"Oke, sekarang kita putus aja," kata Bita sambil mengebrak meja.
"Sapa juga takut. Aku juga udah muak pacaran sama kamu," Dion pun diliputi emosi.
"Nah, kalo gitu ngapain situ gak mau ku putusin?" kata Bita.
"Kemarin lagi khilaf aja kok. Sekarang kalo mau ngajak putus aku ladeni kok," kata Dion.
"Emang yakin nih mau putus dari Bita? Tar nangis-nangis lagi, minta balikan," kata Bita sedikit sombong.
"Kali ini Abang udah benar-benar yakin. Abang capek pacaran sama Bita, makan hati terus," kata Dion.
"Ya sapa juga yang nyuruh makan hati terus, tar yang ada Abang malah kena kolesterol sama asam urat," kata Bita.
"Mana ada kayak gitu, Abang kan masih muda. Masih aman meskipun tiap hari makan jeroan juga," kata Dion mulai melunak.
"Mana tau Si kolesterol sama asam urat kalo Abang masih muda. Emang Abang nunjukin KTP ke mereka?" tanya Bita.
"Lha ngapain juga Abang nunjukin KTP, emang mereka itu Pak RT?" kata Dion dongkol.
"Ya biar mereka tau, kalo Abang itu masih muda, jadi mereka gak nyerang Abang," kata Bita.
"Kalaupun mereka nyerang kan Abang masih bisa melawan. Jelek-jelek gini kan Abang jago karate. Udah sabuk coklat juga," kata Dion.
"Heleh, sabuk coklat aja udah bangga. Bita dong, sabuk hitam," kata Bita sambil menunjukkan ikat pinggangnya.
"Itu kan bukan sabuk karate Bita," kata Dion sambil cemberut.
"Yang penting kan warnanya hitam. Masih lebih tinggi levelnya dari sabuk coklat," kata Bita bangga.
"Suka-suka Bita dah, yang penting Bita bahagia," kata Dion pasrah.
"Iya makasih ya Bang buat doanya," kata Bita.
"Iya sama-sama Bita, apa sih yang enggak buat kamu?" kata Dion.
"Jadi apa nih kesimpulan yang bisa di ambil? Jadi nih Abang ngajak putus?" tanya Bita.
"Tunggu deh Abang pikir-pikir dulu aja," kata Dion.
"Kok jadi pikir-pikir lagi sih? Bukannya tadi udah yakin?" tanya Bita.
"Tadi sih udah yakin. Cuma gara-gara Bita aja, Abang jadi berubah pikiran," kata Dion.
"Kok gara-gara Bita sih? Kan Bita gak lagi modus ke Abang juga. Abang aja tuh yang labil, tadi yakin sekarang jadi gak yakin lagi," kata Bita.
"Ya karena Bita bikin Abang jadi gemes, makanya Abang jadi gak yakin. Tar kalo beneran putus sama Bita, Abang jadi gak punya teman berantem," kata Dion.
"Ya udah deh kalo mau dipikirin lagi, Bita kasih waktu sampai besok. Sekarang Abang pulang aja deh. Bita lagi badmood, jadinya ngantuk, pengen tidur!" kata Bita.
"Jadi Abang di usir nih ceritanya?" tanya Dion.
"Ya terserah Abang, mau pulang monggo. Mau tetap di sini ya gapapa juga. Tapi Bita mau masuk, mau tidur, ngantuk," kata Bita.
"Ya udah deh kalau gitu. Abang pulang dulu ya Sayang. See you," kata Dion sambil beranjak.
"Iya Bang, hati-hati di jalan," kata Bita.
Dion pun segera melangkah untuk pulang ke rumahnya.
"Good night Bita, have a nice dream," kata Dion dari teras rumahnya yang persis berhadapan dengan rumah Bita.
"Good night too Bang."
*****
"Gimana Bang? Jadi nih kita putus?" tanya Bita yang barusan menutup pintu pagar.
"Gak jadi aja deh kalo sekarang. Kapan-kapan aja putusnya. Ayo naik, Abang anterin kamu ke sekolah," kata Dion.
"Ya udah kalo gitu, kan mayan Bita jadi masih ada yang nganterin sekolah," kata Bita sambil tersenyum.
"Bita pikir Abang tukang ojek gitu?" tanya Dion sambil cemberut.
"Ya semacam itulah, tukang ojek pribadi sih," kata Bita tersenyum jahil.
"Nanti pulang, mau Abang jemput gak?" tanya Dion.
"Gak deh, Bita pulang sendiri aja. Takut ngerepotin Abang," kata Bita.
"Haduh, baru sekarang ngomongnya gitu. Kenapa gak dari kemarin-kemarin sih? Kan Abang jadi gak usah repot-repot juga," kata Dion makin cemberut.
"Jadi dari kemarin-kemarin tuh Abang merasa di repotin ya, sama Bita?" tanya Bita.
"Ya gak juga sih. Abang seneng aja kok di repotin Bita. Justru kalau Bita gak ngerepotin, Abang merasa gak berguna," kata Dion.
"Tuh kan labil. Tadi katanya gak mau direpotin, sekarang bilangnya seneng di repotin. Kan Bita jadi bingung," kata Bita.
"Bita bingung ya? Samma, Abang juga bingung kok. Bisa-bisanya Abang mau direpotin Bita," kata Dion.
"Au ahh, Bita pusing," kata Bita.
"Ya sama, Abang juga pusing," kata Dion.
"Kok Abang ngikut-ngikut mulu sih, gak kreatif deh," kata Bita kesal.
"Biarin aja, Abang seneng kok ngikut-ngikut Bita," kata Dion.
Bita diam, tak lagi menyahuti omongan Gideon.
"Dah sampai nih Dee. Sekolah yang bener ya, jangan kebanyakan main!" kata Dion.
"Iya, makasih ya Bang, udah anterin Bita. Hati-hati di jalan, jangan ngebut!" kata Bita.
"Pokoknya, nanti pulangnya Abang jemput, tungguin ya!" kata Dion
Bita cuma mengangguk, melambai pada Dion, dan berjalan masuk ke sekolahnya.
Gideon dan Tabita emang gak sekolah di sekolah yang sama. Gideon SMK dan Tabita SMA. Tapi sebisa mungkin, Dion selalu mengantar jemput Tabita.
*****
"Hallo semua, selamat pagi," sapa Bita pada teman-temannya.
"Pagi juga Bit. Udah ngerjain PR matematika belum? Nyontek dong!" kata Christanta teman sekelas Bita.
"Kerjamu nyontek mulu deh Chris. Mbok ya sekali-kali tuh usaha gitu lho," kata Bita sambil mengeluarkan buku PR nya.
"Ini kan udah usaha juga. Usaha nyontek kamu," kata Christanta sambil tertawa.
"Haduh, apa jadinya Indonesia kalau generasi mudanya model kayak kamu semua," kata Tabita sambil duduk di bangkunya.
"Yang jelas sih, Indonesia akan jadi negara berkembang lah," kata Christanta sambil mulai menyalin PR matematika.
"Mau-mau aja sih kamu nyontek in Si Chris. Tar jadi makin males tuh anak," kata Ivana.
"Biar aja, itung-itung membantu yang lagi membutuhkan. Toh yang rugi juga dia kok, bukan aku," kata Bita.
"Rugi gimana maksudnya?" tanya Ivana tak mengerti.
"Ya rugi karena gak ngerjain sendiri. Dia jadi gak bisa kan?" kata Tabita.
"Bener juga sih Bit, teori kamu," kata Ivana.
"Ya pasti bener dong. Kan Tabita selalu benar," kata Bita.
"Gimana Bit, kamu jadi putus sama Gideon?" tanya Ivana.
"Jadi sih, tapi kapan-kapan gitu putusnya, gak sekarang," kata Bita.
"Kok bisa gitu sih? Masa ada putus pake di pending?" tanya Ivana.
"Adalah, itu buktinya. Bang Dion minta putusnya tuh kapan-kapan aja. Gak sekarang," kata Bita.
"Ya udah deh, emang kalian berdua tuh pasangan yang aneh," kata Ivana.
Belum sempat Tabita membalas ucapan Ivana, guru yang mengajar jam pertama masuk ke kelas.
Perkenalan antara Tabita dan Gideon sebenarnya berawal dari tidak sengaja. Hari itu ada sebuah acara yang di peruntukkan untuk pemuda dan remaja.
"Bit, tar sore kamu ikutan acara yang di Taman Safari itu gak?" tanya Samuel.
"Kayaknya sih ikut, emang kenapa?" tanya Bita.
"Gapapa sih cuma nanya aja. Kirain kamu gak ikutan gitu," kata Samuel.
"Emang kamu ikutan?" tanya Bita.
"Ikut dong. Malah aku disuruh ngajakin anaknya teman kerja Mama. Dia baru pindah di daerah ini sih. Asalnya dari Surabaya," kata Samuel.
"Ya udah ajakin aja kalo gitu. Cewek apa cowok sih anak teman Mama kamu itu?" tanya Bita.
"Cowok kok, cakep lho anaknya. Cuma pendiam pakai banget, jadi kurang asik aja kalau di ajak berteman," kata Samuel.
"Berantem mulu sih yang dipikirin. Kata Mama Bita, kalau suka berantem, tar jadi monyet lho," kata Bita.
"Mama kamu ngarang itu mah, masak manusia bisa berubah jadi monyet cuma karena berantem," kata Samuel sambil tertawa.
"Yang bilang kan orang tua lho, kalau gak percaya, tar kamu bakal kualat. Tar jadi monyet beneran deh," kata Bita meyakinkan.
"Iya deh Bita, terserah kamu aja," kata Samuel.
Samuel dan Tabita teman sekelas dari kelas satu SMP. Saat ini mereka berdua duduk di kelas delapan. Mereka sudah saling mengenal dari kecil, karena di kota asal orang tua mereka, beribadah di gereja yang sama. Dan keluarga keduanya merantau di kota yang sama juga saat ini.
*****
Sore harinya, Tabita tampak sibuk mempersiapkan diri untuk hadir di acara pemuda remaja.
"Mas, mau hujan nih kayaknya, kita jadi ikut acara pemuda remaja gak," tanya Bita pada Kakaknya, Yosua.
"Ya jadilah, Mas kan udah janjian sama teman-teman sekolah Mas buat ketemu di sana," kata Yosua sambil mencuci motornya.
"Kalo Mas sama teman-temannya Mas, nanti Bita sama siapa dong?" tanya Bita.
"Ya kamu sama teman-teman kamu lah. Emang gak ada yang ikut?" tanya Yosua.
"Ya ada sih ada. Tapi kan biasanya mereka pada ngumpul sama teman gerejanya masing-masing," kata Bita sambil manyun.
"Ya udah, kamu gabung aja dong sama mereka!" saran Yosua.
"Gak mau ahh, Bita mau gabung sama Mas aja," kata Bita.
"Ya gabung aja lah. Pada kenal juga kan?" kata Yosua.
"Itu kenapa motor pakai di cuci sih, toh lagi hujan. Tar juga pasti kotor lagi," kata Bita.
"Ya suka-suka Mas lah. Motor Mas juga kan? Bukan motor kamu," kata Yosua.
"Itu namanya pemborosan. Boros sabun, boros air dan boros tenaga juga," kata Bita.
"Hadeh jadi orang kok bawel banget. Lama-lama Mas siram nih," ancam Yosua.
"Beraninya juga sama anak kecil," Bita makin manyun.
"Dah sana, kamu mandi, trus siap-siap. Abis ini hujan reda kita berangkat!" kata Yosua.
"Siap bos," kata Bita.
Tabita pun masuk ke dalam rumah dan segera mandi dan bersiap, meninggalkan Yosua yang masih asik mencuci motornya.
*****
Arena pertunjukan lumba-lumba di Taman Safari yang menjadi tempat diadakannya acara pertemuan pemuda dan remaja sangat ramai. Tempat itu bisa menampung dua ribu orang lebih, dan hampir semua tempat telah terisi penuh.
Tabita dan Yosua yang baru sampai, tampak mencari keberadaan teman-teman mereka.
"Kamu lihat teman-teman Mas gak Dee, pusing Mas kalau harus nyari diantara orang sebanyak ini," kata Yosua.
"Lha ini kan juga lagi nyari," kata Tabita sambil mengedarkan pandangannya.
"Kamu sih tadi mandinya lama. Coba kalau kita gak telat kan bisa ketemu mereka di depan gerbang arena lumba-lumba. Karena kita lama, jadi di tinggal masuk deh," kata Yosua kesal.
"Ya udah, chat aja temannya Mas, tanyain posisinya dimana gitu. Biar kita gampang nyariin," kata Tabita.
"Meskipun gak kamu suruh kan dari tadi udah Mas chat. Yang jadi masalah kan di sini tuh gak ada sinyal. Nih dari tadi chat Mas gak terkirim," kata Yosua sambil memperlihatkan ponselnya.
"Emang Mas punya kuota? Tar ternyata gak terkirim bukan karena sinyal tapi karena gak ada kuota," kata Tabita sambil memeriksa ponselnya sendiri. Ternyata emang tak ada sinyal.
Kembali Tabita mengedarkan pandangannya ke sekeliling arena.
"Mas, itu teman-teman Mas bukan sih? Yang di dekat patung Garuda itu," kata Tabita sambil menunjuk.
" Mana?" tanya Yosua.
"Itu lho, baris keempat dari depan," tunjuk Tabita.
"Oh iya bener. Ke sana yuk!" ajak Yosua.
Tabita mengikuti Yosua untuk berjalan menuju teman-temannya.
*****
Yosua dan Tabita menyalami teman-temannya dan duduk bergabung bersama mereka.
"Lama amat sih kalian tadi? Nunggu nya sampai lumutan nih," tanya Niko teman Yosua.
"Ini nih Tuan Putri, mandinya pakai berendam, makanya lama," kata Yosua sambil menjitak kepala Tabita.
"Ya namanya juga cewek, wajar dong kalau mandinya lama," gerutu Tabita sambil mengusap kepalanya yang kena jitak.
"Percuma juga kamu mandi lama-lama, toh tetep aja bau acem," kata Yosua.
"Biar acem juga yang penting cantik," Tabita membela diri.
"Dah ahh, kalian berdua berisik mulu sih," kata Niko.
Tabita mengedarkan pandangannya lagi. Mencari keberadaan teman-temannya.
Tak jauh dari tempat itu tampak Samuel yang sedang melambai ke arah Tabita.
"Mas, Bita pindah duduk di sana ya. Itu ada Samuel," kata Bita minta ijin.
"Iya, nanti kalau udah pulang, balik kesini lagi. Biar Mas gak nyari-nyari," pesan Yosua pada Tabita.
"Oke deh Mas," kata Tabita sambil beranjak untuk menghampiri Samuel.
"Halo semua, selamat Paskah ya," Bita menyapa teman-teman Samuel.
Semua membalas ucapan Tabita, dan mereka saling berjabat tangan.
"Duduk sini deh kamu Bit. Nih kenalin teman aku, namanya Gideon!" kata Samuel.
"Gideon," Dion menyebutkan namanya dan mengajak bersalaman.
"Tabita, teman sekolahnya Samuel," Tabita menyambut uluran tangan Dion.
"Kamu tadi ke sini naik apa Bit?" tanya Samuel.
"Naik motor sama Mas," jawab Bita.
"Gak ikutan rombongan gereja?" tanya Samuel.
"Gak lah, kan lebih deket juga berangkat dari rumah kemari, daripada harus ke gereja dulu," jawab Tabita.
"Terus itu, yang sama Mas mu, bukan teman gereja?" tanya Samuel lagi.
"Bukan kok. Mereka teman-teman sekolah Si Mas kok. Teman gereja Bita gak tau pada duduk dimana. Susah nyarinya," kata Tabita.
"Nih Bang Dion, ajak ngobrol dong Bit!" kata Samuel.
"Bang Dion sekolah dimana, kelas berapa?" tanya Bita.
"Satu-satu dong nanyanya," kata Gideon.
"Udah deh jawab aja. Kan sekalian, biar ngirit," kata Tabita.
"Sekolah di SMP Sejahtera. Kelas sembilan," jawab Gideon.
"Oh, tinggalnya dimana?" tanya Tabita lagi.
"Sementara ini masih di mess pabrik tempat Ayah kerja," kata Gideon.
"Oh begitu."
"Iya"
Dan obrolan berakhir sampai di situ.
"Pagi Tabita," sapa Samuel.
"Pagi juga Samuel. Tumben kamu ceria banget pagi ini?" tanya Tabita.
"Kamu tau gak Bit, Si Bang Gideon itu sepertinya naksir kamu deh. Dari kemarin nanyain kamu mulu," kata Samuel.
"Kebiasaan deh, kalau ditanya tuh jawab dulu dong, baru nanya balik," kata Tabita kesel.
"Emang kamu tadi nanya apa sih?" tanya Samuel.
"Kenapa pagi ini kamu ceria banget?" Tabita mengulang pertanyaannya.
"Oh itu. Ya karena dari kemarin itu, Bang Dion nanyain kamu mulu. Sepertinya dia naksir kamu," kata Samuel.
"Apa hubungannya sama kamu yang ceria?" tanya Tabita heran.
"Kalo dia beneran naksir kamu kan pastinya nanti bakal akrab sama aku. Nah aku jadi bisa modus ke dia," kata Samuel sambil tertawa.
"Modus gimana sih Sam?" tanya Tabita semakin tak mengerti.
"Kan Bang Dion itu jago banget main game lost saga. Udah sultan banget tuh dia, jadi kan aku nanti bisa modus pinjem char game dia, begitu, " kata Samuel.
"Itu namanya memanfaatkan teman," kataku ketus.
"Kan gapapa Bit, toh tujuannya baik juga. Mengurangi jumlah jomblo dari Indonesia," kata Samuel sambil tertawa.
"Heleh, kayak sendirinya gak jomblo aja," kata Tabita.
"Aku kan gak jomblo Bit, tapi single," kata Samuel membela diri.
"Apa bedanya sih?" tanya Tabita.
"Single itu pilihan, tapi jomblo itu nasib," kata Samuel.
"Sama aja. Sama-sama gak laku juga," kata Tabita.
"Ya bedalah, kok sama sih?" kata Samuel.
"Pokoknya sama!! Terus, kalo emang Bang Dion beneran naksir aku? Kamu yakin aku mau?" tanya Tabita.
"Ya harus mau dong. Kalau gak mau, ya aku paksa," kata Samuel santai.
"Hemm."
"Dia minta nomer WA mu tuh. Boleh gak aku kasih?" tanya Samuel.
"Suruh aja minta sendiri. Jangan kamu yang kasih," kata Tabita.
"Lha? Gimana caranya tuh?" tanya Samuel.
"Suruh aja dia add FB Bita!" kata Tabita.
"Oke lah kalau begitu," kata Samuel.
*****
Ada permintaan pesan di facebook Tabita. Ada juga permintaan pertemanan.
'Gideon Yogatama mengirimi anda permintaan pertemanan'
'Konfirmasi'
Pesan messenger :
Gideon : 'Hay masih ingat aku?'
Tabita : 'Hay juga. Sapa ya?'
Gideon : 'Yahhh. Masa sih udah lupa?'
Tabita : 'Sepertinya sih begitu. Udah deh ngaku aja!'
Gideon : 'Yang di taman Safari'
Tabita : 'Oh, yang temannya Samuel ya?'
Gideon : 'Iya, bener'
Tabita : 'Oh'
Gideon : 'Lagi apa nih?'
Tabita : 'Lagi chat sama mantan'
Gideon : 'Kok sama mantan? Gak sama pacar?'
Tabita : 'Pacarnya masih otw'
Gideon : 'Kalo gitu, monggo di lanjut!'
Tabita : 'Oke'
Gideon tersenyum membaca chat antara dirinya dan Tabita. Sungguh seorang gadis yang unik, membuatnya semakin penasaran untuk lebih mengenalnya.
Gideon menelepon Samuel, ada yang ingin dia tanyakan padanya.
"Halo Sam, lagi sibuk?" tanya Gideon begitu telepon tersambung.
"Halo juga Bang. Gak juga kok, lagi gambar-gambar aja. Ada apa Bang?" tanya Samuel.
"Cuma kasih tau, aku baru saja chat sama Tabita di messenger. Waktu ku tanya, dia bilang lagi chat sama mantan. Emang mantan dia siapa?" tanya Gideon.
"Oh itu, anak kelas sebelah. Namanya Noel," kata Samuel.
"Cakep gak anaknya?" tanya Gideon penasaran.
"Biasa aja sih, cakep juga aku Bang, wkwkwkwk," kata Samuel sambil tertawa.
"Emang udah lama mereka putusnya?" tanya Gideon lagi.
"Udah lama sih Bang. Cuma keduanya masih kelihatan akrab, gak musuhan kayak mantan pada umumnya," jawab Samuel.
"Ya udah kalau gitu. Makasih infonya Sam," kata Gideon.
"Abang naksir ya sama Tabita?" tebak Samuel.
"Belum, cuma sebatas penasaran aja, sepertinya dia cewek yang unik," kata Gideon.
"Ya kalau Abang naksir dia, siap-siap aja. Saingannya banyak," kata Samuel sambil tertawa.
"Gak heran sih aku kalau dia banyak yang naksir, anaknya manis. Nyenengin orang yang melihatnya," kata Gideon.
"Asal Abang tau, dia itu judes dan asal bunyi lho kalo ngomong," kata Samuel.
"Masa sih Sam? Jadi makin penasaran nih aku. Kamu bisa bagi nomer WA nya gak Sam?" tanya Gideon.
"Kata Tabita, aku gak boleh ngasih Bang. Minta sendiri aja sama dia. Bisa chat messenger kan?" kata Samuel.
"Iya deh Sam, sekali lagi makasih ya. Udah di kenalin sama dia," kata Gideon.
"Iya, sama-sama Bang," kata Samuel.
"Lanjutin deh Sam gambarnya, maaf udah menggangu," kata Gideon.
"Gak kok Bang, santai aja," kata Samuel.
"Bye Sam," pamit Gideon.
"Iya Bang, bye juga," balas Samuel.
Gideon kembali tersenyum setelah mengakhiri panggilannya dengan Samuel.
"Tunggu Tabita, aku ku kejar kamu sampai ke ujung langit sekalipun," kata Gideon dalam hati.
*****
"Semalam kamu chat sama Bang Gideon di messenger ya Bit?" tanya Samuel pagi itu.
"Kok kamu tau sih? Ada yang lapor ya?" tebak Tabita.
"Pastinya sih. Kayaknya Bang Dion tuh beneran naksir kamu deh Bit. Semalam dia nanya-nanya tentang kamu mulu," kata Gideon.
"Emang nanya apaan? Kok gak nanya ke orangnya langsung aja? Kenapa mesti nanya kamu?" berondong Tabita.
"Ya aku gak tau lah. Mungkin dia masih malu-malu kalau nanya ke kamu. Makanya nanya ke aku," kata Samuel.
"Emang nanya apa aja?" tanya Tabita.
"Nanyain mantan kamu. Katanya waktu dia tanya kamu sedang apa, jawabanmu lagi chat sama mantan," kata Samuel.
"Terus kamu kasih tau?" tanya Tabita.
"Ya aku kasih tau, kalo mantan kamu itu Si Noel," kata Samuel.
"Yaelah, ember banget sih kamu Sam," kata Tabita kesal.
"Aku kasih tau juga, kalau kamu tuh banyak yang naksir. Biar Bang Dion tuh siap-siap," kata Samuel.
"Siap-siap buat apa emang?" tanya Tabita heran.
"Siap-siap buat banyak saingan kalo beneran dia naksir kamu lah," kata Samuel.
"Hemm sampai segitunya ember kamu Sam," Tabita makin kesal.
"Aku juga bilang kok, kalau kamu tuh judes dan asal bunyi kalau ngomong," kata Samuel sambil tertawa.
"Gak sekalian aja kamu kasih tau nama Bapakku, nama Emakku, nama Masku juga, biar lengkap," Tabita makin sewot.
"Ya nantilah kalau dia nanya. Lagian kan gak ada info yang gratis juga. Semua harus bayar," Samuel semakin lebar tertawanya.
"Bener-bener cowok ember deh kamu Sam. Lama-lama aku order rok deh buat kamu pakai," kata Tabita sewot.
Samuel cuma tertawa ngakak melihat Tabita yang semakin sewot ke dia.
*****
Sementara di sekolah yang berbeda, tampak Gideon sedang tersenyum sambil melihat ponselnya.
"Napa kamu senyum-senyum kayak gitu Yon? Kesambet ya?" tanya Dina yang melihat kelakuan Gideon.
"Aku lagi stalker akun facebook cewek cantik nih Din, lihat deh! Cantik kan?" tanya Dion sambil memperlihatkan ponselnya pada Dina.
"Mayan sih, manis. Emang anak mana tuh?" tanya Dina.
"Anak SMP 1,temannya tetangga ku," kata Gideon.
"Terus kamu kenal dimana sama dia?" tanya Dina penasaran.
"Kenal di taman Safari," jawab Gideon.
Gideon masih saja asik melibat foto-foto Tabita di facebook sambil tersenyum. Dia merasa gemas dengan gaya berfoto Tabita yang menurutnya lucu. Wajahnya sangat fotogenik, sangat imut untuk difoto.
"Ya udah, kejar aja Bro. Good luck ya!" kata Dina. Ada sedikit perih di hatinya, karena selama ini Dina diam-diam naksir sama Dion.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!