. Pelanggan itu tidak menggubris permintaan maaf Tri, tapi langsung masuk ke ruang pemandian.

"Fiiuuhhh." Tri mengusap keningnya. Dia berjalan kembali ke depan, ke bagian pemesanan. Dia duduk di sofa dengan kesal.

"Maaf, ya. Kamu pasti stress sama pelanggan itu, " ucap Ike.

"Ke. Kamu kalo malam kemana sih? Aku heran karena setiap pulang pasti berdua, tapi selalu dengan orang yang berbeda. Kamu ga jual diri kan, Ke?" Tri menatap Ike dengan tajam.

"Ga, lah. Kamu gak usah khawatir, aku tidak akan jual diri. Sebentar lagi kuliahku lulus dan aku akan menikah dengan tunanganku. Tidak mungkin aku menjual hal berhargaku!" jawab Ike panjang lebar.

"Terus... kamu kemana kalo gitu? Terus mereka siapa?" tanya Tri heran.

"Aku akan memberitahumu, tapi kamu jangan berisik!" jawab Ike sambil tengak tengok ke kiri dan ke kanan. Dia bicara dengan suara pelan, Tri mengangguk dan setuju untuk tidak berisik.

"Aku jadi pacar sewaan," ucap Ike berbisik. Tri melotot tak percaya.

"Pacar sewaan, maksudnya gimana?" Tri heran, bagaimana bisa pacar disewa.

"Ya, gitu Tri. Jadi kadang ada jomblo yang mau hadir ke reuni sekolah, tapi malu gak punya pasangan. Nah disitu aku jadi pacarnya, nemenin dia ke reuni terus pulang dibayar deh. Lumayan juga aku jadi ganti pacar tiap hari, hahaha," Ike tertawa. Sedang Tri cuma geleng-geleng kepala.

"Mau coba gak jadi pacar sewaan, hum?" tanya Ike berbisik. Tri menegang kaku, saat ditawari hal konyol oleh Ike.

"Tri... kamu dah dua tahun kerja di tempatku, tapi kau belum bisa mengumpulkan uang untuk kuliahmu. Aku sebentar lagi lulus malahan. Lumayan Tri, uangnya buat daftar kuliah kamu, kita gak jual diri kok. Yah paling jauh cuma ciuman, kaya sama pacar aja gitu, kalo mau nanti aku kasih kamu, kalau ada orderan," ucap Ike. Tri tersenyum tulus pada Ike. Tri berpikir apa salahnya mencoba, yang penting tidak menjual kehormatannya.

 

Seminggu kemudian, Ike mendapat pelanggan dan menawarkan pada Tri. Tri menyanggupinya. Jam lima sore setelah pemandian di tutup, Ike membawa Tri ke kamarnya. Tri menatap takjub, semua barang disini adalah barang-barang mahal bagi Tri, tapi biasa saja bagi Ike.

 

"Sini duduk, aku dandanin kamu," Ike mendudukan Tri di depan meja rias lalu mendandaninya, setelah selesai Ike meminjamkan bajunya pada Tri.

"Hah, harus pake ini?" tanya Tri saat Ike memberikan dress ketat berwarna navy. Dress dengan tali sphageti menyilang itu terlalu sexy menurut Tri.

"Iya ... gapapa Tri. Percaya sama aku,: ucap Ike. Tri akhirnya memakainya.

Tid tiid.

"Tri, udah belum?" tanya Ike karena Tri tak keluar keluar juga. Tri akhirnya keluar dengan rambut digerai kesamping, dandanan tebal yang Ike pakaikan pada Tri bertujuan agar Tri terlihat lebih matang.

"Wahh! Tri cantik banget! Ya, udah yuk. Itu pelanggannya dah nglaksonin aja dari tadi. Tri berjalan keluar bersama Ike. Sampai di dekat mobil yang terparkir, di depan tempat pemandian itu. Ike dan Tri tinggal di rooftop tempat pemandian.

"Hai, Mas," sapa Ike.

"Hai, Ke. Loh ko gak dandan?" ucap pria itu.

"Gini, Mas, hari ini Mas sama sodara saya aja ya?" ucap Ike.

"O, gitu. Ya gapapa, uangnya transfer ke siapa nih?" tanya pria itu kembali.

"Langsung sama Ana aja Mas. Mas minta aja nanti sama Ana nomer rekeningnya!" jawab Ike.

"Ya udah, kalau gitu Mas jalan," pamitnya pada Ike. "Ayo Ana, kita berangkat!" pria itu membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Ana masuk dan mobil itu meluncur ke restoran mewah yang berada disamping club malam.

"An, dari tadi kamu diem aja. Kenapa?" tanya pelanggan Ana.

"Iya pak, soalnya baru pertama kali," jawab Ana.

"Jangan panggil pak. Panggil sayang. Saya kesini karena ibu menyuruhku datang untuk kencan buta. Jadi aku bawa kamu buat aku kenalin sebagai pacar. Kalo kamu bilang pak nanti aneh," ucap di pria.

"Oh, maaf. Saya akan berusaha sebaik mungkin," jawab Tri.

 

Tak lama datang seorang wanita menghampiri mereka. Dia wanita tinggi bak model, tapi dari wajahnya terlihat sangat angkuh, dan pria itu tak suka wanita sombong dan angkuh.

 

"Kalau tidak salah, bukankah ini meja reservasiku? Kenapa kalian disini?" tanya wanita itu dengan tangan bersedekap. Tri dan pria itu berdiri.

"Kenalkan, saya Samy, yang mempunyai janji dengan Anda. Dan ini pacar saya Ana," pria itu mengulurkan tangannya, tapi tidak disambut oleh wanita itu.

"Jadi kamu yang namanya Samy. Dan kamu wanita ******, apa kau tahu kalau Samy sudah dijodohkan denganku, hah!" wanita itu membentak Ana dan Ana mulai berakting. Ana sembunyi dibalik pria itu.

"Sayang aku takut pada wanita ini. Kenapa kamu kenalin aku sama mak lampir sih sayang," Ana pura-pura manja pada pria itu. Lalu pria itu berkata.

"Meskipun kau dijodohkan denganku, tapi hatiku cuma milik Ana seorang," ucap pria itu, lalu merangkul pinggang Ana dan pergi dari sana. Wanita itu terlihat sangat kesal. Mereka berjalan menuju parkiran dan masuk ke mobil, tapi tak segera menjalankan mesin. Lelaki itu terpesona pada wanita yang disewanya.

"An, maukah kamu menikah saja denganku?" tanya pria itu.

"Maaf mas, saya gak bisa," tolak Tri dengan halus.

("Pria ini gila kali. Mana mau saya nikah sama dia. Kenal sekali ini aja deh ga mau aku temanin dia lagi") batin Tri.

"Kalo cium boleh?" tanya pria itu.

"Eh, haah! Ci ... cium?" tanya Ana gugup.

"Iya. Aku biasa sama Ike ciuman dulu sebelum pisah?" jawab pria itu enteng lalu mendekatkan tubuhnya pada Ana dan cup, pria itu mencium pipi Ana lalu beralih ke mulut Ana. Ana menghalangi menggunakan telapak tangan. Pria itu menurunkan tangan Ana lalu memegang kedua tangan Ana dan mencium lembut bibir Ana.

 

Ana menegang kaku, itu ciuman pertamanya tapi ciuman itu justru diambil orang yang tak dia kenal. Ana merasakan bibir itu menghisap bibir bawah dan bibir atasnya bergantian. Lima menit kemudian pria itu melepaskan ciumannya.

 

"Ciuman pertamamu ya?" tanyanya.

"Iya," jawab Ana malu malu.

"Ok, karena aku sudah mengambil ciuman pertamamu, jadi aku tambah bonus buat kamu lima juta,"tawar pria itu.

"Haah!! Lima juta?" Tri bertanya tak percaya. Kalau bonusnya segitu kira kira bayarannya berapa, itulah yang sedang terlintas di kepala Ana.

"Kurang ya? Ya udah aku kasih kamu dua puluh juta berikut bayaran kamu jadi pacar pura-pura saya," ucap pria itu.

"Mana nomer rekeningmu?" tanya pria itu sambil membuka M-banking. Ana memberikan nomer rekeningnya. Pria itu mentransfer uang dua puluh juta dan menunjukkan ponselnya pada Ana.

"Sudah kutransfer, kau lihat?" tanya Samy.

"Terima kasih," ucap Ana sembari mengangguk.

"Boleh minta nomer ponselmu?" tanya Samy.

"Maaf aku tidak bisa," jawab Ana.

"Oh gapapa. Nanti jika aku butuh aku telpon Ike," jawab Samy. Dia lalu menjalankan mobilnya dan mengantar Ana kembali ke rumah. Setengah jam kemudian mereka sampai di depan rooftop, Ana hendak keluar tapi tangannya ditahan Samy. Samy kembali mencium bibir Ana.

Ana melenguh, tapi kemudian memekik kecil karena Samy mencubit pinggang Ana. Samy tersenyum mendengar jeritan kecil Ana.

"Kiss bye. Setelah ini semoga kita bisa bertemu lagi Ana!" ucap Samy. Ana pun keluar dari mobil, lalu naik ke rooftop dari tangga samping pemandian Ike. Ana berlari masuk ke dalam rooftop.

"Ikeee ... huuuuuwwuhh," Tri memanggil Ike. Ike keluar dari kamarnya.

"Apa sih Tri sayang? kamu teriak-teriak bahagia bener, kenapa hum?" tanya Ike.

"Aku bisa daftar kuliah tahun ini ... huuu," Tri terus berteriak girang.

"Syukurlah, memang dikasih berapa Tri?" tanya Ike. Tri memberi kode dua jari.

"Dua juta?" jawab Ike. Tri menggeleng.

"20juta!!"jawab Tri.

"Haahh! Serius? Itu gede banget Tri. Wah, ini memang rejeki kamu. Tri, dia tidak apa-apain kamu kan?" tanya Ike khawatir. Tri menggeleng.

"Syukurlah." Ike bernafas lega.

 

Sejak hari itulah, Triana resmi jadi pacar sewaan. Dan hari ini dia akan mendaftar kuliah. Setelah dua bulan kemudian, hampir setiap hari ada saja yang memakai jasanya untuk menjadi pacar pura-pura mereka. Dan tabungan Triana benar-benar langsung melambung, berkat Ike mulai sekarang Triana punya tarif yang lumayan tinggi. Tarif Ana satu jam satu juta, terkadang ada yang menyewanya beberapa jam karena acara keluarga.

Uang itu Triana pakai untuk membeli baju, sepatu, tas, dan barang-barang dua model style. Karena mulai besok Triana akan masuk kuliah. Triana harus menyembunyikan identitasnya. Karena itu Triana akan menjadi Tri saat di kampus, dan menjadi Ana disaat menjadi pacar pura-pura.

Triana menggunakan style anak kutu buku, yang tanpa make up dengan kaca mata besar dan rambut dikuncir dua, dan ditaruh kedepan pundaknya. Sedangkan Ana selalu berpakaian sexy dengan rambut ikalnya di gerai, Ana selalu tampil dengan make up yang terkesan menggoda bagi para pria.

 

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

***keesokan hari

 

Triana sudah bangun jam 7 pagi, hari ini kelas pertamanya dimulai jam 8. Setengah delapan Tri sudah siap dan keluar dari kamar berpapasan dengan Ike, yang akan membuka pintu pemandian air panas.

 

"Ha ha haaa, Tri ... ya ampun, kamu. Sumpah ga kuat aku lihat kamu ... cupu banget!!" Ike tergelak tak mau berhenti, melihat dandanan Tri.

"Loh kan ini penyamaran paling keren. Tuh buktinya kamu aja pangling sama aku. Jadi aku bakal aman," ucap Triana.

"Tapi Tri, jadi anak cupu dan kutu buku itu sering ditindas. Apa kamu kuat kalo ditindas?" tanya Ike khawatir. Tri hanya tersenyum.

"Terima kasih, Ike sayang. Kamu selalu jadi yang paling peduli sama aku, sejak pertama kita kenal. Cuma kamu yang memperhatikanku. Hikkk hikkk," Triana menangis terharu sambil memeluk Ike.

"Udah, udah, make up kamu luntur nih ke baju aku, dasar pake bedak dikit luntur pisan, kumaha atuh jadi tambah jelek! hehe," Ike meledek Triana.

"Ya udah, aku jalan muuaachh," Triana cipika cipiki lalu berangkat ke kampus menggunakan bus. Triana berencana membeli mobil tetapi uangnya belum cukup. Ike mengantar Triana turun dari rooftop mereka. Ike berdiri sampai bus yang dinaiki Triana berlalu dari pandangannya. Hari baru untuk Tri pun dimulai dari hari ini.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

halo readers

saya berharap novel yang ini bisa diterima baik oleh tim MT maupun para readers.

please like n komennya readers

karena berkat komenan komenan kalian

aku bersemangat untuk tetap berkarya

aku ingin karyaku bisa menghibur para readers

love you all muachh

episode 2

Tri sudah sampai di depan kampus elite swasta. Hal pertama yang dia lakukan adalah pergi ke kantor dekan, setelah selesai mengurus semua keperluannya, diapun pergi menuju ruang kuliahnya. Tri mengambil jurusan seni lukis, karena Tri senang dengan lukisan pemandangan indah. Tri merasa akan sangat menyenangkan, jika dia bisa melukis sendiri pemandangan yang dilihatnya.

 

Hanya beberapa orang saja yang hadir di kelas melukis. Tri merasa hal itu lebih baik, karena dia tidak perlu berinteraksi dengan banyak orang. Kelas bahkan belum dimulai, tetapi Tri sudah mendapat telepon dari Ike. Ike terdengar sangat kebingungan.

"Ya, Ke. Ada apa?" tanya Tri saat menerima telpon dari Ike.

"Tri, aku mohon kamu pulang Tri. Pulang secepatnya," ucap Ike

tut tut tut

"Aduh ... masa iya aku bolos di hari pertama kuliah, tapi Ike sepertinya sedang ada masalah?" Tri bergumam bingung. Tapi akhirnya dia keluar dari ruangan itu dan berlari, ia khawatir pada keadaan Ike. Tri berlari tergesa-gesa sampai menabrak dosen yang membawa setumpuk buku.

Brukk.

Semua buku yang dipegang dosen terjatuh.

"Maaf, Pak saya tidak sengaja!" Tri memungut semua buku yang berjatuhan, dia tidak sadar kalau kaca matanya juga terjatuh. Tri berdiri dan menyerahkan buku yang sudah dipungutnya. Dosen pria itu masih muda, Tri dan Pak Dosen saling tatap dengan pikiran yang saling menilai satu sama lain.

"Dia terlihat baik-baik saja tanpa kacamata? Apa itu hanya kacamata biasa?" ucap batin Dosen itu.

"Kenapa saat bertabrakan dengannya, aku merasa gugup? Jangan-jangan aku bakal kena masalah? Ah, masa bodo. Aku harus bergegas," ucap Tri dalam hati.

"Sekali lagi, saya minta maaf, Pak. Saya permisi, Pak!" Tri undur diri tanpa menunggu ucapan Dosen, dia langsung berlari ke parkiran gedung perkuliahan itu.

"Heii ... kaca matamu!!" teriak Dosen pria itu, tapi Tri sudah naik ke dalam taksi dengan sangat cemas.

***

Triana sampai dua puluh menit kemudian. Sebelum masuk ke dalam tempat pemandian, Tri melihat dua unit mobil sedan berwarna hitam, dengan masing masing dijaga satu orang bodyguard. Triana jadi makin cemas. Setelah masuk ke pemandian, Tri melihat Ike yang duduk disofa dengan menunduk, dan didepan tempat Tri duduk, berdiri tiga orang yang memakai setelan jas hitam. Sama persis dengan yang dilihat Tri di luar.

  

Tri menghampiri Ike, yang sedang duduk dengan ketakutan. Ike lalu membawa Tri ke salah satu ruang pemandian, untuk berbicara berdua. Setelah sampai di dalam ruang pemandian di lorong paling ujung, mereka masuk dan mengunci pintunya.

"Tri, gimana ini Tri?" tanya Ike kebingungan.

"Gimana apanya? Kamu ceritain dulu, Ke! Mereka siapa? Dan ada masalah apa?" Tri tidak mengerti arah pembicaraan Ike.

"Mereka ingin menyewaku, dan mengancam akan menuntut dan memenjarakanku jika aku tidak bersedia!" Ike terlihat sangat frustasi.

"Ke, aku gak ngerti? Coba kamu bicara pelan-pelan dan jelaskan detailnya agar aku mengerti, Ke!" Tri semakin bingung.

"Gini, Tri. Mereka ingin menyewaku untuk menikah, dengan tuan dari mereka. Mereka mengancam, aku tidak boleh menolak. Mereka bilang akan melaporkan kita, karena menjadi wanita sewaan, karena itu ilegal melanggar hukum, tapi aku gak bisa, Tri. Dua bulan lagi aku akan menikah dengan tunanganku, lalu gimana mungkin sekarang aku harus menikah dengan orang lain Tri, hikss hikkss...." Ike benar-benar sangat bingung dengan keadaan itu. Tri akhirnya memutuskan untuk menggantikan Ike.

  

Ike adalah orang yang sangat Tri sayangi, jadi mana mungkin Tri tega membiarkan Ike menderita. Tri akhirnya memutuskan menggantikan Ike. Lagipula ia tidak memiliki kekasih apalagi tunangan, jadi dia tidak sebingung Ike.

"Ke, biar aku saja yang menikah dengan Tuan dari mereka. Kamu tidak perlu khawatir lagi, tenanglah. Lagipula aku kan tidak punya pasangan, anggap aja aku dapat jodoh, hi hi!" ucap Tri berkelakar. Tri mencoba tegar dihadapan Ike, Tri tidak mau Ike mengkhawatirkannya.

"Tri, kamu yakin? Ini pernikahan sungguhan Tri! Bukan berpura-pura seperti yang biasa kita lakukan. Aku juga tidak melihat Tuan mereka. Bagaimana jika Tuan mereka, pria tua dengan banyak istri?" tanya Ike khawatir.

"Gapapa Ke. Aku yakin dengan keputusanku." Tri meyakinkan Ike agar tak khawatir padanya. Tiba-tiba terdengar ketukan.

Tok tok tok.

"Nona, kami sudah lama menunggu. Jangan sampai kami pergi sekarang, dan melaporkanmu ke polisi!" ancam pria dibalik pintu. Ike dan Tri pun keluar, lalu kembali ke depan dan duduk kembali di sofa.

"Tuan, biarkan saya yang menikah dengan Tuanmu. Saudaraku ini tidak bisa, karena ia akan menikah dengan tunangannya!" ucap Tri.

"Tidak masalah, karena Tuanku hanya butuh status dan surat nikah. Dia harus segera menikah, agar seluruh warisan kakeknya bisa dilimpahkan padanya sebelum kakeknya meninggal," jelas sang pria berbaju hitam, yang terlihat lebih tua dari yang lain.

"Saya akan bacakan peraturan dari pernikahan ini. Pertama, Anda harus mau menikah detik ini juga. Kedua, Anda tidak perlu bertanya ataupun mencoba mencari tahu siapa tuan kami. Ketiga, Anda tidak boleh menikah dengan orang lain lagi, dan jika suatu saat tuan kami mendatangimu, maka kau tidak boleh menolaknya. Itu adalah poin dari perjanjian pernikahan yang diajukan Tuan." Pria itu menyerahkan surat perjanjian itu pada Tri. Dia membacanya dengan teliti dan Tri mengajukan satu persyaratan.

"Bisakah aku mengajukan satu syarat?" tanya Tri.

"Silahkan Nona katakan, nanti saya sampaikan pada Tuan," jawab pria itu.

"Aku ingin setelah pernikahan ini, tolong biarkan aku hidup seperti semula lagi. Jangan mencariku atau memata-mataiku, biarkan aku bebas dengan hidupku!" ucap Tri.

"Baiklah Nona, saya akan menelepon Tuan sebentar, saya permisi." Pria itu pergi keluar. Tri dan Ike menunggu dengan cemas. Hanya persyaratan itu yang akan jadi pelindungnya dikemudian hari. Pria itu masuk kembali, Tri dan Ike saling berpegangan dengan cemas.

"Tuan kami setuju dengan syarat Nona. Silahkan Nona tulis syarat yang Nona ajukan di surat perjanjian dan segera di tanda tangani!" pria itu menyerahkan bolpoint pada Tri. Tri menulis syaratnya dan berkata pada pria itu.

"Apa aku boleh meminta tolong pada anda, Tuan?" ucap Tri.

"Akan saya coba, jika saya mampu saya akan menolong Anda," jawab pria itu.

"Bisakah, Anda rahasiakan wajah saya dari Tuanmu?" tanya Tri dengan ragu.

"Baiklah, saya berjanji, Nona," ucap pria itu.

  

Tri menanda tangani surat perjanjian, lalu ia memberikannya kembali pada pria paruh baya itu. Pria itu memberikan cek senilai 500 juta, serta sebuah kartu ATM berwarna gold.

"Ini adalah uang kompensasi, untuk membeli status anda. Karena setelah pernikahan ini, Anda tidak boleh menikah dengan pria manapun. Anda boleh mempunyai pasangan, tetapi tidak untuk menikah, apakah Anda mengerti Nona?" ucap pria itu. Tri mengangguk.

 

Mereka segera pergi ke KUA dan mendaftar atas nama Lanzi Leonard dan Triana Safitri. Mereka berada di ruangan khusus dan langsung melakukan akad nikah saat itu juga, dengan mempelai pria mengucap sumpah lewat telepon. Acara selesau dan Tri sekarang sudah sah menyandang gelar Nyonya Lanzi. Pria itu mengantar Tri kembali ke pemandian.

"Hah, selesai juga," ucap Tri sambil menghempaskan tubuhnya di sofa, dengan helaan nafas lega. Ike menghampirinya.

"Gimana Tri? Sudah beres?" tanya Ike penasaran.

"Hem, sudah beres, kamu gak perlu khawatir lagi," jawab Tri.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

**dikampus

 

Pria yang bertabrakan dengan Tri tadi ternyata dosen fakultas seni di mana Tri terdaftar. Dia sudah berdiri di depan kelas dan memandang sekeliling.

 

"Hmm... perhatian semua!" ucap sang Dosen berdehem. Semua mahasiswa dan mahasiswi memperhatikan ke depan.

"Perkenalkan, saya Aryan Navis, saya Dosen pengganti sementara di fakultas seni. Karena bu Sisi cuti hamil dan melahirkan, jadi selama 6 bulan kedepan, saya yang akan membimbing kalian. Baik karena saya sudah memperkenalkan diri, sekarang waktunya absen, agar saya mengenal kalian!" Aryan mengabsen satu persatu muridnya. Sampai saat absen terakhir disebutkan, tak ada sahutan. Murid fakultas seni hanya ada 23 orang termasuk Tri.

"Triana Safitri." Aryan menyebutnya sekali.

"Triana Safitri, tidak ada?" tanya Aryan. Semua murid menggeleng.

"Ok. Triana bolos di hari pertama kuliah. Apa hanya segini murid fakultas seni?" tanya Aryan.

"Iya, Pak," jawab mereka kompak.

"Sekarang kita mulai pelajaran melukis kita, dengan gambar sketsa sederhana dulu. Kalian boleh hanya menggambar sketsa bunga, teko, lilin dan sebagainya, dengan catatan satu gambar saja. Sekarang silahkan kalian gambar, nanti saya akan cek satu persatu!" Aryan lalu duduk di depan meja yang disediakan untuk Dosen.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

***di rumah Tri

"Ke, aku pergi dulu ya?" pamit Tri pada Ike.

"Mau kemana?" tanya Ike.

"Aku mau pergi ke Bank untuk mencairkan cek ini. Aku ingin menyimpan separuh uangnya dan separuhnya aku ingin membeli mobil, untuk kendaraan ke kampus. Karena angkutan umum itu tidak bisa diandalkan saat terlambat," ucap Tri.

"Oh begitu. Em... Tri kamu baik-baik aja kan?" tanya Ike khawatir.

"Aku baik-baik aja, Ke. Kamu ga percaya?" tanya Tri.

"Aku khawatir kamu akan menderita!" Ike merasa bersalah, karena gara-gara dia yang punya ide konyol pacar sewaanlah, yang akhirnya membuat mereka mendapat masalah.

"Ke. Aku gak papa kok. Malah senang dapat uang banyak, bisa beli apapun yang aku mau. Kamu lihat, Atm ini pasti menyimpan uang yang lebih banyak. Udah ah aku berangkat dulu, tar keburu gak sempat ke Bank lagi!" Tri melangkah pergi dan melambaikan tangannya pada Ike. Ike membalasnya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

**di mobil di depan kampus Tri

"Halo Tuan, semua sudah beres. Saya akan mengurus semua pemindahan aset Tuan Leonard. Tapi Tuan Leonard ingin bertemu dengan istri Anda Tuan!" ucap pria tua berbaju hitam, yang tadi bersama Tri.

"Kalau begitu, kau minta dia menemui kakekku, sekali ini saja!"ucap pria diseberang telepon.

"Baik, Tuan!" ucap pria tua itu lalu menutup telpon.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

***di ruang fakultas seni

 

Sudah dua jam berlalu, Aryan pun mulai berkeliling, melihat satu persatu sketsa yang sedang digambar muridnya.

 

"Ini bagus, lanjutkan!" ucap Aryan pada seorang mahasiswa.

"Terima kasih, Pak" jawab mahasiswa itu. Aryan menepuk pundaknya pelan. Aryan berkeliling kembali. Di kaca jendela fakultas seni, banyak para mahasiswi yang berkerumun, mengintip Dosen baru fakultas seni.

 

Aryan memang punya paras yang tampan, dengan tatanan rambut style ala aktor K-pop. Dengan celana hitam dan kemeja putih panjang, yang lengannya digulung menjadi 3/4, tampang Aryan benar-benar membuat para mahasiswi berdebar, takkala dia menoleh dan tersenyum pada mereka.

"Wooo, gue ga tahan sama senyumnya, wuhh ... manis banget, bikin gue meleleh," ucap salah seorang mahasiswi.

"Ngarep lo, mana mau dia sama lo. Cocoknya tuh dia sama gue hahaha," balas mahasiswi di sebelahnya.

 

Saat mereka bicara seperti itu, tepat saat Nancy and the genks melewati mereka. Mereka berhenti di dekat kerumunan mahasiswi yang sedang memuji Aryan.

 

"Ada apaan sih, pada ngumpul depan kaca fakultas seni?" tanya Mela teman se-genk Nancy.

"Itu kak Mela, ada Dosen baru di fakultas seni. Ganteng banget, masih muda lagi!" jawab mahasiswi yang tadi berdebat. Nancy and the genk melongok ke dalam, dan seketika itu pula Nancy terpesona pada Dosen baru itu.

"Mel ... besok gue harus tambah mata kuliah jurusan seni!" ucap Nancy serius.

"Ok. Nanti gue urus sepulang kuliah, dan besok kita akan masuk fakultas seni," jawab Mela.

"Kalian aja deh, aku gak mau.Capek kalo tambah mata kuliah lagi. Gapapa kan aku ga ikut?" tanya Dinar teman Mela dan Nancy.

"Gapapa, lagian gue masuk fakultas seni bukan buat belajar ngelukis, tapi gue mau deketin Dosen ganteng itu," ucap Nancy.

"Iya, gue dukung lo ko, Nan. Dan gue yakin tu Dosen bakal berhasil lo taklukkin," ucap Mela dengan yakin. Mereka pun berlalu pergi dari sana.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

***Di rumah Tri

 

Tri selesai mengurus urusannya di Bank, lalu Tri membeli mobil sedan merah yang sangat elegan dengan ban sporty. Tri pulang ke rumah menggunakan mobil itu. Mobil itu bukanlah mobil baru, tapi mobil tarikan dari orang, yang tak sanggup membayar kreditannya. Tri membayar tunai mobil itu seharga 200juta. Saat sampai di depan rumah, Tri menegang kaku, melihat dua mobil sedan hitam yang tadi pagi datang membawa pria tua dan para bodyguard.

 

"Ada apa lagi ini?" pikir Tri dalam hati.Tri turun dari mobilnya dan bergegas masuk. Dan benar saja Tri melihat pria tua itu sedang duduk di sofa dengan ditemani Ike di depannya.Tri bertanya-tanya kenapa mereka datang kembali, setelah setuju untuk memberikan Tri kebebasan setelah pernikahan selesai.

"Kenapa kalian datang lagi?" tanya Tri penuh kewaspadaan.

"Maaf, Nyonya saya ada permintaan pada nyonya. Bisakah Nyonya bertemu dengan kakek Tuan Lanzi sekali ini saja, untuk meyakinkan Tuan Leonard bahwa Tuan Lanzi memang sudah menikah," ucap pria itu.

"Dan ini perintah Tuan Lanzi, Anda tidak bisa menolak, Nyonya," sambungnya lagi.

"Aku bukan Nyonya kalian, dan aku bersedia hanya untuk kali ini saja. Ok!!" jawab Tri. Pria tua itu mengangguk dan mempersilahkan Tri berjalan lebih dulu ke mobil mereka. Tri pun masuk ke mobil sedan hitam, dan pergi bersama pria paruh baya itu. Mobil melaju menuju rumah kakek Lanzi.

episode 3

Tri dan para bodyguard Lanzi itu sampai di rumah Leonard kakek Lanzi setelah satu jam perjalanan.Tri tidak memperhatikan jalan,entah ke daerah mana mereka pergi.Tri tidak ambil pusing karena dia juga berpikir hanya akan kemari sekali ini saja.Pria tua itu membawa Tri memasuki rumah mewah bak istana

Kepala asisten rumah tangga disana menghampiri dan menyambut Tri dengan sopan

"Selamat datang nona"ucap Seorang wanita oaruh baya yang menjadi kepala asisten rumah tangga.Tri hanya mengangguk dan tersenyum.Wanita itu lalu menunjukkan jalan ke kamar kakeknya Lanzi

"Mari ikuti saya.Tuan sudah tidak sabar bertemu nona"ucap wanita itu

ceklekk..pintu ķamar itu terbuka

"Silahkan nona mari masuk"ucap kepala ART

"Oh cucu mantuku sudah datang rupanya uhukk uhukk"kakek Lanzi memang sudah sakit sakitan karena itulah dia ingin mengalihkan semua harta warisannya untuk Lanzi

"Sore kek?"tanya Tri ramah lalu menghampiri kakek Leo.

"Sore..sini kakek mau ngomong sama kamu"kakek melambaikan tangannya.Tri lalu duduk disamping tempat tidur lalu menggenggam tangan kakek yang sedang berbaring

"Namamu Triana benar?"tanya kakek

"Iya kek benar"jawab Tri dengan terus tersenyum

"Seperti apa Lanzi menurut pendapatmu?"tanya kakek

"Mas Lanzi baik dan bertanggung jawab kek"ucap Tri

(andai kau tahu kek kalo aku bahkan tidak tau wajahnya.dan aku ini menantu palsumu)batin Tri

"Hmm dia memang baik dan bertanggung jawab,kakek senang dia mempunyai istri yang baik juga sepertimu.Cantik lagi"ucap kakek Leo

"Kakek terlalu memuji.aku tidak sebaik yang kakek pikir"jawab Tri dan kakek Leo hanya tersenyum

"uhuk uhuukk uhukk"Kakek Leo terbatuk

"Aku ambilkan kakek minum ya kek"Tri mengambilkan minum di meja pojok kamar kakek Leo

"Ini kek diminum dulu"Tri membangunkan kakek Leo dan menyodorkan gelas berisi air putih itu.Kakek Leo meminumnya dan Tri membantu kakek Leo berbaring kembali

"Kakek..maaf tapi ini sudah sore.Tri takut mas Lanzi keburu pulang dari kantor.jadi Tri pamit pulang"pamit Tri pada kakek Leo

"Kapan kapan menginaplah disini dengan Lanzi.Temani kakek mengobrol"ucap kakek Leo.Tri hanya mengangguk dan mengundurkan diri lalu pulang ke rooftop pemandian dengan diantar mobil yang sama yang tadi menjemputnya.Tri merasa lelah seharian ini bolak balik tanpa henti,saking lelahnya Tri sampai tertidur selama perjalanan

Satu jam kemudian Tri sampai di depan pemandian dan pria tua itu membangunkannya

"Nyonya kita sudah sampai"ucapnya

"Ehmm"Tri terbangun dan mengucapkan terima kasih lalu turun.Sampai di dalam rumah Ike langsung menghampiri Tri,Tri duduk bersandar di sofa.Ike sangat iba melihat Tri

"Maaf Tri aku sudah membuatmu susah.Aku sudah mengorbankan hidupmu karena ulahku hikss hikss"Ike menyesal karena ide dialah mereka jadi diancam akan dipenjara

"Ike sayang..aku dah bilang aku ikhlas.Kamu bukan cuma sahabatku tapi kamu dah aku anggap saudariku.Jangan menangis begini"ucap Tri sambil mengusap air mata Ike

"Tapi Tri kamu tidak boleh menikahi siapapun lagi.Sedangkan dia sama sekali tidak kau ketahui rupanya.Hidupmu akan seperti janda sendirian tapi kau tidak bisa menikah karena statusmu bersuami.Aku benar benar telah memenjarakan jiwamu aku menyesal Tri hikss hiks.Kita pulang kampung saja Tri kita kabur"ucap Ike

"Ke..mereka bukan orang sembarangan.Jika kita melarikan diri,semua akan menjadi lebih rumit.Ike percayalah aku tidak apa apa"ucap Tri

Tri lalu memeluk Ike yang terisak pilu.Tri mengusap ngusap punggung Ike agar Ike segera berhenti menangis.Setelah Ike merasa baikan,Tri pergi mandi dan segera masuk ke kamarnya

"Tri..kau sudah tidur?"ucap Ike diluar kamar Tri.Karena tak mendengar jawaban Tri maka Ike pun pergi dan masuk ke kamarnya.Tri sebenarnya belum tidur tapi sudah sangat lelah seharian ini.Tri sudah bisa menebak jika Ike akan terus menerus membahas hal yang sama

(seandainya aku tidak menikah seperti ini pun aku tak yakin aku akan mempunyai pasangan yang baik.Jalan ini murni keputusanku meski awalnya Ike yang menawarkan tapi tetap aku yang menentukan.Aku tak kan menyesali keputusanku saat ini,esok dan untuk selamanya)batin Tri terus bergumam hingga kantuknya menyerang dan dia tertidur

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Keesokan hari

Tri bangun lebih awal dihari jum'at ini.Tri mengambil kuliah hari senin sampai jum'at,Tri hanya mengambil kelas pagi.Biasanya dihari sabtu dan minggu dia banyak pelanggan yang menyewa jasa pacar sewaan.Jadi Tri ingin sabtu dan minggu dia gunakan untuk mencari uang.Triana mungkin terlihat seperti budak uang,tapi sebenarnya uang hanyalah alasa kedua.Alasan pertama dia bekerja seperti itu adalah karena dia muak merasa tidak dibutuhkan selama dia hidup dengan ibu dan ayah tirinya

Dengan menjadi pacar sewaan dia merasa jika hidupnya masih dibutuhkan oleh orang lain meski orang tuanya tak membutuhkannya.Bahkan saat dirinya difitnah merayu ayah tirinya,ibunya lebih percaya pada ucapan ayah tirinya.Ibunya bahkan menyebutnya jalang yang tidak tahu malu karena merayu ayah tirinya sendiri

"Huwaahhmm.Tri kamu sudah siap berangkat kuliah?"tanya Ike saat keluar kamar dia melihat Tri sudah siap dengan dandanan cupunya.Tri menggunakan kemeja kotak kotak berwarna merah dan memakai celana longgar berwarna hitam,rambutnya seperti biasa dikuncir dua dan dibiarkan tertarik ke depan pundaknya.Tri celingukan mencari kaca matanya

"Kamu cari apa Tri"tanya Ike yang melihat Tri kebingungan

"Ke.. kamu lihat kaca mataku tidak?"tanya Tri pada Ike

"Saat kemarin kau pulang kau tidak memakai kaca matamu!"jawab Ike

"Hmm apa mungkin tertinggal ya?"Tri mencoba mengingat ingat dan dia ingat

"Ah..pasti saat aku bertabrakan dengan seorang lelaki di kampus.Ok aku berangkat ya Ke!"pamit Tri.Tri menaiki mobil merahnya dan berangkat ke kampus tanpa kaca mata

Tri berencana menanyakan kaca matanya pada pria yang kemarin ditabraknya.Tri sampai dikampus 20 menit kemudian,Tri sampai di parkiran tapi tak segera keluar.Tri menunggu sepi baru dia keluar dari mobil,Tri tidak ingin menarik perhatian.Dia ingin kuliah dengan tenang

Tri mencari cari pria kemarin tapi tak dia temukan dimanapun.Saat melewati kantor dosen diapun melihat pria itu sedang duduk di salah satu meja dosen

(apa dia dosen disini?)pikir Tri dalam hati

Tri melangkah masuk ke kantor dan mengetuk pintu yang terbuka

tok tok tok

"Permisi pak boleh saya masuk?"tanya Tri

"Silahkan.Ada masalah apa?"tanya Aryan

"Saya ingin bertanya pada bapak,apakah kemarin saat saya menabrak bapak.hmm"Tri gugup melanjutkan ucapannya

"Apa kau ingin menanyakan kaca matamu?"tanya Aryan

"Iya pak benar"jawab Tri

"Apa ada sama bapak?"tanya Tri kembali

"Saya lihat matamu tidak bermasalah meski tidak memakai kaca mata.Lalu kenapa kau harus kelabakan seperti itu saat tak memakai kaca mata"tanya Aryan menyelidik

"Saya rasa tugas bapak cukup mengajar.Soal pribadi saya itu biar jadi urusan saya!"jawab Tri ketus

"Kamu anak fakultas apa?"tanya Aryan

"Fakultas seni?"jawab Tri

"Aku tidak melihatmu kemarin.kamu bolos di hari pertama kuliah.Namamu Triana Safitri apa benar?"tanya Aryan sambil bangkit dari duduknya dan menghampiri tempat Tri berdiri.Tri gemetar tegang melihat Aryan menghampirinya

"Asal kamu tahu saya adalah dosen di fakultas seni dan kamu bolos di kelas saya.Jadi kaca mata kamu saya sita sebagai hukuman.Sekarang cepat keluar dan masuk ke ruangan seni dan bawa buku buku saya kesana.Tri menatap tajam pada Aryan

"Kamu berani melotot ke saya,hah?"bentak Aryan.Tri terlonjak kaget dan memberanikan diri bernegosiasi dengan dosen ganteng tapi galak menurut Tri

"Pak bisakah anda hukum saya dengan hukuman yang lain.kaca mata itu adalah separuh hidup saya.Tolong saya,tolong kembalikan kaca mata saya?"pinta Tri

"Bisa diatur,asal kamu pegang kata kata kamu yang bilang mau melakukan hukuman apapun?"jawab Aryan

"Ya saya janji,dan akan pegang janji saya!"jawab Tri mantap

"Jadilah asisten saya selama 6 bulan kedepan!"ucap Aryan

"Apaa..ee naamm bulan.apa tidak keterlaluan bapak menghukum saya selama itu hanya karena satu kali bolos"jawab Tri tak percaya

"Kamu sudah janji,apa kamu akan menarik janjimu sendiri?"ucap Aryan

"Pagi pak Aryan"sapa pak Dibyo dosen fakultas ekonomi.Tri dan Aryan menoleh

"Selamat pagi pak"jawab Aryan

"Ada masalah apa dengan mahasiswi ini pak Aryan?"tanya pak Dibyo

"Oh ..dia menawarkan diri menjadi asisten saya.dan saya menerimanya"Aryan melirik ke arah Tri

"Sudah cepat bawa buku buku saya"perintah Aryan pada Tri dan melangkah keluar.Tri mengambil buku buku itu dan mengangguk pada pak Dibyo lalu keluar menyusul Aryan

"Mana kaca mata saya?"pinta Tri ketus

"Apa kau tidak bisa berbicara sopan pada dosenmu?"tanya Aryan sambil terus berjalan

"Maaf pak,bisakah saya minta kaca mata saya?"ucap Tri dengan nada dibuat sesopan mungkin.Aryan mengambil kaca mata Tri dan memberikannya,Tri mengambil kaca matanya lalu memakainya.Setelah dia memakai kaca matanya dia berjalan cepat mendahului Aryan dan langsung masuk ke ruangan seni dan membanting buku buku Aryan ke mejanya lalu segera duduk di barisan paling belakang

Sesaat kemudian banyak mahasiswi yang masuk ke ruang seni termasuk Nancy and the genks.Aryan bangun dan bertanya pada mereka

"Kenapa kalian masuk kesini?"tanya Aryan

"Kita kan mau belajar melukis sama pak dosen ganteng hehe"ucap salah satu mahasiswi dan mendapat sorakan meriah dari yang lain

"huuuuhhhhh"mereka bersorak ramai sekali

(ganteng buat apa kalo resek.kalian semua gila kalo milih pindah kesini.aku aja nyesel milih fakultas ini)

Aryan lalu melihat daftar absennya bertambah dari yang tadinya 23 menjadi 48.

"Baik saya akan sebutkan satu persatu yang harus masuk di kelas saya"Aryan lalu mengabsen satu persatu termasuk Nancy dan Mela

"Yang saya sebutkan silahkan duduk dan yang tidak terdaftar silahkan keluar"tegas Aryan.Terdengar desahan kecewa dari mahasiswi yang keluar dari ruang seni

Nancy dan Mela menuju bangku paling belakang dekat Tri

"Heh cupu minggir lo!"usir Mela pada Tri

"Saya lebih dulu duduk disini!"jawab Tri tegas

"Wah dia ga tau gue.Eh gue kasih tau sama lo gue pemilik gedung kampus ini!sekarang lo nyingkir sana atau gue bikin perhitungan sama lo!"ancam Mela

"Mel jangan kasar gitu dong gak enak sama pak dosen.Tolong maafin Mela ya,tapi bisakah aku duduk disini?"ucap Nancy.Tri tau jika Nancy ini adalah iblis berwujud dewi dan Tri malas untuk terus berdebat.Tri bangun dan akan duduk di bangku seberang tapi Nancy menyilangkan kakinya untuk menjegal Tri.Tapi Tri bukanlah wanita yang lemah,dia tau Nancy berniat menjegalnya jadi Tri malah sengaja menghentakan kakinya dan menginjak kaki Nancy

"Awwwkkh,heh lo gak bisa liat apa ada kaki gue sakit tau?"teriak Nancy marah dan membuat Aryan menoleh ke belakang

"Kenap ribut sekali"tanya Aryan

"Ini pak kaki Nancy diinjak dia nih"Mela menunjuk Tri

"Triana apa benar?"tanya Aryan

"Saya gak sengaja pak"ucap Tri membela diri.Aryan tau Tri berbohong tapi Aryan justru merasa tertarik dengan Tri.Bagaimana mungkin anak yang terlihat cupu tapi justru malah menindas balik orang yang berniat menindasnya

"Sudah sudah saya minta kalian duduk diam atau keluar kalian semua dari kelas saya"ancam Aryan.merekapun memilih duduk dan diam.Saat Aryan sedang menerangkan proses melukis dari layar proyektor,Mela dan Nancy justru asyik berbisik menyusun rencana untuk menggoda dosen itu

Tri yang mendengar rencana mereka tersenyum geli.Satu setengah jam kemudian pelajaran selesai semua murid fakultas seni sudah keluar hanya tinggal Nancy,Mela dan Tri.Ponsel Tri berdering dan Tri segera berlari keluar sedang Nancy dan Mela justru mendekati Aryan.Aryan yang melihat Tri berlari mengangkat telpon menjadi penasaran dan ingin mengikutinya tapi dihadang Nancy dan Mela

"Pak Aryan ada yang bisa kubantu?"tanya Nancy dengan lembut

"Oh kebetulan tolong kalian bawa buku saya ke kantor,saya ada urusan!"Aryan langsung berlari keluar mencari Tri.Sedangkan Nancy kesal karena rencananya menggoda Aryan gagal

Aryan menemukan Tri di tangga dan Aryan diam diam mendengarkan obrolan Tri entah dengan siapa di seberang telpon

"Hmm aku berangkat sekarang juga.Sampai jumpa di rumah bye!"Tri menutup telponnya dan berjalan ke arah toilet.Aryan terus mengikuti dan melihat Tri masuk ke dalam toilet wanita hingga 50 menit belum juga keluar

"Apa yang dia lakukan di toilet kenapa hampir satu jam tak kunjung keluar"gumam Aryan pelan sambil melirik jamnya.Lalu Aryan melihat seseorang keluar menggunakan dress sepaha berwarna peach dengan rambut ikal digerai indah,dandanannya sangat cantik.Tapi Aryan yakin sedari tadi tidak ada siswi lain yang masuk

"Dandanan dan bajunya sangat sexy tapi postur tubuhnya aku yakin itu Triana"gumam Aryan melangkah dan mengikuti Ana dari jauh agar tidak ketahuan.Lalu Aryan sampai di parkiran dan melihat Ana masuk ke mobil merah dan melaju meninggalkan kampus

"Aku jadi semakin penasaran padamu"ucapnya lalu berbalik masuk kembali ke dalam kampus

^^^^^////////^^^^^^^^^^^^^^^

please like n komen readers

smoga kalian ttap mendukung karyaku

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!