...***...
Di sebuah tempat terpencil.
Seorang pendekar wanita bercadar merah sedang bersama dengan sepasang suami istri yang tampak menangis.
"Jangan menangis nyai, katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya? Jika nyai menangis? Aku tidak mengetahui apa yang akan kau sampaikan padaku."
"Bagaimana aku tidak sedih nini? Hatiku sangat sedih sekali, anak gadisku dibawa kabur oleh kekasihnya." Wanita setengah baya itu terlihat sangat bersedih hati. "Satu-satunya anak gadis yang kami miliki, sepuluh tahun pernikahan kami? Baru kami memiliknya, namun ada seorang pemuda kurang ajar yang membawanya kabur." Hati ibu mana yang tidak iba anaknya dilarikan orang lain?.
"Itu benar sekali nini, ia membawa kabur anak kami, alasan ia mengatakan cinta pada anak kami." Sebagai seorang ayah?. Hatinya juga iba atas apa yang terjadi pada anaknya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan mencari keberadaan anak kalian."
"Kami mohon bawa kembali anak kami, hanya dia yang kami miliki."
"Kalian tenang saja, aku akan segera mencarinya, dan kalian bersabarlah."
"Oh? Terima kasih nini."
Ada harapan bagi mereka saat itu, ada perasaan lega karena pendekar wanita bercadar merah itu mau membantu mereka.
"Kalau begitu kalian pulanglah, aku pergi dahulu, sampurasun."
"Rampes."
Pendekar wanita bercadar merah langsung pergi meninggalkan mereka.
"Semoga saja pendekar itu bisa menemukan keberadaan anak kita."
"Berdoa saja, semoga Dewata agung menyelamatkan anak kita."
Ya, hanya berharap jika anak gadis mereka akan kembali dengan selamat. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Simak terus ceritanya.
...***...
Di sebuah tempat tersembunyi.
Ada beberapa pemuda yang terdiri dari dua wanita dan tiga orang laki-laki berkumpul di sebuah tempat. Tampaknya mereka sangat serius membahas sesuatu yang cukup menarik?.
"Kita telah berhasil menaklukkan beberapa tempat, dan bahkan rampok di sana bersedia bekerjasama dengan kita."
"Itu sangat bagus, aku suka dengan cara kerja kalian."
"Tentu saja, tidak ada yang bisa mengalahkan kami."
Ada kebanggaan yang mereka rasakan karena telah berhasil menaklukkan beberapa daerah?.
"Tapi masih ada daerah sekitar yang belum kita taklukkan."
"Apa maksud ucapanmu itu?."
"Bukankah sudah sangat jelas? Bahwa kekuasaan itu ada di tangan Raja."
Mereka malah tertawa?. Apa yang lucu dari ucapan itu?.
"Aku kira apa? Ternyata daerah kekuasaan mutlak seorang Raja?."
"Lantas apa yang akan kita lakukan? Apakah kita membiarkannya begitu saja?."
"Tentu saja kita harus menaklukkan darah kekuasan itu, kita tidak takut pada siapapun, bahkan pada Raja bodoh itu."
"Nini benar, Raja agung hanya ranting kecil, sekali sepak langsung patah."
Kembali mereka tertawa, rasanya memang ada yang lucu dari ucapan itu.
"Kalau begitu kita cari dia, katanya dia sangat suka mengembara, aku sangat penasaran untuk apa dia mengembara."
"Paling hanya untuk mencari wanita? Apa lagi yang akan dilakukan para bangsawan busuk itu jika tidak mencari wanita?."
Dan kembali terdengar suara tawa, mereka sangat memahami bagaimana perangai bangsawan yang sangat gemar berburu wanita. Namun apakah mereka yakin akan membuat kerusuhan di wilayah utama yang dipimpin oleh seorang Raja?. Simak dengan baik kisahnya.
...***...
Istana.
Pangeran Wira Wijaksana tampak sedang merenung, pikirannya kembali ke masa lalu ketika kenal dengan seorang wanita yang sangat cantik.
"Nimas rembulan indah, kenapa aku tidak bisa melupakan sosok itu di dalam hidupku?." Dalam hatinya bertanya-tanya pada dirinya. "Bayanganmu seakan-akan selalu hadir, dan bahkan beberapa kali aku bermimpi bertemu dengannya." Dalam hatinya sangat bingung dengan perasaannya. "Apakah mimpi itu suatu pertanda? Bahwa ia masih hidup? Tapi di mana ia sekarang?." Perasaannya semakin bimbang.
"Kau adalah wanita yang sangat aku cintai, aku berharap bisa bertemu denganmu suatu hari nanti." Tentu saja pangeran Wira Wijaksana sangat berharap itu terjadi.
"Kanda pangeran?."
Terdengar suara seorang wanita menyapanya dengan sangat ramah.
"Oh? Dinda?." Matanya menatap seorang wanita cantik yang merupakan istrinya. "Apa yang kanda lakukan di sini? Kenapa kanda tampak melamun? Apa yang kanda pikirkan?."
Tidak ada jawaban sama sekali darinya, ia seakan tidak merasa terganggu sama sekali dengan pertanyaan itu.
"Aku hanya sedang memikirkan sesuatu, tidak ada yang perlu aku ceritakan padamu."
Wanita cantik bergelar tuan Putri dari kerajaan terkenal, sedang berusaha tersenyum walaupun ucapan itu terasa sangat mengganggu baginya.
"Baiklah kalau begitu kanda, saya tidak akan bertanya lagi." Dengan penuh kesabaran ia menerima itu, dan duduk di samping pangeran Wira Wijaksana yang tidak peduli padanya?.
Apakah benar mereka adalah pasangan suami istri?. Tapi kenapa seperti itu perlakuannya terhadap pasangannya?. Simak dengan baik ceritanya.
...***...
Di sebuah tempat.
Duakh! Duakh!.
Pendekar selendang merah tampak sangat marah pada seorang pemuda yang telah melarikan anak gadis?. Ia menghajar lelaki itu tampa ampun, ia tidak peduli pada lelaki kurang ajar itu.
"Eagkh!."
Lelaki itu terlempar sampai keluar dari rumah ketika mendapatkan sepakan yang sangat kuat.
"Kya!."
Sedangkan korban?. Wanita yang diculik itu hanya bisa berteriak menangis, ia sangat ketakutan atas apa yang terjadi di sana.
"Uhuk!."
Lelaki itu mengalami luka yang sangat parah setelah dihajar habis-habisan oleh pendekar pembunuh bayaran selendang merah.
"Kau telah memiliki banyak istri! Tapi kau masih ingin menculik anak gadis orang?! Besar juga nyalimu!." Bukan hanya sampai di situ saja, rasa tidak puas telah membuncah di dalam dadanya.
"Uhuk!." Kembali ia terbatuk, dan kali ini memuntahkan darah yang banyak. Dadanya terasa sesak karena luka yang ia alami. Ia tergeletak begitu saja di tanah, ia hanya bisa pasrah saja setelah dihajar habis-habisan oleh pendekar wanita itu?.
"Kau ini memang lelaki biadab! Hanya berani pada orang lemah saja! Sangat tidak berguna sama sekali!." Pendekar selendang merah melampiaskan amarahnya, hatinya terasa sakit ketika melihat bagaimana orang tua dari anak itu menangis pilu karena kehilangan anak mereka?. "Mati lah kau dalam kehinaan." Setelah berkata seperti itu? Pendekar selendang merah membunuh lelaki itu dengan menggunakan sebilah pedang yang sangat tajam.
"Sepertinya kita harus segera kembali." Tanpa banyak bicara lagi, ia segera mendekati wanita muda yang masih menangis ketakutan.
"Apa yang nini lakukan padanya?." Tangisnya.
"Sudahlah, jangan banyak bertanya, aku akan mengembalikanmu pada orang tua mu, mereka sangat cemas padamu." Ia menyeret tangan wanita muda itu agar segera pergi meninggalkan tempat itu.
"Terima kasih atas pertolongan nini."
"Ya." Hanya itu saja balasannya, hatinya sangat bergemuruh jika berhubungan dengan situasi seperti itu. Bagaimana lanjutnya?. Temukan jawabannya.
...***...
Di Hutan, malam hari. Seorang laki-laki sedang berjalan melangkah hendak menuju perkampungan. Rasanya ia ingin beristirahat, untuk melaksanakan sholat isya jika mendapatkan tempat penginapan. Akan tetapi ia dihadang oleh beberapa orang hingga membuatnya menghentikan langkahnya.
"Sepertinya kalian bermalam di hutan, apakah kalian juga hendak mencari penginapan di sekitar sini?." Ramah, senyuman lembut, begitulah gambaran lelaki itu sekarang pada mereka yang sedang berdiri di hadapannya.
"Heh! Kau tidak usah sok baik pada kami lagi, Prabu bodoh!." Lelaki kurus tinggi yang memegang sabit tajam mendengus keras. Ia terlihat sangat marah, pada lelaki yang ia panggil prabu itu?.
Prabu?. Apakah ia seorang raja?. Apa yang dilakukan seorang raja di hutan seperti itu?. Apakah ia sedang melakukan penyamaran sehingga ia bisa berada di sini?. Entahlah. Siapa yang mengetahui apa yang membuat sang prabu malam-malam seperti ini, hingga dihadang oleh beberapa orang yang sepertinya sangat tidak menyukai dirinya.
"Astaghfirullah hal'azim, apa yang kisanak katakan? Saya hanyalah orang biasa, seorang pengembara yang kebetulan lewat, dan ingin mencari penginapan." Lelaki yang dipanggil prabu merasa heran. Apakah ia dikenali oleh mereka?. Hingga menimbulkan gelak tawa bagi mereka?. Apakah ada hal yang patut ditertawakan dari ucapannya tadi?.
"Ya Allah, kuatkan lah hati hamba ya Allah, jangan sampai kemarahan menguasai diri hamba, hanya karena mereka ya Allah." Dalam hatinya berusaha untuk bersikap tenang. Ia berusaha menahan diri. Ia tidak mau terpancing amarah, hingga membuat mereka semua mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.
Kau tidak perlu menipu kami Prabu busuk! Karena kami mengetahui kau siapa!." Seorang wanita dengan senjata cambuk tertawa dengan keras, ia tidak menyangka bahwa lelaki itu pandai bermain peran. Sungguh luar biasa sekali dalam menyembunyikan diri dengan mengatakan bahwa ia hanyalah seorang pengembara?.
"Kau pikir kami ini bodoh Prabu praja permana?!." Bentak seorang laki-laki dengan suara yang sangat keras. "Kau tidak perlu menyamar dihadapan kami! Karena kami sangat mengenali wajahmu itu! Dan juga sebentar lagi kau akan mati ditangan kami!." Lanjutnya lagi, sambil mengacungkan tombak aneh ditangannya.
Tentunya mereka semakin tertawa, entah dari mana letak lucunya perkataan itu, akan tetapi mereka malah tertawa terbahak-bahak. Sungguh sangat mengherankan melihat tingkah mereka yah sedang tertawa seperti itu.
"Ya Allah, aku serahkan hidup dan mati ku hanya pada-Mu, aamiin ya Rabbal a'lamin." Dalam hatinya ia berdoa kepada Allah SWT, agar mendapatkan perlindungan dari marabahaya yang akan mengancam keselamatan nyawanya.
"Tidak perlu banyak bicara lagi, ayo kita serang dia!." Perintah seorang wanita dengan selendang jingga ditangannya. Tanpa basa-basi lagi, mereka semua benar-benar menyerang laki-laki itu.
Lelaki itu sebenarnya adalah prabu praja Permana. Seorang raja yang sedang dalam perjalanan mengembara. Dalam pengembangannya ia ingin mengetahui bagaimana kehidupan rakyatnya. Apa saja yang dialami oleh rakyatnya. Karena itulah ia melakukan perjalanan ini untuk mengetahui segalanya.
"Astaghfirullah hal'azim, sebaiknya kalian segera bertaubat. Selagi masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk segera bertaubat." Prabu Praja Permana mencoba untuk menasehati mereka semua. Tapi rasanya itu hal yang mustahil akan mereka terima begitu saja dengan mudah. Rasanya itu sangat mustahil, sama seperti ketika ia bertemu dengan kelompok setan jahat. Tidak ada yang menduga atau mengira pertemuan langka itu.
Namun siapa sangka ia malah bertemu dengan kelompok setan jahat yang selama ini cukup meresahkan. Kelompok pendekar jahat yang namanya telah diketahui siapa saja. Termasuk Prabu Praja Permana yang hendak memulai pengembaraannya.
Sudah banyak hal buruk yang mereka lakukan selama ini. Salah satunya yaitu, mereka menjarah, merampas harta milik rakyat. Selain itu mereka selalu mengancam keselamatan rakyat. Karena itulah prabu Praja Permana ingin melihat dan menyambangi mereka. Mengingatkan mereka agar tidak melakukan kerusuhan yang membuat ketakutan yang luar biasa dikalangan rakyat.
Dan tidak pernah diduga sebelumnya adalah, mereka lah yang mendatanginya. Dan malam ini Prabu Praja Permana berhadapan langsung dengan mereka. Apakah sang prabu bisa mengatasi masalah yang sedang terjadi?.
Prabu Praja Permana dikeroyok oleh mereka. Ia berusaha sebisa mungkin dari serangan-serangan yang mereka mainkan. Jurus yang beragam, sehingga Prabu Praja Permana sedikit kewalahan menghadapi mereka.
Ada kabar juga yang ia dapatkan, yaitunya, kelompok setan jahat dipimpin oleh seorang wanita dengan nama julukan Setan Selendang jingga kematian. Yang kini terus menyerang sang prabu dengan menggunakan jurus-jurus andalan yang ia miliki, untuk menghajar Prabu Praja Permana.
"Heh! Hanya segitu saja kemampuanmu? Prabu lemah!. Sangat lemah, sehingga aku tidak berselera untuk menghadapimu." Setan selendang Jingga kematian sangat meremehkan ilmu Kanuragan yang dimiliki oleh sang prabu. Hanya karena seperti itu ia terlalu cepat untuk menilai, mengambilkan kesimpulan dengan apa yang mereka lakukan tadi?.
Prabu Praja Permana yang sedang mengatur hawa murninya tersenyum kecil. Ia masih bisa menahan dirinya, ia tidak mau kemarahan menguasai dirinya hanya karena perkataan-perkataan seperti itu.
Prabu Praja Permana diserang oleh lelaki dengan senjata sabit tajam. Nama julukannya adalah setan Sabit pencabut nyawa. Sungguh nama julukan yang tidak enak untuk didengar. Sangat mengerikan, sehingga tidak enak untuk dipanggil.
Setan Sabit pencabut nyawa terus menyerang Prabu Praja Permana dengan senjatanya. Namun sang Prabu berhasil menghindari serangan itu, dan ia bahkan dapat menahan serangan itu dengan menyerang balik lawannya.
"Sepertinya dia memang kuat, apa yang harus aku lakukan?." Dalam hatinya bertanya-tanya apa yang akan ia lakukan melihat gerakan Prabu Praja Permana yang nampak sudah ahli dalam bertarung.
Di satu sisi Setan Cambuk Neraka, wanita muda cantik yang melihat itu tidak tinggal diam. Ia juga ikut menyerang Prabu Praja Permana dengan melecuti sang Prabu menggunakan cambuknya.
Beruntung sang Prabu menyadari serangan itu. Sehingga ia menghindarinya dengan melompat ke belakang, ia berhasil terhindar dari maut yang mengintainya. Allah SWT masih menyayanginya, dan ia akan selalu meminta pertolongan kepada Allah SWT.
"Kurang ajar! Dia berhasil menghindari serangan ku?." Setan Cambuk Neraka sangat kesal karena serangannya berhasil dihindari oleh prabu Praja Permana. "Tidak ada yang bisa mengalahkan, atau menolak keinginan dari cambuk neraka jika ia masih sayang dengan nyawanya." Lanjutnya lagi dengan perasaan yang menggebu-gebu.
Prabu Praja Permana terus menghadapi mereka semua. Ia tidak boleh lengah, jika ia tidak ingin celaka dari kejahatan mereka padanya. Meskipun ia telah bersikap waspada, tetapi siapa sangka ternyata, dari arah belakangnya. Setan Tombak Kegelapan membokongnya, sehingga ia terkena serangan kuat salah satu dari mereka, yang dapat melihat kesempatan disaat Prabu Praja Permana sedang lengah.
Serangan itu cukup membuatnya merasakan sakit yang luar biasa. Apa yang terjadi?. Apakah prabu praja Permana bisa menghindarinya?.
...***...
...***...
Di sebuah rumah sederhana.
Pendekar selendang Merah telah berhasil mengembalikan anak gadis yang telah dibawa lari, isak tangis keluarga menyambut kedatangan gadis itu.
"Syukurlah kau kembali anakku, ibu sangat takut jika terjadi sesuatu padamu." Hati ibu mana yang tidak iba ketika terjadi sesuatu pada anaknya?.
"Aku sangat takut sekali ibu, aku sangat takut sekali ayah."
"Tenanglah, kau telah berada di tempat yang aman." Sang ayah sebenarnya masih gelisah, takut jika terjadi sesuatu pada anaknya.
Tentu saja mereka sangat ketakutan ketika anaknya dibawa kabur begitu saja oleh orang asing yang sangat jahat.
"Tuan, bibi, jayalah anak kalian dengan baik, aku tidak bisa membantu kalian setiap saat."
"Oh? Terima kasih nimas, kami sangat terbantu sekali, terima kasih karena telah membawa kembali anak kami."
"Apa yang harus kami lakukan untuk membayar? Apa yang telah kau lakukan untuk kami?."
"Aku tidak membutuhkan bayaran, cukup kalian jaga saja dia dengan baik." Di balik cadar merahnya ia tersenyum lega.
Setelah itu ia melompat pergi meninggalkan mereka semua, ia tidak bisa berlama-lama berada di sana.
"Oh? Dewata yang agung, terima kasih telah membawa anak kami kembali." Rasa haru itu menyelimuti hati keduanya, kebahagiaan yang dirasakan malam itu adalah kebahagiaan yang tidak akan mereka lupakan begitu saja.
Sedangkan pendekar Selendang Merah.
"Rasanya sangat lega sekali bisa membantu mereka." Dalam hatinya sangat lega. "Kalau begitu aku akan kembali, aku sangat yakin jika anakku sedang menungguku di pondok." Dalam hatinya tentunya sangat ingat dengan keadaan anaknya. "Aku harus segera kembali." Dengan menggunakan jurus meringankan rubuh, langkah kakinya terasa lebih cepat, apa lagi perasaan tidak sabar telah menggelitik hatinya saat itu.
...***...
Setan Tombak Pencabut nyawa tiba-tiba muncul di belakang prabu Praja Permana. Sedari tadi ia ternyata telah menyiapkan serangannya dengan menggunakan jurus tombaknya.
Namun ketika itu sang prabu masih bisa menyadarinya. Ia sempat menghindarinya, sayangnya lengan kirinya sempat tergores oleh tombak itu. Sehingga meninggalkan gores luka yang lumayan parah.
"Kegh." Sang Prabu meringis sambil menyentuh luka itu. Luka yang mengeluarkan darah, sehingga lengan kirinya basah karena darahnya.
Sementara itu mereka yang melihat itu merasa senang, apalagi saat sang prabu sedang mengatur tenaga dalamnya. Setan Selendang jingga Kematian memanfaatkan kesempatan itu, untuk
menaburkan serbuk beracun ke arah mata Prabu Praja Permana hingga ia semakin kesakitan.
"Haha! Rasakan itu prabu bodoh!." Mereka tertawa keras diatas penderitaan sang Prabu. Ada kebahagiaan tersendiri ketika melihat sang prabu kesakitan seperti itu. Apakah mereka tidak punya hati sehingga mereka suka melihat orang lain menderita seperti itu?.
"Lihatlah yunda? Tidak ada apa-apanya dia ternyata!." Ucap Setan Cambuk Neraka dengan tawanya yang aneh.
"Ya! Aku kira akan mendapatkan perlawanan yang seru? Tapi ternyata?-." Setan Sabit Jahanam malah semakin tertawa. Begitu juga dengan yang lainnya.
"Astaghfirullah hal'azim ya Allah." Mata sang Prabu terasa sakit. Matanya tidak bisa dibuka seperti biasanya. Racun apa yang telah diberikan padanya hingga ia kesakitan?.
"Yunda! Inilah saatnya kita menghabisi raja bodoh itu!." Setan Cambuk Neraka merasa bersemangat. Ia telah melambari cambuknya dengan jurusnya. Jurus lecutan halilintar penghancur roh. Konon katanya, jurus itu sangat berbahaya. Karena dampak dari lecutan itu, membuat tubuh seseorang bisa hancur lebur jika terkena cambuk itu.
"Lakukan saja! Aku akan senang, jik kau berhasil membunuhnya." Senyuman menyeringai lebar diwajahnya itu, menunjukkan kepuasan yang luar biasa ia tunjukkan. "Aku tidak menyangka akan dengan mudah membunuh seorang raja dengan cara seperti ini." Lanjutnya lagi.
"Dengan senang hati aku akan melakukannya yunda." Mata itu telah dipenuhi oleh ambisi. Hatinya tidak sabar lagi ingin segera menghabisi nyawa sang prabu. Namun ia harus menyiapkan tenaga dalamnya, menyalurkan tenaga dalamnya ke cambuk itu, agar serangannya benar-benar bertenaga, hingga menghancurkan sang Prabu tanpa sisa.
"Sisakan sedikit nimas, agar kita bisa mengirim tubuhnya yang hancur itu ke istana."
"Benar itu. Aku yakin mereka akan sangat berduka karena sang prabu pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa."
"Itu ide yang sangat bagus."
Lagi-lagi mereka tertawa terbahak-bahak. Membayangkan yang akan terjadi, sehingga mereka tertawa keras seperti itu?.
Setelah rasanya cukup menyalurkan tenaga dalamnya ke cambuk miliknya. Setan Cambuk Neraka melompat ke arah Sang Prabu. Ia sedikit memainkan cambuknya itu, dengan memutarnya ke atas. Sehingga menghasilkan angin yang lumayan kencang.
Dampak angin yang ditimbulkannya, angin sekitar menerpa tubuh Prabu Praja Permana. Membuat sang Prabu terkejut, namun sayangnya ia tidak dapat melihat dengan jelas.
Ia hanya berusaha melindungi dirinya dari terpaan angin itu, karena kendala matanya. "Ya Allah, hanya kepada-Mu lah hamba berserah diri, selamatkan hamba dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita." Dalam hati sang prabu berdo'a, memohon perlindungan dari Allah SWT.
"Hei! Sang prabu! Melawan lah sedikit! Jika tidak? Kau akan celaka karena cambuk itu!." Teriak Setan Tombak Pencabut nyawa dengan suara yang sangat keras. Membuat sang Prabu sedikit bereaksi.
"Hidup dan matiku! Hanya aku serahkan kepada Allah SWT!." Balasnya, meskipun ia tidak dapat melihat ke arah siapa ia berbicara. "Jika Allah SWT menghendaki aku mati dalam keadaan seperti ini. Maka seperti itulah takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT untukku. Bukan kalian yang berhak menentukan kematianku seperti apa." Lanjutnya lagi.
"Heh! Sudah mau mati saja masih banyak tingkah kau Prabu praja permana!." Setan Selendang Jingga Kematian mendengus keras.
Setelah itu mereka yang melihat itu malah tertawa kegirangan?. Segitu inginnya mereka menginginkan kematian sang prabu?.
"Kau tidak akan bisa menghindari kematianmu Prabu busuk!." Setan Cambuk Neraka melepaskan satu lecutan keras ke arah Prabu Praja Permana.
Namun saat itu juga, ada sekelebat bayangan hitam menyambar tubuh sang Prabu. Sehingga yang terkena serangan itu hanyalah ruang kosong. Sang prabu selamat dari serangan mematikan itu, orang misterius itu kini mendarat di sebelah kanan agak jauh dari ledakan akibat serangan tadi
Mereka yang melihat itu terkejut, siapa yang berani menyelamatkan sang prabu dari kematiannya?.
"Bedebah busuk! Siapa kau beraninya ikut campur masalah kami?!." Umpat Setan Cambuk Neraka dengan marahnya. Ia melihat sosok misterius yang menyelamatkan sang Prabu. Hatinya telah dipenuhi oleh kemarahan. Karena serangan yang telah ia persiapkan dengan baik malah digagalkan begitu saja?.
"Hei! Siapa kau? Berani sekali kau ikut campur dengan urusan kami!." Setan Sabit Jahanam merasa kesal. Bagaimana bisa ada orang lain yang ikut ambil bagian dengan menyelamatkan sang prabu?.
"Heh! Dasar tidak tau malu! Bisanya hanya main keroyokan." Sosok yang berhasil menyelamatkan sang prabu menatap mereka satu persatu dengan tatapan merendahkan.
"Diam kau! Kau juga akan mati karena berani mencampuri urusan kami." Setan Tombak Pencabut nyawa juga marah. Padahal tadi ia berharap sang Prabu benar-benar mati ditangan adiknya itu.
Tetapi siapa sangka sosok yang tak diharapakan malah menyelamatkan sang prabu?. Karena itulah ia marah, kesal dan benci, hingga ada keinginan mereka untuk membunuh orang asing itu.
"Si-siapa kau kisanak.? Mengapa kau membantuku?." Sang Prabu yang masih kesakitan bertanya, kepada sosok yang sama sekali tidak bisa ia lihat, karena matanya yang sakit saat ini.
"Mohon ampun Gusti Prabu, nanti saja bertanya siapa hamba, saat ini? Yang pasti biarkan hamba menghadapi mereka terlebih dahulu." Sosok misterius itu memberi hormat pada sang Prabu.
Jadi sosok yang sama sekali tidak ia kenali itu mengetahui jati dirinya?.
"Baiklah Kisanak, berhati-hatilah menghadapi mereka." Sang Prabu mencoba mempercayai sosok itu datang membantunya.
Bolehkah ia berharap?. Ya, semoga saja orang itu adalah orang baik yang dikirim oleh Allah SWT, untuk menolongnya dari marabahaya yang sedang mengincar nyawanya.
Sosok misterius itu menghampiri kelompok setan jahat, ia akan menghadapi mereka satu persatu?.
"Siapa sangka? Aku malah berhadapan dengan kelompok setan jahat yang sudah terkenal kejahatannya dimana-mana." ucapnya dengan nada yang cukup santai.
"Heh! Kalau kau sudah tau siapa kami, sebaiknya tinggalkan tempat ini jika kau masih sayang nyawamu." Setan Selendang Jingga kematian dengan bangganya berkata seperti itu. menyombongkan dirinya, membanggakan dirinya karena ia telah dikenali sampai kemana-mana?.
Akan tetapi siapa sangka sosok misterius itu malah tertawa terbahak-bahak, mendengarkan apa yang dikatakan oleh Setan Selendang jingga kematian. Tentunya membuat mereka semua terheran, apa yang membuat sosok itu tertawa?. Apa yang ia tertawakan?. Apakah ada sesuatu yang lucu dari ucapan setan selendang jingga kematian
Sampai jumpa di halaman berikutnya ya.
...***...
...***...
Sosok misterius itu tertawa keras. Ia menertawakan apa yang dikatakan oleh Setan selendang jingga kematian. Entah dimana letak lucunya, namun ia tidak bisa menahan hasrat untuk tertawa.
"Kau ini masih saja bodoh ya." Ucapnya dengan nada merendahkan. "Tapi siapa sangka setan selendang jingga kematian itu adalah kau? Nila ambarawati." Sosok misterius menggunakan selendang merah untuk menutupi sebagian wajahnya itu ternyata mengenali siapa Setan Selendang Jingga kematian?. "Ternyata kau masih hidup? Sangat luar biasa sekali."
Deg!.
Tentunya membuat mereka semua terkejut, bagaimana mungkin orang itu tau nama asli dari Setan Selendang Jingga kematian?. Apakah ia pernah bertemu sebelumnya?. Atau orang yang pernah dekat pada zaman dahulunya?.
"Siapa kau bedebah?! Mengapa kau tau nama asliku? Kau bahkan berani sekali mengatakan aku ini bodoh!." Setan Selendang Jingga kematian terlihat sangat marah. "Apakah kau sudah bosan hidup? Hah?!.
Wanita itu membuka selendang merah yang menutupi sebagian wajahnya itu, memperlihatkan wajahnya pada musuhnya?.
"Apakah kau tidak ingat denganku? Nila ambarawati." Senyum itu, senyuman lebar penuh misteri. Menyuruh Nila Ambarawati atau yang kini dikenal sebagai Setan Selendang Jingga Kematian. "Aku sangat yakin kau masih ingat dengan wajah ku ini."
"Kau?! Bukankah kau!." Setan Selendang Jingga kematian terkejut, ia masih mengingat sosok itu, sosok yang paling ia benci. "Delapan belas tahun telah berlalu, tapi aku tidak akan mudah melupakan semua yang kau lakukan padaku, bedebah busuk!." Umpatan dan kata-kata kasar keluar dari mulutnya.
"Heh! Kau lah yang berbuat salah! Tapi kau malah menyalahkan aku?!." sosok misterius itu ternyata adalah Rembulan indah, atau nama lainnya adalah pendekar pembunuh bayaran selendang merah. "Kau ini memang manusia yang sangat tolol yang pernah aku temui, tidak mau mengakui kesalahannya sendiri."
"Diam kau! Tutup mulut busukmu itu!."
"Wah? Cepat sekali marahnya." Dalam hati pendekar selendang merah.
"Aku telah bersumpah! Jika aku bertemu denganmu lagi? Akan aku bunuh kau!." Kemarahan yang menguasai dirinya tidak bisa ia tahan lagi, ia langsung menyerang Selendang merah.
"Terdengar menyeramkan sekali sumpahmu itu, aku sangat takut." Pendekar selendang Merah berpura-pura takut.
Selendang merah tidak akan tinggal diam jika dirinya diserang. Ia menghindari serangan setan Selendang Jingga kematian. Ia tidak akan begitu saja diserang oleh wanita itu. Dengan menggunakan jurus-jurus yang ia miliki, ia sesekali juga menyerang Setan Selendang Jingga Kematian.
"Apakah yunda mengenali orang itu?." Setan Cambuk Neraka sedikit heran, apalagi kemarahan yang ditunjukkan oleh kakaknya itu. Ia tidak tahu dendam apa, atau kejadian apa yang terjadi diantara mereka. Namun yang pasti sepertinya mereka saling bermusuhan.
"Entahlah nimas, sepertinya mereka pernah bertemu sebelumnya, atau saling dekat sebelumnya." Setan Tombak Pencabut Nyawa tidak mengerti. Tetapi sepertinya pertarungan mereka yang sangat cepat, sehingga mereka hampir tidak bisa melihat pertarungan itu.
Juga beberapa jurus yang dimainkan oleh Selendang merah, sama dengan jurus yang dimainkan oleh Setan Selendang jingga kematian. Apakah itu membuktikan bahwa mereka memang pernah mengenal satu sama lain.
"Kita tidak mungkin diam saja bukan? Mari kita bantu ketua." Setan Sabit Jahanam menyarankan agar membantu ketua mereka menghadapi orang itu. Sepertinya Setan Selendang Jingga Kematian agak kesulitan untuk melawan Selendang Merah.
"Baiklah! Mari kita bantu yunda untuk menghadapi wanita itu." Setan Cambuk Neraka setuju. Ia tidak akan membiarkan setan selendang jingga kematian bertarung sendirian.
Selendang Merah terkejut karena mendapatkan serangan mendadak dari mereka bertiga, tetapi Selendang Merah selalu waspada, hingga serangan itu bisa ia hindari.
"Heh! Main keroyokan? Benar-benar pengecut! Pecundang seperti kalian tidak pantas melawan aku." Selendang Merah berada di hadapan mereka. Mata elangnya membaca semua gerakan tubuh mereka. Kurus-jurus apa saja yang mereka gunakan, sehingga ia bisa mengatasi jurus mereka dengan mudahnya.
Selendang Merah mewaspadai serangan itu dengan jurus air Samudera menggulung karang. Jurus itu ia gabungkan dengan jurus selendang menyapu angin. Sungguh jurus jitu yang lumayan membuat mereka kerepotan menghadapinya.
Ketika mereka bertiga hendak melangkah menyerang, namun mereka terkena hantaman Selendang Merah, sehingga mengenai dada mereka. Mereka terlempar cukup jauh karena serangan itu. Setan Selendang Jingga kematian terkejut melihat itu. Ia tidak menyangka anak buahnya terkena serangan jurus itu.
"Akh!." Ketiganya meringis kesakitan karena serangan itu. Rasa sakit yang merasa rasakan seperti menyerap tenaga dalam mereka. Rasanya tenaga mereka terkuras perlahan-lahan karena mereka terkena dua jurus sekaligus.
"Beraninya kau menyerang mereka." Setan Selendang Jingga kematian semakin marah, ia membalas serangan Selendang Merah. Ia tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Selendang Merah pada ketiga anak buahnya.
"Heh! Katakan pada mereka! Kekuatan seperti itu tidak akan bisa melukaiku!" Selendang Merah telah mewaspadai serangan balik dari setan selendang jingga kematian. Sehingga ia dengan mudah ia menepis serangan itu.
"Sombong! Kau terlalu sombong bedebah busuk!." Hatinya dipenuhi kemarahan yang luar biasa. "Mulut kurang ajarmu itu harus aku cincang! Biar tidak bisa berbicara lagi." Dengan ganasnya ia menyerang Selendang Merah. Ia lampiaskan kemarahannya pada orang yang paling ia benci.
Lagi dan lagi pertarungan diantara mereka terjadi. Jurus-jurus mereka semakin ganas. Meskipun sama-sama wanita, namun tenaga dalam mereka tidak bisa dianggap remeh. Pertarungan itu cukup lama berlangsung, hingga akhirnya selendang merah berhasil memukul mundur setan selendang jingga kematian.
"Akh!." Ia meringis kesakitan karena terkena pukulan dan tendangan ditubuhnya.
"Yunda." Mereka semua yang masih kesakitan mencoba untuk mendekati Setan Selendang Jingga Kematian.
"Bedebah! Ilmu kanuragannya yang ia miliki semakin tinggi." Ia mengeluarkan sumpah serapah. Tubuhnya terasa sakit, hingga ia sedikit kesulitan untuk bergerak.
"Tidak usah kau mengumpat mengeluarkan sumpah serapah yang tidak berguna seperti itu." Selendang Merah menatap muak pada wanita itu. "Jika kau masih penasaran atau tidak suka? Mari kita lanjutkan pertarungan, atau kau terlalu takut berhadapan denganku? Katakan saja kalau kau takut padaku." Lanjutnya dengan senyumannya yang meremehkan.
"Diam kau bedebah busuk!." Setan Selendang Merah benar-benar emosi tingkat tinggi mendengarkan ucapan itu.
Selendang Merah hanya tertawa geli melihat kemarahan yang ditunjukkan Setan Selendang Jingga Kematian. Rasanya ada kepuasan tersendiri baginya membuat orang lain emosi seperti itu pada dirinya.
"Orang itu sangat kurang ajar! Biar aku hadapi dia nini." Setan Tombak Pencabut Nyawa merasa tersinggung dengan itu.
"Benar yunda, aku ingin menghajar wanita kurang ajar yang telah berani merendahkan yunda." Setan Cambuk Neraka juga tidak terima dengan itu.
"Untuk saat ini kita mundur saja, lain kali akan kita habisi dia dengan tangan kita." Ya, ia berjanji akan akan membalas kekalahan itu.
"Awas saja kau bedebah busuk! lain kali kita akan bertemu lagi! Dan saat itu? Akan aku buat mulutmu itu tidak bisa mengeluarkan kata-kata sombong lagi padaku." Hatinya telah dipenuhi oleh rasa dendam dan benci yang semakin bertambah.
"Datang saja sesuka hati yang kau inginkan, aku akan menerima kedatanganku dengan senang hati." Balas Selendang Merah dengan suara yang sangat keras. Karena kelompok Setan Jahat meninggalkan dirinya. "Jangan lupa belajar dengan baik."
Tidak ada tanggapan dari mereka, karena saat itu suasana hati mereka hanya diisi oleh amarah yang membara.
"Delapan belas tahun nukanlah waktu yang singkat untuk dilalui, dan kau datang padaku dengan membuat kelompok kejahatan? Kau itu masih memiliki hati atau tidak? Wanita macam apa kau ini?." Hatinya bertanya-tanya. Ia juga seorang wanita, tetapi tidak wanita yang seperti itu, meninggalkan bekas luka pada orang lain, dan setelah itu pergi sesuka hatinya?. "Aku pasti akan menyelesaikan masalah itu, aku pastikan dia akan mendapatkan hukuman istimewa dariku nantinya." Dalam hatinya telah bersumpah akan melakukan itu. "Tunggu saja saat itu tiba, jika memang kau akan mencariku lagi." Dalam hatinya masih ingat dengan ucapan itu.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Simak dengan baik kisah selanjutnya.
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!