...🍀🍀🍀...
...*PROLOG*...
...Awalnya aku hanyalah seorang siswi SMA, usiaku masih 17 tahun. Aku pernah bermimpi indah tentang masa depanku yang cerah, pada awalnya aku berfikir kalau mimpi itu akan bisa ku raih.....
...Namun pada suatu malam, aku menghabiskan malam tidak terduga dengan seorang pria yang usianya terpaut jauh dariku. Malam itu telah merenggut segalanya.......
...Dan pada malam itu, aku kehilangan semua mimpiku. Aku harus menguburnya, aku harus menerima semua hinaan orang, ayahku harus menderita karena kesalahanku.. semua orang membenci ku dan ayahku, mereka mengusir kami......
...Itu semua karena pria itu, pria yang sudah merenggut kesucian ku dan dia tidak mau bertanggung jawab. Masa mudaku, mimpiku, semua nya hancur karena ada benihnya di dalam rahimku. Aku hamil di luar nikah, sebagai wanita akulah yang paling merasa dirugikan. Menanggung semua penderitaan, hinaan masyarakat. Sebenarnya apa salahku? aku hanyalah korban pemerkosaan.. tapi orang-orang tidak mau mengerti dan tetap pihak wanita yang menanggung malu, aib....
...Awalnya aku menyalahkan kehadiran nya, namun aku menyadari bahwa anak ini sama sekali tidak berdosa. Pria itu tidak mau bertanggung jawab, sampai pada suatu hari aku menikah dengan seorang pria yang bersedia dan terpaksa menikahi ku demi bayi yang ku kandung......
...Sementara ayah bayiku? Kemana dia?...
...***...
Malam itu di saat hujan deras, disebuah rumah berlantai dua, dengan cat berwarna biru langit.
Seorang gadis belia dengan perut buncit nya sedang duduk bersama dengan seorang pria tampan berjas putih.
Mereka berdua terlihat bahagia, sang pria mengelus perut wanita itu dengan lembut dan menatapnya penuh kasih sayang.
"Apa dia ada menendang hari ini?" tanya pria itu dengan senyuman lembut di wajahnya, terlihat satu lesung yang manis di pipinya.
"Iya kak, dari tadi pagi dia menendang terus. Seperti nya dia merindukan ayahnya" ucap gadis cantik berjilbab merah muda itu, sambil tersenyum manis memandang ke arah pria tampan di depannya.
BRAKK!!
"Siapa yang kamu bilang ayahnya?" tanya seorang pria dengan tubuh basah kuyup berdiri di ambang pintu. Pria itu menatap wanita hamil dan suaminya dengan tatapan tajam.
Deg!
Mengapa dia ada disini?
Gadis itu bergetar melihat sosok pria di ambang pintu rumahnya. Begitu pula dengan sang suami. Dia menatapnya dengan mata sinis, seperti tidak senang dengan kehadiran nya.
"Aku adalah ayah bayi itu dan seharusnya aku yang menjadi suaminya! Satria, segera kamu talak dia! Lalu kembalikan dia dan anakku kepadaku!" ujar si pria itu dengan tegas pada pria yang bernama Satria. Mata nya menatap marah ke arah Satria.
"Dia adalah istriku selamanya, dan aku tidak akan pernah melepaskan nya kak" jawab Satria tegas, dia menggenggam tangan wanita hamil itu dengan erat.
...****...
Dan inilah awalnya, kejadian itu bermula 8 bulan yang lalu...
"Mari tepuk tangan yang meriah untuk menyambut juara terbaik di sekolah kita, Amayra Alifya Husna!!" ujar seorang wanita paruh baya berdiri diatas panggung dengan senyum lebarnya memanggil nama itu.
PROK
PROK
PROK
Tepuk tangan meriah untuk gadis yang bernama Amayra Alifya Husna itu, membuat keriuhan di lapangan sekolah yang terlihat luas. Sebuah SMA elit di Jakarta. Siswa dan siswi yang berpakaian putih abu itu berbaris di lapangan dengan rapi.
"Selamat!! selamat Amayra!!" teriak seorang gadis berambut pendek dengan rok abu tepat di lututnya. Gadis itu tersenyum dan meneriakkan nama Amayra.
Seorang gadis berjilbab, dengan paras yang cantik, bibir merah semerah delima itu, berjalan menuju ke atas panggung. Kakinya melangkah menaiki dua anak tangga untuk naik ke atas panggung.
Gadis itu adalah Amayra Alifya Husna, usia 16 tahun, perempuan cerdas yang dikenal sholehah, baik hati dan ramah oleh teman-teman nya dan orang orang di sekitar nya.
Begitu gadis berhijab putih itu naik ke atas panggung, seorang wanita berseragam guru membawa tiga piala besar di tangannya yang diperuntukkan untuk Amayra. Piala itu bertuliskan "Juara umum, Juara 1, yang satunya lagi bertuliskan murid teladan", ini sudah ke 4 kalinya dia mendapatkan gelar juara sejak Amayra masuk ke sekolah elit itu, mengalahkan anak-anak orang kaya yang les privat mati-matian untuk mendapat nilai bagus.
Namun Amayra sama sekali tidak ikut les, karena kondisi ekonomi keluarga nya tidak memungkinkan untuk bisa ikut les seperti teman-teman di sekolahnya, bahkan untuk makan saja mungkin itu cukup sulit. Karena ayah pak Harun, hanya seorang tukang sampah meski begitu Amayra selalu bersyukur dan tidak malu dengan kondisi nya.
"Selamat ya, tahun ini kamu jadi lulusan terbaik lagi. Semoga ke depannya kamu bisa mempertahankan prestasi ini dan meningkatkannya" kata Bu Maya, wali kelas Amayra di kelas XI IPA.
"Alhamdulillah bu, terimakasih. Ini semua karena bimbingan dari bapak dan ibu guru juga" Begitulah ucapnya ketika dia mendapat nikmat dan pujian dari orang-orang di sekeliling nya dan tak lepas dari senyuman ramahnya itu.
Kepala sekolah dan para guru bangga dengan adanya murid seperti Amayra. Gadis yang berbeda dari gadis lainnya, cantik, baik, teladan, ramah, sholehah, walau dia bukan berasal dari keluarga kaya. Sikapnya yang rendah hati membuatnya di sukai banyak orang, namun dimana ada yang suka pasti ada juga yang benci. Benci karena iri dengan kesuksesan orang lain.
Ditengah tepuk tangan yang meriah dalam rangka memberi ucapan selamat pada Amayra yang meraih dua penghargaan, ada 3 orang gadis yang hanya diam saja dengan wajah menyebalkan mereka.
"Cuma dapat penghargaan kaya gitu aja sombong banget, apaan sih pake sok sok an bilang alhamdulillah? sok alim banget" celetuk Angel dengan senyum sinis nya.
"Benar banget Angel, gayanya selangit cuma dapat penghargaan gitu doang" timpal temannya yang bernama Naya yang tidak suka dengan Amayra.
"Dia tuh tebar pesona biar cowok-cowok pada naksir sama dia, biasa tuh..namanya gembel naik kelas" cemooh Reina pada gadis berhijab yang masih berdiri di atas panggung itu.
"Lo bilang sahabat gue sombong? sok sok an? tebar pesona? hey, kalian sendiri bisa gak kaya dia? bisa gak dapat penghargaan kaya dia?" gadis berambut pendek pada ketiga siswi yang nyinyir itu. Dia adalah Fania, sahabat dekat Amayra dan juga teman sebangkunya.
"Kalau kalian iri sama Mayra, bilang dong! jangan ngomong yang enggak-enggak deh" kata Anna, yang juga sahabat baik Amayra.
"Cih, dua lagi cewek nyebelin yang suka tebar pesona" kata Naya sinis
"Anna, gue sangat menyayangkan tau gak kenapa lo berteman sama upik abu kaya mereka berdua. Mending lo temenan aja sama kita dan yang selevel sama lo" jelas Reina pada Anna yang notabene nya berasal dari keluarga kaya dan terpandang, tidak seperti Fania dan Amayra yang berasal dari kalangan bawah keluarga sederhana.
"Sorry ya, kalau sama kalian itu bukan temenan. Tapi geng geng an. Dan kalian jangan menghina sahabat sahabat gue, kalian lah yang gak selevel sama mereka" kata Anna membela kedua temannya
"Ya sudah, gue udah ingetin Lo ya" ucap Angel dengan sinis nya.
Ketiga gadis itu memang selalu menunjukkan rasa tidak suka mereka pada Amayra, mungkin karena iri padanya. Semua sikap dan kata-kata Amayra selalu dianggap mereka sebagai kesombongan. Manusia memang tidak selalu memiliki hati yang baik, berfikir positif, ada juga yang benci karena iri.
Setelah mendapatkan penghargaan dari kepala sekolah dan guru-guru, Amayra turun dari atas panggung, dengan membawa kedua piala berukuran besar ditangannya itu. Amayra hanya tersenyum senang tanpa menunjukkan kesombongan apapun.
Alhamdulillah ya Allah, masih rezeki nya.. aku berada di dalam posisi ini. Bapak pasti senang, apalagi kali ini aku udah dapat uang, biasa buat bantu bantu bapak. ucapnya penuh rasa syukur kepada Allah SWT.
"Woah!! selamat ya my bestie!!" Fania memeluk temannya dengan bangga, berasa dirinya yang mendapat piala dan penghargaan.
"Congrats ya May, aku sudah tau sih kalau kamu pasti juara lagi. Tidak ada yang bisa mengalahkan sahabatku" Anna juga merasa bangga pada sahabatnya yang sudah 2 tahun dan 4 semester berturut-turut mendapatkan penghargaan.
"Alhamdulillah makasih ya teman-teman. Oh ya sekarang kita udah naik kelas tiga ya? gak kerasa udah 2 tahun kita barengan" Amayra tersenyum lebar, dia tak menyangka bahwa waktu begitu cepat berlalu dan dia sudah menginjak kelas 3.
"Yah, kita udah kelas tiga aja nih. Pasti pelajaran makin susah deh, khususnya matematika" gerutu Fania yang kurang mahir dalam bilang mata pelajaran matematika.
"Tenang aja, jangan pikirin matematika kelas tiga dulu. Gimana kalau kita pergi liburan aja, masih ada waktu 2 minggu kan sebelum masuk sekolah lagi?" tanya Anna sekaligus menawarkan kedua sahabatnya untuk berlibur.
"Liburan?" Fania dan Amayra sama-sama terkejut mendengar kata liburan. Pasti menghabiskan uang, menghabiskan waktu, begitulah pikir Fania dan Amayra dalam hatinya.
"Aduh, maaf Anna.. aku kayanya di rumah aja deh, bantu bantu ayah ku" jawab Amayra menolak ajakan Anna
"Aku juga kayanya gak bisa ikut, aku gak punya uang" jawab Fania jujur
"Tenang aja, ini cuma dua hari dan ini gratis kok" Anna tersenyum pada kedua sahabatnya.
"Gratis??!" begitu mendengar kata gratis, kedua bola mata gadis itu langsung terbuka lebar.
Semua orang memberikan selamat pada Amayra atas prestasi nya. Teman-teman nya semakin menyukai dan menghargai Amayra, meski dia selalu juara tapi dia tidak pernah sombong atau pelit berbagi ilmu pada orang lain. Dia senantiasa selalu membantu orang yang meminta bantuannya jika dia mampu.
Meski berada di antara orang orang kaya, Amayra mampu menyesuaikan diri walau pada awalnya dia sulit masuk ke sekolah itu karena beasiswa. Namun setelah dua tahun berada di sekolah itu, tidak ada yang menganggap Amayra berasal dari keluarga yang sederhana, mereka menghargai dirinya karena prestasi dan kerendahan hatinya.
***
Sepulang dari sekolah, Amayra langsung pulang ke rumah menaiki angkutan umum seperti biasanya. Dia turun di depan sebuah gang, gang itulah adalah jalan menuju ke tempat tinggal Amayra dan ayahnya.
Dengan hati gembira dan berbunga-bunga, gadis itu memeluk dua piala yang akan membuat ayahnya bangga. "Pasti bapak bangga sama aku, tahun ini aku juara lagi. Aku beliin bapak gorengan kesukaan nya deh, sebelum pulang" ucap Amayra sambil tersenyum ceria
Amayra menghampiri seorang pedagang gorengan keliling, dia mengeluarkan uang 20 ribu dari saku baju seragam nya. "Pak Mamat!"
"Eh neng Mayra? udah pulang neng?" tanya Mamat pria paruh baya penjual gorengan keliling.
"Iya baru aja pulang pak. Pak saya mau gorengan nya dong dua puluh ribuan ya" pesannya pada Mamat yang sedang menggoreng gorengan di dalam wajan.
"Neng Mayra bisa tunggu sebentar? bapak masih goreng nih," ucap Mamat dengan ramah
"Ya udah ,gak papa. Saya tunggu disini ya pak," Amayra duduk di kursi panjang yang ada disana.
Mamat tersenyum melihat Amayra membawa dua piala besar ditangannya. Mamat sudah menduga kalau Amayra mendapatkan gelar juara lagi seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Pasti pak Harun sangat bangga ya punya anak kaya neng May.. udah cantik, pinter, sholehah, baik, pasti masa depan Neng May juga sangat cerah,"
"Alhamdulillah pak, terimakasih. Tapi jangan memuji saya seperti itu pak, saya bisa terbang nanti hehe," Amayra tersenyum dengan rendah hati seperti biasa nya.
"Neng Mayra suka gitu deh. Tapi kalau bapak jadi pak Harun bapak pasti bangga punya anak seperti neng Mayra, lihatlah anak bapak.. dia perempuan tapi suka merokok, mabuk, dia juga tidak mau sekolah. Dia benar-benar salah jalan," Mamat menceritakan tentang anak gadisnya yang putus sekolah karena ikut geng motor.
"Bapak gak boleh bicara begitu tentang anak bapak. Kalau anak bapak salah jalan, teruslah bimbing dia pak. Jangan bosan-bosan mengingatkan nya, saya yakin nanti anak bapak akan mengerti bapak" kata Amayra menyemangati pak Mamat untuk membimbing anaknya.
Baru saja di bicarakan, anak pak Mamat datang pada pak Mamat dan meminta uang. Pakaian nya menantang, rambutnya di warnai dengan warna merah, hidung nya di tindik, dia terlihat seperti preman.
Mamat berharap agar dia punya anak seperti Amayra yang selalu membuat bangga dan menjaga nama baik keluarga walau dia berasal dari keluarga miskin.
Amayra pulang ke rumahnya dengan membawa sekeresek gorengan untuk ayahnya. Tak lupa gadis itu mengucapkan salam.
"Assalamualaikum ayah..aku pulang,"
"Waalaikum salam" jawab Pak Harun yang sedang duduk di kursi kayu. Kakinya terlihat terluka.
"Ayah! Ayah kenapa yah??" tanya Amayra cemas melihat kaki kiri pak Harun yang terluka. Amayra segera meletakkan kedua piala nya di meja dan menghampiri bapaknya.
"Ah.. ayah gak apa-apa kok, nak" jawab pria itu sambil menahan rasa sakit di kakinya.
...---***---...
Hai Readers! jangan lupa komen, like, gift dan vote nya untuk karya baru ku ya☺️☺️
...🍂🍂🍂...
Tadinya pak Harun tidak mau berkata jujur tentang kejadian yang menimpa dirinya. Namun Amayra mengancam ayahnya bahwa dia akan marah pada pak Harun kalau pak Harun tetap tutup mulut.
Akhirnya pak Harun menceritakan semua yang terjadi padanya dan kenapa kaki nya bisa terluka. Bahwa ada mobil yang menyerempet nya saat dia sedang mengangkut sampah, makanya dia pulang lebih awal dari biasanya.
"Astagfirullah! Siapa yang nyerempet Ayah? Ayah ingat nomor plat mobilnya?" tanya Amayra dengan tatapan cemas pada sang ayah.
"Ayah gak ingat, tapi Ayah tau kalau mobil itu warna nya hitam," jawab pak Harun sambil mengingat ingat mobil yang menyerempet nya.
"Ya ampun yah, mobil berwarna hitam kan banyak. Ya udah itu gak terlalu penting, yang penting gimana keadaan ayah sekarang?" tanya Amayra yang lebih mementingkan keadaan ayah nya daripada si penabrak yang tidak mau bertanggungjawab itu.
"Gak ada yang serius kok, Ayah sepertinya cuma luka luar aja," jawab Pak Harun sambil duduk dengan benar di kursi itu.
"Serius? Yang benar cuma luka luar aja? Coba Ayah jalan dulu deh," ucap Amayra pada ayah nya itu, dia ingin memastikan pak Harun baik-baik saja.
"Benar kok, cuma luka luar aja," jawab pak Harun yakin bahwa dia baik-baik saja.
Pak Harun berdiri tegap, akan tetapi ketika dia mulai melangkah.
"Aduh!!"
"Tuh kan? Ayah gak baik-baik saja, aku panggil kan mas Jajang dulu ya untuk memijat kaki Ayah" kata Amayra perhatian pada bapaknya
"Gak usah nak.."
"Udah deh bapak diam aja dulu ya" Amayra tersenyum, dia kembali mendudukkan ayahnya di kursi kayu itu.
Dengan sigap, Amayra meletakkan tas gendongnya di meja. Dia yang masih memakai seragam putih abu itu, pergi keluar dari rumah nya dan berniat memangil pak Jajang seorang tukang pijit dan ahli urut yang rumahnya tak jauh dari sana.
Hanya butuh waktu 2 menit, Amayra datang dan membawa pak Jajang ke rumahnya yang sederhana itu. Pak Jajang tersenyum ramah, kemudian dia melaksanakan tugasnya sebagai tukang urut untuk memijat kaki pak Harun yang keseleo.
"Pak Jajang, gimana keadaan kaki ayah saya? ayah saya gak apa-apa?" tanya Amayra cemas
"Jangan khawatir neng, udah saya urut dan di kasih minyak urut juga. Seharusnya udah gak apa-apa, tapi lebih amannya sih jangan dulu banyak gerak" jelas pak Jajang pada Amayra
"May, jangan cemas.. ayah udah gak apa-apa" Pak Harun meyakinkan Amayra kalau dirinya baik-baik saja.
"Lebih baik pak Harun diam saja di rumah ya untuk sehari ini, takutnya nanti kaki pak Harun keseleo lagi" saran pak Jajang
"Aduh, gimana ya pak Jajang. Sore ini saya ada jadwal narik sampah ke komplek mawar" gumam Pak Harun yang bingung dengan pekerjaan nya dan siapa yang akan mengerjakan tugasnya kalau dia sakit. Teman-teman nya sesama tukang pengangkut sampah juga punya tugas masing-masing.
"Ayah gak usah cemas, kan ada aku. Aku yang gantiin papa ngangkut sampah!" kata Amayra tanpa ragu sedikitpun.
Pak Harun dan pak Jajang menatap Amayra dengan terpana. Seorang gadis cantik ingin menggantikan sang ayah mengangkut sampah? apa dia tidak malu malu ketahuan teman-teman nya di sekolah? begitulah pikir kedua pria itu begitu mendengar ucapan Amayra.
"Jangan nak, nanti kamu malu" kata Pak Harun merasa tidak enak.
"Ayah, kenapa aku harus malu? mengangkut sampah kan bukan pekerjaan yang haram, malah pekerjaan yang mulia. Udah, ayah diam saja dulu hari ini.. biar Mayra yang mengerjakan tugas ayah. Nah, pertama-tama Mayra mau masak makan siang dulu buat ayah" Amayra tersenyum ceria, dia sama sekali tidak mengeluh ataupun malu dengan pekerjaan ayahnya. Dia selalu tulus dan ikhlas dalam setiap keadaan.
Itu karena dia percaya bahwa semua nasib dan takdir manusia sudah di tentukan oleh yang kuasa. Manusia tinggal berusaha ingin menjadi lebih baik atau cukup dengan hanya disitu saja.
Amayra pergi ke dapur dan bersiap untuk memasak. Pak Jajang hanya tersenyum menyaksikan semua itu, dia menggeleng geleng seolah tak percaya bahwa di zaman yang seperti ini masih ada gadis sebaik Amayra.
"Subhanallah sekali ya pak Harun, neng Mayra itu sudah cantik, sholehah, baik lagi" kata Pak Jajang sambil meminum secangkir kopi yang sudah dibuatkan oleh Amayra.
"Alhamdulillah pak, hanya Amayra satu satu nya intan berlian di dalam kehidupan saya dan kebanggaan saya" Pak Harun bangga pada anaknya yang tidak pernah berulah seperti anak-anak remaja kebanyakan pada umumnya. Amayra mampu menjaga dirinya dari perkembangan zaman dan dari pria.
Anakku memang membanggakan, semoga dia tetap berada di jalan Allah dan tidak melanggar norma. batin Pak Harun berdoa agar putri nya itu tetap Sholehah dan baik hati tidak terbawa pergaulan.
"Saya jadi pengen deh punya anak perempuan kaya neng Mayra, sayangnya anak saya laki-laki semua. Ah, pak Harun... saya ada ide, gimana kalau kita jodohkan anak-anak kita" Pak Jajang tersenyum memandang ke arah pak Harun
"Ahh.. si bapak bisa saja, anak saya lebih tua 10 tahun dari anak-anak bapa haha" pak Harun tertawa mendengar candaan tetangga nya itu
"Sayang sekali ya pak, kalau saja anak saya lebih tua hehe" Pak Jajang menyeruput kopinya pelan-pelan.
Setelah menghabiskan kopi nya, pak Jajang kembali ke rumahnya tanpa menerima bayaran dari pak Harun dan juga Amayra. Dia menolak bayaran itu karena dia ikhlas membantu pak Harun. Pak Harun juga pernah membantunya di saat kesusahan.
Di lingkungan kumuh itu, tidak ada yang tidak mengenal Amayra dan Pak Harun. Walaupun mereka terbilang sebagai orang miskin, namun ayah dan anak itu selalu membantu orang yang kesusahan, juga dermawan.
Sore itu, Amayra benar-benar menggantikan pekerja ayahnya untuk mengangkut sampah. Meskipun sang ayah sudah melarang untuk melakukan nya. Amayra sudah memakai baju oranye, baju yang biasa dipakai tukang sampah saat bertugas. Dia memakai kerudung segitiga berwarna putih, tangannya memakai sarung tangan, dan dia atas kerudung nya terpasang topi berwarna oranye.
"Otw deh sekarang! bismillah..!!" Amayra mengangkut truk sampah yang lumayan berat itu dengan susah payah. "Berat juga.. ya, apa ayah gak pegel seperti ini setiap hari?" gumam Amayra yang selalu memikirkan perasaan dan keadaan ayahnya.
Gadis itu mulai berjalan sambil mendorong gerobak sampai ke sebuah kompleks perumahan mewah yang jaraknya ternyata sangat jauh dari rumahnya.
Tubuhnya sudah berkeringat bahkan sebelum dia mengangkut sampah. Ingin pekerjaannya segera selesai karena dia ada pengajian di mesjid, gadis itu dengan cepat-cepat membereskan sampah sampah yang ada di depan rumah-rumah kompleks dengan melempar cepat sampah-sampah itu ke dalam gerobak sampah.
"Nah begini aja kan biar cepat" kata Amayra dengan senyuman polosnya. Amayra melempar lagi sampah-sampah itu ke dalam gerobak sampah. Tak sengaja sebuah benda seperti botol terlempar jauh melebihi gerobak sampah itu.
"Yah! yah! kok malah kesana!" Amayra terkejut dan dia berlari mengejar botol yang dia lempar, karena botol itu pun terlempar ke sebuah spion kaca mobil sedan putih yang sedang melaju.
PRANG!!!
"Astagfirullah hal adzim..!!!" Amayra terkejut dan deg degan melihat spion kaca mobil itu pecah akibat botol yang tak sengaja dia lempar.
CKITTT.....!!!
Mobil itu berhenti tepat di depan Amayra. Amayra terlihat ketakutan, tapi dia salah jadi dia harus menghadapinya.
Hal yang dia takutkan terjadi, pengemudi mobil itu turun dari mobilnya. Dia adalah seorang pria dengan tubuh tinggi, memakai setelan jas hitam dengan dasi garis-garis. Tak lupa dengan memakai kacamata hitam.
"Subhanallah...apa dia aktor ya? Tinggi banget, kayanya dia ganteng.. eh apa yang aku pikirkan?" gumam Amayra yang hampir saja tergoda oleh sosok pria itu.
Amayra, bukan saatnya terpesona! pasti om itu mau minta ganti rugi. Gimana ini? uang darimana?. batin Amayra mulai panik
"Kemari, kamu!" seru pria itu sambil melambaikan tangannya pada Amayra dengan gaya arogan nya.
Amayra mempersiapkan mentalnya untuk dimarahi oleh pria yang baru saja keluar dari mobil itu. Amayra melangkah ke arah pria bertubuh tinggi itu.
"Om, maafkan saya om.. saya tidak sengaja merusak spion kaca mobil punya om" Amayra berbicara dengan suara merendah.
"Om? Kamu panggil aku om? Emang nya aku terlihat seperti om om?" tanya pria itu sambil membuka kaca mata hitamnya. Dia adalah Bramastya Zein Calabria, Presdir dari sebuah perusahaan besar bernama Calabria grup.
Subhanallah, gantengnya. Kayanya dia model deh. Eh, sadarlah Amayra!. Amayra terpana melihat sosok pria bak model itu.
"Sayang! cepetan masuk!" suara seorang wanita terdengar berteriak dari dalam mobil Bram.
"Bentar sayang!" kata Bram pada wanita itu.
Gadis ini terlihat masih muda, kayanya dia tukang sampah. Bram menatap Amayra dari atas sampai ke bawah, dia memperhatikan wajah gadis itu yang kotor dan kumal.
"Maafkan saya om, saya akan ganti kerugian nya. Tapi dicicil boleh gak om? Soalnya saya gak punya uang sekarang" bujuk Amayra pada pria itu dengan wajah polosnya.
"Kamu kira saya tukang kredit? Kenapa juga kamu panggil saya om?! Hah.. mana?" Bram mengulurkan tangannya seperti meminta sesuatu pada Amayra.
"Mana apanya om? Saya benar-benar tidak punya uang"jawab gadis itu
"KTP, mana?"tanya Bram dengan suaranya yang arogan.
"Saya gak punya KTP" jawabnya polos.
"Bohong! masa WNI gak punya KTP?" tanya Bram tidak percaya.
"Maaf om, tapi saya tidak punya KTP karena saya belum berusia tujuh belas tahun.. tapi bulan depan usia saya 17 tahun. Kalau om lagi buru-buru, om bisa ambil kartu pelajar saya dulu.. kebetulan saya bawa" kata Amayra sambil tersenyum, di merogoh sesuatu di saku bajunya.
Din...Din...Din..
"Sayang! Cepetan!!" teriak wanita yang ada di dalam mobil sambil menekan klakson. Suaranya terdengar marah.
"Gak usah, kita lupakan saja hari ini" kata Bram kesal sambil melangkah pergi masuk ke dalam mobilnya.
"Tapi om, saya harus mengganti rugi. Bagaimana dengan kaca spion nya?" tanya Amayra
"Gak apa-apa, bukan salah kamu kok. Lagian kaca spion nya aja yang kurang kuat" kata Bram sambil masuk ke dalam mobilnya lalu mulai tancap gas.
Amayra sangat berterimakasih pada pria itu, namun dia berjanji jika dia bertemu lagi dengan Bram, dia akan mengganti rugi spion mobil yang rusak olehnya.
"Benar-benar pria yang sombong tapi baik" gumam Amayra sambil tersenyum.
Setelah pekerjaannya selesai, magrib itu Amayra pulang ke rumahnya. Dia segera mandi dan mengambil air wudhu, dia segera melaksanakan shalat magrib lalu pergi mengaji ke mushala terdekat.
Malam itu Amayra dan ayahnya makan malam bersama setelah melaksanakan shalat isya. Mereka makan malam dengan lauk pauk seadanya, tahu, tempe, kecap, sambal sudah menjadi makanan sehari-hari.
"Yah.."
"Ya nak? ada apa?"tanya Pak Harun yang baru saja menyelesaikan makan malamnya.
"Mayra mau minta izin sama ayah" ucap gadis itu lembut
"Minta izin apa nak?" tanya Pak Harun
"Temen ku ngajak liburan yah, katanya nginap dua hari di villa keluarganya" Amayra tersenyum.
"Nginep? gak! kamu gak boleh nginep nginep!" Pak Harun langsung tidak setuju, matanya menatap tajam ke arah anaknya.
Amayra cemberut mendengar ketidaksetujuan ayahnya tentang liburan bersama teman-teman nya.
...---***---...
Like tembus 50, komen tembus 15.. author up lagi
...🍀🍀🍀...
Setelah membujuk ayahnya dengan susah payah dengan bantuan Anna dan Fania. Amayra berhasil membuat sang ayah memberi izin untuk liburan ke villa itu. Tentu saja dengan syarat dan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh Amayra.
Pagi itu Amayra sudah bersiap membawa ransel besar nya, dengan memakai kerudung berwarna navy dan setelan sederhana nya. Gadis itu sudah siap untuk berangkat.
"Benaran kan gak ada cowok disana?" tanya Pak Harun pada Anna dan Fania
"Tenang aja pak, gak ada kok. Liburan ini cuma kami bertiga aja" Anna menjawab dengan semangat
"Alhamdulillah.. lalu disana kalian menginap di rumah siapa?"
"Kita menginap di villa punya om nya Anna, pak" jawab Anna
"Alamatnya bisa kirimkan ke bapak?" tanya pak Harun pada Anna
"Boleh pak!" jawab Anna dengan senang hati
Seperti apa kata Amayra, ayahnya memang protektif banget sama dia. Beda banget sama papa aku yang gak tau dimana keberadaan nya.
Anna merasa temannya itu sangat beruntung karena memiliki ayah yang sayang sekali padanya, tidak seperti dirinya. Kedua orang tua tuanya sudah bercerai, papa nya menikah lagi dan tidak tau ada dimana. Sementara mama nya sudah tiada dan dia pun tinggal di rumah kakek neneknya dari pihak ibu.
Setengah jam telah berlalu, pak Harun terus saja menanyai Fania dan Anna seperti mengintrogasi. Keberangkatan mereka jadi tertunda karenanya.
"Ayah.. udh dong tanya-tanya nya, aku sama teman-teman mau berangkat" kata Amayra pada ayahnya
"Ya ampun, tanpa sadar ayah bicara banyak. Ya sudah, kamu segera berangkat. Ingat ya, jaga diri baik-baik.. jauhi cowok yang dekat sama kamu, jangan terlalu ramah sama cowok dan jangan terlalu jutek juga sama cowok"
"Aduh yah.. kenapa bahasanya cowok terus? aku kan udah bilang kalau disana gak akan ada cowok"
"Tetap saja ayah khawatir kalau ada cowok yang masuk menyelinap ke dalam villa itu gimana?" Pak Harun khawatir
"Bapak tenang aja, Amayra aman kok disana. Soalnya villa itu milik om saya dan penjagaan nya juga ketat pak. Bapak bisa percaya sama saya" kata Anna berusaha meyakinkan pak Harun.
"Benar pak, Anna bisa dipercaya" kata Fania yang setuju dengan ucapan Anna.
Pak Harun tersenyum, bagaimana bisa dia tidak percaya pada teman-teman Amayra yang baik dan sangat dekat dengannya. Terutama Fania yang rumahnya tidak jauh dari rumah Amayra, mereka sama-sama berasal dari kalangan bawah.
Ketiga gadis itu berangkat di jemput oleh sebuah mobil mewah, pak Harun juga mengantar keberangkatan anaknya. "Ayah, Mayra berangkat dulu ya" Amayra mencium tangan ayahnya dengan sopan
"Iya nak, hati-hati ya kalian disana. Jangan lupa shalat!" kata Pak Harun tegas
"Insyaallah ayah" Amayra tersenyum lebar.
Anna dan Fania juga berpamitan pada pak Harun dengan sopan. Pak Harun menitipkan anaknya pada pak supir itu, mengingatkan nya agar hati-hati dalam menyetir.
"Pak titip anak saya ya, hati-hati di jalan" kata Pak Harun sambil tersenyum
"Iya pak tenang saja" jawab pak supir yang tidak tahu siapa namanya.
"Assalamualaikum ayah.."
Pak Harun melihat mobil yang membawa putrinya pergi meninggalkan daerah kumuh itu. Entah kenapa dia merasa tidak enak hati dengan kepergian putrinya.
Walaupun dalam keluarga yang kekurangan, Amayra tidak pernah merasa kekurangan apalagi dalam hal pertama orang tua, meski sudah tidak ada ibu. Dan ayahnya lah yang selalu berusaha memberikan pendidikan juga kasih sayang pada Amayra.
Dalam 2 jam perjalanan, Amayra dan kedua sahabatnya sampai di daerah puncak, Bogor. Mereka sampai di villa tempat menginap, villa itu bernama Alexisvilla.
"Woah, An.. villa om kamu besar juga ya?" Fania mengangumi kemewahannya dan keindahan villa yang letaknya dekat perkebunan teh
"Iya dong, om aku itu Presdir Calabria grup. Tapi sayangnya dia jarang nempatin villa ini"
"Loh? kenapa?" tanya Amayra penasaran
"Dia kan sering nya di Jakarta sama keluar negeri ngurusin bisnis, jadi sibuk deh" jawab Anna
"Oh gitu.. oh ya An, ngomong-ngomong kenapa nama villa nya Alexis?" tanya Amayra melihat papan nama Alexis terpampang besar di depan villa yang berlantai kan dua itu.
"Alexis itu nama tunangan nya om ku, dia sudah pacaran lama sama wanita itu" kata Anna kurang senang
"Dia pasti sayang banget sama tunangannya sampai dibuatin villa" Amayra tersenyum lebar
"Iya saking sayangnya, om aku rela ngelakuin apa aja buat wanita itu"
"Haha, Anna.. kok kedengarannya kamu kaya gak suka sama tunangan om mu itu?" tanya Fania sambil menatap sahabatnya dengan mata penuh rasa penasaran
"Nanti deh aku ceritakan di dalam, yuk ah kita masuk dulu dan beres-beres" ajak Anna pada kedua sahabatnya
"Oke" jawab Fania dan Amayra bersamaan
Tiga gadis itu masuk ke dalam villa mewah itu, udara disana sangat sejuk dan nyaman. Cocok untuk orang yang sedang stress dan menenangkan pikiran.
Setelah melaksanakan shalat ashar, mereka bertiga rebahan di atas sofa yang ada di teras belakang villa itu sambil menikmati pemandangan.
"Sejuknya" Fania menyeruput coklat hangat, dengan senyum lebarnya dia melihat pemandangan dari villa itu.
"Masyaallah, adem banget ya" Amayra juga ikut merasakan hal yang sama dengan Fania, dia merasa nyaman berada di villa itu.
"Ya kan? disini adem banget" kata Anna sambil menikmati coklat panas di cangkir.
"Enak banget coklat panas buatan kamu, May.. udah cantik, sholehah, pinter, jago masak lagi" Fania memuji sahabatnya itu
"Hem bener tuh, gak heran kak Iqbal sampai tergila-gila sama kamu" Anna tersenyum, dia menggoda Amayra yang ditaksir oleh kakak kelasnya di sekolah, seorang pria yang agamis sama seperti dirinya.
"Ih.. apaan sih kalian, gara-gara bikin coklat panas aja sampai muji muji kayak gitu dan bawa nama kak Iqbal segala" Gadis berkerudung biru itu tersipu malu.
"Cie.. sampai wajahnya merah gitu, jangan-jangan beneran ada rasa nih sama si kak Iqbal?" goda Fania pada sahabatnya
"Ra-rasa apa?" tanya Amayra sambil menahan senyumannya
"Rasa yang pernah ada, haha" jawab Anna dan Fania sambil tertawa bersama.
Mereka bertiga saling curhat, menceritakan masalah di sekolah dan masalah keluarga. Anna lah yang paling banyak bercerita, tentang masalah keluarga. Dia juga bercerita tentang kedua om nya yang memiliki sikap berbeda, yang satunya terlihat dingin dan kasar, yang satunya terlihat ramah dan penyayang. Anna sangat sayang pada kedua om nya itu, karena merekalah yang mengurus Anna sejak Anna ditinggal kedua orang tuanya.
Amayra dan Fania menyemangati Anna, karena Anna masih punya mereka sebagai sahabat nya dan akan selalu ada untuk dirinya. Anna merasa sangat beruntung memiliki teman-teman seperti Amayra dan Fania. Dua sahabat baik nya yang tidak pernah mengharap apapun dengan berteman dengan nya, tidak seperti teman-teman lain di sekolah yang berteman dengan Anna karena Anna berasal dari keluarga kaya raya.
"Gak kerasa hari udah malam, kita tidur yuk! besok kan kita mau jalan-jalan" ajak Anna pada Amayra dan Fania
"Mau kemana besok?" tanya Amayra
"Pokoknya besok kita akan bersenang-senang, jadi kalian harus siapkan tenaga kalian ya"
"Siap! mantap!" Fania dan Amayra terlihat bahagia.
Mereka bertiga kembali masuk ke dalam villa lalu masuk ke dalam kamar mereka masing-masing. Hanya ada mereka bertiga di villa itu dan seorang penjaga villa yang tidur di tenda yang ada di luar villa, dia adalah pak Anwar.
Amayra melihat kedua temannya sudah tidur pulas di kamar mereka masing-masing, hanya dia saja yang belum bisa tidur karena tidak terbiasa dengan suasana asing. Gadis itu melihat jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi, dan dia masih terjaga belum bisa menutup matanya.
"Aku shalat tahajud dulu deh, kalau udah shalat tahajud mungkin aku bisa tidur"
Saat itu sedang hujan lebat, suara hujan terdengar keras sampai masuk ke dalam villa.
Amayra berniat untuk menunaikan ibadah shalat tahajud, dia pergi keluar dari kamarnya. Pertama-tama dia ingin mengambil air minum dulu, karena dia sangat haus.
Setelah selesai mengambil air minum, dia berjalan menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sebelum mencapai kamar mandi, dia melihat siluet tubuh pria yang cukup tinggi ada di depan sebuah kamar kosong.
"Si-siapa ya itu? apa pencuri??" tanya Amayra ketakutan dan penasaran dengan siluet pria yang dilihatnya sedang berjalan ke dalam kamar kosong yang ada disebelah kamarnya.
Deg
Deg
Sambil menelan ludah, dengan hati deg degan, dia mengambil sebuah spatula di dapur.
Bismillah ya Allah.. lafadz Allah selalu dia ucapkan saat dia berada dalam keadaan apapun dan dimana pun. Dia tak pernah lupa.
Amayra berjalan mengendap-endap menuju ke arah siluet pria itu walau dia takut. Ketika dia berhadapan dengan pria itu, Amayra bersiap memukulnya dengan spatula.
"Bismillahirrahmanirrahim!!!" teriak Amayra bersiap memukul pria yang dia pikir pencuri.
Sebelum gadis itu memukul si pria, dia sudah diterkam duluan oleh pria misterius yang berada di dalam gelap itu.
Bibir pria itu mencuri bibir cantik milik Amayra yang tidak pernah tersentuh oleh pria manapun oleh siapapun juga.
"AKHP!!!" Amayra terkesiap dengan tindakan pria itu. Tindakan yang tidak pernah dia dapatkan seumur hidupnya.
Ya Allah,apa yang terjadi?!
Pria itu terus merengkuh tubuhnya dengan kuat tak mau melepaskannya, meski Amayra memberontak sekuat tenaganya.
...---***---...
Mau lanjut? kasih vote, gift, like dan komennya dulu ya 😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!