NovelToon NovelToon

Ternyata Suami Ku Kepala Mafia

Episode 1

Doorrr....

"Wah... Kamu luar biasa sekali hahahha" Tawa Zico sambil bertepuk tangan kepada Nadia.

"Hahahha.. Kamu bisa saja Co, seperti biasa kamu tidak jauh beda dari ku" Balas Nadia ikut tertawa.

Nadia Zaliva berhasil menjadi seorang polisi wanita berkat kerja keras ia selama ini, namun keberhasilannya ini tidak ia beritahu kepada kedua orang tuanya dan juga saudara perempuannya.

"Bagaimana latihan mu pagi ini Zico?" Tanya Nadia membuka botol air putihnya.

"Mmmmm.. Seperti biasa, kamu selalu paling depan. Oohh iya, minggu depan kita sudah di tugaskan di lapangan, aku berharap kita akan bersama lagi. Lalu bagaimana dengan orang tua mu? apa kamu masih belum memberitahu mereka?".

"Mmmmm".

"Kenapa?".

Nadia menghela nafas menatap bibir botol minumnya, "Tidak tau Co, aku masih bingung ingin memberitahu mereka atau tidak. Soalnya kamu tau sendiri kalau mereka sangat menentang ku sekali masuk kesini. Apalagi sekarang aku sudah berhasil menjadi polisi wanita".

Zico pun ikutan menghela nafas, "Tapi ada baiknya kamu segera memberitahu mereka Dia sebelum kita di tugaskan".

Nadia tersenyum bangkit berdiri, "Tidak apa-apa Zico, semua akan baik-baik saja. Begitu kita di tugaskan, hari itu juga aku akan kembali kerumah dan memberitahu mereka yang sebenarnya".

"Mmmmmm.. Bagus" Senyum Zico memberikan jempolnya.

"Kalau gitu aku duluan dulu Co".

"Mmmmmm".

.

Dilain tempat David dan kedua anak buahnya sedang berada di apertemen saat ia menyuruh Bagas dan Vincen datang menghampirinya. "Ada apa tuan?" Tanya Vincen.

"Kalian duduklah dulu" Ujar David mendudukan diri diatas sofa yang berada di ruang tamunya. Begitu Bagas dan Vincen duduk baru David mengeluarkan ponselnya, "Kalian lihat wanita ini".

Bagas mengerutkan keningnya melihat layar ponsel David begitu juga dengan Vincen, "Dia siapa tuan?" Tanya Bagas.

"Dia putri kedua Hendra".

"Lalu?".

"Cari tahu dia" Jawab David menyeringai. "Dia pikir dengan menjodohkan putrinya dengan ku dia akan bebas dari ku. Hahahaha, dia terlalu bodoh ingin bermain-main dengan ku".

"Baik tuan, kami berdua akan segera mencari tahu indentitas putri keduanya".

"Mmmmm.. Kalian boleh pergi".

"Baik tuan".

Seperginya Bagas dan Vincen dari sana, David bangkit berdiri dari atas kursinya menuju jendela kaca apartemen. Lalu ia menatap lurus dengan senyum mematikan di wajah David. "Kita lihat saja nanti Hendra, untuk saat ini aku akan mengikuti permainan mu" Gumam David.

DDDDRRRRTTTT.. DDDRRRTTTTTT...

"Mmmmmm?" Jawab David.

"Tuan David? saya sekretarisnya tuan Hendra, beliau meminta tuan David pagi ini mendatangi kantornya sekalian makan siang nanti tuan".

"Saya akan kesana".

"Baik tuan, terima kasih".

Kemudian David menatap layar ponselnya, lalu ia memasukkannya kembali kedalam kantong celana. Tidak menunggu beberapa lama, David segera keluar dari sana menuju perusahaan Hendrawan.

Sedangkan sekretarisnya Hendra begitu ia selesai menghubungi David, ia langsung memberitahu Hendra kalau David sedang dalam perjalanan menuju kantornya. "Mmmmm, siapkan dua gelas kopi".

"Baik tuan".

Hendra tersenyum senang, lalu ia menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda sambil menunggu David memasuki ruangnya.

Setibanya David di perusahaan Vora group yang bergerak di bidang Elektronik, David langsung keluar dari dalam mobil mewahnya sambil menetap lurus keatas gedung Vora group dengan senyum devilnya. "Ini yang ketiga kalinya aku mendatangi mu" Gumam David.

"Selamat pagi, tuan David?" Tanya seseorang dari hadapannya dengan berpakaian serba hitam.

"Mmmmm".

"Mari ikut saya tuan, tuan Hendra telah menunggu anda di ruanganNya".

Tampa banyak bertanya, David mengikutinya dari belakang sampai mereka tiba di depan ruangan Hendra yang bertulisan presdir room. "Tunggu sebentar" Ucapnya mengetuk pintu ruangan Hendra.

Tok.. Tok..

"Masuk" Jawab Hendra tampa bertanya siapa yang baru saja mengetuk pintu ruangannya.

Ceklek!

"Silahkan tuan" Ucapnya kepada David.

David pun memasuki rungan tersebut dengan seperti biasa wajah datar David dan juga dingin yang selalu ia tunjukkan kepada orang yang tidak ia sukai, "Hahahha.. Selamat datang di perusahaan saya tuan David. Maaf saya selalu menyuruh anda yang datang kemari karena saya terlalu banyak pekerjaan yang tidak bisa saya tinggalkan. Silahkan duduk tuan, sekretaris saya tadi sudah membuatkan dua gelas kopi".

"Mmmmmm" Gumam David mendudukkan diri diatas sofa ruangan Hendra sambil menyambar gelas kopi yang berada di hadapannya, namun sebelum David menyeruput kopi tersebut, ia tidak segan-segan melontarnya pertanyaan yang membuat Hendra tersinggung dengan pertanyaan bahwasanya Hendra tidak menaruh apa-apa di dalam kopinya.

"Hahahhaha.. Ayolah tuan David, bagaimana mungkin saya berani membahayakan nyawa calon menantu saya sendiri?" Ujar Hendra tertawa sumbang.

"Mmmmmm" Angguk David ikut tersenyum sinis. "Lalu bagaimana dengan putri mu? apa kamu sudah memberitahunya? saya tidak menerima kalau dia menolak saya nantinya".

"Tuan tenang saja. Putri saya Nabila tidak akan berani menolak permintaan kedua orang tuanya. Apalagi kalau dia nantinya melihat tuan David yang sangat tampan".

Mendengar itu, David semakin menunjukkan senyuman sinisnya kepada Hendra yang membuat Hendra semakin tidak nyaman. "Maafkan saya tuan jika perkataan saya membuat tuan merasa tidak nyaman".

"Tidak apa-apa, jadi kapan kamu akan mempertemukan kami berdua?".

"Minggu ini juga tuan".

"Baiklah, besoknya saya akan menikahinya. Segera beritahu dia atau rahasia perusahaan mu akan terbongkar ke publik dan juga..

"Baik tuan, saya akan mengurusnya" Potong Hendra tidak ingin mendengar kata-kata kasar keluar dari mulut David. "Ini sudah jam 11 lewat 45 menit. Saya ingin mengajak tuan David makan siang di luar kalau tuan tidak sibuk".

"Tidak usah, pekerjaan saya sangat banyak" Tolak David bangkit berdiri.

Hendra menghela nafas kecewa, "Lain kali kalau tuan David tidak sibuk, tolong beritahu saya".

Tampan ingin menjawab Hendra, David langsung pergi begitu saja dari ruangannya. Kemudian Hendra menghempaskan tubuhnya diatas sofa setelah David meninggalkan ruangannya. Lalu Hendra tersenyum menatap langit-langit ruangannya, "Kenapa saat dia pergi baru aku bisa bernapas dengan normal? Aahh, dia sangat menakutkan sekali sampai-sampai aku terlihat sangat pengecut yang tidak bisa berbuat apa-apa di hadapanNya. Sial".

Tok.. Tok...

"Masuk".

Ceklek!

"Tuan, nanti jam 1 siang akan ada rapat pemagang" Beritahu sekretarisnya.

"Mmmmm.. Aahh iya, tadi saat kamu menelpon David, apa kamu tidak memberitahu dia kalau saya mengajaknya makan siang bersama di luar?".

"Sudah tuan, saya tadi langsung memberitahu beliau kalau tuan mengajaknya makan siang bersama".

"Hhhmmmss.. Ya sudah, kamu boleh pergi".

"Baik tuan, permisi".

"Mmmmm" Gumam Hendra menuju kursi kebesarannya. Hendra mengeluarkan ponselnya, lalu ia menekan nomor ponsel Nadia.

DDDRRRTTTT.. DDDRRRTTTTTT...

"Iya pa" Jawab Nadia dari sebrang sana.

"Kamu sedang dimana Nadia? papa ingin mengajak mu bicara sebentar".

Nadia melirik jam tangannya, "Maaf pa, sepertinya Nadia tidak bisa".

"10 menit saja".

"Maafkan Nadia pa" Ucapnya begitu sang senior memanggil namanya.

Episode 2

Begitu Nadia mematikan ponselnya, Hendra langsung terlihat kesal kepadanya. "Kurang ajar, berani sekali dia melawan oran...

Ceklek!

"Pa" Senyum Elisa memasuki ruangan Hendrawan.

"Mmmm.. Ada apa?" Tanya Hendrawan dengan ketus.

Elisa mengerutkan keningnya, "Ada apa pa? wajah papa kok terlihat murung sekali?".

"Hhhmmsss.. Adik kamu, akhir-akhir ini dia selalu mengabaikan panggilan papa".

"Oohh.. Nadia" Gumam Elisa. Kemudian Elisa tersenyum, "Oohh iya pa, besok malam Riwan kembali dari amerika. Aku mau papa mengundang dia makan malam dirumah".

"Terserah kamu saja".

"Baiklah. Kalau gitu Lisa keluar dulu pa" Ucap Elisa dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Mmmmmm".

Begitu Elisa berada di luar, "Yes.. Riwan sedang apa yah?" Gumam Elisa menghubungi nomor Riwan. "Hallo sayang, kamu sedang dimana?" Tanyanya dengan manja setelah Riwan mengangkat panggilannya.

"Aku lagi berada di kantor sayang. Ada apa mmmmm?".

"Hehehhe.. Tidak, aku hanya merindukan mu saja Riwan sambil ingin memberitahu mu kalau papa besok malam ingin mengundang mu makan malam dirumah begitu kamu tiba di indonesia".

"Oohh, baiklah aku akan datang kesana".

"Mmmmm.. Kalau gitu aku tutup dulu ya".

"Mmmmmm".

Sedangkan Nadia yang sedang berada di lapangan, ia tak henti-hentinya mengenal lelah bersama dengan Zico dan lainnya. "Minumlah, kamu terlihat lelah sekali" Ujar Zico memberikan botol minum kepada Nadia.

"Terima kasih Zico, kamu tau saja dari tadi aku sudah haus sekali".

"Apa kamu belum lapar? ini sudah jam 2 tapi kenapa mereka belum menyuruh kita makan siang".

"Entahlah, aku juga sudah lapar sekali".

"Hhhmmsss" Dengus Zico melihat sekitar mereka. Lalu ia melihat si ketua mendatangi lapangan, "Itu ketua mendatangi kita" Ucap Zico.

"Mana?".

"Disana".

"Akhirnya, ayo".

"Tunggu".

"Ada apa?".

"Tunggu dulu, sepertinya dia berjalan kearah kita".

Begitu si ketua berdiri dihadapan mereka berdua, "Nadia?".

"Siap pak" Jawab Nadia.

Ia tersenyum kepada Nadia dan juga Zico, "Kalian berdua mari ikut saya".

"Siap pak" Ikut mereka dari belakang. Setibanya di ruangan si ketua, Nadia dan Zico tampak sangat asik melihat isi ruangan tersebut. "Maaf pak, ada apa bapak memanggil kami berdua kemari?" Tanya Zico dengan sopan.

"Kalian berdua duduklah dulu".

"Baik pak" Angguk mereka.

"Saya langsung ke intinya saja. Ini surat penugasan kalian berdua di kantor pusat".

"Apa?" Kaget Nadia dan Zico dengan senyum mengambang di wajah mereka.

"Mmmmm.. Saya harap kalian menyetujuinya dan mulai besok kalian berdua sudah bisa libur selama dua minggu ke depannya untuk mempersiapkan diri".

"Baik pak, terima kasih banyak terima kasih banyak" Senang mereka berdua sambil tertawa kecil.

"Sekarang kalian berdua boleh pergi".

"Baik pak".

Berada di luar, Zico tak henti-hentinya menunjukkan rasa bahagianya kepada Nadia dan juga sekitar mereka. "Nad, aku bahagia sekali".

"Sama Co, aku juga bahagia sekali. Lalu kamu langsung pulang kerumah?".

"Kamu?" Tanya balik Zico.

"Mmmmm.. Aku langsung kembali kerumah. Soalnya tadi siang papa ingin mengajak ku bicara, tapi aku tidak bisa karna kita sudah diarahkan kemari".

"Oohh.. Kalau gitu lain kali saja. Aku juga ingin bicara dengan mu mengenai hal serius, sekalian merayakan hari penugasan kita dan juga tim yang lainnya".

"Baiklah, kamu langsung kabari aku saja. Kalau gitu aku duluan dulu ya Zico, ini sudah jam 4 sore".

"Mmmmm.. Kamu hati-hati dijalan".

"Siap" Senyum Nadia meninggalkan dirinya.

Seperginya Nadia meninggalkan dirinya, Zico mengeluarkan ponselnya. "Hallo Refano, kamu dimana? bisakah kamu menjemput ku kemari?".

"Aku akan kesana" Balas Refano.

"Mmmmm, aku akan menunggu mu".

Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Refano untuk menempuh perjalan menuju tempat Zico berada saat ini, ia pun langsung tiba disana. "Hallo bro, apa kabar mu?" Senyum Refano memeluk sang sahabat.

"Baik" Balas Zico.

"Wah.. Selamat yah, akhirnya kamu berhasil juga menjadi seorang polisi. Tidak sia-sia selama ini kamu berjuang. Ayo, aku akan mentraktir mu makan sepuasnya" Ajak Refano membawa Zico ke restoran biasa mereka berdua. Tampa menolak ajakan Refano, Zico pun dengan senang hati memasuki mobil sang sahabat menuju restoran tersebut.

"Oohh iya Co, bagaimana dengan pendidikan mu selama ini? Waktu pelantikan mu aku minta maaf karna tidak bisa menghadirinya".

"Tidak apa-apa. Seperti biasa, selama pendidikan aku sangat menikmatinya. Yah, pahit untuk di ulang dan manis untuk di kenang".

"Hahahahaha" Tawa Refano. "Sekali lagi selamat bro, aku berharap kamu selalu sukses kedepannya".

"Kamu juga, lalu bagaimana dengan cafe baru mu? aku dengar-dengar kamu sedang membuka cafe di sekitaran sini".

"Mmmmm.. Tadi pas kamu menelpon ku aku sedang berada di cafe".

"Pantas saja kamu cepat tiba disana. Lalu kapan kamu akan mengajak ku untuk menikmati secangkir kopi racikan kamu?".

"Kapan kamu mau saja bro".

"Baiklah, aku akan datang kesana bersama dengan..." Gantung Zico memikirkan Nadia.

"Bersama siapa Co?" Penasaran Refano. Kemudian ia tersenyum, "Apa dia seorang wanita?".

"Hhhmm?".

"Hey.. Ayolah Zico, kenapa wajah mu tiba-tiba terkejut seperti itu. Apa dia benar seorang wanita?" Zico tersenyum tanda ia menjawab pertanyaan dari Refano. "Wah, sekarang kamu sudah punya wanita".

"Tapi aku belum berani mengungkapkan perasaan ku kepada dia Van".

"Apa? kenapa? jadi kamu belum mengungkapkan perasaan mu kepada dia".

"Mmmmm.. Aku belum punya keberanian untuk mengatakan perasaan ku yang sebenarnya kepada dia. Menurut mu, apa sebaiknya aku memberitahu dia?".

"Tentu saja bro, keburu orang lain yang duluan. Lagian kamu kenapa menjadi pria pengecut seperti ini sih? kemana Zico yang selama ini aku kenal?".

"Aku juga tidak tau Van. Entah kenapa aku sangat takut sekali kalau dia mengetahui perasaan ku yang sebenarnya".

"Yang kamu takutkan apa?".

"Aku takut dia jadi menghindari ku begitu ia tau kalau aku menyukainya".

"Percaya pada ku, rata-rata wanita di depan laki-laki memang seperti itu. Dia akan terlihat seperti menganggap kita itu hanya sebatas teman saja, tapi hatinya berkata lain".

Zico tampak memikirkan kata-kata yang baru saja Refano lontarkan, "Sepertinya ada benarnya juga" Ucap Zico mengingat setiap kali mereka bersama, Nadia selalu melemparkan senyum manisnya kepada dirinya

"Bagaimana bro? apa kamu masih belum yakin dengan apa yang baru saja aku ucapkan?".

"Sepertinya aku mempercayainya. Lalu apa yang harus aku lakukan?".

"Ck, kamu benar-benar tidak tau apa-apa tentang percintaan. Begini saja, kapan kamu akan mengajaknya ke cafe baru ku?".

"Aku harus memberitahunya dulu".

"Terus kapan kamu akan memberitahunya?".

Zico terdiam memikirkan kapan waktu yang tepat bagi dirinya mengajak Nadia untuk berdua. "Menurut mu kapan waktu yang tepat Van?" Tanya balik Zico.

"Bagaimana kalau malam minggu saja?".

"Aku rasa itu ide yang bagus" Jawab Zico setuju.

"Baiklah, aku akan menyiapkannya untuk kalian berdua".

"Thank you bro" Senang Zico.

"Sama-sama. Kita sudah tiba" Ucap Refano memarkirkan mobilnya di depan restoran tersebut. "Ayo".

Episode 3

Setibanya mereka di restoran, si pemilik langsung menyambut mereka dengan senyuman hangat kepada Zico dan Refano. "Nak Zico, ayo duduk" Ucapnya.

"Terima kasih buk" Balas Zico tersenyum senang.

"Selamat yah nak Zico, sekarang kamu berhasil menjadi seorang polisi. Untuk mengungkapkan rasa syukur ibu, ibu akan memberikan kalian makan gratis hari ini. Tunggu sebentar".

"Iya buk, dengan senang hati" Senang Refano.

Kemudian Zico melihat Refano, "Karna ibu itu membiarkan kita makan sepuasnya, aku mau kamu tetap mentraktir ku di tempat lain".

"Baiklah, jangan khawatir".

.

David yang berada di dalam club tempat ia tinggal bersama dengan anggota lain sedang duduk diatas kursi kebesarannya dengan sebatang rokok yang berada di bibirnya "Tuan" Panggil Bagas dan Vincen.

"Bagaimana? apa kalian berdua berhasil menemukannya?".

"Sesuai dengan apa yang tuan perintahkan, kami berhasil menemukannya. Nadia Zaliva, baru saja berhasil lulus menjadi polisi wanita di tempat xx" Jawab Bagas.

"Polisi?".

"Iya tuan".

"Apa kedua orang tuanya mengetahui kalau putrinya baru saja lulus polisi?".

"Sepertinya mereka tidak mengetahui hal ini tuan" Jawab Vincen.

David tersenyum menghisap rokoknya, "Polisi? baiklah".

"Apa tuan yakin akan menikahinya?" Tanya Bagas dan Vincen sedikit khawatir.

"Mmmmm.. Jangan khawatir, aku bisa menanganinya. Kalau dia coba-coba mengusik ku, aku tinggal membunuhnya saja seperti mereka" Senyum David semakin lebar.

"Baik tuan".

Lalu David melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 5 sore. "Bagas, aku mau kamu memantau Rian untuk saat ini, entah kenapa aku marasa ada sesuatu yang sedang dia sembunyikan".

"Baik tuan" Jawab Bagas.

"Dan kamu Vincen, malam ini kamu perhatikan mereka. Sepertinya barang malam ini akan tiba di pelabuhan, jadi kamu ikut aku".

"Baik tuan" Jawab Vincen.

"Mmmmm.. Kalian berdua bisa pergi" Ucap David melirik ponselnya yang sedang berdering. "Mmmmm, ada apa Hendra?".

"Saya ingin mengundang tuan David malam ini makan malam di rumah saya".

David mengerutkan keningnya, "Ada apa?".

"Begini tuan, putri saya Nadia sudah berada di rumah. Saya ingin secepatnya melaksanakan pernikahan tuan David dengan putri saya".

"Baiklah. Nanti malam saya akan kesana sekitar jam 7 malam".

"Iya tuan" Senang Handrawan.

David mematikan ponselnya, lalu ia mematikan puntung rokoknya sambil bangkit berdiri dari kursi kebesarannya.

Tok.. Tok..

"Masuk" Jawab David.

Ceklek!

"Tuan, saya ingin membersihkan ruangan ini".

"Mmmmm, lakukan" Angguk David segera keluar dari dalam sana menuju apartemennya. Namun, saat David memasuki mobil mewahnya, tiba-tiba David mengerutkan keningnya saat ia melihat seorang wanita cantik dan anggun memanggil namanya. "Apa yang sedang kamu lakukan disini?".

Alexa tersenyum manis, "Tentu saja karna merindukan mu David. Kamu kemana saja selama ini? apa kamu tidak merindukan ku?".

"Aku sangat sibuk, sebaiknya kamu pergi".

"Sibuk? aku rasa kamu tidak sedang sibuk David. Kamu mau kemana? tidak bisakah kita berdua bersenang-senang untuk malam ini saja? aku sangat merindukan kamu Dav".

"Aku tidak bisa, lain kali saja" Jawab David langsung memasuki mobilnya.

"David tung..gu" Tetapi mobil David telah berjalan dari hadapan Alexa. Dengan kesal Alexa mengeluarkan sepata dua kata umpatan kepada David untuk meluapkan rasa kesalnya kepada David tampa ia sadari Bagas yang mendengarnya dari belakang.

"Hhhrrrmmmm..".

"Astaga" Kaget Alexa melihat Bagas. "Ka-kamu? apa yang sedang kamu lakukan disini?".

Bagas tersenyum sinis, "Ini wilayah kami, tentu saja saya berada disini".

"Ck" Kesal Alexa. Lalu ia pergi begitu saja dari hadapan Bagas dengan wajah semakin kesal.

Setibanya David di apartemen, ia menghempaskan tubuhnya diatas sofa sambil menghidupkan sebatang rokoknya kembali. Kemudian David menatap langit-langit ruangannya dengan wajah datar yang selalu ia tunjukkan kepada setiap orang.

DDDRRRTTTT... DDDRRRTTTTTT...

"Ada apa Vincen?".

"Tuan, saya sudah berada di lokasi".

"Mmmmm.. Terus awasi. Ada berapa orang disana?".

"Kami sekitar 7 orang tuan".

"Begitu urusan ku selesai, aku akan datang kesana".

"Baik tuan".

Begitu rokok David habis, ia segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa berkeringat dan juga lengket.

.

Di kediaman keluarga Hendrawan, para pelayan sedang sibuk menyiapkan makan malam untuk menyambut kedatangan David yang sebentar lagi akan tiba disana sampai membuat Elisa yang baru pulang dari kantor tampak keheranan dengan apa yang sedang ia lihat. "Bi, ada apa ini? kenapa rumah terlihat tidak seperti biasanya?" Tanya Elisa.

"Saya juga kurang tau nona, ini semua permintaan tuan dan nyonya".

"Papa sama mama?".

"Iya nona. Untuk lebih jelasnya, nona tanya saja kepada nyonya di kamar nona Nadia".

"Nadia?".

"Nona Nadia baru saja pulang nona" Jawabnya.

"Ya sudah, kamu boleh kembali bekerja".

"Baik nona" Angguknya meninggalkan Elisa.

Kemudian ia mendatangi kamar Nadia yang berada di lantai dua, dan benar sekali, Elisa melihat Nadia yang sedang di dandani oleh Puspita ibu dari Elisa dan Nadia.

Tok.. Tok..

"Elisa pulang ma" Ucapnya memasuki kamar sang adik.

"Kak Lisa" Senyum Nadia.

"Kamu sudah pulang sayang?" Tanya Puspita.

"Iya ma" Jawab Elisa. "Ada apa ini ma? kenapa Nadia berdandan seperti ini dan juga Lisa melihat rumah tertata sangat rapi sekali?" Penasaran Elisa.

"Nadia juga tidak tau kak, tadi pas Nadia sampai dirumah mama langsung menyuruh Nadia dandan rapi saja. Selanjutnya Nadia tidak tau apa-apa kak".

Elisa mengerutkan keningnya melihat Puspita yang sedang tersenyum kepadanya, "Nanti juga kalian berdua akan tau, kamu juga mandilah. Sebentar lagi papa kamu pulang dan mungkin saja papa kamu sudah pulang. Ayo buruan mandi sayang" Desak Puspita.

"Baiklah" Jawab Elisa segera keluar dari dalam kamar Nadia menuju kamarnya. Namun Elisa yang masih penasaran, ia tak henti-hentinya bertanya-tanya dalam hati.

Sekarang telah menunjukkan pukul 7 malam, semua anggota keluarga Hendrawan telah menunggu kedatangan David di depan rumah istana mereka. "Sebenarnya kita nunggu siapa ma?" Bisik Nadia kepada Puspita.

Puspita tersenyum lagi tidak memberikan jawaban kepada Nadia kembali. "Nanti juga kamu akan tau sayang" Jawab Puspita memperbaiki anak rambut Nadia. "Kamu cantik sekali sayang sampai mama sendiri tidak mengenali putri mama".

"Mama ada-ada saja" Senang Nadia menunjukkan senyum manisnya.

Setelah beberapa menit lamanya mereka menunggu disana, sebuah mobil biasa langsung berhenti dihadapan mereka sampai membuat Hendra dan juga sang istri penasaran siapa yang baru saja tiba di hadapan mereka itu. "Siapa pa?" Tanya Puspita.

"Tidak tau ma, kenapa tuan David belum tiba-tiba juga disin..." Gantung Hendra saat ia melihat siapa yang baru saja keluar dari dalam mobil tersebut. "Tuan David?" Kejutnya.

"Tuan David?" Kejut Puspita juga. Kemudian suami istri itu menghampiri David dengan senyum mengambang di wajah mereka. "Tuan David, selamat datang di kediaman keluarga Hendrawan" Ucap Puspita.

"Mmmmmm" Gumam David seperti biasanya.

"Terima kasih tuan. Akhirnya tuan David datang juga kemari, perkenalkan mereka adalah putri saya yang pertama dan kedua. Lisa, ini dia tuan David" Ucap David kepada putri pertamanya yang terlihat tidak menyukai David yang berstyle biasa tidak sesuai dengan selera Alexa.

Sedangkan Nadia yang baru melihat David langsung menyukainya, "Hay, nama ku Nadia Zaliva. Senang bertemu dengan tuan David" Senyum Nadia mengulurkan tangan kanan dihadapan David.

David pun tersenyum membalas tangan Nadia, namun ia tidak tau senyuman apa yang sedang David tunjukkan kepada dirinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!