NovelToon NovelToon

Call Me Queen

prolog

 Chacha POV

Kenalin gue biasa dipanggil Chacha, keseharian gue sih seperti remaja lainnya sekolah, makan, mengerjakan tugas, tidur, ya gak jauh-jauh lah dari itu. Cuma kalo remaja lain gila yang namanya hang out, shopping dan sebagainya sorry gue beda dari mereka. Menurut gue kegiatan seperti itu tak berfaedah dan hanya buang-buang waktu dan tenaga.

 

Oh ya saat ini gue sekolah di SMA Harapan, gue siswi kelas XI, disekolah gue biasa dipanggil si cupu, kutu buku, kampungan atau apalah sebagainya karena penampilan gue. Jika kalian berpikir gue tak sakit hati? Jawabannya gue sudah kebal. Penampilan cupu hanya gue gunakan di sekolah untuk menghindari hal-hal yang tak gue sukai. Dan salah satu alasan gue berpenampilan cupu, karena gue pengen punya temen yang benar-benar tulus temenan sama gue tanpa mandang siapa gue.

Di sekolah gue biasa menghabiskan waktu untuk di perpustakaan, atau terkadang gue suka meminjam buku dan membacanya di taman belakang sekolah.

 

Seperti saat ini setelah pelajaran usai gue langsung menuju taman belakang sekolah untuk membaca karena suasana disini sangat sejuk.

"Eh.. Cupu beliin gue minum dong" Ku dongakkan kepala melihat asal suara tersebut

"Eh lu denger kagak sih? Princess gue udah haus nih" sambung lainnya

Ya mereka adalah Chiara dkk mereka sering menyebut Chiara princess sekolah karena selain dia cantik katanya dia juga tajir tapi bodoh amat lah sama dia.

"Lu budek apa gimana sih"

"Emmm oke mana uangnya?" sambil menengadahkan tangan meminta uang.

"Pake uang lu lah bego"

"Gue lagi gak ada uang" jawab gue cuek sambil membaca buku kembali Chiara mendekat dan menarik kasar rambutku "lu mau beliin gue minum atau nggak?" bentaknya. Sambil meringis kesakitan gue menjawab "oke oke aku beliin lepas dulu ini sakit tau"

"Dah sana beli, inget gue suka jus jeruk Viola jus anggur Fatin jus apel jangan lupa"

"Iya iya bawel banget sih"

Sambil berjalan menuju kantin aku terus mencaci mereka dalam hati. Dikira gue pembantu dia apa seenaknya aja nyuruh-nyuruh gue belom tau siapa gue sebenernya sih .

Eh.. Eh.. Jangan sampek mereka tau siapa gue sebenernya bisa nggak tenang gue sekolah ntar. Ish sabar sabar cha lu harus sabar.

"Mang jus jeruk satu jus anggur satu jus apel satu ya" ucapku pada mamang penjual jus di kantin sekolah.

"Siap neng, ditunggu sebentar ya masih ada pesenan laen"

"Oke mang" jawabku.

Aku kembali ingin melanjutkan bacaan gue tadi, tapi sialnya buku gue ketinggalan di taman, ahh. Tiba-tiba ponsel gue bergetar, ketika gue lihat ternyata panggilan dari bunda.

"Ya bunda"

"Nanti bunda yang jemput kamu disekolah ya?"

"Emmm nggak usah bunda Chacha bisa pulang sendiri kok"

"Putri sampek kapan kamu harus naik angkutan umum nak udah bunda jemput aja ya"

"Gak usah beneran Chacha pulang sendiri aja Chacha masih mau mampir ke tempat latihan"

"Ya sudah hati-hati"

"Oke bunda"

Ya bunda sering memanggil gue dengan sebutan Putri karena berharap gue menjadi wanita layaknya tuan putri. Jika kalian bingung kenapa gue tak mau dijemput karena bunda tak tau kalau gue berpenampilan cupu ke sekolah.

 

"Ini neng jusnya"

"Makasih mang, ini uangnya" aku menyodorkan satu lembar uang kepada mamang penjual jus

"Tunggu mamang ambil kembaliannya dulu"

"Gak usah buat mamang aja." sambil berlalu pergi dari kantin. Gue sudah gerah ada di kantin dengan cemooh teman-teman tentang penampilan gue yang berkaca mata tebal, rambut dikepang dua, rok panjang baju longgar.

 

Kini gue telah sampai di taman belakang langsung menemui Chiara dkk.

"Nih" sambil meletakkan jusnya

"Lu lama amat sih cuman perkara beli jus doang. Lu mau princess dehidrasi gegara kehausan"

"Antri tadi"

"Halah itu mah alasan lu aja kan?"

"Kalo nggak percaya sana cek sendiri ke kantin" aku berlalu mengambil buku bacaan gue yang tergeletak manis di atas rumput, lalu gue berlalu meniggalkan mereka menuju kelas karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

 

...****************...

Levy Rahardian pemuda tampan bersikap dingin ini sedang melakukan negosiasi dengan sang papa.

"Ayolah pa, Levy tak ingin pindah"

"Tidak bisa Lev kamu harus pindah ke Indonesia dan meneruskan sekolahmu di sana"

"Tapi pa..."

"Tidak ada bantahan Lev, kau harus tinggal bersama oma di sana"

"Tapi pa... Levy tak biasa tinggal di sana"

"Lalu apa mau mu tetap tinggal disini dan sering pulang larut karena sering pergi ke club, hah?" Levy hanya bisa menunduk.

"Kau sudah beranjak dewasa Lev mau jadi apa kau jika kau sering pergi ke club? Kau adalah penerus papa satu-satunya"

"Oke oke Levy akan pindah tapi biar Levy pilih sekolah Levy sendiri di sana"

"Oke papa setuju, besok kau akan ke bandara jam 7 pagi"

"What? Ayolah pa apa papa tak mengijinkan ku menggunakan jet pribadi papa?"

"No Lev, karena besok papa akan berangkat ke Jepang" dengan muka lesu Levy pergi meninggalkan ruang tamu dan berlalu ke kamarnya.

Pagi harinya Levy telah siap dengan kopernya untuk menuju bandara.

"Mama akan mengantarmu sampai bandara nak" ucap sang mama sambil tersenyum

"Tidak usah ma, Levy diantar sopir saja" sambil mencium pipi sang mama lalu masuk ke dalam mobil

"Hati-hati, jangan bandel turuti apa kata oma ya" hanya dijawab dengan anggukan oleh Levy

 

Mobil menuju bandara dengan kecepatan sedang.

 

...****************...

SMA Harapan

 

"Chaa..." kudengar teriakan memanggil nama gue. Gue tolehkan kepala mencari asal suara tersebut. Terlihat empat remaja seusia gue, ya dia si kembar Zefana dan Zefany, ada Karin dan Nena juga di sana. Mereka adalah teman bisa dibilang mereka sahabat gue. Kenapa mereka mau berteman dengan gue? Karena nasib kita disekolah ini tak jauh berbeda dengan gue sering dibully, mereka dibully hanya karena berasal dari keluarga sederhana. Tapi gue kagum dengan mereka, mereka adalah siswi berprestasi yang bersekolah dengan mengandalkan beasiswa, kegigihan belajar dan kegilaannya terhadap buku membuat kita mampu berdampingan sebagai sahabat.

 

"Jadi kita temani beli buku?" tanya Zeze

"Iyalah" jawabku

"Ya sudah sekalian aku mau lihat novel baru di sana mau cek harganya berapa biar bisa nabung dulu" ucap Karin sambil nyengir.

"Ya sudah ayok keburu sore ntar"

"Kita naik apaan ke sana?" tanya Nena dengan polosnya

"Ya naik angkot lah, jangan mimpi kita dijemput mobil" timpal Fany

 

"Eh itu itu angkotnya ayok ayok naik" ucapku menghentikan mereka yang terus berdebat.

Setelah sampai di toko buku kita langsung bergegas masuk. Gue langsung menuju rak yang berisi dengan buku-buku yang gue cari, setelah dapat gue langsung mencari keempat sahabat gue.

Langkah gue terhenti tatkala melihat mereka ragu-ragu untuk mengambil buku yang mereka pegang.

"Kenapa?" tanya gue pada mereka. Mereka hanya nyengir "nggak apa-apa kok". " kalau mau, ambil aja" jawab gue santai. Mereka diam dengan wajah lesunya. Gue ambil buku dari tangan mereka semua, lalu gue bawa ke kasir. Setelah mengurus pembayaran gue berikan lagi buku-buku itu pada mereka

 

"Loh cha ini kok dibalikin ke kita balikin ke raknya aja" ujar Fany.

"Ambil udah gue bayarin"

"Eh seriusan?" tanya Zeze.

"Iya, udah yok pulang"

"Tapi Cha darimana kamu dapat uangnya?"

"Dari tabungan aku, sudahlah ayok pulang sekarang".

"Tabungan kamu ntar habis cha, kita balikin aja ya" ucap Karin.

"Sudahlah ambil saja ayok pulang bunda sudah menungguku." Mereka serempak Mengangguk.

Mereka pulang ke rumah masing-masing dengan menggunakan angkot.

 

2. Murid Baru

Pagi ini SMA Harapan dibuat heboh dengan kehadiran murid baru pindahan luar negeri itu.

"Pagi anak-anak, siswa di samping ibu ini adalah murid baru pindahan dari luar negeri. Ayo perkenalkan dirimu"

"Kenalin nama gue Levy Rahardian"

Seketika kelas menjadi riuh mendengar nama Levy penerus utama Rahardian Corp perusahaan terbesar kedua.

"Oke tenang anak-anak semuanya. Levy kamu bisa duduk dibangku kosong sebelah Chacha" Levy terus berjalan menuju meja nya. Tak sedikit siswi-siswi yang menoleh padanya tapi ia acuhkan.

"Ih cakep banget tau" ucap Viola.

"Mulai sekarang dia calon pacar gue" ucap Chiara bangga.

"Oke anak-anak kita lanjutkan pelajaran hari ini" pelajaran berlanjut seperti biasa.

...****************...

Jam istirahat telah berbunyi menandakan bahwa pelajaran telah usai. Para siswa dan siswi langsung menyerbu kantin sekolah.

"Hai Levy, kenalin gue Chiara" sambil menyodorkan tangannya. Namun Levy tak kunjung menerima uluran tangannya dia mulai kesal namun tetap memilih bersabar.

"Lev kantin yuk, gue bakal kasih tau lo apa aja makanan enak di kantin" Levy hanya menatapnya sambil mengernyitkan dahinya.

"Udah ikut aja Lev, lu beruntung Chiara mau ngajakin lo, biasanya mah yang lain ngajakin Chiara, tapi selalu dia tolak." timpal Fatin.

"Iya ikut aja Lev" tambah Viola.

"Kalian berisik bisa pergi nggak?" jawab Levy ketus.

"Kita kan cuma pengen kenal lo aja Lev"

Tak tahan dengan ocehan mereka Levy melirik sekilas kearah Chacha dan berdiri meninggalkan mereka semua. Chiara terlihat kesal dan pergi keluar kelas.

Setelah kepergian Chiara dkk keempat sahabat Chacha menghampirinya. "Ciee yang duduk bareng pangeran tampan" goda Zeze pada Chacha.

"Apa sih kalian, geli tau aku" balas Chacha.

"Kantin yuks" ajak Karin.

"let's go" ucap mereka serempak.

Sesampainya di kantin mereka berempat langsung duduk tak jauh dari tempat Levy.

Gubrak...

Tiba-tiba meja sebelah ada yang menggebrak meja dengan keras membuat semua siswa yang ada di kantin menoleh pada asal suara.

"Siapa yang nyuruh lo duduk di meja gue" ucap salah satu dari ketiga siswa yang menggebrak meja Levy tadi.

"Meja ini punya sekolah" jawab Levy santai sambil memakan pesanannya. "Wah ngajakin ribut nih anak" timpal salah satunya.

"Sini lo kalo mau berani"

"Ngapain di sana disini aja" Levy langsung melayangkan tinju pada muka salah satu siswa yang menantangnya. Siswa itu jatuh menabrak meja membuat meja terbalik bahkan pesanan Levy pun ikut jatuh dibuatnya. Melihat temannya terjatuh dua lainnya mulai menyerang Levy juga namun naasnya mereka kalah telak dengan Levy, karena selain badan yang tegap karena sering olahraga Levy juga memiliki ilmu beladiri.

"Hei.. Hei.. Hentikan, apa-apaan kalian ini sekolah bukan pasar. Ikut keruangan saya sekarang." mereka digiring ke ruang BK.

Para siswi yang menonton kejadian tadi semakin mengidolakan Levy.

"Apa yang kalian lakukan di kantin tadi apa kalian ingin menjadi preman. Coba jelaskan apa yang kalian lakukan tadi" ucap Pak Bowo sambil memijat pelipisnya.

"Ini saya salah pak, saya tidak tahu kalau meja di kantin itu meja dia" sambil menunjuk ke arah siswa yang sudah babak belur karena ulahnya.

"Meja di kantin milik Putra?" jawab Pak Bowo bingung.

"Ya kan saya sudah mulai dari kelas satu duduk disana pak, kalau nggak makan disana rasanya nggak enak pak" jawab Putra.

"Kamu kira meja itu vitamin hah? Dan kamu Levy kamu masih baru disini jadi kamu harus tahan emosi kamu. Dan untuk kamu Putra jangan lupa ganti rugi kerugian di kantin." Kedua teman Putra hanya menahan tawa ketika di semprot Pak Bowo.

"Iya pak saya janji tidak akan mengulangi lagi" ucap Levy dengan wajah bersalahnya.

"Sekarang kalian kembali ke kelas masing-masing, jika ditanya guru pengajar katakan saja dari ruangan saya." mereka semua hanya mengangguk, lalu meninggalkan ruang BK.

Sesampainya diluar Putra menepuk bahu Levy. "Kenapa mau lanjut baku hantam? ? ucap Levy sambil menunjukkan smirk nya.

"Ehh selow bro, gue cuma mau bilang minta maaf sama lo soal tadi di kantin, kenalin gue Putra" sambil mengulurkan tangannya.

"Gue Levy" menyambut uluran tangan dari Putra.

"Kenalin juga, gue Kinos dan ini Elang, gue juga minta maaf juga soal yang tadi"

Setelah itu mereka berpencar ke kelas masing-masing.

...****************...

"Eh.. cupu pinjem pulpen dong" Chacha hanya menoleh lalu meletakkan pulpen didepannya.

"Pinjem catatan lo dong, gue ketinggalan tadi gara-gara pulpen gue habis" lagi-lagi Chacha hanya meletakkan bukunya di depannya.

Setelah pelajaran usai Levy mengembalikan semua yang ia pinjam. "Thanks ya" Chacha hanya mengangguk lalu memasukkannya ke dalam tasnya.

...****************...

PARKIR

"Hai Lev, gue boleh nebeng nggak?" ucap Chiara menghampiri Levy yang sedang berjalan menuju mobilnya. Levy hanya mengernyitkan dahinya. Tak mendapat respon dari Levy, Chiara terus membujuk Levy "Ayolah Lev boleh ya gue nebeng, ban mobil gue bocor" sambil menunjuk ban mobilnya yang berada tepat di samping mobil Levy.

"Lo pasti orang kaya kan?" Chiara mengangguk dengan semangat. "Bisa panggil montir kan lo" Levy langsung masuk kedalam mobilnya dan langsung meninggalkan Chiara.

" Chi gimana?"

"Lo liatnya gimana?" mereka hanya mengangkat bahu bersamaan. "Kok gue punya temen otaknya kurang sih kayak lo pada." Viola dan Fatin hanya saling tatap tanda tak mengerti. "Kalo gue berdiri disini itu artinya?". " Lo gagal" jawab mereka serempak.

"Tau ah telfon montir gue sekarang" suruh Chiara pada kedua temennya.

"Mobil lo kenapa Chi?"

"Noh liat" sambil menendang ban mobilnya.

"Bukannya tadi pagi baik-baik aja ya Chi" jawab Fatin.

"Iya. Gue nyuruh anak-anak tadi buat ngebocorin ban gue biar bisa nebeng ke Levy" ucap Chiara kesal.

"Tapi pada akhirnya lo gagal juga." Viola mendengus.

"Udah ah, cepet telfon sekarang" perintahnya lagi.

...****************...

"Mana sih angkotnya" keluh Zeze

"Sabar napa Ze, baru juga lima belas menit" jawab Karin.

"Mampir ke rumah aku dulu yuk" ajak Chacha pada keempat sahabatnya.

"Tapi Cha..."

"Udah ayok lah ikut, bentar aku telfon sopir aku dulu" ucap Chacha.

"Bentar-bentar kamu bilang apa Cha sopir?" tanya Fany.

"Ya karena aku merasa kalian tulus sahabatan dengan ku, maka aku merasa kalian harus tau siapa aku sebenarnya." ucap Chacha sambil melepas kacamata dan kepangan rambutnya. Mereka kaget sekaligus takjub melihat wajah Chacha yang begitu cantik.

"Cha ia beneran kamu kan" Tanya Nena sambil membolak balik badan Chacha.

Chacha hanya tersenyum melihat sahabatnya kaget. "Iya ini aku yang sebenarnya. Aku sengaja menyamar menjadi cupu agar aku bisa fokus belajar."

"Aku yakin si Chiara kalo tau kamu gini nih pasti langsung ciut dia secara, kamu lebih segala-galanya dari dia." ceplos Karin.

"Bisa aja kamu, Rin. Kalian belom tau sepenuhnya siapa aku, aku harap setelah tau siapa aku kalian masih mau bersahabat dengan ku."

"Itu pasti lah Cha."

Tak lama kemudian ponsel Chacha bergetar

"Ya pak."

"....."

"Ya sudah langsung telfon montir kita aja pak. Jangan lupa hubungi bunda katakan kalau saya naik angkutan umum."

"Kenapa Cha?"

"Mobil jemputan aku mogok" jawabnya

"Cha aku dan Zeze lain kali aja mampir ke rumah mu ya, kita sudah janji sama bapak buat langsung pulang."

"Aku kayaknya juga gak bisa deh Cha aku mau bantu ibu bikin kue ada pesenan soalnya." Timpal Nena

"Ya sudah tak apa lain kali aja ya" jawab Chacha

"Kamu tak marah pada kita kan Cha" ucap Zeze memastikan.

"Ya nggak lah aku paham kok" jawab Chacha sambil tersenyum. "Itu angkotnya sudah datang kalian masuklah."

"Lalu kamu sendiri?"

"Aku nunggu jemputan aja"

"Kami duluan ya". Angkot jalan menjauh dari tempat Chacha berdiri.

"Jemput gue jangan lupa baju ganti gue"

Tak lama kemudian dua motor sport berhenti didepannya. Chacha langsung mengambil paper bag dan kembali masuk kedalam sekolah untuk ganti baju. Setelah ganti baju dia keluar dan langsung menaiki salah satu motor tersebut. Dia mengendarainya sendiri.

"Kita ke basecamp."

Kamu?

Chacha mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang, tak lupa ia mampir ke mini market untuk membeli alat-alat tulis dan makanan ringan. Rutinitas ini biasa ia lakukan sejak tahu bahwa di dekat base campnya ada sebuah panti asuhan. Chacha memilih berkunjung ke panti asuhan terlebih dahulu sebelum menuju bese campnya.

"Kak Chacha" teriakan gembira para anak panti yang menyambut kedatangannya.

"Kak Chacha bawa apa?" tanya seorang gadis kecil.

"Ini ada alat tulis dan snack, bagi rata ya" tersenyum cantik seraya menyodorkan beberapa bungkusan.

Anak-anak kecil itu saling berebut untuk mendapatkan oleh-oleh yang dibawakan Chacha.

"Loh, ada Nak Chacha" ibu panti keluar karena mendengar suara anak-anak yang ribut.

"Saya hanya mampir sebentar"

"Terima kasih nak"

"Sama-sama bu, saya pamit dulu. Adik-adik Kak Chacha pulang ya"

"Terima kasih Kak Chacha" ucap anak-anak itu serentak.

Chacha keluar dan langsung menjalankan motornya kembali. Sesekali gadis itu terlihat berhenti untuk menyebrangkan seekor kucing. Namun, saat akan melajukan motornya kembali ia melihat seorang pemuda memakai seragam sekolahnya sedang dihadang beberapa preman.

Chacha mendekati tempat dimana keributan itu berlangsung dan berhenti tidak jauh dari sana.

"Hehehe... Bocah serahin HP, dompet, dan kunci mobil." Ucap salah satu preman yang dapat didengar telinganya.

"Beraninya kok malak anak SMA" cibir pemuda berseragam sekolah itu.

"Banyak omong kamu serahin atau kamu akan terluka" ucap preman itu sambil menodongkan sebilah pisau.

Chacha yang melihat itu semua menjadi muak tapi ia tak bertindak. Hanya memperhatikan dari jarak aman. Tak selang berapa lama terjadilah perkelahian itu. Chacha masih tak bergeming, dia masih ditempatnya. Karena ia dapat melihat pemuda itu mampu mengimbangi ke empat preman itu sekaligus.

"Boleh juga tuh anak beladirinya."

Namun, kekuatan pemuda itu seakan menurun. Ia terkena pukulan yang mengakibatkan konsentrasinya terganggu akibat rasa sakit yang diterima. Chacha yang melihat kejadian itu langsung turun dari sepeda motornya dan berlari menghampiri ke empat preman itu.

Gadis itu langsung menendang keras punggung kedua preman. Karena tendangannya yang kuat preman tadi jatuh tersungkur membuat kedua temannya lagi kaget. Lebih kagetnya lagi yang menendang adalah seorang gadis.

"Gadis kecil sebaiknya kau pergi dari sini, disini sangat berbahaya" ucap preman dengan senyum mesumnya.

"Justru karena disini berbahaya saya disini. Saya sudah muak dengan tingkah laku kalian"

"Gadis kecil kamu pikir kamu bisa mengalahkan kami berempat" para preman itu tertawa dengan keras.

"Kalah dan menang belum ditentukan. Biasanya orang yang banyak omong didepan yang akan kalah"

"Hahaha baiklah kita akan bermain-main denganmu." Para preman itu maju satu per satu untuk menghajar Chacha. Namun, naas sebelum tangannya menyentuh kulit putih Chacha preman itu mengerang kesakitan karena tangannya dipelintir kuat oleh Chacha.

Karena geram preman kedua maju ia hendak melayangkan tinju pada Chacha namun ia harus jatuh tersungkur menahan sakit karena rusuknya patah akibay tendangan yang kuat.

"Hanya segini" ucap Chacha sambil menunjukkan smirk nya.

"Anak kecil kurang ajar" dengan wajah dipenuhi emosi keduanya menyerang Chacha bersamaan sambil memegang sebilah pisau di masing-masing tangannya. Berjarak lima langkah dari tempat Chacha berdiri mereka berhenti. Mereka langsung berlutut di depan Chacha.

"Ampuni kamu nona, kami hanya mencari makan nona"

"Mencari makan dengan cara ini? Malu sama otot" tukasnya.

"Ampun nona, ampuni kami, kami berjanji tidak mengulanginya lagi, kami berjanji nona"

Chacha memasukam kembali pistol yang diarahkan ke kepala preman tadi ke dalam saki jaketnya. Dia mengeluarkan sebuah kartu nama.

"Pergilah ke alamat itu kalian akan mendapatkan pekerjaan disana."

"Terima kasih nona terima kasih"

"Pergi lah"

Setelah keempat preman itu pergi, Chacha meninggalkan tempat itu tanpa menoleh ke arah pemuda yang ia tolong.

...****************...

Setelah kepergian gadis yang menolongnya pemuda itu masuk ke dalam mobilnya dan melaju di jalanan. Pemuda itu membawa mobilnya memasuki pekarangan yang luas. Masuk ke dalam rumah yang besar dan mewah. Ia mencari orang yang tinggal bersamanya di rumah itu.

"Oma.... Levy pulang" teriaknya. Ya pemuda yang ditolong oleh Chacha adalah Levy.

"Loh... Loh.. Lev ini kenapa, muka kok babak belur" ucap sang oma kaget melihat kondisi cucunya.

"Levy tidak apa-apa oma"

"Tidak apa-apa bagaimana Lev, kamu sampai babak belur begini"

"Sudahlah oma, tolong siapkan aku kompresan, aku akan mengompresnya sendiri di kamarku"

Levy membawa kompresan ke kamarnya dan mengompres luka memarnya.

"Ah... Sial baru pertama kali sekolah sudah dicegat preman" kesalnya.

"Tapi tadi yang nolong gue cantik banget ya" Levy menerawang kejadian tadi.

"Ah... Kenapa gak gue tanya namanya tadi, gue kan belum bilang terima kasih"

Levy terus menggerutu merutuki kebodohannya.

...****************...

Chacha kehilangan selera untuk pergi ke base campnya.

"Gue lelah benget hari ini" dia menepikan sepeda motornya. Merogoh ponselnya menghubungi seseorang.

"Gue gak jadi ke basecamp, gue langsung pulang. Kalian teruskan saja latihannya tanpa gue" hari ini Chacha berjanji kepada bawahannya untuk menyaksikan secara langsung proses latihan menembak.

Chacha melajukan motornya dengan cepat di jalanan, dia sudah biasa melakukan itu karena ia sering melakukan balapan tanpa sepengetahuan orang tuanya.

"Motor siapa yang kamu bawa, Putri?"

"Temen bunda"

"Ini lagi bajunya apa-apaan ini, Putri"

"Apanya yang salah sih, Bun?"

"Ini jeans robek, kaos, jaket. Kamu itu harusnya pake gaun, Putri, bukan beginian."

"Iya bunda iya. Putri ke kamar dulu" Chacha beranjak dengan cepat sambil mencium pipi sang bunda.

Di kamar Chacha langsung mandi karena badannya terasa lengket. Disaat mengguyur tubuhnya dibawah shower Chacha teringat sesuatu.

"Pistol gue di jaket, ya ampun kok bisa lupa sih"

Chacha dengan cepat menyelesaikan ritual mandinya. Setelah selesai dia langsung menyambar handuk kimono sambil berlari keluar kamar mandi.

"Ah untung bunda belom naik untuk ambil baju kotor" Chacha mengambil pistolnya dan meletakkan di brankas bawah tempat tidurnya. Jangan heran bagaimana dia bisa memiliki senjata. Dia adalah gadis termuda sebagai pemimpin mafia dalam sejarah dunia mafia.

Chacha menuju walk in closet untuk memakai baju. Chacha keluar dengan baju santainya dan langsung merebahkan dirinya di kasur. Dia membuka ponselnya karena sejak tadi terus bergetar. Banyak pesan masuk dari beberapa grup yang ia abaikan hanya satu grup yang dia perhatikan. Fantastic Five (FF) . Grup yang berisikan Zeze, Fany, Karin, Nena dan dirinya. Saat membaca grup ia dapatkan bahwa sahabatnya mengajak bertemu. Chacha langsung bangun dan mengganti bajunya lagi.

"Bunda" teriaknya sambil berjalan menuju depan.

"Bunda di dapur"

"Bunda Chacha ijin ketemu temen ya"

"Temen siapa?"

"Sahabat-sahabat Chacha bunda, nanti Chacha ajak ke sini deh. Bunda jangan lupa buatkan cemilan yang enak" pintanya sambil menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Beres itu, sudah sana berangkat minta antar sama sopir"

"Iya dong Bunda. Masak udah cantik gini naik motor"

Sang bunda menoleh ke arahnya. "Cantiknya anak bunda" dengan kaget sambil membolak-balik badannya anaknya. "Nah gini dong pakai gaun kan cantik, Nak"

Kali ini Chacha menggunakan gaun selutut berwarna hitam polos tanpa lengan ditambah dengan sneaker putih.

"Chacha berangkat dulu Bunda" pamitnya

"Hati-hati"

...****************...

Chacha sampai di taman tempat mereka janjian. Chacha turun dan menelusuri taman mencari sahabat-sahabatnya. Hingga akhirnya dia melihat tangan melambai ke arahnya.

"Sudah lama."

"Baru kok Cha" jawab Fany

"Nanti sebelum pulang mampir ke rumahku ya, Bunda sudah membuatkan cemilan khusus untuk kalian."

"Wah asik tuh kayaknya."

"Ya udah nanti kami ikut ke rumah mu"

"Oke, jadi apa nggak ini?"

"Jadi dong, ayo login semuanya"

Mereka berkumpul hanya untuk main bareng game online. Mereka bisa dibilang cewek gamers.

"Aku beli minum dulu ya haus nih" ucap Chacha setelah selesai bermain game.

"Aku ikut Cha" karin angkat suara.

"Gak usah aku sendiri aja"

"Aku juga haus Cha" timpalnya lagi

"Aku belikan" langsung berlalu meninggalkan keempat sahabatnya itu.

Sampai di supermarket Chacha langsung menuju tempat minuman, setelah mengambil minuman...

Gedubrak....

Karena tidak hati-hati Chacha tidak sengaja menabrak seseorang.

"Lo... Eh.. Kamu? Ucap seorang pemuda yang ditabrak Chacha.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!