14 tahun yang lalu... Kota Jakarta
Seorang gadis cilik berusia enam tahun sedang menunggu jemputannya di depan gerbang sekolahnya. Biasanya jam segini, dirinya sudah dijemput tapi kali ini tumben belum.
Gadis cilik itu berjalan menuju kursi taman di sekolah dan duduk disana lalu membuka buku resep yang sengaja dibawanya untuk mempelajari makanan yang hendak dibuatnya nanti sepulang sekolah bersama sang mama.
"Hai!" sapa seseorang.
Gadis cilik itu mendongakkan wajahnya tampak seorang anak laki-laki keturunan berdiri di hadapannya.
"Boleh aku duduk disini?" tanya anak bermata hazel itu.
Gadis cilik itu melihat seragam yang dipakainya sama dengan dirinya. Berarti dia satu sekolah denganku.
"Boleh." Anak laki-laki itu lalu duduk di depan gadis cilik yang kembali menunduk untuk membaca buku resep.
"Nama kamu siapa?" tanya anak laki-laki itu.
Gadis cilik itu mendongak lagi. "Rain."
Bocah laki-laki itu tersenyum.
Senyumnya manis sekali - Rain.
"Aku Elang" anak itu mengulurkan tangannya yang disambut Rain sambil mengangguk. "Kamu kelas berapa?"
"Kelas dua. Kamu?"
Elang tersenyum. "Kelas enam. Harusnya kamu panggil aku kakak atau Abang dong, bukan kamu."
"Oh" sahut Rain.
"Kamu berarti berusia delapan tahun?"
"Enam tahun."
Elang terperangah. "Harusnya kamu masih kelas satu?"
"Loncat kelas" jawab Rain.
"Oh. Kok Rain baca buku resep?" tanya Elang.
"Mau belajar masak nanti sama mama" jawabnya lagi.
"Kamu mau jadi chef?" tanya Elang lagi. Rain mengangguk.
"Raaiiinnn!" panggil seorang wanita.
"Mamaaaa!" seru Rain yang langsung membereskan bukunya dan memasukkan ke dalam tas. "Aku pulang dulu, Eagle."
"Eh namaku Elang, Rain" protes Elang.
"Eh? Oke. Bye Eagle!" Rain pun berlari menuju tempat mamanya menunggu.
Eagle? Seriously? Kamu lucu Rain.
***
Keesokan harinya Rain harus menunggu jemputan lagi karena tadi pagi mamanya bilang ada wawancara live di stasiun tv tentang bisnis restauran milik keluarga mereka yang baru saja membuka cabang ke 20 di Jakarta jadi agak terlambat menjemputnya.
Lagi gadis cilik itu menunggu di kursi taman sambil membaca buku resep. Sejak lahir sudah terbiasa dengan masak memasak karena ayahnya seorang chef terkenal dan ibunya pengusaha restoran, membuat Rain lebih suka membaca buku resep dari chef-chef terkenal selain ayahnya untuk menambah ilmu.
Rain memang ingin menjadi chef seperti ayahnya tapi memfokuskan di pastry. Dia sangat suka kue-kue kecil yang imut dan lucu.
"Belum dijemput Rain?" suara anak laki-laki yang mulai dihapal Rian terdengar.
"Belum." jawab Rain.
"Ya ampun Rain. Dimana-mana biasanya anak-anak tuh baca komik, kamu malah baca buku resep" kekeh Elang.
"Kalau bawa komik pasti disita Bu Guru, kalau buku resep pasti nggak."
Elang tersenyum melihat wajah imut Rain.
"Kamu benar-benar suka memasak?" Rain mengangguk.
"Papa dan mama sudah mengajari sejak Rain umur empat tahun."
"Kamu cantik" ucap Elang. Rain melongo. "Kapan-kapan aku dibuatkan makanan bikinanmu ya Rain."
"Eagle mau dimasakin apa?" tanya Rain setelah menghilangkan rasa kagetnya. Selain papa, baru kali ini ada yang bilang Rain cantik.
"Namaku Elang, Rain."
"Enak Eagle ah bilangnya" eyel Rain.
Elang mengusap kepala Rain gemas. "Terserah kamu deh Rain."
"Besok aku bawain makanan buatanku. Semoga suka."
Elang tersenyum. "Thanks Rain."
Rain melihat mobil sang mama datang di gerbang sekolah. "Maaf Eagle, Rain pulang dulu."
"Hati-hati Rain."
***
Sejak saat itu pertemanan Rain dan Elang terjalin meskipun usia mereka terpaut lima tahun. Bocah laki-laki yang masih ada darah bulenya selalu menemani Rain kalau belum dijemput oleh mamanya.
Hingga waktunya berpisah karena Elang lulus SD. Rain memberikan satu kotak brownies buatannya.
"Boleh Elang tahu siapa nama lengkap Rain?" tanya Elang penasaran karena selama ini Rain menolak menyebutkan nama lengkapnya.
"Rain Maliqa Reeves. Kalau Eagle?" Rain mau menyebutkan nama lengkapnya karena Elang hendak pergi melanjutkan ke SMP.
"Panji Elang Samudera." Elang menatap Rain dalam-dalam. "Kalau kita bertemu lagi, jangan panggil aku Eagle. Panggil aku Elang ya Rain."
"Kenapa?"
"Karena aku ingin kamu memanggilku dengan nama itu. Okay Rain?" pinta Elang.
"Baik... Elang" bisik Rain yang bisa didengar Elang.
"Sekolah yang rajin ya Rain. Elang harus pergi."
Rain mengangguk. Rasanya seperti kehilangan sahabat. "Selamat masuk SMP."
***
Today... Tokyo, Jepang
Rain terbangun dan termenung. Lagi-lagi mimpi yang sama. Elang. Dimana dia sekarang?
Rain lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini adalah hari pernikahan kakak sepupunya, Eiji Reeves dan dia harus berdandan cantik demi kakaknya.
Rain sebenarnya tidak suka berdandan berat tapi karena ini hari spesial, mau tidak mau dia harus berdandan.
Mengenakan gaun putih aksen sedikit Sabrina dengan anting batu bewarna merah, Rain merasa sangat percaya diri dengan penampilannya.
Suara pintu kamar diketuk dan Rain tahu itu pasti mamanya. "Rain? Sudah siap belum? Kita berangkat sekarang."
"Iya ma. Ini Rain sudah siap" jawabnya.
Bismillahirrahmanirrahim.
***
Pesta pernikahan Eiji memang diwarnai dengan kerusuhan khas keluarganya yang memang gesrek. Rain sendiri dikenal sebagai gadis yang anteng, pendiam bahkan cenderung introvert. Kini dia duduk bersama sepupu-sepupunya Miki Al Jordan Akandra, Valora Arata, Savitri Pratomo, Ingrid Van Dijk calonnya Mamoru Al Jordan dan Rhea Giandra Blair, istri Duncan Blair.
"Ternyata D tokcer juga ya. Tiga bulan langsung isi" kekeh Valora.
"Gimana nggak tokcer, hampir tiap hari kok" timpal Rhea yang langsung menutup mulutnya. Para wanita cantik disana langsung terbahak kecuali Rain yang hanya bingung menatap sepupu-sepupunya.
"Masih ada jones disini, Rheaaaa" kekeh Miki.
"Memang apa yang setiap hari?" tanya Rain polos.
"Astaga Rain! Kamu tuh seumuran aku tapi kok nggak mudeng sih" gelak Valora.
"Rain kan beda sama kamu Lora, dia lebih fokus dengan bisnis kuliner nya" ucap Miki sambil mengusap bahu sepupunya yang pendiam itu.
Rain tidak terlalu ambil pusing soal asmara apalagi usianya masih dua puluh tahun. Masih banyak yang ingin dia capai sebagai chef profesional seperti kakak sepupunya Miki Al Jordan Akandra yang memang seorang chef pastry profesional meskipun akhirnya memilih menjadi ibu rumah tangga.
Sang pengantin Ayame Agasa pun datang menghampiri para sepupu perempuan iparnya dan mereka ngobrol sejenak sampai Duncan Blair datang untuk mengusap-usap perut Rhea agar tidak ketularan rusuhnya Eiji.
Rain tertawa terbahak-bahak melihat kehebohan sepupunya itu ditambah kerusuhan akibat Eiji dimarahi oleh istrinya. Keluarga yang sangat Rain cintai dengan caranya. Keluarga yang selalu heboh tapi saling mencintai satu sama lain. Keluarga yang selalu ada satu sama lain. I love my family.
***
Yuhuuu Eike Up Novel Baru Yaaaa
Sebelum Ghani launching
Tolong di like vote and gift.
Thank you for reading and support author
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Sehari usai acara pernikahan, Rain kembali ke Jakarta. Bukan karena apa, tapi toko kuenya sudah dia tinggal tiga hari membuatnya rindu berjibaku dengan tepung, butter tapi bukan lagu BTS dan susu.
Pesawat yang ditumpanginya sampai di bandara Soekarno-Hatta jam tujuh malam, dan Rain mencari-cari pak Benny sopirnya. Meskipun dia bagian dari keluarga Pratomo-Reeves tapi Rain selalu menolak memakai pesawat pribadi keluarganya kecuali jika bersama kedua orangtuanya. Rain lebih suka naik pesawat komersil jika pergi sendiri.
Kini di area kedatangan, dia menunggu pak Benny. Merasa tidak sabar, Rain mengambil ponselnya namun dia urungkan karena pak Benny datang dengan berlari.
"Nona Rain! Aduh maaf bapak kena macet!" ucap pak Benny sambil ngos-ngosan.
"Owalaahhh. Hampir Rain telpon bapak takutnya lupa" senyum Rain manis.
"Nggak mungkin bapak lupa, bisa dimarahi tuan Ryu nanti" ucap pak Benny.
"Ya udah, kita pulang pak" ajak Rain.
"Mari nona Rain."
Tanpa mereka sadari seorang pria mendengar pak Benny memanggil gadis manis itu.
Rain?
Pria itu kemudian mengikuti Rain dan pak Benny menuju mobil Alphard Vellfire hitam milik gadis itu.
Lalu melihat nomor polisi mobil hitam dan menelpon seseorang dengan bahasa Welsh.
"Louis, gwiriwch y rhif B xxx RA."
( Louis, tolong cek plat nomor B xxx RA )
Berpura-pura menunggu jemputan, pria itu melihat kepergian Rain.
Akhirnya aku menemukanmu, Rain.
***
Rain sampai di mansion milik ayahnya dan langsung masuk kamar karena tubuhnya terasa lelah. Setelah membersihkan diri, sholat isya dan makan malam yang sudah disiapkan oleh pelayannya, akhirnya dia merebahkan dirinya di kasurnya.
Sembari menunggu kantuk, Rain menyetel televisi. Ayahnya Ryu Reeves dan sang ibu Giselle, masih berada di Tokyo untuk mengecek restauran mereka disana.
"Seorang politisi berinisial HD ditemukan tewas di sebuah gudang dekat Bantar gebang. Belum diketahui motif pembunuhan yang dilakukan dengan cara ditembak. Pihak kepolisian..."
Cetek!
Rain mematikan tvnya. Dia paling tidak suka berita sadis seperti itu. Gadis itu pun beralih ke ponselnya dan betapa terkejutnya ketika mengetahui kakak angkat Rhea tertembak ramai di grup keluarga.
Rain pun menelpon Miki karena Rhea menginap disana.
"Assalamualaikum, Rain. Sudah sampai Jakarta?" tanya Miki.
"Wa'alaikum salam mbak. Alhamdulillah sudah sampai. Gimana mbak ceritanya kok kakaknya Rhea kena tembak?" tanya Rain bingung.
Miki pun menceritakan apa yang terjadi secara garis besarnya. Rain bersyukur kalau kakaknya Rhea selamat.
"Salam buat bang Duncan dan Rhea ya. Jangan terlalu mikir apalagi Rhea lagi hamil muda."
"Iya tapi Alhamdulillah Gozali sudah sadar kok, sudah ngobrol dengan kami-kami. Makasih atensinya, Rain" ucap Miki.
"Sama-sama mbak. Rhea kan bagian keluarga juga" jawab Rain sambil tersenyum.
Setelah mengobrol lainnya, Rain memutuskan panggilannya dan bersiap untuk tidur.
***
Pagi ini Rain sudah bersiap-siap untuk menuju toko kuenya yang dia bangun dari sejak SMA. Modalnya dia pakai dari tabungan saham yang didapatnya sejak lahir dari keluarga besarnya. Bahkan modal awalnya pun sudah bisa dia kembalikan ke tabungannya dalam waktu empat tahun.
Hasil didikan kedua orangtuanya membuat Rain mampu berdikari membangun toko kue sesuai yang diinginkan. Meski tidak mendalami pendidikan formal seperti ayah dan sepupunya, Miki Al Jordan, tapi Rain memiliki bakat alami memasak dan membuat cake hanya berdasarkan resep.
Sang mama, Giselle, memang salah satu pengusaha wanita yang diakui di Indonesia. Berkat tangan dinginnya, bisnis restauran suaminya bisa lebih berkembang di seluruh dunia. Pendidikan di bidang usaha sudah Rain serap sejak kecil jadi dia paham seluk-beluk bisnis kuliner.
Sang papa, Ryu Reeves memang pecinta kuliner dan sejak kecil sudah fokus ingin bersekolah di dunia kuliner jadi oleh omanya, Adriana Reeves, Ryu dimasukkan ke Cullinary Institute of America. Rain banyak belajar dari sang papa. Meskipun otodidak, bakat Rain tidak diragukan lagi.
Usai sarapan, Rain pun berangkat ke toko kuenya yang terletak di daerah Jakarta Selatan bersama dengan pak Benny. Biasanya Rain menyetir sendiri Fiat500 nya cuma hari ini dia lagi malas nyetir.
"Pak Benny, kita ke toko ya" ajak Rain.
"Baik nona Rain."
Toyota Alphard Vellfire hitam itu keluar dari mansion milik Ryu Reeves di Jakarta. Rain pun asyik dengan iPad nya dan tidak mengetahui bahwa ada sebuah Range Rover hitam mengikuti mobil Alphard nya.
***
Rain sampai di toko kuenya dan bersiap turun ketika pak Benny bertanya.
"Non Rain ditunggu atau gimana?"
"Pak Benny ada acara?" tanya Rain balik.
"Ini saya mau antar istri kontrol. Sudah waktunya nona" ucap pak Benny takut-takut.
Rain tahu kalau istri pak Benny punya sakit ginjal tapi belum sampai cuci darah hanya harus rutin kontrol tiap bulan.
"Saya ditinggal saja nggak papa pak. Nanti kalau sudah selesai, baru jemput saya saja. Santai saja pak" ucap Rain sambil tersenyum.
"Terimakasih non. Saya banyak berhutang dengan keluarga tuan Ryu dan nyonya Giselle."
"Ih pak Benny kayak sama siapa saja. Sudah pak, nanti keburu macet lho!" Rain pun turun dari mobilnya. Hari ini dia mengenakan kemeja putih dan celana jeans biru. Rambutnya yang panjang hanya digerai membuat wajahnya makin ayu.
Dengan langkah santai, gadis itu masuk ke dalam toko kue yang diberi nama Maliqa diambil dari nama tengahnya.
"Pagi semua" sapanya ramah kepada para pegawainya.
"Pagi mbak Rain. Kirain baru pulang besok" sapa Tini, asistennya.
"Nggak lah! Aku kangen tepung terigu" kekeh Rain sambil meletakkan tas Gucci nya.
Rain pun masuk dapur dan melihat para pegawainya sudah sibuk membuat kue. Rain memang punya prinsip fresh from the oven jadi satu hari itu, kuenya harus habis karena memang tidak memakai bahan pengawet.
"Yuk kita beradu dengan adonan" kekehnya sambil memakai Appron.
***
Dua jam berkutat dengan adonan dan hiasan, Rain pun memutuskan untuk istirahat. Dilihatnya sudah jam setengah sepuluh dan tokonya buka jam sepuluh pagi. Ada waktu setengah jam untuk ngopi yang sudah menjadi kebiasaannya.
Rain keluar dari dapur dan Tini sudah menyambutnya dengan ice Americano favoritnya.
"Tahu ajah ih Tini tuh" kekeh Rain setelah menyesap kopinya.
"Tahu lah. Empat tahun ikut mbak Rain masa nggak hapal."
Rain pun memeriksa laporan pendapatan yang diberikan Tini dan setelahnya dia membantu menyajikan kue-kue buatannya di rak display.
Tepat jam sepuluh pagi, Rain mengganti plang di depan tokonya dari closed menjadi open dan ternyata sudah ada pelanggannya yang menunggu.
"Mbak Rain, udah buka kan?" tanya salah seorang pelanggannya.
"Sudah dong! Ayo diborong" ucap Rain sambil tersenyum manis.
Para pegawai Rain pun segera melayani para pelanggan yang datang sedangkan gadis itu membuka iPad nya untuk mengecek stok opname bahan-bahan kue.
"Tumben nggak baca buku resep." sebuah suara bariton membuat Rain membeku. Buku resep?
Rain mendongakkan kepalanya dan tampak di hadapannya seorang pria bule menatap dirinya.
"Halo Rain" sapanya.
"E ... Elang?"
***
Yuhuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
"E... Elang?" Rain melotot ke arah pria tampan itu.
"Iya, ini aku Elang. Apa kabar?" tanya pria itu.
"Baik. Kamu?" Rain balik bertanya.
"Aku? Baik juga. Boleh aku duduk disini?" tanya Elang yang membuat Rain seperti déja vu ke jaman dia SD hampir 15 tahun silam.
"Bo... boleh kok" jawabnya.
"Kamu nggak kuliah?" tanya Elang lagi.
"Aku sudah lulus" jawab Rain.
"Ambil jurusan Cullinary?" tanya Elang lagi.
"Nggak, ambil bisnis. Selesai dalam waktu 3,5 tahun, cum laude" jawab Rain tanpa bermaksud menyombongkan diri. "Supaya bisa fokus dengan toko kueku."
"Hebat! Tapi aku selalu tahu kamu anaknya cerdas" puji Elang.
"Kamu sendiri?" tanya Rain.
"Aku? SMP aku pindah ke Inggris dan tinggal disana sampai lulus kuliah di Cambridge."
"Hebat bisa masuk Cambridge."
"Biasa saja karena kakekku orang Inggris."
"Tapi namamu Indonesia sekali" sahut Rain.
"Apa kamu masih hapal namaku, Rain?" goda Elang.
"Panji Elang Samudera."
Elang terkejut mendengar Rain masih ingat namanya lengkap. "Kok masih ingat?"
"Namamu antik dan berbeda jadinya aku ingat" jawab Rain apa adanya.
"Kamu makin tambah cantik, Rain." Mata hazel itu menatap lekat wajah ayu khas Indonesia di hadapannya.
Rain memerah pipinya. "Terimakasih."
Elang mendesah kasar ketika ponselnya berbunyi.
"Halo?" jawabnya kasar. Hatinya kesal karena momennya diganggu oleh suara telepon. "Tunggu disana. Aku akan segera datang." Elang mematikan ponselnya.
"Maaf Rain, soal pekerjaan. Apa boleh aku kemari lagi?" tanya Elang.
"Boleh asal membeli kueku" senyum Rain yang membuat Elang berdesir hatinya.
"Of course. Aku akan kemari lagi. Bye Rain." Elang bergegas keluar dari toko kue milik Rain meninggalkan gadis itu yang masih berusaha menetralisir jantungnya.
Kenapa dia menjadi tampan seperti itu ya Allah. Rain, stop! Fokus!
***
Elang sampai di sebuah rumah mewah di bilangan Jakarta Barat dan segera menuju ke ruang bawah tanah. Jika orang tidak mengetahui, di balik mewahnya rumah yang dia miliki, terdapat ruang elektronik sangat lengkap disamping ruang penyiksaan menyeramkan yang memang disiapkan oleh pengikutnya.
Kekuasaan absolut yang diperolehnya dari sang kakek, membuatnya memperoleh akses dana tak terbatas dari hasil penjualan senjata api ilegal, perampokan dan pencurian uang online.
Ya, Elang adalah nama yang dipakainya di Indonesia sedangkan nama aslinya adalah Jeremy Eagle McCloud. Kakeknya adalah ketua mafia klan McCloud. Ayahnya sendiri memutuskan untuk menolak menjadi bagian klan dan kabur ke Jakarta menjadi seorang dosen bahasa Inggris di sebuah universitas swasta. Disanalah dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang hendak sidang skripsi. Tak lama keduanya menikah dan lahirlah dirinya.
Nama Panji Elang Samudera adalah pemberian sang ibu sedangkan ayahnya memberikan nama Jeremy Eagle McCloud namun ketika dia lulus SD, sang kakek membawanya pergi ke Inggris karena kedua orangtuanya tewas akibat kecelakaan. Di Inggris, sang kakek mendidiknya dengan ketat bahkan dia harus bisa bahasa Welsh dan Celtics disamping bahasa Jerman dan Perancis.
Di usianya yang menginjak 15 tahun, Elang sudah membunuh musuh pertamanya yang dia ketahui sebagai biang kematian kedua orangtuanya. Diam-diam Elang pulang ke Jakarta dan membunuh montir yang melakukan sabotase mobil ayahnya dengan menggunakan racun arsenik. Usai membunuh, Elang kembali ke Inggris.
Hingga kini, dia belum menemukan otak dan dalang pembunuh kedua orangtuanya. Semua ilmu yang diberikan oleh kakeknya yang seorang mafia, benar-benar dia serap dan terapkan. Tak heran dia menjadi pribadi yang dingin dan kejam.
"Ada apa kau memanggilku Louis?" tanya Elang dingin.
"Aku berhasil mencari tahu siapa bodyguard yang aku tembak bahunya."
"Siapa?"
"Namanya Gozali Ramadhan, putra angkat Abimanyu Giandra dan Adara Utari pengusaha import otomotif. Memiliki adik angkat Daniswara Ghani Giandra dan Rhea Greesa Giandra. Ghani sekarang berada di Quantico setelah sebelumnya di NYPD namun sekarang bertugas di FBI. Rhea seorang pianis di Broadway sebelum kecelakaan lalu lintas hampir setahun lalu."
"Keluarga biasa saja" sahut Elang dingin.
"Tidak biasa saja tuan. Rhea menikah dengan Duncan Blair, anak Edward Blair yang merupakan tangan kanan Duncan McGregor."
Elang mendelik. "Apa?"
"Iya tuan. Gozali memiliki saudara ipar Duncan Blair. Tuan, kita membangunkan macan tidur."
What the fu***!
"Sial!"
***
Rain sedang bersiap bersama dengan pegawainya untuk menutup tokonya. Hari ini kuenya tertinggal beberapa item saja dan Rain memutuskan untuk membawanya pulang sebagai camilan di rumah.
Setelah membersihkan semuanya, Rain, Tini dan ke empat pegawainya yang lain pun bersiap pulang. Mereka memang buka toko hanya dari jam sepuluh pagi sampai tujuh malam. Namun pagi jam enam, sudah berada di toko untuk membuat kue.
"Mbak Rain, belum dijemput pak Benny?" tanya Tini ketika melihat mobil bossnya belum datang.
"Iya nih, aku coba telpon pak Benny."
"Maaf non Rain, saya agak terlambat sekitar setengah jam ya." jawab pak Benny ketika Rain menanyakan keberadaannya.
"Baik pak Benny. Saya tunggu." Rain mematikan panggilannya dan memasukkan ponselnya di dalam tas Gucci nya.
"Pak Benny bentar lagi datang kok Tin. Kalian pulang dulu saja nggak papa. Toh warung nasi goreng sebelah juga buka" senyum Rain yang memang mengenal pemilik warung nasi goreng yang letaknya bersebelahan dengan toko kuenya.
"Ya udah. Kami pulang dulu mbak" pamit semua pegawainya.
"Hati-hati" pesan Rain. "Mbak juga!" sahut mereka ke sepeda motor masing-masing.
Setelahnya Rain menunggu di kursi depan yang memang dia sediakan untuk para pelanggannya.
"Mbak Rain belum dijemput?" tanya Mang Asep yang jualan nasi goreng.
"Belum mang Asep. Paling sebentar lagi."
Suara ponsel mang Asep yang menandakan ada pesanan online membuat pria itu kembali ke warungnya. "Bentar mbak, ada pesanan ojol."
"Monggo mang" ucap Rain.
Sembari menunggu pak Benny, Rain pun membuka kotak Tupperware nya dan mulai memakan kue buatannya. Ketika asyik makan, Rain melihat ada sebuah mobil Range Rover datang di depan toko kuenya. Rain mengacuhkan mobil itu karena menganggap hendak ke warung nasi goreng milik mang Asep tapi parkir di depan tokonya karena sudah tutup.
Betapa terkejutnya ketika mengetahui siapa yang turun. Pria yang sama saat tadi pagi datang ke toko kuenya namun sudah berganti pakaian. Kali ini dia mengenakan kaos turtle neck warna hitam dan jeans.
"Halo Rain. Belum dijemput?" tanyanya.
"Sebentar lagi" jawab Rain.
"Kenapa aku jadi teringat jaman SD dulu ya Rain. Aku selalu menemani mu menunggu jemputan" kekeh Elang.
Rain tersenyum. "Napak tilas kah?"
Elang terbahak. "Mungkin."
"Kamu ngapain kemari?" tanya Rain.
"Menemanimu menunggu jemputan." Wajah Rain memerah. "Boleh aku duduk disini?"
Rain hanya mengangguk. Elang duduk di sebelah Rain yang membuat gadis itu menahan nafas. Harum parfum maskulin tercium di hidungnya yang mancung membuat Rain agak gelagapan.
Padahal kamu juga punya sepupu ganteng-ganteng dan wangi semua tapi dekat dengan Elang rasanya berbeda. Ya iyalah Rain, cogan di keluarga mu itu saudaramu semua! Begok ih Rain!
"Boleh minta kuenya?" tanya Elang.
"Boleh." Elang mengambil satu kue ketika Alphard Rain datang. "Kotaknya bawa saja kalau masih mau makan. Aku sudah dijemput." Rain mengambil tas Guccinya dan berdiri hendak berjalan menuju mobilnya ketika tangannya dipegang oleh Elang.
"Don't leave me." Elang menatapnya dalam.
Rain menatap Elang dengan wajah bingung.
***
Yuhuuu Up Malam Yaaaa
Lanjut besok yeeee
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!