NovelToon NovelToon

Pernikahan Kilat.

Berasa Bos.

Keyra Putri Ashita, gadis cantik yang berusia delapan belas tahun yang masih duduk di kursi Sekolah menengah atas kelas tiga semester pertama.

Gadis cantik, ramah, sopan serta rajin itu tinggal bersama orang tua lengkap walau tidak kaya namun keluarga mereka cukup harmonis.

Sifat ramah dia banyak di sukai orang orang terdekat dan ia memiliki seorang sahabat yang bernama Kesya yang mana rumah mereka saling berdekatan.

Ada satu yang Keyra miliki, kadang sifat jahil juga ada dalam dirinya yang entah pada siapa dia dapat.

Kendra Septian Nugraha lelaki tampan berusia 27 th pimpinan GRAHA GROUP perusahaan terkenal yang memiliki anak cabang perusahaan dimana mana tapi sampai sekarang masih memilih sendiri sejak kekasih yang amat sangat dia cintai meninggalkan dirinya yang tengah berjuang mendirikan usaha buat mereka berdua.

Kendra memiliki sahabat sekali gus asisten pribadi yang selalu mengikuti dia kemana pun pergi eh ngak kemana pun juga sebab kalau Ken ke kamar mandi dia ngak ikut kok he he apa lagi tidur mereka terpisah.

Sahabat Ken itu bernama Kemal biasa di panggil seperti itu.

Sifat mereka hampir sama yang kalau bicara seperlunya atau bisa juga jauh dari kata ramah tamah, apa waktu Sekolah ngak masuk pelajaran budi pekerti kali ya.

\=\=

Siang hari saat jam istirahat Sekolah sepasang sahabat itu berjalan menuju kantin buat mengisi perut yang sedari tadi minta di isi.

"Lo mau makan apa Key?"

Biasa Kesya yang selalu jadi tukang pesan makan siang mereka tapi Kesya sama sekali tak keberatan.

"Biasa kok Sya,"

Jawab Keyra yang asik sama hp di tangan.

Asik aja sama hp kayak ada yang chat aja.

"Ya elah Key, sibuk sama hp kayak ada aja yang mau chat lo.

Udah jomblo ngak usah sok sibuk,"

Memutar bola mata malas melihat Keyra yang sok sibuk.

"Ada yang terluka tapi tak berdarah Sya,"

Ujar Keyra memegang dada lalu memasang wajah sedih.

"Kok gue ngak Iba ya Key, udah cepetan mau pesan apa? Jangan jawab kayak biasa ngak ada yang jual,"

Kesal Kesya yang harus menunggu sahabat tersayang nya itu debat dulu, kebiasaan batin Kesya.

"Rasa yang pernah ada, ada ngak?"

Ucapan Keyra mendapat plototan mata dari Kesya.

"Iya iya sorry bakmi aja tapi ngak pake  ayam,"

Lanjut Keyra, ingin rasanya dia melempar sepatu pada sahabat yang entah mengapa dia ngak bisa marah.

"itu mie rebus Keyra sayang bukan bakmi lagi kalau nggak pake ayam.

Lama lama ini sepatu walau ngak punya sayap bisa terbang loh ke kepala lo Keyra,"

Emosi jiwa Kesya kalau menghadapi Keyra yang mempunyai otak separoh itu.

Hah nemu dimana dia sahabat macam Keyra yang otak setengah itu tapi kurang waras gitu.

Ampun deh fikir Kesya menepuk jidat sendiri.

"Iya kali ini serius ni, bakmi sama es jeruk aja ngak pake jeruk,"

Angkat tangan Kesya lama lama.

Udah pesan sesuka hati saja dari pada makan hati.

Kalau begini caranya keburu bel sebelum makan.

Beberapa menit berlalu Kesya datang membawa dua mangkok bakmi, satu es jeruk dan teh es.

Kenapa Kesya bertanya sebelum di pesan pernah saat itu dia pesan tanpa bertanya alhasil Keyra tidak mau makan dan tidak mau bayar juga hingga pada akhirnya Kesya yang kena getah, makanya sebelum pesan di tanya dulu takut rugi, fikir Kesya.

"Nah ini baru bener, es jeruk pake jeruk,"

Meminum duluan minuman itu sebelum makan.

Kesya yang duduk di sebelah dia hanya bisa menggeleng kepala menandakan dia tak habis fikir.

Kalau es jeruk tanpa jeruk berubah nama jadi es kosong sama seperti otak Keyra, kosong batin Kesya.

"Sabar sabar yang waras ngalah,"

Ucap Kesya tanpa menoleh dan ikutan makan sebelum bel berbunyi sebab waktu istirahat sebentar lagi selesai dan waktu istirahat tadi sedikit terbuang sia sia gara gara Keyra.

Selesai makan mereka berdua berjalan menuju kelas sebentar lagi pelajaran selanjutnya akan di mulai dan harus sudah ada dalam kelas sebelum guru masuk.

Kalau terlambat bisa bisa kena hukum.

\=\=

Di sebuah perusahaan yang besar dan megah itu.

Lelaki tampan itu sedang fokus sama pekerjaan yang menumpuk serta minta cepat di selesaikan.

Eh siapa yang minta cepat emang tadi tuh berkas ngomong gitu ya?.

Sifat dia yang acuh serta tidak ada ramah sama sekali sama orang lain berbeda jika mereka lagi berdua saja seperti sekarang.

"Mal keruangan gue sekarang,"

Belum sempat yang di seberang sana menjawab atau sekedar bilang iya panggilan itu sudah di tutup.

"Punya bos kok ngak ada sopan sopannya, untung bos kalau ngak udah gue tendang dari lantai kantor paling atas,"

Gerutu Kemal sepanjang jalan menuju ruangan Kendra, yah tidak jauh juga kan ruangan mereka bersebelahan saja.

Lebay amat bilang sepanjang jalan kayak kemana saja.

"Bisa ngak kalau nelpon itu sebelum di tutup tunggu gue jawab dulu,"

Langsung masuk tanpa mengetuk pintu dan pasti tidak akan kena marah sebab cuma dia karyawan Kendra yang seenaknya masuk ruangan bos sendiri.

"Ngak bisa,"

Inilah mereka berdua yang tidak punya jarak jika seperti sekarang berdua saja.

Yang karyawan suka seenaknya serta bos yang tidak ambil pusing.

Cocok sih tapi mereka hanya berdua bersikap seperti itu tapi jika di depan orang lain jangan di tanya lagi akan bicara se adanya.

"Iya iya bos maha benar,"

Cetus Kemal duduk di sofa lalu menyender pada sandaran sofa dan memejamkan mata.

"Gue manggil lo bukan buat tidur di sini,"

Melempar pulpen yang di pegang tepat mengenai wajah Kemal untung di tutup kalau ngak kan bisa kena tinta wajah tampan yang sayang masih sendiri seperti bos dia.

"Sialan, kalau mau lempar kasih tau dong,"

Melempar balik dan langsung di tangkap Kendra.

"Kalau di bilang buat apa?"

Lah nanya balik.

"Yah biar gue bisa ngehindar lah, gimana sih lo,"

Balas Kemal santai lalu bunyi hp Kemal menghentikan perdebatan tak penting itu.

Kemal membaca isi hpnya lalu menoleh pada Kendra.

"Lupa gue Ken, nanti jam dua kita ada kunjungan ke Sekolah lo,"

Bunyi hp tadi notif kegiatan Kendra yang sudah di atur oleh kemal agar tidak lupa.

"kenapa lo ngak bilang, ini kan udah jam satu lewat,"

Kesal Kendra melihat jam tangan mahal yang melingkar di tangan kekar itu.

"Yah namanya juga lupa Ken,"

Elak Kemal merasa tidak salah, emang ya dia sebagai karyawan kadang bisa seperti bos juga.

"Karna lupa itu makanya ngak ingat bodoh, rugi gue gaji lo mahal mahal.

Ayo berangkat jangan sampai kita telat sampai sana,"

Mengambil jas lalu memakai lagi, sebab kalau dalam ruangan Kendra tidak pernah memakai jasnya hanya mengenakan kemaja saja.

"Ya udah ayo, jangan ngajak debat mulu yang ada makin telat kita,"

Pengen rasanya Kendra mentokin kepala Kemal ke dinding biar sadar posisi.

"Disini siapa yang bos?"

Jengah sama sikap Kemal yang sesuka hati sama dia.

Apa dia terlalu membiarkan Kemal sesuka hati hingga sekarang lupa daratan.

"Ya lo lah,"

Berjalan beriringan menuju lift lalu masuk.

"Lalu kenapa lo yang ngebos di sini,"

Geram Kendra yang di tanggapi pukulan kecil di tangan Kemal.

"Suka suka gue lah,"

Kendra terperanjat mendengar jawaban Kemal yang memang sesuka hati.

"Terserah lo,"

Ektra sabar menghadapi sahabat yang merangkap menjadi sekretaris itu tak ada takut takutnya.

Mana karyawan yang sekurang ajar ini sama bos.

"Emang iya,"

Sudah lah sabar, urut dada Ken doakan saja supaya Kemal cepat sadar.

Pemilik Sekolah.

Jam pelajaran hari ini cepat selesai sebab akan acara setelah itu jam dua siang dengan di hadiri pemilik langsung buat acara kali ini, biasa hanya pengganti atau pengisi acara lain tapi kali ini beda.

"Kenapa pake ada acara segala, kan abis ini pelajaran favorit gue Key,"

Gerutu Kesya membereskan buku lalu memasukkan ke dalam tas.

Sebelum pelajaran selesai tadi guru di depan kelas sudah mengasih pengumuman kalau akan ada acara jadi pelajaran hari ini tidak sampai selesai.

"Ngak apa Sya, kan ini acara bagus juga bisa buat motifasi lo mau melangkah ke depan seperti apa.

Ambil positif jangan menggerutu aja yang tau ntar cepat tua lo,"

Keyra paling tau kalau sahabatnya itu paling malas ada acara yang hanya jadi pendengar saja.

Pasti dia akan bilang kalau acara seperti ini mending dengar radio juga sama, sama sama mendengar saja.

Para siswa sudah mulai berkumpul di aula dan mengisi bangku yang kosong.

Menunggu pengisi acara yang katanya sudah sampai dan lagi berjalan ke sana.

Kedua sahabat itu duduk di kursi paling depan, bukan keduanya juga tapi Keyra yang memaksa Kesya duduk didepan dengan alasan biar leluasa mendengar serta melihat.

"Duduk belakang aja ya Key,"

Bujuk Kesya yang paling anti duduk di depan lagi ada acara.

Bagi Kesya duduk di depan itu kurang nyaman sebab merasa seolah orang orang memperhatikan kita padahal sebenarnya tidak, Kesya aja yang kepedean.

Berbanding terbalik sama Keyra yang suka duduk di depan selain leluasa memandang juga bebas mendengar jika duduk di depan.

"Ngak apa biar bebas melihat, siapa tau tampan kan,"

Keyra malas pindah lagi sudah nyaman.

"Mana ada tampan, taun kemaren aja bapak bapak botak lagi, pasti hari ini juga sama,"

Cetus Kesya yang anti di lihat secara dekat apa lagi nanti sampai di tanya segala.

Pengen rasanya Kesya pentokin kepala botak itu ke dinding.

Hingga pembicaraan mereka terhenti mendengar derap langkah yang sudah mendekat.

Sontak mereka menoleh pada langkah kaki di depan pintu hingga mereka semua terpana.

Mereka kira bapak botak lagi tapi ini lelaki tampan, rahang nya pengen minta di belai dan liat sorot mata elang itu ingin menerkam siapa saja.

Tapi mereka semua tidak tau saja kalau lagi berdua sama sahabat somplak nya akan seperti anak TK.

Hingga acara di mulai tidak ada satu orang pun  yang berani mengeluarkan suara walau hanya kata hah.

Kini fokus mereka bukan pada isi yang di sampai kan tapi pada yang menyampaikan.

"Kamu,"

Tunjuk dia tepat di depan Keyra yang pas sekali.

"Iya saya pak,nama saya Keyra.?"

Tanya Keyra yang di balas anggukan.

Sambil mengangkat tangan lalu menyebutkan namanya, ya siapa tau cuma alasan nunjuk Key.

"Siapa yang nanya nama kamu, kenapa kamu bicara terus sama teman kamu? Kalau tidak suka acara ini silahkan keluar,"

Bentak Ken yang paling anti kalau dia bicara di depan ada orang yang tidak mendengar.

"Maaf Pak,"

Sesal Keyra sebab menjawab pertanyaan Kesya tadi hingga dia harus menahan malu mendapat bentakan seperti itu.

Bukan bentakan sih tepatnya tapi teguran biar lebih menghargai orang lain saat bicara.

Acara berlanjut hingga jari telunjuk itu mengarah pada Keyra lagi, hah kok lagi sih kali ini dia salah apa lagi? Fikir Keyra.

"Iya saya pak,"

Gugup yang Keyra rasakan saat jari telunjuk itu menunjuk dia untuk yang kedua kali.

"Maju ke depan,"

Titah Ken yang langsung di laksanakan oleh Key.

"Saya mau tanya,setelah lulus Sekolah kamu mau melakukan apa?"

Itu pertanyaan ya, kok seperti introgasi juga rasanya.

"Saya mau kuliah pak dan sukses seperti bapak, namun,"

Jeda Keyra yang bingung, soal nya biaya buat kesana yang belum ada titik, kalau ada celah paling lewat jalur beasiswa dengan menggunakan otak encer Key.

"Biaya, (Key menganggukkan kepala) kamu bisa cari jalan lain, beasiswa mungkin,"

Itu tidak perlu di beri tau Key juga sudah tau kali.

"Kalau itu saya juga udah mikir sana pak, ngak perlu ngasih tau juga,"

Ceplos mulut Key dan seketika dia menutup mulutnya menggunakan tangan.

Sadar akan sama siapa dia bicara sekarang.

"Maaf Pak, saya ngak sengaja,"

Sesal Keyra memasang wajah sedih.

Jurus andalan sih tepatnya dan semoga berhasil doa Key dalam hati.

"Silahkan turun,"

Ken tentu saja kesal, kenapa ada siswa seperti dia fikir Ken.

Acara terus berlanjut hingga selesai dan semua membubarkan diri keluar aula.

"Hah untung lo tadi ngak kena marah Key, lagian tuh mulut kok bisa blong sih rem nya?"

Kesya yang melihat saja sudah deg deg an takut Key kena marah atau di usir dari sana lebih malu lagi.

"Ngak tau, ngomong tanpa di pinta aja.

Hah malunya tadi,"

Keyra ingin minta maaf sekali lagi sama pengisi acara tadi namun tidak tau harus mencari ke mana.

"Minta maaf lagi aja Key,"

Itu juga yang di fikirkan Keyra tapi tak tau dimana tuh orang berada.

"Orang nya ngak keliatan Sya,"

Keluh Key yang terus berjalan ke arah gerbang Sekolah.

"Nanti aja kalo ketemu,"

Mereka berdua pulang pergi Sekolah selalu bersama bahkan hampir kemana aja bersama seperti anak kembar.

"Eh eh itu dia Key,"

Tunjuk Kesya pada dua orang lelaki berjalan ke arah parkiran.

"Iya,"

Berjalan menuju parkiran sebelum yang di kejar masuk mobil.

Hah mobil, kok Key merasa jauh berada di bawah dia ya.

Key yang biasa naik angkot jadi minder buat menghampiri tapi harus tidak boleh di tunda.

"Pak tunggu,"

Cegah Key sebelum dia masuk ke dalam mobil.

Sedangkan yang di panggil hanya diam berdiri tanpa mengeluarkan satu patah kata walau hanya kata apa.

"Saya benar benar minta maaf sama kejadian tadi pak,"

Mohon Key menyatukan kedua tangan di depan dada, kalau dia benar benar tulus meminta maaf.

Juga wajah polos Key yang sulit buat di tolak buat melanjutkan perkara.

"Sudah lupakan saja,"

Ken masuk mobil tanpa banyak bicara, bagi dia itu hanya hal yang tak penting.

Bagi Ken itu bukan perkara penting dan tidak perlu pembahasan lebih lanjut.

Di ikuti Kemal yang mengemudikan mobil.

Dua sahabat itu akan pergi bersama jika masalah kantor dengan Kemal sebagai supir.

Lengkap sudah jabatan Kemal.

"Yuk pulang Key,"

Ajak Kesya yang merasa tidak ada lagi yang perlu diurus.

Keyra hanya menurut saja, bagi dia sudah minta maaf tadi sudah cukup.

Soal di maaf kan atau tidak, tidak lagi jadi urusan Key, begitu fikir Key

Merasa Di Abaikan.

Key yang merasa di abaikan menghentakkan kaki ke jalan.

Merasa dia tidak di anggap apa salah nya bilang iya.

Kan tidak sulit.

"Ih beneran itu orang ngeselin Sya, awas aja nanti kalau jatuh cinta sama gue, gue tolak baru tau rasa,"

Key menendang angin di depan.

Merasa apa ya sulit di ucapkan dengan kata kata.

"Masalah nya Key om tadi nggak bakal suka sama lo, liat dari tampang nya yang tampan itu udah punya pasangan.

Gila aja wajah pari purna gitu nggak punya gandengan, gue juga mau,"

Siapa yang tidak mau sama Kendra pengusaha muda sukses di usia yang bisa di bilang pas di ajak berumah tangga.

Semua orang juga mau termasuk Kesya.

Gila aja kalau ada yang nolak auto perlu di tanya apa ada yang salah sama mata dan otak orang itu.

Kalau di ajak berumah tangga sama Kendra kehidupan kita sudah terjamin nggak bakal kekurangan lagi.

Tidak perlu mikir besok mau makan apa.

"Jangan ngada ngada ya Sya, itu calon gebetan gue.

Kalau mau sama yang satunya lagi, lumayan tampan juga,"

"Awas jangan kegatelan sama dia,"

Sambit Key yang tidak terima ocehan yang menargetkan om tampan itu sebagai incaran.

Tolong lah tidak perlu bersaing sama sahabat sendiri juga.

"Lo yang gatel Key, belum tentu tuh om mau sama lo.

Masih bau kencur gini,"

Mereka pulang naik bus umum.

Itu kebiasaan mereka berdua lebih suka menikmati berdesakan naik bus dari pada pakai motor, padahal mereka punya.

Dan akan di pakai pada waktu tertentu.

"Man maaf nih ya, sesama bau kencur nggak perlu saling hina.

Cukup sadar diri dan yang jelas lo gaet yang satunya lagi.

Fiks no debat,"

Udah Sya ngalah udah nggak perlu debat.

"Masalah nya Key itu om om mau nggak sama lo, dia kalau mau cari pasangan mikir juga kali nggak mungkin mau sama yang di bawah umur.

Bisa di tuntut dia,"

Ledek Kesya pada Key yang langsung terdiam.

Padahal sama sama masih kecil.

"Masa iya Sya masih kecil ini ukurannya udah tiga empat mau tiga enam ini,"

Sambil memegang aset nya yang berada di dada.

Sontak Kesya menutup muka menggunakan tas malu di lihat orang.

Ya mereka masih berada di dalam bus dan bisa di pastikan kalau obrolan mereka ada yang dengar.

Lah Key dengan tidak tau malunya membahas hal yang bisa membangkitkan sesuatu yang sudah terpendam lama juga membuat malu bukan main.

"Plis Key kalau mau bahas itu nanti ya kalau udah di rumah,"

Kesya bicara penuh permohonan agar Key memberhentikan ucapan yang bisa membuat malu sampai ke tulang sum sum.

"Oh di rumah ya, ok.

Sekalian gue mau liatin lo kalau ini udah besar,"

Tolong siapa saja bisa bekap mulut Key yang tidak bisa di ajak kompromi.

Membahas hal mesum di tempat umum dengan santai.

Ini anak urat malunya ada di mana? apa ketinggalan di sekolah tadi.

"Iya iya di rumah,"

Saat bus sudah berhenti di halte dekat rumah.

Kesya beranjak cepat turun dari bus mengabaikan panggilan Key yang minta di tungguin.

Kesya masih menutup wajah menggunakan tas hingga sudah berjalan agak jauh baru bisa bernafas lega.

\=\=\=\=\=

Di perusahaan Ken, lelaki itu sibuk mengerjakan kerjaan yang di tinggalkan saat datang menghadiri kunjungan ke sekolah tadi.

Bukan tanpa alasan Ken mau datang ke sana.

Sekalian mau melihat perkembangan sekolah secara langsung.

"Bro lo udah siap,"

Kemal masuk ke dalam ruangan Ken seperti biasa.

Tidak menganggap ada pintu jadi masuk tanpa ngetuk pintu.

Bawahan yang baik bukan?.

"Kalau belum lo mau bantuin?"

Balas Ken tetap terus memeriksa berkas tanpa mengalihkan pandangannya pada Kemal.

"Mau aja gue bantu tapi gaji gue di tambah nggak?"

Dasar bawahan tidak tau diri atau suka memanfaatkan sesuatu.

Ya namanya juga usaha siapa tau mau dan Kemal dengan senang hati nggak bakal nolak.

"Ok, nol empat cukup?"

Kemal langsung mendengus kesal.

Gila saja mau bayar cuma dengan nol empat dapat apa itu.

Tau kan kalau nol empat paling tinggi nominalnya lima puluh ribu.

Buat beli cemilan sama minuman yang dapat.

"Pelit amat jadi bos, tambahin dua lagi napa,"

Ya kali cuma di bayar pakai nol empat.

"Itu sih mau lo,"

Ken tetap fokus sama lembaran kertas yang bisa membuat angka nol di rekening nya bertambah.

Di usia yang tidak terlalu muda,bisa di bilang matang.

Ken sudah banyak mendapat penghargaan juga sukses di usia muda.

Kalau mau tau Ken berasal dari keluarga mana maka tidak banyak yang tau saking tertutupnya informasi tentang keluarga Ken.

"Itu lo tau,"

Balas Kemal.

"Lo tau itu apa?"

Menunjuk sesuatu yang berada tidak jauh dari meja kerja Ken.

"Sofa, emang kenapa?"

Tanya balik kemal, ada dengan sofa fikir kemal.

Ya kali udah sebesar ini sofa tidak tau.

"Gunanya apa?"

Anak baru lahir juga tau, jadi buat apa di tanya lagi.

"Buat duduk lah, Lo udah lupa kegunaan sofa.

Situ masih waras?"

Kesal kemal, sofa aja di tanya gunanya apa.

Semua orang di dunia ini juga tau guna sofa.

Buat mandi bukan?.?

"Ya udah duduk sana kalau nggak mau bantu,"

Sinis Ken melanjutkan pekerjaan yang tinggal sedikit lagi.

Kedatangan Kemal ke ruangan nya sudah tau.

Asisten sekaligus sahabatnya itu pekerjaan nya sudah selesai makanya datang buat ngerusuh.

"Bilang kek di suruh duduk, kenapa berbelit kayak emak emak,"

Kemal duduk di kursi yang berada di depan meja Ken.

Bukan pada sofa yang di tunjuk Ken.

Kejauhan tidak bisa memandang Ken lagi fokus kerja.

Seperti cewek yang menemani pasangan nya kerja.

So sweet bukan sih.

"Ken nanti malam datang?"

Kemal memperhatikan hp yang menyampaikan kalau ada notif yang minta di perhatikan.

"Kemana?"

Ken tidak tau dan juga dia jarang pergi ke luar malam malam.

"Ada acara reuni,"

kemal memperlihatkan chat group yang akan mengadakan acara reuni nanti malam.

"Nggak malas, nggak ada guna,"

Ya ini lah Ken, paling anti keluar malam kalau tidak ada guna serta manfaat.

Ken lebih suka di rumah kumpul sama keluarga atau nggak menenangkan diri di mansion nya.

Ken punya mansion yang sudah di siapkan untuk masa depan.

Bersama siapa lagi kalau bukan bersama keluarga kecilnya nanti.

"Lupa gue kalau lo anak umi,"

Ledek kemal yang tau kebiasaan Ken lebih suka di rumah.

Ya Ken memanggil orang tuanya Umi dan Abi.

Terdengar adem yah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!