Tatapan mata mereka bertemu.
Akhirnya pria itu pulang dan sekarang berada dihadapannya.
Narra menoleh pada Indra dan Rea yang saling merangkul dengan senyum senang karena berhasil memberi kejutan padanya.
Beberapa jam lalu ...
"Na, ikut yuk" ajak Rea.
"tidak ah, aku tidak mau jadi obat nyamuk kalian" ucap Narra sambil merapikan meja kerjanya.
"tidak apa, aku dan Indra hanya makan siang. Daripada kamu makan sendiri ya mending dengan kita" ujar Rea lagi.
Belum sempat Narra menjawab, Indra keluar dari ruangan atasannya yang sekaligus teman SMAnya bersama Alex asistennya. Kekasih Rea itu menghampiri mereka.
"ayo kita jalan sekarang" ajak Indra.
"mana bisa jalan sekarang sayang, Narra tidak mau ikut" sahut Rea.
"kenapa ?" tanya Indra, pandangannya beralih kepada Narra.
"aku tidak mau ganggu kalian" ucap Narra.
"tidak apa, kak Alex juga ikut dan kamu tidak perlu izin lagi pada bossmu. Aku sudah meminta izin" ucap Indra lagi.
"itu kan, ayolah Naaaaa" bujuk Rea.
"baiklah, aku masuk kedalam dulu" kata Narra seraya beranjak masuk kedalam ruangan atasannya.
Walaupun Indra sudah meminta izin tapi sebagai bawahan, dia harus meminta izin sendiri kepada atasannya.
*
Mobil yang dikemudikan Indra tepat di depan mereka memasuki kawasan bandara. Narra menoleh pada Alex disebelahnya.
Dia semobil dengan Alex karena Indra dan Rea terlalu romantis untuk dilihat sepanjang jalan.
"kak, kenapa kita ke bandara ?" tanya Narra.
"nanti kamu juga tau" balas Alex tanpa menoleh kearah Narra.
Narra menghela nafas. Dia tidak bisa bertanya lebih jauh lagi. Karena Alex tampak fokus mengemudi.
*
Narra semakin gugup bertatapan dengan Andra.
"apa kabar Na ?" tanya Andra seraya mendekat.
"aku baik" jawab Narra singkat.
Andra tersenyum. Tangannya mengusap puncak kepala Narra. Hatinya teramat merindu. Walapun mereka selalu menyempatkan waktu untuk saling memberi kabar lewat pesan dan video tapi bertemu seperti ini hal yang paling Andra inginkan setelah tiga tahun meminta Narra untuk menunggunya pulang.
"baiklah... daripada suasana canggung. Lebih baik kalian pergi makan siang berdua" Indra mencairkan suasana. Dia memberikan kunci mobil pada kakaknya.
"kami duluan ya kak, jaga sahabatku baik-baik" ucap Rea seraya mencubit gemes pipi Narra.
Narra hanya mematung.
"tenang bro, koper biar aku urus" sahut Alex lagi.
"terima kasih bro" balas Andra.
Narra memandang mereka, ternyata mereka sudah merencanakan ini. Hanya dia yang tidak tahu apa-apa.
"kita pergi Na" ajak Andra setelah tinggal mereka berdua.
Narra mengangguk seraya mengikuti langkah Andra. Dia tidak mampu untuk berkata kata. Dia masih kaget serasa campur aduk dengan rasa bahagia karena cowok yang mengisi hatinya selama tiga tahun ini, kini ada disisinya sekarang.
Selama ini Andra berada di negara J untuk melanjutkan studi spesialisnya.
*
Sepanjang jalan, Andra dan Narra saling diam. Andra fokus menyetir, sementara Narra masih canggung untuk memulai percakapan. Padahal selama tiga tahun LDRan, suasana canggung mereka perlahan mencair. Selama disana, Andra selalu memberi kabar tanpa dia minta. Narra membalasnya karena dia sudah janji akan membalas pesan dan menunggu Andra pulang.
"kamu baik-baik saja ?" tanya Andra seraya membuka telapak tangan kanan Narra. Dia mulai memeriksa dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang kemudi.
"aku baik-baik saja ka Nda" Narra memandang Andra.
Andra memandangnya sekilas lalu kembali mengemudi dengan kedua tangannya.
*
Taman kota.
Narra duduk di bangku tepi danau. Tempat dimana dulu Andra menyatakan perasaan cintanya sebelum berangkat ke negara J. Di tempat inilah Narra membalas perasaan Andra dan bersedia menunggunya pulang setelah menyelesaikan studinya. Sekarang Andra kembali membawanya kesini.
"ini minumannya" Andra menyerahkan susu coklat kemasan pada Narra seraya duduk disebelah Narra.
"terima kasih ka Nda" ucap Narra.
"kamu kenapa ?" tanya Andra. Dia memperbaiki posisi duduknya agar menghadap Narra.
Narra hanya menggeleng, "aku baik-baik saja kak. Ka Nda kenapa pulang tidak kasih tau aku ?" tanyanya.
"aku mau kasih kamu kejutan. Maaf ya Na" ucapnya.
Andra menatap Narra lekat, dia meraih jemari Narra "Aku sekarang sudah disini. Aku meminta kamu untuk segera menikah denganku" lanjutnya.
Narra kaget. Menikah ?! Mereka baru dekat, baru saling mengenal lebih khusus walaupun terpisah jarak. Kenapa Andra langsung mengajaknya menikah. Seperti terburu-buru.
"kenapa ?" tanya Andra menyadari perubahan raut wajah kekasihnya.
"apa sebaiknya kita lebih saling mengenal dulu kak. Aku belum siap" ucap Narra.
"aku mau kita saling mengenal dalam pernikahan. Aku sangat mencintai kamu. Apa kamu masih ragu sama aku ?" tanya Andra mencoba meyakinkan.
"aku... aku belum bisa jawab sekarang kak. Maaf" ucap Narra seraya menarik tangannya dalam genggaman Andra.
Andra duduk bersandar menghela nafasnya. Dia akan bersabar dan memberi Narra waktu untuk mengiyakan ajakan menikahnya.
"maaf kak, maafkan aku" ucap Narra.
Andra menggelengkan kepalanya, "tidak Na, aku yang terlalu buru-buru. Maaf" katanya seraya mengenggam tangan Narra.
"jangan dilepaskan, aku rindu" katanya menahan tangan Narra dipangkuannya.
Narra terdiam. Dia membiarkan tangannya dalam genggaman Andra.
*
Seperti biasanya di hari sabtu dan juga di hari minggu, Friends berkumpul di teras rumah Narra.
Kedai milik orang tua Narra yang terletak disebelah teras sangat ramai. Narra sesekali bolak balik membantu orang tuanya lalu kembali menemani sahabat-sahabatnya.
"maaf ya Na, kami jadi ganggu kamu" ucap Imel.
"tidak apa Mel, aku senang kalian kumpul disini. Santai saja" Narra tersenyum.
"jadi bagaimana pertemuan dengan kak Andra ? setelah sekian lama terpisah" tanya Desta dengan gaya seperti membaca puisi karya pujangga.
"iya ceritakan Na" sahut Imel.
Para sahabatnya tahu Andra pulang dari Rea melalui grup chat mereka.
"kita makan siang, ke taman kota trus aku balik ke kantor" jelas Narra.
"hanya itu ?" tanya Imel.
Narra mengangguk.
"kalian beneran jadian kan ?!" tanya Erga.
Narra mengangguk.
"kamu kok komen begitu Ga ? ya iyalah mereka jadian, kak Andra bilang cinta ke Narra dan meminta Narra menunggunya selama tiga tahun" ujar Sheva tidak mengerti sehingga dia mencoba menjelaskan lagi kisah Narra dan Andra.
"ya maksud aku.. kalo untuk orang yang kasmaran, seharusnya ada adegan pelukannya" Erga menaikan alisnya.
"hmmm mulai lagi korban drakornya Rea" balas Faya.
Semuanya tertawa. Bisa dibilang, diantara para sahabatnya Erga yang paling sering menemani Rea nonton drakor. Malah terkadang mereka saling memberi info tentang drama terbaru yang lagi viral di media sosial.
"hmmm kalo yang itu pastilah sudah di skip Narra di ceritanya" sergah Sheva.
"tapi Erga benar Na, kamu jangan terlalu kaku begitu. Jadi apa adanya kamu saja. Kak Andra itu sudah kaku, masa kamu juga ikutan kayak dia. Yang ada kalian itu kayak patung berdua" komen Imel.
"tuh dengar kata-katanya miss pematah hati cowo-cowo" sahut Desta seraya memonyongkan mulutnya.
Spontan Desta mendapat lemparan koran dari Imel.
Dengan kemampuan atlit basketnya, tembakan Imel sempurna mendaratkan gulungan koran itu di kepala Desta.
"three point" seru Erga seraya bertepuk tangan.
Desta mengusap kepalanya, "sakit Mel" katanya.
Faya yang duduk disebelah Desta mengusap kepala sahabatnya itu.
"makanya kalo ngomong jangan asal" tanya Imel yang sudah bersiap dengan koran satu lagi di tangannya.
"ampun Mel" seru Desta.
"tapi benar kan.. kamu itu bikin cowo patah hati sebelum berjuang" lanjut Desta masih tidak terima.
"diralat ya, aku masih menunggu orang yang aku suka" sahut Imel.
"ya ya ya" koor Faya, Erga, Desta dan Sheva.
"tapi masalahnya sampai sekarang kami tidak pernah tau siapa orang yang kamu suka" ujar Faya.
Semua mengangguk setuju. Imel hanya terdiam. Narra memandang Imel, dari dulu Imel selalu bilang seperti itu tapi dia selalu menutup rapat setiap didesak.
"Na, kamu tolong ibu ya. Antarkan makanan ini ke rumah sakit A Medika. Suster Marina order banyak. Ayahmu masih repot, kamu saja yang antar ya" pinta ibu Flanella datang menghampiri putrinya dengan kantongan berisi kotak makanan.
Narra menghela nafas. Bukannya dia tidak mau tapi rumah sakit A Medika milik keluarga Andra. Seluruh keluarganya ada disana.
Ayahnya dokter spesialis jantung dan direktur disana. Bundanya dokter spesialis mata sekaligus wakil direktur. Diandra, kakak Andra dokter spesialis kandungan. Sedangkan Indra, adik Andra dokter umum. Sementara Andra dokter spesialis bedah.
"baiklah bu, ibu tenang saja. Narra bisa" ujar Narra seraya meraih kantongan yang berisi kotak makanan dari tangan ibunya.
"maaf ya, ibu minta tolong sama kamu" kata ibu lalu beranjak kembali ke kedai.
Mau tidak mau dia yang harus pergi karena Ayahnya lagi repot. Sedangkan kakaknya belum pulang dari bengkelnya. Tidak mungkin juga membuat suster Marina kecewa karena suster Marina tetangga mereka yang merupakan pelanggan tetap kedai. Kadang suster Marina memesan dengan jumlah banyak.
"aku antar Na" Faya menawarkan bantuan.
"tidak usah, aku sendiri saja bawa motor. Kalian tidak apa ya aku tinggal ?" pamit Narra pada para sahabatnya.
"tidak apa.. kamu hati-hati ya" ujar Imel.
"beneran Na, kamu sendirian ? tidak mau diantar ?" tanya Faya lagi mencoba meyakinkan Narra.
"iya, aman" sahut Narra mengacungkan jempolnya lalu bergegas mengambil helm dan kunci motornya.
Dia membunyikan klakson sebagai pertanda pamit pada para sahabatnya. Narra pun berlalu.
*
Tiba di rumah sakit, Narra bergegas masuk kedalam dan langsung menuju meja jaga setelah bertanya pada security. Dia bertanya keberadaan suster Marina pada suster jaga di lobby, dan suster jaga itu pun menghubungi suster Marina.
"suster Marina bilang kamu langsung naik ke lantai 3, suster Marina piket disana" katanya.
"terima kasih" ucap Narra lalu menuju lift.
Narra keluar dari lift, pandangannya mencari meja jaga. Dia tersenyum pada suster Marina yang melambai kearahnya.
"terima kasih ya Na, kamu bisa bantu tante Mar menata ini di ruang rapat ?" tanya suster Marina lagi.
Narra mengangguk. Sebagai tetangga, keluarga mereka memang akrab jadi mereka tidak merasa sungkan satu sama lain. Narra pun mengikuti suster Marina keruangan yang dimaksud.
"Apa makan siangnya sudah siap ?" tanya seseorang dari belakang tepat di pintu masuk ketika mereka sedang menata makanan diatas meja.
"sudah dok" sahut suster Marina.
Narra berbalik. Andra berdiri di hadapannya.
"Na, kamu ada disini ?" tanya Andra.
"dokter kenal Narra ? Narra mengantar makanan ini dok. Semua makanan ini dipesan di kedai orang tua Narra. Kebetulan dekat rumah saya dan langganan saya juga" jelas suster Marina.
"iya, dia pacar saya" jawab Andra tersenyum kearah Narra.
Suster Marina tercengang. Karena selama ini Andra dan adiknya dokter Indra menjadi idola para gadis rumah sakit. Baik suster sampai dokter muda. Sebagai suster senior yang sudah berkeluarga, suster Marina sering mendengar rekan-rekannya curhat membahas Andra yang keliatannya belum mempunyai pasangan.
Narra memandang Andra. Andra memperkenalkannya dengan menyebut jelas status mereka.
"maaf ka Nda, aku harus pulang. Narra pulang tante Mar" pamit Narra segera berlalu keluar dari ruangan.
"Na, tunggu ! tante belum bayar makanannya" cegah suster Marina.
Langkah Narra terhenti. Dia berbalik dan menerima uang dari tangan suster Marina.
"Narra pulang tante" pamit Narra lagi tapi keberadaan Andra yang berada diambang pintu membuat langkahnya terhenti.
"kamu ikut aku" Andra menarik tangan Narra.
***
Andra terus menarik tangan Narra melewati lorong rumah sakit. Dia tidak perduli tatapan mata perawat yang berbisik kearah mereka.
Terus terang, Narra yang merasa tidak nyaman dengan tatapan itu.
Mereka lalu memasuki ruangan serba putih. Sepertinya ini ruang kerja Andra. Pikir Narra.
"kamu duduk" kata Andra. Dia mempersilahkan jelas dengan gerakan tangannya.
Dia lalu mengambil posisi duduk di sofa sebelah Narra.
"kamu kenapa ?" tanya Andra.
"aku..." Narra memandang Andra. Tatapan mata itu tajam tertuju padanya.
"jangan bilang kamu tidak kenapa-napa. Jelas ada yang kamu sembunyikan Na" terang Andra. Nadanya sudah mulai meninggi.
Selama mereka kenal, baru kali ini Narra mendengar Andra meninggikan nada suaranya saat bicara.
"aku baik-baik saja ka Nda" tekan Narra.
"baiklah tapi asal kamu tau, aku sudah mulai merasa kamu aneh waktu videocall terakhir kita sebelum aku pulang. Tolong kamu jangan bersikap begini sama aku" Andra mulai merendahkan nada bicaranya.
Narra menatap Andra.
Andra sudah sangat baik sama dia, kenapa dia bersikap acuh. Pikirnya.
Selama Andra di negara J, Narra bersikap selayaknya pasangan kekasih yang berjauhan tapi kenapa setelah Andra kembali, dia bersikap canggung. Seharusnya dia bersikap sama. Karena dia menerima Andra karena dia suka bukan karena keterpaksaan.
Narra tersenyum, "aku tidak apa kak, mungkin karena baru ini kita bersama sebagai pasangan. Selama ini, kita hanya bicara melalui sosmed dan sebelumnya kita saling mengenal seperlunya saja. Maafkan sikapku kak" terang Narra tapi tetap masih menutupi hal yang sebenarnya. Dia tidak ingin Andra semakin marah.
"hanya itu ?" Andra meyakinkan.
Narra mengangguk. Dalam hatinya, dia mengucap maaf pada Andra.
"baiklah... aku antar kamu pulang ya" kata Andra akhirnya.
"aku bawa motor ka Nda. Lagipula kakak pasti sudah ditunggu diruangan tadi" Narra mengingatkan.
Andra teringat. Dia seharusnya makan siang bersama keluarganya di ruang meeting. Hal yang selalu mereka lakukan setiap hari sabtu sebagai 'qualitytime'.
Pintu ruangan Andra diketuk. Andra bersuara, menyuruh pengetuk itu masuk.
Seorang wanita cantik berdiri diambang pintu setelah pintu itu terbuka lebar.
Dia adalah dokter Diandra Hadinata Wijaya, kakak Andra. Narra sudah pernah lihat fotonya di ponsel Rea.
"Ayah memanggil kamu untuk makan siang dan pacar kamu juga diajak" katanya.
Andra langsung tahu, pasti suster Marina yang bilang pada keluarganya. Padahal dia baru akan membuka pembicaraan tentang Narra siang ini dan nanti mencari momen untuk memperkenalkan Narra. Tapi sekarang keluarganya sudah mengetahui Narra.
"kamu makan siang sama-sama kita ya" kata Andra.
"maaf kak, Narra masih bantu ayah dan ibu mengantar makanan. Boleh Narra tidak ikut kak ?" tanya Narra pelan dan hati-hati takut menyinggung keluarga Andra.
"bagaimana kak ?" Andra bertanya pada Diandra. Dia tidak ingin Narra meninggalkan kesan yang tidak baik pada keluarganya.
"baiklah.. kasian juga, dia masih ada kerjaan. Tapi sebaiknya kamu menyapa ayah dan bunda dulu sebelum pergi" kata Diandra pada Narra.
"iya kak" sahut Narra.
Mereka bertiga kembali keruang meeting yang sekarang menjadi ruang makan untuk keluarga Hadinata Wijaya.
"kalo tau ada kamu Na, aku undang Rea juga kesini" seru Indra.
Narra tersenyum, "aku datang mengantar makanan" katanya.
"Silahkan duduk" ujar dokter Hadinata Wijaya dengan ramah.
"kamu duduk disebelah bunda, sini" dokter Serena Hadinata menyahut.
"maaf ayah, bunda... Narra masih ada pekerjaan. Bantu orang tuanya antar makanan" terang Andra.
Dokter Hadinata memandang Narra yang dari tadi merasa tidak enak karena menolak ajakan makan siangnya.
"ooo begitu. Tidak apa, lain kali kita makan siang bersama" sahut dokter Hadinata tersenyum.
Narra lega melihat senyum itu.
"nanti kita bertukar cerita ya" sahut dokter Serena lagi.
"nanti kita belanja bersama" Diandra menambahkan.
Narra tersenyum, "iya, terima kasih banyak. Aku minta maaf" katanya lagi.
Narra pun mendekat menyalami ayah dan bunda Andra dan mencium punggung tangan mereka. Dia tidak lupa tersenyum kepada Diandra dan Indra.
"Andra pamit antar Narra ke bawah dulu yah" kata Andra pada Ayahnya.
Dokter Hadinata Wijaya mengangguk.
Dia mengajak Narra untuk pamit dan keluar dari ruangan itu.
*
"kak sampai disini saja. Nanti mereka lama menunggu kakak" ujar Narra begitu sampai depan lift. Tetapi bukan lift yang digunakan Narra tadi.
"aku mau antar kamu sampai parkiran" tegas Andra.
"kak, aku bisa sendiri kesana. Nanti aku kasih tau kalo aku sudah sampai rumah" Narra memegang tangan Andra.
Andra melihat pergelangan tangannya. Narra mulai menyentuhnya. Dia senang.
"baiklah... kamu janji ya" katanya.
"iya, aku pergi" pamit Narra.
Andra mencium kening Narra. Narra kaget, begitu tiba-tiba.
"kak, malu diliat orang" pipi Narra memerah.
"kenapa ? kamu pacarku" Andra bersikap tidak perduli.
"iya, aku pergi. Bye kak" Narra hendak masuk kedalam lift yang terbuka. Anehnya Andra malah ikut masuk.
"kak..." ucap Narra dalam lift.
"ini lift khusus dokter. Kalo keamanan liat kamu sama aku, mereka tidak akan berani menegur" katanya.
Narra mengangguk paham. Pantas saja Andra menggiring dia menuju lift ini, karena lift ini yang biasanya Andra dan para dokter lainnya lalui dengan akses id card mereka.
Pintu lift terbuka. Narra dan Andra keluar dari lift bersamaan. Petugas keamanan yang melihat Andra ada bersama Narra membungkuk hormat.
"sampai disini saja kak. Aku pulang, bye" pamit Narra.
"bye, hati-hati dan kabari aku" kata Andra mengingatkan seraya mengusap kepala Narra.
Narra mengangguk.
*
Sesampainya dirumah, tampak Rea sudah berada diantara sahabat-sahabatnya. Rea melambaikan tangan kearah Narra.
Narra memarkirkan motornya lalu masuk kedalam rumah membawa helm kemudian keluar lagi menemui para sahabatnya.
"jadi ketemu lagi sama kak Andra ?" tanya Rea.
"ya pasti disempatkan ketemuanlah Re. Namanya saja pacaran" sergah Erga.
Narra hanya tersenyum.
"iya, lepas rindu" sahut Sheva.
"cie cieeee" canda Desta.
Narra menggelengkan kepalanya, "aku ke kedai dulu ya, maaf aku tinggal" pamit Narra pada sahabatnya.
"selalu gitu, kalo sudah merona langsung kabur" Imel menjulurkan lidahnya.
Narra hanya membalas hal yang sama pada Imel seraya melambaikan tangannya.
Didalam kedai, Narra melihat karyawan kedai sedang mengemas makanan kedalam kotak makanan sementara ayah dan ibunya sibuk memasak di dapur.
Narra langsung ikut membantu. Sepertinya kedai menerima catering lagi.
Kedai ini dikelola ayah dan ibu Narra sebagai koki dengan dibantu dua orang karyawan. Dan kadang Narra dan Rayyan, kakaknya ikut membantu.
Nada panggilan ponsel Narra berdering. Narra segera meraih ponselnya dalam saku. Nama Andra tertera disana. Sontak Narra menepuk pundaknya. Dia lupa memberi tahu kalau dirinya sudah sampai di rumah pada kekasihnya itu.
"ya ka Nda" jawab Narra dengan pelan.
"katanya mau kabari aku ?"
"maaf kak, aku baru mau kabari kakak eh kakak sudah telfon duluan" elak Narra.
"ooo maaf, aku pikir kamu lupa"
"maaf kak, aku langsung mengemas makanan. Ada pesanan lagi" kata Narra.
"ooo baiklah, jangan terlalu capek ya. Bye" pamit Andra.
"bye ka Nda" balas Narra.
Panggilan pun dimatikan.
"siapa Na ?"
Narra kaget, ayahnya berdiri di belakangnya. Jangan bilang tadi ayah sempat mendengar pembicaraannya dengan Andra. Pikir Narra.
"teman yah eh telurnya kurang yah. Masih kurang sepuluh porsi" Narra gugup lalu mengalihkan pembicaraan.
"iya, ayah buat dulu" ujar ayah Sasmita masuk lagi ke dapur.
Narra menghela nafas. Bukannya Narra ingin menutupi tentang Andra tapi selama ini Andra belum pernah bertamu kerumahnya. Dia mau Andra sendiri yang memperkenalkan diri kepada keluarganya.
"kakek..... nenek...." seru bocah berumur lima tahun berlari masuk kedalam kedai.
Ibu Flanella segera keluar dari dapur dan memeluk cucunya dengan penuh sayang. Ayah Sasmita pun keluar dari dapur lalu berjongkok memeluk cucunya.
"Rishi... mama tidak mau lihat lari-lari kayak tadi ya. Pelan-pelan saja" ucap wanita cantik yang berhenti didekat Narra.
"maaf ma" ucap bocah itu diantara kakek dan neneknya.
Rania kakak Narra datang berkunjung. Semenjak menikah dengan Adryan seorang pengusaha tekstil, Rania tinggal terpisah dari keluarganya. Adryan mempunyai rumah sendiri di kawasan elit.
Walaupun menikah dengan pengusaha, Rania masih diizinkan tetap bekerja sebagai karyawan bank milik pemerintah. Dan kadang seminggu sekali mereka datang berkunjung bahkan menginap.
"kakak bantuin Na" ujar Rania.
"sudah mau selesai kak. Kakak duduk saja, nanti aku buatkan jus mangga kesukaan kakak" kata Narra seraya berjalan menuju dapur mengambil telur untuk pelengkap menu nasi kotak yang tengah mereka kemas.
"terima kasih ya adikku sayang" kata Rania lalu beranjak menghampiri orang tuanya yang duduk bercanda dengan Rishi putranya.
"Na, aku pamit ya. Jangan lupa nanti malam datang ke cafe. Aku manggung" ujar Faya dari jendela dapur.
"oke. hati-hati Fay" ucap Narra yang mengaduk masakan yang di tinggal ayahnya karena kedatangan Rishi, keponakannya.
Faya mengangguk lalu menghampiri orang tua Narra untuk berpamitan.
"aku pulang dulu ayah, ibu, kak Rania" pamit Faya.
"vocalist kita ini.. tambah banyak fansnya" seru Rania.
"kak Rania bisa saja, ya disyukuri kak" ucap Faya.
"hati-hati kamu Fay, salam sama papa mama" ucap ayah Sasmita yang disertai anggukan ibu Flanella.
"iya yah, ibu.. Faya pulang" kata Faya lalu beranjak pulang.
*
Narra masuk kedalam kamarnya setelah para sahabatnya pamit pulang karena mereka akan bersiap-siap ke cafe tempat band Faya manggung. Narra pun segera bersiap.
Ponsel Narra berdering.
Ka Nda, begitu nama Andra di kontak ponsel Narra.
"ya kak" jawab Narra.
"met malming Na" ucap Andra.
"met malming kak"
"kamu lagi apa ? aku kesitu ya"
"aku mau siap-siap ke cafe, liat Faya manggung. Kakak mau ikut ?" ajak Narra.
"mau. Aku mau temani pacarku" terdengar suara Andra senang.
Narra tersenyum, "baiklah, aku siap-siap dulu. Kita ketemu jam delapan ya kak" katanya lagi.
"baiklah, aku tidak akan terlambat. Bye" pamit Andra.
"bye kak, aku tunggu" balasnya.
Panggilan dimatikan.
Narra segera mengetik di grup chat Friends, dia akan datang bersama Andra jadi tidak usah dijemput seperti biasanya.
Sontak saja, pesannya itu mendapat balasan menggoda dari para sahabatnya. Grup chat mereka ramai dengan berbagai komentar.
Narra mengirim pesan.
[Narra : kalian jangan menggodaku terus. Aku mau siap-siap. Bye 🖐🏻]
[Imel : iya iya.. kebiasaan, kalo sudah tersipu malu, kabur 😜]
Narra hanya tersenyum tapi dia tidak berniat membalasnya karena dia tidak ingin menunda mandinya. Nanti keburu Andra datang.
Narra meletakan ponselnya. Dia segera mandi dan bersiap. Dia tidak mau nanti Andra menunggu lama.
***
Jam tujuh tiga puluh Andra datang bertamu. Rayyan yang sudah selesai makan malam, membuka pintu. Begitu tahu yang datang itu Andra, Narra dengan segera menyelesaikan makannya lalu pamit menemui Andra di ruang tamu.
"kakak cepat datangnya, masih setengah jam lagi" seru Narra.
"aku tidak mau terlambat" kata Andra yang sudah duduk di kursi dekat Rayyan.
Rayyan yang duduk menemani tamu memandang Narra. Seakan dia bertanya siapa cowok yang datang bertamu.
"kak Rayyan, ini kak Andra. Dia mau menjemput aku ke cafe liat Faya manggung" Narra memperkenalkan mereka.
Andra dan Rayyan saling mengulurkan tangan dan berjabat tangan.
"aku pacar Narra" ucap Andra memperkenalkan dirinya. Ini pertama kalinya dia datang kerumah Narra dan bertemu seluruh anggota keluarga Narra.
Sontak Rayyan kaget dan memandang adiknya. Adiknya tidak pernah cerita apa-apa.
Narra sedikit khawatir dengan tatapan Rayyan begitu Andra menjelaskan hubungan mereka. Narra tahu, Rayyan pasti akan banyak mencari informasi tentang Andra.
"sudah berapa lama ?" tanya Rayyan.
"sudah tiga tahun" jawab Andra.
"hmmm mulai lagi si kakak protektif !" tegur Rania yang datang bersama kedua orang tuanya dan Rishi.
Andra langsung berdiri dan menyalami serta mencium punggung tangan kedua orang tua Narra. Kemudian menyalami Rania dan mencubit gemesh pipi Rishi yang berada digendongan Rania.
"sudah tiga tahun tapi kamu kenapa baru kali ini datang bertamu ?" tanya Ayah Sasmita.
Ibu Flanella dan Rania hanya bisa geleng kepala melihat kekompakan ayah dan putranya itu kalau berkaitan dengan si bungsu Narra.
"Na, kamu buat minuman untuk semuanya ya" pinta ibu Flanella.
"iya bu" Narra beranjak.
Mereka berkumpul di ruang tamu berbincang dengan Andra. Sementara Narra membuat teh untuk mereka dan kopi untuk Rayyan.
"saya baru pulang dari negara J pak. Menyelesaikan studi" jelas Andra.
Narra yang baru datang membawa minuman segera menyajikan duluan untuk kakaknya.
"minum dulu kopinya kak" katanya.
"iya, supaya kamu tenang" sindir Rania.
Rayyan hanya diam seraya meminum kopinya.
Ayah Sasmita mempersilahkan Andra minum. Dengan santai Andra meminum tehnya.
Manis, semanis yang buat. Komennya dalam hati seraya menatap Narra yang duduk diantara Rania dan ibunya sambil memangku Rishi.
"kamu kerja dimana ?" tanya Rayyan lagi.
"aku kerja sebagai dokter di rumah sakit A" jawab Andra.
"kamu dokter ? sama seperti Indra pacarnya Rea" ujar Ibu Flanella.
"iya bu, Saya kakaknya Indra" jawab Andra.
Semua tercengang. Mereka sangat tahu siapa Indra karena semenjak Indra dan Rea jadian, terkadang Indra menemani Rea kumpul di rumah mereka.
"kamu Andra Hadinata Wijaya ?!" tanya Rania.
"iya" Andra tersenyum.
Mereka saling pandang. Laki-laki yang berada didepan mereka bukan orang biasa. Malah di bilang luar biasa. Siapa yang tidak kenal dokter Hadinata Wijaya. Direktur rumah sakit ternama serta mempunyai perusahaan farmasi terbesar di negara ini dan merambah negara besar sekitarnya.
Narra membaca pesan masuk di ponselnya. Pesan di grup chat, kalau semua sudah sampai di cafe.
"kak, kita pergi sekarang. Semua sudah menunggu di cafe" Narra memperlihatkan foto yang dikirim melalui grup chat.
Andra mengangguk. Mereka pun berpamitan pada semuanya. Andra berjanji akan menjaga Narra dan tidak akan pulang lewat tengah malam.
*
Dalam mobil, Andra sesekali memandang Narra yang membuang pandangannya ke jendela kirinya. Dia pun bertanya tentang sikap Rayyan tadi.
Narra menoleh, "kak Rayyan memang begitu. Dari dulu dia selalu over protektif sama aku. Dia pasti sangat kaget waktu kakak bilang pacarku karena selama ini dia selalu menjagaku dari cowok-cowok yang ingin mendekat" jelasnya.
"semua kakak pasti begitu sama adiknya" komen Andra.
Narra mangut setuju.
*
Suasana cafe sangat ramai. Band Faya memang memiliki banyak fans, terutama para cewek-cewek.
Selain lagu mereka yang enak di dengar, tampang masing-masing personilnya juga memikat.
Sesekali Desta memancing riuh penonton dengan meneriakan nama Faya.
Faya selaku vocalist dan juga gitarist band hanya bisa geleng kepala mendengar teriakan Desta.
Mini konser band Faya dimulai, mereka memulainya dengan lagu andalan mereka yang menjadi kesukaan fansnya.
Para fans Faya pun riuh memanggil masing-masing nama personilnya.
Narra bangkit dari duduknya. Dia mengikuti Imel dan Rea yang mengoyangkan badan mengikuti irama musik.
Andra berdiri terus di belakangnya. Dia menjaga Narra.
"goyang kak" seru Indra.
Andra menggeleng. Dia hanya memandangi mereka saja.
Narra menoleh kebelakang. Dia merasa tidak nyaman karena dari tadi seperti mengacuhkan Andra.
"maaf kak, kakak tidak terbiasa ya" Narra merasa tidak enak.
"tidak apa. Aku akan membiasakan diri" Andra meraih jemari Narra agar berdiri mendekat padanya.
"terima kasih" ucap Narra.
Mereka menikmati alunan lagu dengan berdiri berdampingan. Sesekali Andra mempertemukan kepala mereka. Narra mendongkak dan mendapati Andra tersenyum.
Manis sekali. Komen Narra dalam hati.
"apa ?" tanya Andra.
Narra menggeleng. Dan tetap menikmati konsernya.
Andra tersenyum lalu mengenggam jemari Narra.
Setelah membawakan lima lagu, Classic band pun meminta jeda istirahat dan diambil alih oleh penyanyi lain.
Faya menemui para sahabatnya. Dia senang sekali seperti biasa para sahabatnya menyempatkan datang.
"akhirnya miss sibuk ini bisa datang lagi. Semenjak kemarin kejar tayang terus" sindirnya pada Rea.
"maaf Fay, kemarin benar-benar tidak bisa di tinggal. Harus segera selesai" jelas Rea.
Minggu kemarin Rea sibuk menjadi salah satu pemeran FTV. Dan itu menyita waktu berkumpul bersama sahabatnya.
"iya... ngerti kok Re" jawab Faya.
"maaf Fay, aku pamit duluan. Ada yang mau aku beli, sebelum tokonya tutup" ujar Narra.
Padahal sebenarnya dia hanya ingin pergi dari sana karena Andra keliatan datar saja. Narra berpikiran Andra bosan.
"iya iya yang mau ngedate berdua. Malming perdana kan setelah LDRan" goda Indra.
Semua tersenyum.
"kalian ah, sudah aku pamit ya. Bye semua" Narra menempelkan pipinya pada Rea dan Imel lalu beranjak.
"kami pamit" ujar Andra. Dia menepuk pundak Indra dan tersenyum pada sahabat Narra.
*
Andra mengamit jemari Narra menyusuri taman kota.
Narra memutuskan pamit duluan pada sahabat-sahabatnya dengan alasan ada yang harus dia beli. Tapi malah meminta berhenti di taman kota.
Andra sebenarnya ingin bertanya tapi ditahannya karena ingin menuruti keinginan Narra.
"yakin tidak ada yang mau kamu beli ?" tanya Andra akhirmya.
"iya kak" Narra meyakinkan.
"kalo kamu mau, kita belanja. Aku temani" ujar Andra.
"maaf kak, aku lagi tidak ada yang mau dibeli. Nanti saja, kalo aku mau belanja... aku minta temani" Narra memamerkan senyum termanisnya.
Andra tersenyum. Biasanya cewek suka belanja, apalagi kalo bersama kekasih karena ada yang bisa membayarkan belanjaan. Tapi berbeda sama Narra, dia tampak biasa-biasa saja.
Andra mengajak Narra duduk di bangku favoritnya. Bangku yang menghadap danau.
Dia lalu membuka dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu.
"kamu pakai ini ya" katanya seraya meletakan kartu debit itu di telapak tangan Narra.
Narra memandang Andra dengan raut menolak, "kak aku tidak bisa terima ini" katanya.
"kenapa ? kamu pacarku" sergah Andra.
"iya tapi ini terlalu berlebihan" Narra menekankan.
Andra mengelengkan kepalanya, "aku mau kamu menerima ini. Entah kamu mau pakai atau disimpan, aku serahkan sama kamu" paksanya.
"kakak menganggapku matre" Narra cemberut.
Andra kaget. Dia menangkup muka Narra, "kenapa bilang begitu ? aku hanya ingin menyenangkan kamu" katanya.
"aku senang begini kak, kakak tidak perlu berlebihan. Membuat aku merasa tidak enak" Narra manyun.
"pegang saja kartunya. aku tidak berpikir macam-macam tentang ini. Jadi tolong jangan anggap berlebihan" jelas Andra.
"baiklah, aku simpan untuk kakak" akhirnya Narra mengalah. Dia memasukan kartu itu kedalam dompetnya.
"satu lagi Na, aku mau kamu jangan memanggilku Kakak. Kenapa bukan sayang" kali ini Andra yang manyun.
"aku suka panggil ka Nda. Aku merasa itu spesial" balas Narra.
"tapi nanti kita dikira kakak adik Na. Aku tidak suka" Andra cemberut.
Narra hanya tersenyum, "baiklah ka Nda sayang" katanya.
"masih ada kak'nya" komen Andra.
"boleh ya" Narra menyandarkan kepalanya di dada Andra dan mengeratkan tangannya memeluk pinggang Andra.
Andra senang dengan perlakuan Narra. Akhirnya dia mengalah.
"baiklah sayang, terserah kamu saja" Dia pun mengeratkan pelukannya.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!