Scarlet berjalan dengan badan terhuyung, dari pagi dia belum makan. Perutnya merintih minta diisi. Dia bangun dari pembaringan mencari sesuatu yang bisa di masak. Hanya ada sepotong roti dan telor. Dia bergegas membuat Sandwich untuk sarapan pagi ini.
Selesai makan dia akan kembali bekerja di restoran cepat saji, di kilo meter sepuluh. Sebenarnya hari ini badannya sangat tidak enak karena tadi malam kehujanan datang dari bekerja.
"Drreettt...drreettt..." ponselnya bergetar. Scarlet bangun dan mengambil ponsel di nakas. Ahh.. Supervisornya menelepon.
"Selamat pagi boss...ada yang bisa saya bantu?"
"Scar..tolong kamu agak pagi datang, ada pesanan dari Nyonya Odena, anak asuhnya sekarang berulang tahun, mereka memesan lima ratus Rice Bowl Teriyaki."
"Baik, apalagi boss..."
"Nanti kamu akan mengantar ke rumah majikan nyonya Odena bersama Maya."
"Baik boss."
Scarlet menaruh ponselnya diatas meja, dia buru-buru ke kamar mandi. Selesai mandi Scarlet memakai pakaian kerja, memoles wajahnya sedikit, kemudian pergi dari kost.
"Mat pagi cantik, mau kerja ya?" si Udin menyapa genit.
"Kalau udah rapi begini pasti kerjalah, tidak seperti abang yang doyan nongkrong di kost menunggu rejeki datang. Hari gini, sapa kasi rejeki kalau kagak usaha." jawab Scarlet.
"Panjang banget jawabannya, seperti jalan Anyer Penarukan."
"Ye lah bang, supaya otak abang terbuka. Kalau kagak diceramahi abang kagak ngerti salah."
"Emangnya abang salah apa neng?"
"Kagak salah sih bang, cuman sebel saja lihat bini abang kerja, abang disini ongkang-ongkang kaki."
"Yaelah neng, perhatian amat sama abang, berarti selama ini neng suka mengintip abang ya."
"Iss..sekarep abang aja dah, aku mau jalan kerja. Bye..bye..bang."
"Mat jalan cantik, jangan lupa kalau lihat Polisi tidur tolong bangunin."
"Hahaha..."
Scarlet memesan ojek oline untuk mengantarnya sampai tempat kerja. Tidak begitu lama abang gojek sudah datang.
"Kemana neng?"
"Restoran cepat saji bang."
"Oke..abang lewat jalan pintas neng, jalan Thamrim macet, anak- anak pada sekolah."
"Yang penting cepat nyampe bang, aku sudah telat."
"Ya neng, abang akan ngebut dikit." abang ojol mengajak Scarlet lewat perkampungan, keluar masuk gang. Akhirnya sampai juga di Restoran.
Scarlet menuju Restoran setelah membayar ongkos gojek.
"Pagi mbak Maya..." sapanya ramah.
"Pagi juga, kita berdua di tugaskan akan membawa makanan ke rumah majikan nyonya Odena. Aku harap kamu tidak mengecewakan, mereka pelanggan kita."
"Baik mbak."
"Kita mulai bekerja, ada dua orang yang akan membantu kita, Nani dan Susi. Jangan ada kesalahan supaya boss tidak marah. Satu salah semua akan kena."
"Baik mbak aku akan perhatikan." sahut Scarlet menaruh tasnya di loker.
Bekerja di Restoran betul-betul harus higienis. Dia memakai pakaian chef serta atribut lain. Scarlet cantik mempesona. Semua pelanggan akan terpukau kalau melihatnya. Dia juga ramah dan baik hati, sayang hidup yang dijalaninya penuh dengan warna.
Pukul. 15.30 WIB Scarlet dan Maya sudah siap mengantar makanan ke rumah majikan nyonya Odena. Sudah menjadi kebiasaan dari dulu kalau kekurangan sopir, Scarlet sebagai akan menjadi sopir dadakan. Tanpa upah tambahan, tapi semua dia jalani dengan lapang dada dan bersyukur. Kebetulan juga Scarlet bisa menyetir mobil, karena dulu waktu di Panti Asuhan dia sebagai sopir mengantar "adik-adik" sekolah.
Scarlet memanaskan mesin mobil box nya, dia berharap rumah majikan nyonya Odena tidak jauh. Hari ini badannya terasa sangat lelah dan kepala sedikit pusing.
Mobil box ini berjalan dengan pelan, Scarlet menyetir dengan hati-hati. Tidak begitu lama Scarlet dan Maya sampai di sebuah rumah mewah nyonya Damayanti. Mereka melewati gardu sat pam yang kosong. Scarlet memarkir mobilnya setelah sampai di depan rumah majikan nyonya Odena. Scarlet turun dari mobil serta menghampiri satpam yang berada di depan rumah majikan nyonya Odena.
"Pak sat pam ada nyonya Odena? kami dari Restoran cepat saji membawa orderan."
"Silahkan bawa ke dalam nona."
Scarlet dan Maya masuk ke dalam ruangan. Mereka menemui nyonya Odena.
"Selamat sore nyonya Odena, kami dari Restoran cepat saji membawa pesanan nyonya."
"Silahkan ditata disini, kalian berdua saja?" Disini tidak ada orang untuk membantu."
"Tidak apa-apa nyonya, dimeja mana saya taruh?"
"Meja yang ini, hati-hati banyak Guci antik. Pelan-pelan saja, tamu lima belas menit lagi baru datang."
"Ya nyonya, trimakasih."
"Nyonya besar mengundang lima ratus anak, apakah kalian mampu melayani lima ratus anak?"
"Maaf nyonya saya kurang mengerti, kami hanya disuruh mengantarkan pesanan nyonya dan menatanya saja, tidak ada perintah untuk melayani anak-anak."
"Saya sudah bicara dengan bos kamu dan dia sudah menyetujuinya."
"Saya tanyai bos dulu ya nyonya." sahut Scarlet mengambil ponselnya.
Scarlet menelpon, nyonya Sumirah bosnya dan mengatakan keberatan, karena dia dari pagi menyiapkan pesanan, belum sempat istirahat. Lagi pula saat ini dia tidak enak badan karena kehujanan kemarin.
"Apa tidak ada Crew lain yang bisa menggantikan saya disini, karena acaranya sampai jam sebelas malam saya takut membawa mobil pulang kalau terlalu lelah."
"Kamu tidak loyal kepada perusahan dan kurang berani berkorban."
"Saya sebenarnya harus kuliah sore tapi saya korbankan waktu untuk kuliah dan membuat pesanan ini nyonya. Itu sering saya lakukan tanpa meminta uang lembur, saya bertanggung jawab dengan pekerjaan saya. Saat ini saya kurang enak badan dari tadi malam, saya takut membawa mobil pulangnya."
"Scarlet, semua Crew sibuk, jadi kerjakan saja."
Hubungan telepon diputus sepihak oleh bosnya. Scarlet hanya bisa bengong. Dia tidak mengerti kenapa bosnya begitu kejam kepadanya.
Apa boleh buat, Scarlet dan Maya terpaksa melayani anak-anak yang mulai berdatangan. Ruangan itu mulai dipenuhi oleh anak-anak kecil. Mereka membawa mama mama dan baby sisternya.
Scarlet mengerti, semua orang yang datang hari ini dari golongan the have, terlihat dari outfit yang mereka pakai. Ada perasaan kagum melanda jiwanya, dari sekian orang yang datang, tidak ada membawa suami.
Dibanding dirinya, para nyonya itu tidak ada yang terlihat berwajah jelek, semua wajah mereka seperti di oplas. Kecuali baby sister mereka.
Setelah semua tamu berkumpul, Tuan Rumah atau nyonya Damayanti turun dari lantai dua dengan putrinya Scarlet dan Maya saling pandang. Ternyata nyonya Damayanti tidak begitu cantik tapi mulus, badannya terawat bersih, maklum sebagai bintang film. Seorang anak kecil yang berumur lima tahun berada disampingnya. Semua orang hormat melihat nyonya rumah.
"Itu anak pungutnya, dia mandul tidak bisa punya anak." kata Maya.
"Ohh..pantas anaknya baru Taman Kanak-kanak. Suaminya mana?" tanya Scarlet memandang nyonya Damayanti yang sedang menyambut tamu, wajahnya terlihat sombong. Senyumnya jarang keluar, dia lebih memilih main handphone daripada ngobrol dengan tamu-tamunya. Untung ada nyonya Odena yang sibuk menyambut tamu.
"Dia memang terkenal sombong kepada orang yang levelnya tidak setara, suaminya kurang jelas."
Pukul. 22.30 WIB, Scarlet merasa sangat pusing. Dia mendekati Maya.
"Maya aku demam." bisik Scarlet di telinga Maya.
"Wajahmu pucat sekali, tunggu mereka pulang. Atau minta obat kepada nyonya Odena." kata Maya menempelkan punggung tangannya di kening Scarlet.
*****
Hallo teman-teman, ini karya baruku. minta tolong di like, favorite, kalau mau kasi gift..gpp 😁 pokoknya trimaksih buat teman-teman yang setia bersamaku.
"Keningmu panas sekali! aku akan minta obat kepada nyonya Odena." ucap Maya mencari nyonya Odena di antara tamu-tamu itu. Acara sudah mulai bubar, hati Scarlet agak lega, walaupun pusing menderanya.
Scarlet berdiri dengan keringat dingin, sampai akhirnya dia merasa anak-anak itu berlarian mau keluar dan menabraknya. Tubuh Scarlet oleng, terlempar menimpa Guci Antik nyonya Damayanti.
"Kurang ajar!! dasar pembantu sialan, matamu ditaruh dimana, ini Guci dari dinasti Ming dengan harga seratus juta." pekik nyonya Damayanti datang membelah kerumunan anak-anak dengan amarah yang membara.
Semua orang bengong dan tertegun, tidak ada anak dan Ibu mereka mau mengaku menabrak Scarlet, semua diam. Makian yang tidak pantas di dengar keluar dari mulut nyonya Damayanti.
"Ganti sekarang!!" bentak nyonya Damayanti menuding Scarlet.
"Tapi ini bukan salah teman saya nyonya, dia di tabrak oleh anak-anak yang mau pulang." Maya dengan sopan membela Scarlet. Dirinya ikut marah mendengar makian nyonya itu Scarlet hanya diam dimaki-maki, semua orang kasihan melihatnya.
"Tubuhnya tinggi dan kuat, mengapa tidak berkelit ketika anak-anak mau menabraknya, dasar tidak punya otak.
"Nyonya, teman saya dalam keadaan sakit, dia dari tadi demam dan terus menggigil, tentu saja dia tidak mampu berbuat banyak ketika tiba- tiba di tabrak dari belakang."
"Aku tidak mau tahu, bayar seratus juta, kalau tidak, aku akan sebarkan di sosmed bahwa karyawan Restoran cepat saji melakukan kecerobohan, yang membuat kerugian dipihakku atau kamu mau masuk penjara?" gertak nyonya Damayanti geram.
"Saya tidak punya uang nyonya..." kata Scarlet gemetar. jangankan seratus juta, satu juta dia tidak punya uangnya habis untuk membayar kuliah dan membeli buku.
"Aku tidak mau tahu, atau jual dirimu sekalian." semua orang yang berada disitu bergumam mendengar kata- kata hujatan dari nyonya Damayanti.
Air mata Scarlet bergulir, kejadian ini sangat memalukannya. Apalagi ada beberapa ibu-ibu dan baby sister yang iseng mengambil gambar Scarlet dan di sebarkan ke facebook.
"Saya akan berusaha membayarnya dengan cara mencicil." sahut Scarlet sambil menangis.
"Kau pikir aku membeli dengan cara mencicil? tidak tahu malu. Aku minta bayar tunai." jeda nyonya Damayanti menunggu tanggapan dari Scarlet. Setelah tidak ada tanggapan nyonya Damayanti melanjutnya lagi.
"Oke, bayar secepatnya. Aku kasi tenggang waktu sebulan, kalau kamu tidak membayarnya aku akan mengambil jalan hukum."
Mata Scarlet berkunang-kunang, dia langsung oleng dan jatuh tersungkur, untung Maya cepat bertindak, kalau tidak Guci nyonya Damayanti bisa pecah lagi satu, ketiban tubuh Scarlet.
Maya memapah tubuh Scarlet ke sofa dibantu oleh seorang ibu. Nyonya Damayanti kemudian naik ke lantai dua, tanpa peduli keadaan Scarlet.
*****
Seperti pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga lagi. Setelah Scarlet menjadi hinaan nyonya Damayanti, Scarlet langsung dipecat oleh bosnya.
"Ini gajimu untuk sebulan, saya tidak bisa mempekerjakanmu lagi, nyonya Damayanti adalah pelanggan saya. Dia sudah menyuruh supaya kamu dipecat." kata Damayanti tidak kenal belas kasihan.
"Tapi nyonya...."
"Pergilah, sebelum Scurity menyeret kamu keluar." potong bosnya dengan muka masam.
Scarlet akhirnya keluar dari Restoran itu dengan tatapan kasihan dari teman-temannya. Ya Tuhan, semoga aku bisa kuat. gumam Scarlet sedih. Dia tidak bisa menahan air matanya yang terus berjatuhan.
Sampai di tempat kost dia sudah disambut oleh teman-temannya.
"Scar, kami ikut prihatin atas kejadian ini. Sabar ya." kata Sri memeluknya. Mereka melihat peristiwa itu dari facebook. Banyak orang bersimpati dengan Scarlet.
"Neng, ini cobaan namanya, semoga kedepannya kamu lebih hati-hati. Hari ini di sosmed muncul tentang kejadian itu dan menjadi trending topik. Teman-teman disini akan membantumu dengan cara berdoa saja, kalau bantu membayar ganti rugi kami tidak punya uang, harap maklum." kata Udin ikut sedih atas kejadian yang menimpa gadis itu.
"Nasibku memang jelek, bosku juga ikut memecatku dari Restoran, dia tidak mau ikut campur dengan masalahku." Kemudian Scarlet mulai bercerita yang membuat temannya ikut kesal dengan nyonya Damayanti dan bos Restoran.
"Tabah neng semua ada hikmahnya, semoga neng dapat pekerjaan yang lebih bagus dari itu."
"Orang kaya mah bebas. Mereka mana mau peduli dengan kesulitan kita. Tapi orang congkat seperti nyonya Damayanti pasti dapat karmanya."
"Trimakasih kalian sudah support aku, tapi aku bingung kemana aku mencari uang seratus juta dalam sebulan. Jangankan seratus juta, sepuluh juta saja tidak punya." keluh Scarlet sangat sedih.
Memang sangat sedih jadi orang miskin, apalagi seperti dirinya yang tidak punya siapa-siapa. Sejak kecil dia sudah tumbuh, di besarkan di Panti Asuhan Kasih Ibu. Dan saat usianya delapan belas tahun, Scarlet memutuskan untuk keluar dari panti asuhan.
Dia kemudian di pertemukan dengan Regina teman kuliahnya, saat dia sedang mencari pekerjaan. Akhirnya Scarlet bekerja di Restoran Cepat Saji bersama Regina. Tapi Regina sudah keluar dari Restoran cepat saji karena pulang kampung.
Scarlet malam ini sulit tidur, dia sibuk mencari lowongan pekerjaan. Sulit sekali mencari kerja dengan Ijazah SMA. Kuliahnya pasti ikut tersungkur kalau uang sudah tidak ada. Dia membayangkan penjara berada di depan matanya seandainya dia tidak bisa membayar ganti rugi Guci.
"Aarrrggghhh....."
Serasa pecah kepala Scarlet sedang memikirkan utangnya. Dia membuka Ponsel kentangnya dan iseng membuka Facebook.
Ternyata kejadian yang menimpanya di posting oleh seseorang dan dibagi sampai ribuan kali. Banyak pria yang berkomentar nyeleneh dan malah ada pria yang mau mengganti semua kerugian yang di derita Scarlet, asal dia mau menemani tidur semalam.
"Cari aku di Club Thedari, aku berjanji akan membantumu." tulis seseorang di Facebooknya. Scarlet enggan menjawab, dia sudah mengerti buaya darat zaman sekarang. Mereka banyak tipu-tipu dan omong kosong.
Baru saja dia mau tidur nyonya Odena menelponnya, terpaksa dia mendengarkan keluhan nyonya Odena dan memperingatkannya supaya cepat membayar ganti rugi Gucinya.
"Nyonya Damayanti dalam keadaan stres karena suaminya menggugat cerai." kata nyonya Odena.
"Apa hubungannya dengan saya nyonya."
"Karena kejadian itu, banyak yang mengecam nyonya Damayanti dan rating sinetronnya anjlok. Semua produser memutuskan hubungan kerja dengan nyonya Damayanti."
"Maaf nyonya Odena, saya tidak bisa memberi masukan, semua telah terjadi. Saya juga di pecat oleh bos saya. Mungkin sudah nasib."
"Saya sebenarnya sangat kasihan denganmu apa kamu mau bekerja di Toko Bunga teman saya, kalau mau saya akan menghubungi teman saya."
"Mau nyonya."
"Kalau begitu datang ke Toko Bunga Cempaka Wangi, katakan kamu teman saya. Semoga kamu diterima, yang punya adalah teman baik saya."
"Trimakasih banyak nyonya Odena."
Keesokan harinya Scarlet pergi ke Toko Bunga temannya nyonya Odena. Dia seorang Ibu yang sibuk namanya ibu Yulianti.
Ibu Yulianti lalu mempekerjakan Scarlet di toko bunga miliknya. Dia merasa betah, dan menekuni pekerjaannya dengan senang hati.
****(
Ditengah kesibukannya bekerja, dia terus menerus dituntut untuk membayar hutang. Akhirnya dia memutuskan untuk melakukan one night stand dan menjual miliknya yang paling berharga demi uang. Tidak ada jalan lain.
Malam ini dia berdandan sedikit berani, memakai pakaian tank top dan celana Jean pensil. Dia pergi ke Bar Thedari ingin bertemu seseorang yang bisa menolongnya. Sebenarnya dia merasa risih dengan semua ini. Tapi apa boleh buat, malam ini dia harus membawa uang pulang.
Scarlet turun dari Ojol memasuki sebuah Bar yang terkenal dikalangan atas. Dia menarik napas pelan dan membuangnya kasar. Dia berusaha mengusir rasa gugupnya. Ini adalah pertama kalinya dia mendatangi tempat seperti ini. Seumur-umur tidak terpikir olehnya untuk datang kesini
"Silahkan anda menaruh down payment dulu nona." kata seorang Front office mencegat Scarlet di depan pintu masuk.
"Apa? saya tidak mengerti." sahut Scarlet mengerjapkan matanya.
"Nona harus menaruh uang muka sebanyak lima juta rupiah baru boleh masuk ke dalam." Scarlet bengong, kerongkongannya mendadak kering.
"Koq banyak bang, saya tidak akan beli apa-apa di dalam. Apa tidak boleh ditawar bang?"
Orang itu tidak menjawab, malah tersenyum. Dia kemudian menelpon bos nya memakai bahasa Inggris. Scarlet fasih berbahasa Inggris dan mengerti apa yang dibicarakan oleh orang itu.
Pada intinya dia mengatakan ada barang baru. Diakah yang disebut barang baru atau ayam kampus? brengsek banget. Sudah terlanjur disini, mau mundur malu. Para pria yang baru berdatangan memandang Scarlet dan mencoba ramah. Tapi penjaga melarang pria-pria itu mendekati Scarlet.
"Silahkan masuk nona, bos kami mau berbaik hati menolong nona dan memberi masuk."
"Trimakasih, bang."
Scarlet lega dan cepat-cepat masuk ke dalam. Sampai di dalam dia heran melihat ruangan yang luas dan bau minuman yang menusuk hidung. Suara house musik membuat dada Scarlet bergemuruh. Lampu Bar juga temaram, dan banyak orang melantai dengan pasangannya.
Scarlet memutar pandangannya mengamati ke seluruh penjuru ruangan. Dia bingung mau duduk dimana. Kemudian pandangannya berhenti pada seorang pria tampan yang duduk sendirian di depan meja bar. Kalau dilihat lebih dekat lagi, pria itu benar-benar tampan. Rahang kokoh, bibir penuh, alisnya tebal dan rapi, rambutnya undercut, terkesan macho. Lalu mata Scarlet pindah ke punggung kokoh pria itu. Tidak berhenti sampai disana dengan kurang ajarnya mata Scarlet pindah menyusuri bagian perut dan kebawah lagi dan oke, stopp... Scarlet bergidik dia menggelengkan kepala. Sungguh mengerikan.
Dengan memantapkan hatinya dan membuang rasa nervous, akhirnya dia menghampiri pria itu.
"Hallo..aku boleh bergabung di sini?" Scarlet bertanya gugup. Pria itu menoleh sambil mengangkat alisnya.
"Boleh aku duduk di sini?" tunjuk Scarlet pada kursi kosong disamping pria itu. Laki-laki itu menatap Scarlet dari ujung rambut sampai ujung kaki. Acuh.
"Silahkan," jawabnya pendek, lalu menggoyangkan gelas Vodkanya.
"Mau minum apa nona?" Bartender bertanya dengan sopan.
"Ada jus Avocado?" tanyanya ragu, dia bingung pasalnya dia belum pernah datang ketempat beginian. Jadi dia tidak tahu ada minuman apa yang biasanya di pesan orang yang datang ke kempat ini. Scarlet melihat pengunjung lain, di antara mereka tidak terlihat ada yang .minum jus. Bartender itu diam.
"Apa disini menyediakan jus?" tanya Scarlet lagi. Bartender itu menahan senyum. Scarlet mendengar pria di sampingnya terkekeh geli. Pria itu mengamati penampilannya yang berbeda dari pengunjung yang lain. Memang terlihat masih polos.
"Pulanglah nona, seperti nya anda tidak cocok berada di tempat ini. Kalau mau beli jus di warung depan saja, atau kamu salah masuk kandang?" kata pria itu tersenyum.
Scarlet menoleh, dia tersinggung dengan perkataan pria itu. Sombong amat!!. Dia kira aku ini kampungan?
Dia membuka ponselnya dan mulai mengetik minuman di google. Lalu muncullah beraneka nama minuman beralkohol yang ada di Bar.
"Satu gelas Cocktail Vodka." katanya menyebut salah satu minuman berakohol. Scarlet melirik pria di sampingnya yang menyembunyikan senyumannya.
Bartender itu juga tersenyum dan meracik Vodka, kemudian Juggling. Scarlet ternganga melihat kemahiran Bartender itu, tidak terasa dia berdiri dan bertepuk tangan sendiri. Semua orang melihatnya. Malu begitulah pikiran Scarlet, saat ini. Ternyata pengunjung lain menonton dirinya yang heboh, bukan menonton Bartender.
Akhirnya minuman itu diserahkan kepada Scarlet.
"Bang...ini minuman yang tadi aku pesan?" tanyanya heran sambil mengangkat gelas bertangkai yang isinya sedikit. Mana bisa ngilangin haus, pikirnya.
"Ini namanya Cocktail nona." kata pria disampingnya. Ternyata sedikit sekali isinya. bathin Scarlet.
"Silahkan diminum nona, mumpung masih seger." kata Bartender itu ramah. Dia ingin sekali melihat gadis ini mabuk. Scarlet mencium bau minuman itu dan wajahnya terlihat menggelikan.
Scarlet lalu berdiri sambil membawa gelasnya, dia berniat cari meja lain, dia terlanjur kesal dengan pria ini. Dia ingin bersembunyi minum supaya tidak memalukan kalau dia muntah.
Senyum Scarlet terbit saat melihat seorang laki-laki yang duduk sendiri di pojok ruangan. Pria itu kelihatan tampan sama dengan pria yang berada di sampingnya ini. Tapi harus Scarlet akui kalau pria yang berada disampingnya lebih tampan dan cold.
Saat dia hendak melangkah ke arah pria yang berada di pojok, pria yang berada disampingnya menahannya.
''Heitt..jangan pegang-pegang ya." ketus Scarlet. Pasalnya dia masih tersinggung dengan pria ini.
"Bayar dulu minumannya nona." kata pria itu tersenyum tipis. Seketika wajah Scarlet memerah.
"Ohh..tapi aku belum minum, apa bayar duluan?"
"Ya nona, cukup 500 ribu saja." kata Bartender itu yang membuat Scarlet mundur satu langkah.
"Haa?? semahal ini." sahut Scarlet terkejut. Dia tidak menyangka sama sekali. Kenapa begitu mahal.
"Itu sudah diskon nona, biasanya Juggling saja 500 ribu." sahut Bartender itu lagi.
"Maaf bang uangnya campur, kalau warnanya sama terasa gak enak." kata Scarlet mengambil dompetnya. Dia menyesal datang kesini, sisa gajinya habis untuk beli minuman. Untung masih ada recehan untuk naik gojek. Besok mau makan apa?
"Tidak apa-apa nona, recehan juga boleh." kata Bartender menahan tawa.
"Dari tadi aku melihat kalian berdua main mata, apa kalian sengaja membuat aku bangkrut." ucap Scarlet membuka dompetnya. Dia mulai menghitung uangnya. Dia bersyukur ada 500 ribu, walaupun ada sepuluh ribuan dan lima ribuan.
"Saya sudah langganan disini, kita sudah kenal satu sama lain, jadi kami terlihat akrab. Supaya nona tidak rugi makanya minumannya di habisin. Atau nona takut mabuk?"
"Mabuk? tidaklah, minumannya cuma se iprit begini."
"Kalau begitu minum saja." kata pria yang berada disampingnya.
Merasa diremehkan Scarlet langsung
mengambil Vodka nya meminumnya dengan sekali teguk. Tidak lupa dia memencet hidungnya. Tenggorokan nya serasa terbakar, ditambah lagi rasa pening yang belakangan timbul di kepalanya. Scarlet menaruh gelas dengan sedikit kasar.
"Aduhh..nggak enak banget, lebih jelek dari jamu." keluh Scarlet. Dia menoleh kesamping. Pria yang ada di sampingnya menatapnya mesra.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!