Gadis Mafia Dendam & Cinta
Menceritakan kenyataan pahit
Alea duduk di lantai dengan berselonjor kaki, dengan tangan kanan masih memegang pedang
Guru
Keahlianmu dalam bermain pedang, cukup bagus.
Alea
Apa aku tidak salah dengar, guru? hanya bagus?
(Alea menatap Guru, heran)
Guru ikut duduk di samping Alea.
Guru
Kau jangan besar kepala, Alea.. ingat, musuh yang sebenarnya adalah mereka yang telah membunuh kedua orang tua mu.
Alea
Aku sudah cukup dewasa, Guru... kapan kau mau menceritakan orang tua ku, Guru?
(Alea menatap Guru)
Guru menatap Alea, memastikan apa ini saat yang tepat untuk menceritakan kejadian naas yang sudah menewaskan kedua orang tuanya dulu.
Guru
Baiklah lah, mungkin ini saat yang tepat untuk kau tau alasan di balik tewasnya orang tua mu dulu.
Guru menceritakan kejadian saat dimana orang tua Alea tewas dalam mobil dengan beberapa tembakan dan beberapa tusukan benda tajam yang membuat nyawa keduanya tidak terselamatkan.
Alea
Prang.
(Pedang yang di genggam Alea jatuh)
Guru
Saat itu usia mu masih 3 tahun, mungkin bagi mereka... membunuh mu pun tidak ada artinya.
Karena yang mereka incar adalah jabatan sebagai ketua mafia yang saat itu di pimpin oleh ayah mu Loe.
Alea
Siapa yang membunuh kedua orang tua ku, guru?
Guru
Sumo yang membunuh kedua orang tua mu dan Sumi lah yang menjadi dalang di balik tewasnya kedua orang tua mu.
Alea
Bagaimana aku bisa membalas dendam, guru?
(Alea mengepalkan tangannya hingga urat tangannya terlihat)
Guru
Sabar, Alea... tunggu saat yang tepat. Kau persiapkan lah dirimu hingga waktunya tiba.
(Guru menepuk bahu Alea, lalu pergi meninggalkan Alea)
Alea
Ayah, ibu, akan ku balas orang yang telah membuat kalian celaka hingga membuat ku harus kehilangan kalian. Nyawa harus di bayar dengan nyawa.
(Tekad Alea yang bulat untuk membalaskan dendam)
Malam itu Alea tidak dapat tidur, membayangkan bagaimana dulu ayah dan ibunya tewas di tangan Sumo, membuat Alea tidak sabar untuk menunggu hari pembalasan.
Dengan bekal yang sudah di pelajarinya dari Guru, Alea yakin dengan kemampuannya dalam hal bela diri, menembak, memanah serta pedang, mampu membuatnya melumpuhkan siapa saja yang akan menghalanginya dalam misi balas dendam terhadap Sumo dan juga Sumi.
Rencana
Pagi harinya, saat sarapan Guru menatap mata Alea yang memiliki kantong mata.
Guru
Apa kau tidak bisa tidur, Alea?
Alea
Aku hanya kurang tidur, Guru!
Guru
Hahaha, kau tidak bisa membohongi ku, Alea.
Alea
Baik lah, langsung saja pada intinya. Apa rencana Guru selanjutnya?
Guru
Kau terlalu bernafsu Alea, habiskan saja dulu sarapanmu.
Alea pun menghabiskan makanannya dalam waktu singkat.
Guru
Ikuti aku, Alea.
(Guru bangun dari duduknya, berjalan ke ruang kerja di ikuti Alea)
Guru duduk di kursi kebesarannya di ikuti Alea yang duduk di kursi yang ada di depan Guru.
Alea
Apa yang mau Guru katakan?
Guru
Aku sudah bicara pada Ari, nanti dia lah yang akan membantu mu dalam menyusup di tengah-tengah kelompok mafia yang saat ini di ketuai oleh Sumo, kelompok yang dulu di didirikan dan di ketuai oleh ayah mu Leo.
Guru
Sore nanti, Ari akan datang menjemput mu. Kau akan di akui Ari sebagai adiknya.
Guru
Satu hal lagi Alea. Sumo memiliki anak yang tampan yang usianya tidak jauh berbeda dengan mu.
Alea
Apa urusannya dengan ku, Guru?
Guru
Aku takut, kau nanti jatuh cinta padanya dan menggagalkan rencana kita.
Alea
Tidak mungkin Guru, masa iya aku bisa jatuh cinta dengan anak yang kedua orang tuanya sudah dengan sengaja menghabisi nyawa ayah dan ibu ku?!
Guru
Aku hanya mengingatkan mu Alea. Ku dengar dari Ari, Zidan anak yang baik.
Alea
Owh, jadi namanya Zidan?
Anak dari Sumo dan juga Sumi? Bagaimana kalau.. ku habisi juga, Guru?
Guru
Apa kau yakin, mampu menghabisi Zidan?
Guru bangun dari duduknya, menghampiri kursi Alea, lalu berdiri di belakang Alea.
Guru
Kita lihat saja Alea, apa yang kau rasa.. aku pasti tau Alea, kau itu sudah seperti putri ku sendiri.
(Mengelus pucuk kepala Alea)
Guru
Kau tidak bisa menyembunyikan apa pun dari ku, Alea.
Alea
Aku sudah tau itu Guru, kau lah orang tua bagi ku, ayah sekaligus Guru ku.
(Alea bangun dari duduknya dan memeluk erat tubuh tua Gurunya)
Alea
Dari mu, aku tidak kehilangan sosok ayah dan ibu. terima kasih Guru.
Kedatangan Ari
Setelah mendengar rencana Guru, bila sore ini Ari akan datang menjemputnya untuk di ajak bergabung dalam kelompok mafia Black Bird, dalam misi balas dendam.
Alea terus mengasah kemampuan bela dirinya di taman samping rumah. Rumah yang selama ini di tempatinya, di sana pula ia mendapat perhatian dan kasih sayang dari Guru.
Guru duduk di bangku kayu panjang yang ada di dekat pinggir kolam renang.
Ari menghubungi Guru lewat sambungan telepon.
Ari
Guru, aku dikit lagi sampai.
Guru
Dasar bodoh, telpon lagi bila sudah sampai.
Ari
Jangan galak-galak guru, nanti darah tinggi mu kumat.
Guru
Anak kurang ajarrr kau yah!
Ari
Guru, adik kecil ku sedang apa?
Guru
Dia sudah dewasa, bukan anak kecil lagi.
Ari
Bagi ku, dia adik kecil Guru.
Guru
Terserah lah! Alea sedang berlatih pedang.
Pusat perhatian Alea pecah saat melihat ke arah Guru yang sedang bicara di telepon.
Alea
Guru.
(Alea menghampiri Guru dengan pedang di tangan)
Guru
Aaah, banyak omong kau!!!
(Guru memutuskan sambungan teleponnya)
Alea duduk di samping Guru. Pedang di letakkan Alea di atas meja.
Guru
Ada yang ingin kau tanyakan, Alea?
Alea
Kapan aku akan menghabisi Sumo dan Sumi, Guru?
Guru
Kau terlalu bernafsu, Alea. Sekarang saja kau masih disini!
Alea
Aku sudah tidak sabar ingin melihat keduanya mati di tangan ku, Guru.
Guru
Ini lah sifat yang di turunkan Leo pada mu, tidak sabaran. Kau harus membuang sifat itu Alea, jangan gegabah jika tidak ingin gagal. Kau harus bisa membaca situasi lawan mu!
Alea
Apa dulu hungungan Sumo dan ayah sangat baik, Guru?
Guru
Sangat baik, Sumo itu termasuk tangan kanan ayah mu, tapi sayangnya Sumo berbuat menghianati kepercayaan yang di berikan ayah mu dan ingin merebut jabatan sebagai ketua mafia.
Ari datang di tengah-tengah keduanya.
Ari
Guru, sudah lama aku tidak bertemu dengan mu.. makin tua saja Guru!"
(Sambil memeluk Guru)
Guru
Dasarrr kau bocah nakal. Mati saja kau!
(Guru menendang kaki Ari)
Ari
Akkkhh, sakit Guru... tendangan mu kuat juga Guru.
Ari menatap Alea.
Alea pun menatap Ali.
Ari
Jadi, kau yang bernama Alea?
(Ucap Ari sinis)
Alea
Kenap jika aku!
(Di jawab ketus oleh Alea)
Ari
Ini baru adik kecil ku.
(Ari langsung memeluk Alea)
Alea
Hai, bodoh kau!!
(Alea marah)
Guru
Kalian ini.. sudah-sudah.
Ari
Apa rencana Guru selanjutnya?
Guru
Anak bodoh, bawa Alea bersama mu.. buat Alea dekat dengan Sumo dan juga Sumi.
Alea
Guru, aku mau menghabisi mereka berdua dengan tangan ku sendiri.
Alea
Dengan cara yang sama, saat mereka menghabisi ayah dan ibu ku.
Ari
Kau tenang saja Alea, kau hanya perlu bersikap genit di depan Sumi, dan galak di depan Sumi.
Alea
Mana bisa aku bersikap genit!
Ari
Nanti saat si jalan akan ku ajari. Sumo itu mata keranjang, Sumi paling suka dengan gadis yang tegas.. mudah kan untuk mu dekat dengan mereka berdua?
Ari
Dengan begitu, akan mudah untuk mu menjadi pengawal Sumi dan Sumo saat mereka hanya ingin pergi bersama tanpa pengawalan.
Alea
Jadi mereka selalu di kawal?
Ari
Alea, apa kau tidak ingat dengan ku?
Ari
Nasib peria tampan, rupanya Alea sama sekali tidak mengingat ku.
Guru
Ahahaha, kalian ini.. baru bertemu saja sudah buat kepala Guru sakit.
Alea
Guru, aku kapan pergi dari desa ini?
Guru
Kau tanya saja pada Ari. Ayo kita makan dulu!
(Guru bangun dari duduknya)
Ari
Nanti malam kita berangkat.
Guru, Ari dan Alea makan bersama.
Saat makan bersama, Alea melamun sambil memainkan sendok yang ada di tangannya.
Alea
Alea, kau harus sabar.. tinggal selangkah lagi, kau akan bertemu dengan orang yang menghabisi orang tua mu. batin Alea.
Guru
Makan lah dengan tenang, Alea.
(Guru yang menyadari isi hati Alea)
Guru
Ingat Alea, kendalikan hati dan pikiran mu.. jangan sampai gegabah.. sekali kau salah melangkah, gagal rencana mu Alea untuk menghabisi Sumo dan Sumi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!