Suara isakan tangis terdengar begitu memilukan. Isakan-isakannya begitu menyakitkan.
Seorang gadis yang berada di kamar mandi rumah kumuhnya, masih dengan seragam sekolah kebanggaannya sambil memegang benda kecil yang tercetak dengan jelas dua garis biru.
Sefira anggraini, seorang gadis remaja berusia 17 tahun, hidup sebatang kara. Tak punya sanak saudara, lebih tepatnya tidak ada yang mau merangkulnya.
Orang tuanya telah meninggal tiga tahun lalu karena kecelakaan disaat mereka baru akan pulang dari pasar.
Dunianya sedang tidak baik-baik saja. Entah apa yang sedang Tuhan rencanakan untuknya. Setelah kepergian kedua orang tuanya, Sefira kerja paruh waktu di sebuah cafe, makan sekali sehari itupun hanya dengan telur ceplok atau kadang mie instan.
Sekolah dengan bantuan beasiswa, belajar dengan sungguh-sungguh supaya kelak bisa mencapai cita-citanya. Namun, semua impiannya di hancurkan begitu saja oleh kenyataan.
2 garis merah terpampang jelas di depan matanya. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Dengan apa dia nanti menghidupi anaknya?
Hamil!
Tidak pernah Fira bayangkan hal tersebut. Hamil disaat dia masih duduk di bangku SMA kelas 2.
"Belajar yang rajin biar nanti Fira jadi orang sukses kerja di tempat yang bagus, tidak seperti ayah dan ibu"
Perkataan ayahnya berputar di telinganya. Air mata Sefira kembali menderas mengingat hal tersebut.
"Maafin Fira yah bu," gumam Sefira dalam tangis.
...***...
Pagi harinya, terdengar suara burung berkicauan. Matahari sudah muncul sedikit kepermukaan bumi.
Seorang gadis mengucek matanya lalu membuka ponselnya dan matanya terbelalak melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 06:47. Dia segera bangkit dari tidurnya berlari menuju kamar mandi.
Tidak sampai lima menit, gadis tersebut sudah keluar selesai mandi dan memakai seragam sekolahnya dengan cepat.
"Aduhh sef, kok kamu bisa-bisa kesiangan sih?" Monolog Sefira menggerutu.
Yaps, gadis tersebut adalah Sefira Anggraini. Dia baru tidur jam dua dini hari karena memikirkan bagaimana nasibnya nanti bersama kandungannya.
Sefira meraba perut ratanya. "Maaf ya nak, kita ga sarapan dulu mama sudah telat."
Setelah selesai Sefira berlari kencang menuju jalan raya mencari angkutan umum, ia seakan lupa dengan keadaan dirinya yang tengah mengandung. Keberuntungan berpihak kepadanya pagi ini, baru saja Fira sampai di pinggir jalan angkot berhenti di depannya karena salah satu penumpang turun, buru-buru Fira naik.
Saat sampai di halte depan gerbang sekolah, ia bisa melihat satpam tengah menggeser gerbang agar tertutup. Melihat itu Fira berlari sambil teriak. "PAK JANGAN TUTUP GERBANGNYA DULU!"
Satpam yang mendengar itu menoleh ke arah Fira. "Buruan neng," ujar satpam tersebut setengah teriak.
"Hush hosh hosh," Sefira mengatur nafasnya setelah melewati gerbang. "Makasi pak."
"Iya neng, sama-sama," balas satpam tersebut.
Sefira tersenyum kepada satpam tersebut kemudian ia melengos pergi. Sefira berjalan sedikit berlari karena sebentar lagi guru yang mengajar di kelasnya akan masuk. Ia terus berjalan cepat dengan pandangan lurus tanpa melihat kiri kanan.
BRAK!
...***...
Tiga orang pemuda baru saja turun dari mobil mereka masing-masing. Mereka berjalan beriringan sembari sesekali tertawa dengan candaan mereka. Mereka terus berjalan tanpa melihat ke depan.
BRAK!
"Auss sa-kit," lirih Fira mengelus bokongnya.
"Makanya kalo jalan liat-liat!" Ujar Felix.
Sefira mendongak melihat siapa yang menabraknya, dia terkejut melihat ketiga pemuda most wanted SMA Jayakarta tersebut, terlebih melihat tatapan dingin salah satu dari mereka yang bernama Dave Axazia Miller.
Ketiga pemuda tersebut pergi meninggalkan Fira yang terdiam gemetar.
Disaat berjalan di koridor sekolah ketiga pemuda tersebut terus saja menggerutu kesal karena Sefira kecuali Dave yang entah memikirkan apa.
Flashback On
Kelas 12 IPS 3 sedang mengadakan party birthday salah satu teman mereka yang bernama Zoya di salah satu cafe dimana tempat Fira kerja paruh waktu.
Disaat menikmati makanan mereka, ada salah satu pelayan yang menawarkan minuman kepada Dave, Felix, dan Nico. Dave yang memang sedang haus mengambil minuman yang diberikan oleh pelayan tersebut kemudian meminumnya hingga tersisa setengah. Sedangkan, kedua temannya tidak karena mereka sudah mengambil terlebih dahulu kepada pelayan lain.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang tengah tersenyum miring melihat Dave yang meminum minuman tersebut. Tidak lama kemudian, Dave merasa sangat panas di sekujut tubuhnya.
Sial! Batin Dave yang menyadari akan sesuatu terjadi padanya.
Siapa yang berani main-main sama gue?! Batin Dave menggeram. Tangan memegang gelas dengan kuat menahan gejolak yang akan meledak.
Dave melenggang pergi tanpa menghiraukan kedua temannya yang terus memanggilnya. Tujuannya sekarang ialah toilet.
Di bilik toilet, Dave terus mengerang menahan sesuatu. Seseorang yang mendengar ada suara aneh, berjalan menghampiri suara tersebut.
"Maaf tuan, apakah anda sakit?" Tanya perempuan tersebut.
Dave menoleh sekian detik. "Pergi!" Ujar Dave dengan penuh penekanan.
Gadia tersebut sedikit terkejut kala melihat Dave yang ternyata wost wanted di sekolahnya. Ia tidak menghiraukan perkataan Dave yang menyuruhnya pergi, ia tidak tega melihat Dave yang seperti orang menahan sakit. Dengan keberanian penuh, gadis tersebut mendekati Dave. "Mana yang sakit? Biar Fira bantu," ujar Sefira.
Yaps, gadis tersebut adalah Sefira dengan memakai baju pelayan cafe tersebut. Tadinya dia ingin ke toilet karena panggilan alam, tapi niatnya terurungkan karena mendengar orang mengerang kesakitan yang ternyata itu adalah Dave kakak kelasnya di SMA Jayakarta.
Dave yang sudah tidak tahan ditambah lagi dengan sentuhan tangan Fira yang memegang tangannya membuat darahnya mendesir. Dave menyeret Fira memegang erat tangannya menuju ruang pribadi milik Dave. Memang cafe tersebut salah satu cafe cabang milik Dave, bukan milik Dave tapi milik keluarganya hanya saja Dave yang mengelolanya.
"Le-pas kak," pinta Fira kesakitan.
Dave tidak menghiraukan ucapan Fira, dia terus menyeret Fira keruangannya melewati lorong yang hanya karyawan dan dia yang tau.
Tubuh Fira semakin bergetar, rasa takut menyelimutinya apalagi melihat wajah atasannya yang merah padam, bukan karena sedang emosi tapi karena sudah tidak dapat menahan hasrat akibat obat perangsang yang telah dimasukkan orang di minumannya.
Sesampainya di ruangannya, Dave langsung menghempaskan tangan Fira kasar membuat Fira tersungkur ke kasar king size miliknya. Dave berbalik mengunci pintu lalu berjalan ke arah Fira dengan membuka tiga kancing kemeja bagian atas yang ia kenakan. Fira yang melihat itu, memundurkan tubuhnya dengan perlahan.
"Tenanglah baby," ujar Dave serak menangkap tubuh Fira.
"K-kak lepasin ak-u," pinta Fira. Air matanya luruh saat merasakan nafas Dave di leher jenjangnya. Dia tidak bodoh untuk bisa mengartikan apa yang akan terjadi selanjutnya meski umurnya baru 17 tahun.
...***...
Jangan lupa vote, like, komen, dan favoritkan.
Dave mengukung tubuh mungil Fira di bawahnya. Wajah keduanya semakin dekat sampai kedua bibir mereka bertemu. Fira hanya bisa menangis dalam diam di perlakukan seperti itu. Tenaga sudah terkuras karena terus berontak tapi tidak bisa lepas karena kekuatannya tak sebanding dengan Dave.
Awalnya Dave hanya mencium sekilas tapi lama kelamaan berubah menjadi sebuah ******* yang menuntut. Tangan Dave tidak tinggal diam, tangannya meraba benda kembar kenyal milik Fira dan meremasnya. Fira merasakan darahnya mendesir, jantungnya berdetak dengan cepat, dia juga merasa ada yang keluar dari bawahnya.
Dave membuka kancing seragam Fira tanpa melepaskan lumatannya. Kini Fira terbuai dengan permainan Dave yang tidak kasar seperti sebelumnya sampai dia sendiri tidak menyadari bahwa kini ia sudah tidak memakai sehelai benang pun.
Tangan Dave beralih bermain di bukit yang ada di antara kedua kaki Fira. Fira tersadar, dengan cepat dia menahan tangan Dave dan menggeleng-gelengkan kepalanya, air matanya kembali menetes tanpa suara karena mulutnya masih di bungkam oleh Dave.
Dave seakan tuli dengan itu, dia mengiring tangan Fira ke atas dan memegang dengan tangan satunya, sedangkan tangan satunya lagi kembali bermain di bukit tersebut.
"Sangat basah sayang," ujar Dave serak tepat di telinga Fira membuatnya merinding.
"Hiks to-long hiks ja-ngan kak hiks," lirih Fira. Dave benar-benar kesetanan sekarang, mulutnya kini sudah beralih telat di benda kenyal yang kembar tersebut. Dengan rakusnya dia menyusu di salah satunya, sedangkan satunya dia remas dengan tangan satunya dan tangan satunya lagi dia gunakan untuk melepaskan pakaian yang ia gunakan.
Sampai pada akhirnya, Dave yang sudah tidak bisa menahan lagi segera mengarahkan senjatanya pada mahkota Fira. Pada percobaan pertama melesat begitu pun percobaan kedua, percobaan ketiga dengan sedikit kasar Dave menghentakkan senjatanya sehingga tidak melesat tapi tidak belum masuk keseluruhan.
Fira menggigit bibir bawahnya menahan sakit, air matanya tidak berhenti mengalir. Dave yang melihat itu semakin tidak karuan, dengan rakus dia kembali ******* bibir manis Fira sambil kembali berusaha memasukkan senjatanya lebih dalam lagi.
Sesudah seluruh senjatanya amblas masuk, Dave mendiaminya tapi bibirnya masih dengan sibuk menyecap bibir Fira begitupun dengan tangan Dave yang tidak tinggal diam, tangannya sibuk meremas kedua benda kenyal yang bergantung di dada Fira. Dirasa lawannya sudah tidak merasakan sakit lagi, Dave memompa senjatanya keluar masuk dengan pelan tapi tidak berlangsung lama. Dave melepaskan bibirnya dari bibir Fira, seketika Fira mendesah membuat Dave menyeringai dan memompa dengan kecepatan tinggi.
Setelah kurang lebih sejam mereka bergulat sampai akhirnya Dave mengeluarkan laharnya di dalam kemudian dia tumbang di samping Fira dengan nafas keduanya yang memburu dan tidak lama kemudian Dave tertidur tapi tidak dengan Fira yang menangis sesak.
Ya Allah sakit. Batin Fira lirih.
Dirasa sudah puas menangisi nasibnya, Fira turun dari ranjang dan memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai, ia memakai kembali pakaiannya. Matanya tidak sengaja melirik jam yang berada di dinding, pukul 11:53 artinya cafe sudah tutup dan biasanya teman karyawannya sudah pulang.
Fira berjalan menuju pintu dengan tertatih dan membuka pintu tersebut. Benar saja, cafe sudah sepi dan gelap dia kemudian menuju loker untuk mengganti pakaian dan pulang.
Flashback Off
"Sefira?" Panggil guru yang sedang menjelaskan di kelasnya.
Amanda teman fira menoleh ke arahnya yang tengah melamun. Amanda menyenggol lengan Fira tapi tetap tidak ada hasil. Guru tersebut melangkah kearahnya.
"SEFIRA!" Sentak guru tersebut menggebrak mejanya.
Sefira terlonjat kaget. "Maaf bu?" Balas Fira menundukkan kepalanya takut setelah melihat siapa yang menggebrak mejanya.
"Kenapa kamu melamun di jam pelajaran seperti ini?" Tanya guru tersebut. "Maaf bu," jawab Fira.
Guru tersebut mendengus. "Sekarang kamu berdiri di lapangan hormat bendera sampai jam pelajaran ibu selesai!" Titah guru tersebut tak terbantahkan. Fira yang tidak ingin berdebat dan tidak ingin adanya keributan pun menurut, ia keluar kelas menjalankan hukumannya.
...***...
Kring kring
Bel pulang sudah berbunyi, semua murid berhamburan menuju gerbang tidak terkecuali Sefira dan Amanda.
"Lo pulang bareng gue aja yuk Ra," ajak Amanda kepada temannya tersebut.
"Ga deh, aku langsung ke cafe sekarang. Kasian juga kamu kalau nganterin aku kan beda arah," tolak Fira.
"Oh ya udah. Kalo gitu gue duluan ya," Fira menganggukkan kepalanya lalu Amanda melenggang pergi.
Mereka tidak menyadari ada yang menatap mereka dengan pandangan yang sulit di artikan.
Fira menaiki ojek yang sudah dia pesan online. Jarak antara sekolahnya dengan cafe sedikit jauh sehingga Fira tidak menerima ajakan Amanda karena kasian nanti temannya tersebut capek.
Tidak lama Fira sampai di cafe tempatnya mencari rizki, dia langsung masuk dan berganti pakaiannya. Temannya di sini rata-rata sama sepertinya yang kerja paruh waktu ada yang kuliah ada juga yang masih SMA seperti Fira, itulah mengapa mereka tidak ada yang saling menjatuhkan satu sama lain, melainkan saling menggenggam tangan.
Setelah mengganti bajunya, Sefira mengerjakan pekerjaannya. "Fira tolong kasih ini kepada meja nomor 12 ya," pinta salah satu teman Fira bernama Desi di name tag nya. "Oke Des."
Sebuah mobil yang sangat karyawan cafe tau siapa pemiliknya memasuki area cafe. Orang tersebut masuk di sambut dengan beberapa salam sapaan dari bawahannya.
"Selamat siang pak," salam mereka yang berpapasan dengan Dave, pemilik cafe tersebut. Dave hanya mengangguk singkat kemudian kembali berjalan.
Matanya tidak sengaja melihat Fira yang tengah melayani salah satu pelanggannya kemudian dia mengingat sesuatu. Langkahnya terhenti, Dave melangkah menuju salah satu karyawan yang tengah memberikan noted pemesanan kepada kasir.
"Suruh karyawan yang kemarin masuk tanpa izin ke ruangan saya," titah Dave dingin.
"Baik pak," jawab Nina menunduk. Jangan tanyakan bagaimana kondisi jantung, jantungnya sudah berdetak kencang takut mendengar suara dingin bosnya.
Ada tiga karyawan yang kemarin tidak masuk, tapi hanya ada satu karyawan yang tidak izin dia adalah Fira.
Yaps, kemarin Fira tidak masuk karena sepulang sekolah langsung ke apotik untuk membeli testpack kemudian pulang mengecek, Fira hanya menangis melihat hasil dari benda tersebut. Itulah sebabnya dia tidak masuk kemarin.
"Fira kamu di suruh keruangan bos," beritahu Nina. Fira yang mendengar itu seketika membeku. "Kamu si kemarin ga masuk malah ga izin," sercah Nina.
"Mba," ujar Fira lirih. "Maaf Ra, mba ga bisa bantu kalau berurusan dengan bos," ujar Nina yang mengerti maksud Fira.
"Lebih baik kamu buruan ke ruangan si bos," titah Desi. "Nanti urusannya makin ribet."
Fira mengangguk pasrah kemudian melenggang pergi menuju ruangan Dave. Kakinya sudah bergetar mengingat ruangan tersebut yang menurutnya neraka.
Tok tok tok
"Masuk," ujar Dave dari dalam.
Fira yang mendengar itu membuka pintu dengan perlahan. Wajahnya sudah pucat pasi, bukan karena kejadian dulu tapi karena takut akan di pecat. Jika dia di pecat lalu dengan apa dia menghidupi dirinya dan calon anaknya.
"Bapak panggil saya?" Tanya Fira basa-basi.
"Duduk!" Titah Dave tapi Fira menggelengkan kepalanya menolak.
"Maaf pak, saya berdiri saja," tolak Fira.
"Saya bilang duduk!" Ujar Dave dingin penuh penekanan. Fira yang tidak ingin berdebat segera duduk di hadapan Dave.
"Bagaimana?" Tanya Dave yang tentu tidak di mengerti oleh Fira.
...***...
...SPOI NEXT!...
"Gugurin!" Titah Dave dingin. Fira terkejut mendengarnya.
"Sa-saya mohon, jangan suruh saya buat gu-gugurkan kandungan saya. Saya janji tidak akan meminta pertanggung jawaban anda," ujar Fira menitikkan air mata.
"Saya akan pergi jauh dari anda!" Putus Fira cepat.
"Deal!" Ujar Dave menatap Fira dingin. "Saya akan transfer 50 juta buat anda!"
Fira menganggukkan kepalanya. Dia tidak bodoh untuk menolak uang tersebut, jika tidak menerima uang tersebut dengan apa dia bisa pergi, makan, dan mungkin buka usaha kecil-kecilan untuk menyambung hidupnya nanti.
"Udah gue transfer, sekarang lo balik kerja lagi dan besok lo ga boleh ada di kota ini lagi!" Ujar Dave penuh penekanan, Fira hanya mengangguk pasrah menghapus jejak air matanya kemudian berjalan keluar meninggalkan ruangan tersebut.
Pupus sudah, impian dan masa depannya hancur sudah rasa penyesalan menyelimuti dirinya. Seandainya dirinya waktu itu tidak menghampiri Dave pasti semua ini tidak akan terjadi, lalu sekarang apa yang harus dia lakukan?
...🌱...
Jangan lupa vote, like, komen, dan favoritkan!
Fira mengerutkan dahinya menatap atasannya. "Maksud bapak?"
"Apakah kejadian malam itu ada hasilnya?" Tanya Dave tetap dengan wajah datarnya.
Fira sedikit terkejut mendengar pertanyaan atasannya tapi sekian detik dia bisa menguasai keadaan. "Tidak pak," jawab Fira berbohong.
Jujur Fira takut jika ia berkata jujur Dave akan menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya. Tangannya seketika memeluk perutnya dan Dave melihatnya.
Berani banget lo bohongin gue. Batin Dave geram.
"Gugurin!" Titah Dave dingin. Fira terkejut mendengarnya.
Apakah dia tau? Batin Fira bertanya-tanya.
"Dengan lo memeluk perut lo itu seakan-akan kamu melindunginya membuat gue tau lo bohong," jelas Dave.
"Sa-saya mohon, jangan suruh saya buat gu-gugurkan kandungan saya. Saya janji tidak akan meminta pertanggung jawaban anda," ujar Fira menitikkan air mata.
"Saya akan pergi jauh dari anda!" Putus Fira cepat.
"Deal!" Ujar Dave menatap Fira dingin. "Saya akan transfer 50 juta buat anda!"
Fira menganggukkan kepalanya. Dia tidak bodoh untuk menolak uang tersebut, jika tidak menerima uang tersebut dengan apa dia bisa pergi, makan, dan mungkin buka usaha kecil-kecilan untuk menyambung hidupnya nanti.
Sedangkan Dave? Pria itu akan sangat malu dengan keluarga jika orang-orang tau dia telah menghamili seorang gadis. Siapa yang tidak mengenal keluarga Miller? Keluarga terpandang yang memiliki citra baik di masyarakat.
Satu hal yang tidak Dave pikirkan, tidak hanya dia dan keluarganya yang malu. Bagaimana dengan Fira yang akan menanggung semua resiko dari kebejatan seorang Dave? Pasti akan ada banyak caci makian yang akan ia terima nanti. Katakanlah Dave pria brengsek yang dengan gampangnya menggugurkan darah dagingnya sendiri.
"Udah gue transfer, sekarang lo balik kerja lagi dan besok lo ga boleh ada di kota ini lagi!" Ujar Dave penuh penekanan, Fira hanya mengangguk pasrah menghapus jejak air matanya kemudian berjalan keluar meninggalkan ruangan tersebut.
Pupus sudah, impian dan masa depannya hancur sudah rasa penyesalan menyelimuti dirinya. Seandainya dirinya waktu itu tidak menghampiri Dave pasti semua ini tidak akan terjadi, lalu sekarang apa yang harus dia lakukan?
Dave seakan-akan dia yang menjadi korban, tidak ingin menanggung resiko bersama dengan Fira. Sungguh salah satu definisi pria brengsek. Berani berbuat tapi tidak berani bertanggung jawab!
Siapapun tolong bangunkan Dave dari kesadaran! Disini yang jadi korban adalah Fira, Sefira!
...***...
Petang tepat jam 6, Sefira telah menyelesaikan shif kerjanya. Dia berjalan menuju lokernya untuk mengganti baju. Setelah selesai dia keluar meninggalkan cafe dengan wajah sendu.
"Mba Des, Fira pamit ya," ujar Fira kepada Desi. Desi yang mengerti jam kerja Fira sudah selesai, mengangguk singkat dan tersenyum. "Hati-hati Ra."
Tidak ada yang tau bahwa hari ini adalah hari terakhir Fira kerja di cafe tersebut. Tempat yang sudah tiga tahunan ini memberikan Fira rezeki.
Sesampainya di rumah, Fira segera mandi dan packing barangnya. Dia memutuskan untuk pergi malam ini juga, dia juga memutuskan untuk menjual rumah yang sudah dari lahir melindunginya dari panas dan hujan untuk menambah modalnya berusaha nanti.
"Sekarang kita cuma berdua nak," cicit Fira memegang perutnya.
Sefira mengambil nafas dalam-dalam sebelum akhirnya keluar dari rumah sederhana miliknya.
Perempuan dengan rambut sepinggang itu berjalan tak tentu arah. Ia tidak tau akan kemana.
Fira sekarang memandangi jalanan yang sangat ramai. "Kita mau kemana ya? Sekarang udah malam," Tanya Fira kepada calon anaknya.
Tak tau arah, Fira terus berjalan sambil mengendong tasnya sampai dia tidak menyadari sekarang dirinya ada di pasar.
"Hai cantik," goda pria berpakaian seperti preman dengan kalung rantai besar, telinga yang ditindik dan lengan yang penuh dengan tato.
"Mau kemana sih malam-malam?" Tanya pria itu menoel dagu Fira yang langsung membuat sang empu memalingkan muka.
"Jangan macem-macem ya bang," peringat Fira menjauh.
"Oke gue ga akan macem-macem. Tapi sekarang serahkan semua uang lo," ujar preman tersebut menodongkan Fira pisau tajam.
Fira menggeleng.
"Kalau lo gak mau gue bunih lo!"
"POLISI! POLISI!" Teriak Fira melambaikan tangannya. Pria tersebut terkejut dan refleks menoleh ke belakang.
Tak mau melewatkan kesempatan berhaga tersebut, Fira langsung saja berlari kencang menjauh.
"Ayo Ra lebih cepet!"
Fira mempercepat langkahnya, ia menoleh kebelakang dan ternyata preman tersebut masih mengejarnya.
"Aku sembunyi di bak pick up ini aja deh."
Fira naik ke bak pick up tersebut kemudian dia menyeret terpal yang kebetulan ada untuk menutupinya.
Bismillah ya Allah lindungilah hamba, amin. Batin Fira berdoa dengan mengadahkan kedua tangannya.
Setelah cukup lama Fira menginyip dari celah terpal. "Alhamdulillah tu oranf udah pergi," ujar Fira bernafas lega.
"Mba," panggil lelaki parih baya yang memakai topi dan kaos berwarna maroon.
"Astagfirullah yang satu udah pergi, ini datang lagi satu," gumam Fira.
"Bapak preman juga?" Tanya Fira dengan nada lesu.
"Saya sopir pick up ini mba."
"Oh maaf pak."
Sopir tersebut mengangguk singkat.
"Bapak mau kemana sekarang?"
"Kemana?"
"Ke Desa. Saya sudah kangen sama istri dan anak saya mba," ujar pria tersebut.
"Nama bapak siapa?"
"Andi."
"Pak Andi boleh nebeng gak?"
"Gimana ya mba?" Pria paruh baya yang baru Fira ketahui namanya Andi tersebut kelihatan sedang berfikir.
"Boleh ya pak, saya duduk disini juga gak papa."
"Ya udah gak papa mba. Tapi beneran duduk disini kan?"
Fira mengangguk. "Ya pak gak papa."
"Tapi perjalanannya lama loh mba," terang Andi.
"Gak papa pak," balas Fira tersenyum meyakinkan.
"Ya udah ini pake sarung saya biar gak kedinginan," ucap Andi menyerahkan sarung berwarna biru gelap.
Fira menerima sarung tersebut. "Makasi pak."
Udara dingin menyelimuti perjalanan Fira malam ini. Ia menekuk lututnya lalu menenggelamkan kepalanya di tengah-tengah juga memakai sarung yang di berikan pak Andi tadi.
Bibir Fira bergetar karena dinginnya angin malam. "Kamu kedinginan ya nak," ucap Fira sembari mengeratkan pelukannya di perutnya.
Ia sesekali melirik bangunan-bangunan ibu kota yang menjulang tinggi. "Selamat tinggal tempat kelahiran," gumam Fira dengan air mata yang menetes.
"Kamu jangan nakal-nakal ya nak di dalam sana," gumam Fira. Air matanya sudah tak terbendung lagi.
Ia sesegukan, kenapa nasibnya berakhir seperti ini. Tidak memiliki siapa-siapa dan harus membesarkan calon buah hatinya sendirian.
Fira menyrka air mata yang sudah membasahi pipinya. "Ya Allah kalau memang jalannya seperti ini, Fira akan terima. Tapi jangan sampai anak Fira hidup menderita nantinya."
Fira mencoba menutup matanya, fisik dan batinnya sudah terlalu lelah dengan kejadian yang sudah di gariskan Tuhan.
Kruk kruk
Perut Fira berbunyi. "Laper banget."
Fira membuka tasnya. "Untung tadi sempet beli roti sama air," lega Fira tersenyum.
Fira membuka bungkus roti dengan rasa coklat lalu memakannya sampai tak tersisa. "Udah agak kenyang, kalau aku minum air pasti lebih kenyang."
Fira mengambil botol mineral yang dia beli kemudian membukanya. "Alhamdulillah kenyang, sekarang kita tidur ya nak," ujar Fira mengusap sekilas perut yang masih rata.
...***...
...SPOI NEXT!...
"MBA!" Teriak Andi dari dalam mobilnya.
"Kenapa pak?"
"Mba turun di sini aja ya. Takutnya nanti istri saya mikir macem-macem," terang Andi.
"Oh iya bang."
Fira menggendong tasnya dan membuka pintu belakang mobil kemudian ia turun. Fira menghampiri pak Andi yang masih di dalam mobil. "Makasi ya pak, tumpangannya."
"Iya mba, sama-sama."
"Ya udah mba, saya pergi dulu ya," pamit Andi yang di respon anggukan Fira.
Fira berjalan menelisik ruko-ruko yang berjejer di sekeliling jalan.
"Jam berapa ya sekarang," ucapbya memandang langit sembari menyipitkan mata.
"NENEK AWAS!" Teriak Fira ketika pandangannya tak sengaja melihat mobil yang melaju pesat hampir menabrak nenek yang akan menyebrang.
Fira lantas berlari dan menarik tangan wanita tua itu. "Awsh," ringis Fira ketika tangannya terbentur pohon.
"Ya Alalh nak!" Pekik nenek yang baru saja di tolong Fira.
...🌱...
Jangan lupa vote, like, komen, dan favoritkan!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!