Kalandra Aksa Pratama.
Kalan panggilannya, merupakan putra pertama dari pasangan Kaisar Abian Pratama dan Yasika Gamila Putri. Sejak kecil, Kalan memang seperti sang ayah. Memiliki wajah tampan, pintar, sedikit pendiam dan juga sedikit keras kepala.
Kalan kecil yang dulu selalu menggemaskan itu, kini telah tumbuh menjadi seoarang pemuda tampan dengan pesona yang memikat seperti sang Ayah.
Dulu, di sekolah Kalan memang merupakan salah satu murid terpintar dengan prestasinya yang luar biasa. Kalan - the most wanted sekolah yang digilai hampir semua murid wanita. Mereka menganggap Kalan sebagai cowok yang mendekati kata sempurna. Selain tampan, anak basket, pintar, ia juga salah satu putra dari seorang pengusaha terkenal. Meskipun tak sedikit dari mereka yang menganggap Kalan sebagai cowok dingin tingkat tinggi sama persis seperti ayahnya dulu.
Kalandra Aksa Pratama, pemuda itu sudah menjadi seorang pengusaha di usianya yang masih sangat muda. Untuk kehidupan pribadinya Kalan begitu tertutup, ia juga lelaki yang sedikit pendiam.
Ada hal yang membuat pemuda itu selalu dihantui rasa bersalah selama enam tahun lamanya. Ya, satu kesalahan yang pernah ia lakukan dan satu kesalahan yang begitu ia sesali sampai detik ini.
Enam tahun bukanlah waktu yang sebentar. Selama enam tahun itu pula ia selalu bermimpi buruk. Mimpi yang selalu datang dan membuat rasa bersalah itu semakin besar.
Kalan, pemuda itu sangat berharap jika suatu saat nanti ia akan bisa bertemu kembali dengan seseorang yang pernah ia sakiti hatinya. Ia menyesal, karena suatu kesalahpahaman ia telah membuat orang itu pergi meninggalkannya. Ya, orang itu telah benar-benar menghilang dari kehidupannya. Bahkan sampai detik ini pun ia tidak pernah tahu dimana keberadaan orang yang dulu selalu membuatnya kesal tapi juga selalu membuatnya tersenyum.
"Maaf ...!" Gumamnya pelan dengan mata yang terpejam.
"Pak ...?"
"Maafkan aku."
Pemuda itu mengernyit bingung saat mendapati atasannya kembali seperti sedang bermimpi buruk.
"Pak Kalan, Pak, bangun." Bima sedikit meninggikan nada suaranya sembari menepuk pelan bahu lelaki itu. Katakan lah ia lancang, tapi hanya dengan cara seperti ini ia bisa membangunkan teman sekaligus atasannya itu.
"Kamu.?" Kalan begitu tersentak saat mendengar teriakan seseorang yang membuat telinganya terasa sakit.
"Maaf, Pak." Pemuda itu menunduk. "Apa Bapak bermimpi buruk lagi.?"
Kalan yang belum sepenuhnya sadar hanya bisa mendengkus kesal. "Sekalian aja kamu bangunin saya pake pengeras suara."
Bima menyengir kaku seraya menggaruk tengkuknya. "Maaf kan saya, Pak."
Kalan hanya meliriknya sekilas, lalu dengan segera menoleh menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sepertinya saya tidur terlalu lama?"
"Hem .. apa Bapak mimpi buruk lagi?"
Kalan mendesis, menatap Bima dengan tatapan jengah. Abima Banyu, pemuda yang tak kalah tampan dari Kalan itu adalah adik kelasnya sewaktu masih duduk di bangku SMA. Usia Bima memang lebih muda dari Kalan tiga tahun. Dan sekarang Bima bekerja di perusahaan milik Kalan, lelaki itu kini menjadi sekretaris sekaligus asisten pribadinya dari seorang pengusaha muda bernama Kalandra Aksa Pratama.
Sebagai seorang pemimpin perusahaan, tentu Kalan selalu di sibukkan dengan pekerjaannya. Bahkan Ia hampir tidak pernah mempunyai waktu untuk beristirahat ataupun berkumpul bersama keluarga. Kalan memang laki-laki pekerja keras, ia juga disiplin dan tentunya sangat tegas.
"Jadwal saya selanjutnya apa?"
"Sepertinya hari ini sudah selesai, Pak." Pemuda itu menatap layar ponselnya. "O iya, Pak. Pertemuan kita dengan Pak Ricard sepertinya di undur."
"Kenapa?" Tanya lelaki itu dengan mata menyipit.
"Tadi asisten pribadinya memberi tahu kalau Pak Ricard berangkat ke Paris hari ini. Dan katanya ..." Ia jeda kalimatnya. "Beliau menyuruh keponakannya untuk menggantikan pertemuan kita."
"Keponakan?"
"Ya, Pak. Dan yang saya dengar, keponakannya itu seorang wanita."
"Oh ... " Kepalanya mengangguk. "Oke, tidak masalah. Kapan rencananya kita bertemu dengan mereka?"
"Minggu depan." Kembali Bima memberi tahu. "Karena keponakannya itu masih berada di Paris, dan di perkirakan dia akan tiba lusa."
"Baiklah, jadi kita akan bertemu dengan mereka minggu depan.?"
"Iya, Pak.!" Bersama kepalanya yang mengangguk.
Setelah lama membahas tentang pekerjaan, akhirnya Kalan memutuskan untuk segera pulang. Ia lelah, ia membutuhkan sesuatu untuk menghilangkan rasa lelahnya itu. Tapi setibanya di apartemen, kembali lelaki itu dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang sudah satu minggu ini tidak ia temui.
"Sayang ..." Gadis itu tersenyum lebar, dengan segera menghambur memeluk tubuh lelaki yang sangat di rindukannya itu. "Aku kangen banget sama kamu." Cicitnya dengan manja.
"Kapan kamu kembali?" Tanya Kalan sembari membalas pelukan dari gadis itu.
"Satu jam yang lalu, dan aku langsung datang kemari. Karena aku tahu sebentar lagi kamu pulang."
Kalan tersenyum sembari mengelus rambut itu dengan lembut dan penuh sayang. Pun dengan gadis yang masih betah berada di pelukan kekasihnya itu. Gadis itu sangat bahagia karena ia bisa bertemu kembali dengan lelaki yang mungkin sebentar lagi akan resmi menjadi tunangannya.
Aretha Kanza, gadis yang dari dulu bahkan sampai sekarang masih menjadi kekasih dari seorang Kalandra. Hubungan mereka berdua bisa di bilang sudah terjalin dengan sangat lama. Mempunyai hubungan di saat mereka berdua masih duduk di bangku sekolah. Retha biasa gadis itu di panggil, adalah gadis yang sangat cantik, pintar dan tentunya dari keluarga terpandang. Kalan begitu mengagumi sosok Retha dari dulu. Bagi Kalan, Retha adalah cinta pertama untuknya. Apapun demi Retha, semua akan Kalan lakukan demi untuk membuat Retha tersenyum dan bahagia.
Begitu pun dengan kisah masa lalunya dulu yang membuat ia harus kehilangan sahabat kecilnya hanya karena melihat Retha-nya menangis.
"O iya, Sayang." Gadis itu menatap Kalan dari bawah. "Kamu masih ingat Mario?"
"Mario?" Tanya Kalan dengan dahi mengkerut.
"Hem .. teman SMA kita dulu."
"Oh .. aku ingat. Memangnya kenapa?"
"Kemarin secara tidak sengaja aku bertemu dengan dia di Bandung. Dan kamu tahu ..." ada jeda di sela kalimatnya. "Bulan depan sekolah kita akan mengadakan acara reuni. Aku mau kita datang. Ya, pliss ...!" pinta Retha dengan tatapan memohon.
Kalan tersenyum tipis. "Baiklah, kalo itu mau kamu."
"Sayang ..." Seru Retha dengan manja. "Makasih ya?" Ujarnya lagi bersama pelukannya yang semakin mengerat.
Begitulah Kalan, satu-satunya orang yang mampu membuat lelaki itu tidak bisa menolak hanyalah Retha. Bahkan demi Retha, ia sampai kehilangan teman masa kecilnya itu.
Ah .. apa kabarnya dia? kenapa tiba-tiba wajah polos yang selalu mengenakan kacamata itu terlintas di kepalanya begitu saja.
"Sayang, kamu masih ingat Gadis kan?" Tanya Retha kembali seraya menatap wajah kekasihnya yang sekarang tampak sedikit menegang kaku.
"Gadis?" Gumamnya pelan. "Maksud kamu?" Entah kenapa saat mendengar nama Gadis, dadanya tiba-tiba saja berdebar kencang tidak seperti biasanya. Ia yakin kalau Gadis yang Retha maksud itu adalah Gadis Ayunda. Teman masa kecilnya yang sekarang entah dimana.
"Yang aku denger dari Mario, ternyata selama ini Gadis itu tinggal di Paris." Ujarnya kemudian yang membuat Kalan semakin menegang saat mendengarnya. "Aku seneng banget pas denger kabarnya Gadis dari Mario. Aku juga penasaran seperti apa Gadis sekarang ya?"
Gadis?
Ya Tuhan ... Jadi selama ini dia tinggal di Paris?
Bukan hanya kamu saja yang penasaran? tapi aku juga lebih penasaran.
...*****...
Hai .. apa kabarnya?
Ini cerita terbarunya aku di tahun baru ini Yess ..
Semoga suka sama cerita yang aku buat ..
Seperti biasa, aku mau minta like, komen, vote, share dan tekan tanda ❤ di bawah ya?
Jangan lupa Follow Ig aku yuk?
@hakimparida
Makasih semua ..
Next part berikutnya ...
"Dis ... cukup! udah berapa kali aku bilang sama kamu untuk berhenti." Sentak Kalan yang seketika membuat gadis itu berjengit kaget.
"Berhenti bilang cinta sama aku, berhenti ngejar aku, dan berhenti gangguin aku. Karena sampai kapanpun aku gak akan pernah jatuh cinta sama kamu."
"Tapi ... Kalan, aku benar-benar jatuh cinta sama kamu."
"Stop aku bilang.!" Bukan hanya Gadis saja yang terkejut, bahkan ada beberapa pasang mata yang juga sama terkejutnya sedang menyaksikan perdebatan mereka berdua di dalam kelas itu.
Seorang Kalan marah?
Dan mereka baru mengetahui kalau cowok yang mereka kenal sangat cool, santai, pendiam dan tidak banyak bicara seperti itu bisa marah juga. Tentu hal itu membuat sebagian orang ingin mengabadikan momen-momen langka seperti ini. Apalagi yang sedang lelaki itu marahi adalah seorang wanita, yang tak lain adalah Gadis, yang mereka ketahui sebagai teman dari Kalan dan juga Retha.
"Ingat." Kalan menunjuk gadis itu dengan telunjuknya serta mata berkilat amarah. "Aku mencintai Retha, dan aku ulangi sekali lagi, kalo sampai kapanpun aku gak akan pernah jatuh cinta sama kamu."
"Ka-lan ..." Bibirnya bergetar. Tidak perduli lagi dengan tatapan orang-orang di sekitarnya, akhirnya ia kalah dan menangis juga.
Gadis Ayunda adalah gadis yang kuat. Dan itu yang mereka ketahui. Tapi sekarang melihat gadis itu menangis tentu membuat teman satu kelasnya merasa kebingungan. Mereka sangat mengenal Gadis dengan baik, Gadis bukanlah orang yang lemah dan gampang menyerah. Meskipun Gadis adalah seorang kutu buku dan berpenampilan jauh dari teman-temannya yang lain, tapi ia tidak pernah merasa malu apalagi minder.
"Berhenti gangguin aku sama Retha."
"Gara-gara kamu Retha terluka dan menangis."
"Lebih baik sekarang kamu jauh-jauh dari aku."
"Jangan dekati aku."
"Aku benci kamu, Dis.!"
"Pergi, Dis ... Pergi!"
...******...
"Gadis ...?"
"Ya Tuhan ..." Gadis yang sedang melamun itu tersentak. "Kenapa sih datang-datang ngagetin aja?" Dengusnya kesal. Sudah menjadi kebiasaan untuk seorang Marta mengganggu ketenangan sahabatnya itu.
"Yee ... lagian elo sendiri yang melamun." Ujar Marta sembari duduk di sebelah gadis itu sekarang. "Mikirin apaan sih?" Tanyanya lagi sembari membuka kaleng minuman dingin itu.
Gadis melirik sekilas, lalu meraih gelas berisi air mineral itu dan menenggaknya hingga tandas. Entah kenapa tenggorokannya terasa kering saat kejadian beberapa tahun lalu itu kembali berputar di kepalanya. Ada banyak hal yang sekarang ia pikiran, dan salah satunya adalah tentang permintaan sang Paman yang menyuruhnya untuk kembali ke Indonesia. Ya, Indonesia. Satu-satunya negara yang ia hindari selama enam tahun ini.
Selama enam tahun lamanya gadis itu matian-matian mengubur semua kenangan masa lalunya. Masa lalu yang indah tapi juga menyakitkan. Meskipun terasa berat dan sulit, tapi Gadis bisa melewatinya dengan baik. Enam tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dirinya menata kembali kehidupannya jauh berada dari orang-orang yang menyayanginya selama tinggal di Negara-nya sendiri.
Keputusannya untuk meninggalkan Indonesia dan memilih menetap di Negara orang adalah kesempatan dan keinginannya sendiri, meskipun dulu ia pindah secara mendadak. Tidak ada satupun orang yang mengetahui tentang kepindahannya itu. Termasuk dengan Bunda Yasika, Om Kai dan tentunya Kalan. Gadis memilih pergi tanpa memberi tahu mereka.
Bagi Gadis, keluarga Kalan adalah keluarga kedua baginya. Bunda Yasika dan Om Kai sangat menyayanginya, mereka berdua sudah menganggap Gadis seperti putrinya sendiri. Dan Gadis sangat merasa bersalah ketika ia pergi tidak berpamitan terlebih dahulu.
Berat,
Keputusan sang Paman yang telah ikut membesarkan dan membiayai sekolahnya selama berada di Paris tidak bisa ia tolak begitu saja. Gadis begitu menghormati Pamannya itu. Bagi Gadis, Ricard Calvin adalah sosok pengganti ayahnya yang sudah lama meninggal. Ricard Calvin adalah salah satu pengusaha yang namanya sudah sangat terkenal di kalangan para pengusaha dan pembisnis. Dan perusahaannya pun sudah mempunyai beberapa anak cabang di berbagai Negara dan salah satunya adalah Indonesia. Dan lelaki paruh baya itu memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada Gadis untuk mengurus perusahaan yang ada di Jakarta selama enam bulan lamanya. Karena selama berada di Paris, Ricard telah mengetahui cara kinerja Gadis selama bekerja di perusahaan miliknya. Gadis adalah gadis yang rajin, tekun, pekerja keras, jujur dan sangat bertanggung jawab.
"Aku bingung, Ta." Ujar gadis seraya memainkan ujung gelas itu dengan telunjuknya. "Paman Ricard nyuruh aku buat balik ke Jakarta."
"Hah ... serius?" Marta begitu terkejut, wanita itu sudah mengenal Gadis sejak lama dan mengetahui tentang rahasianya selama ini. "Kenapa Jakarta?"
Bahu Gadis mengedik. "Selama Paman disini, aku yang di suruh buat gantiin posisi dia disana."
"Wah .. kalo itu sih bagus, Dis." Seru wanita berambut kecoklatan itu dengan antusias.
Gadis mendesis seraya memutar kedua bola matanya malas. "Apanya yang bagus sih, Ta? Kamu tahu kan kalo aku gak mau balik lagi ke Jakarta." Dengan susah payah ia berusaha untuk melupakan semua kenangannya itu, tapi di tahun ke enam ini ia harus kembali membuka kenangan yang sudah tertutup rapat selama ini.
Bukan kenangan masa kecilnya yang ingin ia lupakan. Justru kenangan itulah yang membuat Gadis tidak bisa melupakan tempat kelahirannya itu. Tetapi ada kenangan yang ingin ia kubur dalam-dalam, kenangan dimana saat itu ia masih bersama dengan Kalan. Gadis bukanlah gadis yang pendendam. Sungguh, kalau pun boleh jujur ia sudah memaafkan Kalan dari dulu. Gadis mengerti apa yang telah membuat lelaki itu marah sampai mengeluarkan kata-kata kasar yang membuat hatinya sakit, semua itu Kalan lakukan semata-mata karena hanya wanita yang sangat dicintainya.
Ya, karena Gadis tahu kalau Kalan begitu mencintai Retha.
Siapa pun orangnya, pasti mereka akan bersikap seperti Kalan kalau melihat orang yang di cintainya menangis. Dan hal itu juga berlaku untuk dirinya sendiri, ia memutuskan untuk pergi jauh dari Kalan hanya untuk membuat lelaki itu bahagia. Karena tanpa adanya Gadis disisi lelaki itu, Kalan akan bahagia dan hidup dengan tenang.
Kadang Gadis merasa kalau dirinya adalah gadis yang paling bodoh di dunia ini. Dan tanpa tahu malunya ia selalu mengungkapkan perasaan sukanya secara berkali-kali kepada Kalan meskipun reaksi cowok itu selalu sama. Masa bodo dan tidak perduli. Dingin dan menganggap Gadis hanyalah gadis bodoh. Tetapi tidak ada kata menyerah meskipun ia sudah sepuluh kali di tolak oleh lelaki itu. Karena bagi Gadis, Kalan adalah satu-satunya lelaki yang bisa membuat dadanya berdebar kencang setiap hari. Kalan adalah satu-satunya lelaki yang selalu datang dalam mimpinya. Dan Kalan adalah satu-satunya lelaki yang bisa membuatnya selalu merasa bodoh.
Ck .!
Gadis mencintai Kalan, dan ia akui itu. Gadis marah, ia cemburu, bahkan ia merasa tersingkirkan saat Kalan secara terang-terangan menyatakan perasaan cintanya untuk gadis lain. Dan disitulah awal mulanya selalu terjadi kesalahpahaman di antara mereka bertiga.
Gadis yang tidak mengenal kata menyerah, pada hari itu ia memutuskan untuk menyerah. Gadis yang selalu kuat akan ledekan teman-temannya ketika di sekolah, pada hari itu ia kalah. Gadis yang selalu berusaha tegar dan tidak menangis, maka pada hari itu ia lemah. Dan Gadis yang dulu selalu berusaha mengejar cintanya Kalan, maka pada hari itu juga ia memutuskan untuk mundur.
"Aku takut, Ta." Ujarnya lirih. "Aku terlalu takut untuk bertemu dengan orang-orang yang selama ini aku hindari."
"Dis ..." Marta memegang tangan sahabatnya itu. "Apa yang lo takutin sih? lo itu cuma takut bertemu Kalan, kan?"
Gadis menoleh, menatap Marta dengan pandangan yang sulit di tebak. Antara sedih, takut, atau justru ia senang bisa kembali lagi ke Jakarta dan bertemu dengan Cowok itu.
"Lo takut ketemu sama tuh cowok, karena lo masih suka sama dia. Kan?" Ujar Marta bersungut-sungut.
"Ish ... " Gadis mendesis. "Apaan sih?"
"Alah ... ngaku aja deh, lo?" Kembali Marta meledek sahabatnya itu. "Gue jadi penasaran, seperti apa sih tampangnya cowok itu?"
Seperti apa?
Gadis tidak menjawab, ia hanya terdiam dengan pikiran melayang entah kemana. Memikirkan tentang Kalan, ada perasaan rindu yang tiba-tiba saja datang menghampiri seluruh kepala dan tubuhnya.
Apa kabarnya dia?
Seperti apa dia sekarang?
Dan apakah dia sudah menikah bersama Retha?
Ya Tuhan ... Apa yang aku pikirkan?
Gadis menutup matanya rapat-rapat, berharap agar bayangan lelaki itu hilang dari kepalanya.
...*****...
Bersambung ..
Next part berikutnya yess ..
Jangan lupa tinggalkan like, komen dan votenya juga ya?
Makasih buat semua yang sudah mampir baca ceritanya aku ..
Semoga suka ...
Sehat-sehat selalu ..
❤❤🧡
"Bagaimana, Dis? apa kamu bersedia menggantikan pekerjaan Paman di Jakarta?"
Gadis menatap wajah lelaki paru baya itu dengan seksama. Rasa untuk menolak rasanya tidak mungkin, apalagi ia ingat dengan semua kebaikan Pamannya itu selama ini. "Baiklah Paman, aku bersedia." Ujarnya lagi disertai dengan senyuman lebar yang menghiasi bibir ranumnya.
Sang Paman pun membalas senyumannya. "Kalau begitu Paman akan segera mengurus segala keperluan kamu selama tinggal di Jakarta, termasuk dengan persiapan keberangkatan kamu besok, Paman akan segera menyuruh orang untuk memesan tiket pesawat hari ini juga."
Besok? Jadi secepat itu ia akan kembali menginjakkan kakinya disana?
Begitu lah Gadis, ia tidak akan pernah bisa menolak jika sang Paman yang sudah meminta. Apapun akan Gadis lakukan untuk membalas rasa terima kasihnya kepada orang yang sudah baik dan mau menjaganya selama tinggal di Paris.
Semalaman Gadis berpikir, bahkan ia sampai tidak bisa tertidur karena memikirkan tentang permintaan Pamannya itu. Dan keputusan untuk menerima tawaran Pamannya itu sudah ia pikirkan matang-matang. Meskipun rasanya enggan, tapi Gadis harus melakukannya. Ya, tidak ada salahnya jika ia kembali lagi ke Negara-nya sendiri. Lagi pula niatnya kembali ke Jakarta hanya untuk bekerja, bukan untuk membuka kenangan lama atau mengejar cinta monyetnya kembali.
Dan satu hal lagi yang harus Gadis persiapkan dengan baik, yaitu soal hati dan perasaan. Tidak menutup kemungkinan kalau suatu saat nanti ia akan bertemu kembali dengan orang-orang yang mengenalnya disana. Termasuk dengan pemuda itu, yang tak lain adalah Kalandra.
Laki-laki yang selama enam tahun ini berusaha untuk ia lupakan.
"Paman percaya sama kamu, Paman yakin kamu akan bisa mengendalikan perusahaan dengan baik." Kata Pamannya itu yang membuat Gadis merasa dihargai. Tidak sia-sia perjuangannya selama ini yang telah bekerja dengan keras untuk bisa mengelola perusahaan milik Pamannya itu agar bisa lebih maju dan berkembang.
Dan itulah Gadis, si gadis kutu buku yang sedikit culun pada waktu sekolah dulu bisa menjadi seorang pemimpin perusahaan. Tidak akan ada orang yang percaya dengan Gadis yang dulu selalu memakai kacamata dan berpenampilan sederhana itu kini telah berubah menjadi seorang Gadis yang sangat cantik dan juga menarik.
...*****...
"Jadi kamu akan kembali ke Jakarta?"
"Hem ..." Jawab Gadis bersama kepalanya yang mengangguk. "Besok aku berangkat."
Lelaki itu menghela napas berat. Di tatapnya dalam gadis yang sekarang sedang duduk di hadapannya itu dengan raut kecewa. Enam bulan bukanlah waktu yang sebentar, dan selama enam bulan itu juga ia akan berpisah dan tidak bertemu dengan kekasih hatinya.
"Dis, apa kamu tidak bisa menolak? aku yakin Om Ricard akan mengerti jika kamu bicara sama dia secara baik-baik."
Kepala mungil itu menggeleng. "Enggak. Bian."
"Kenapa?"
"Karena hanya dengan ini, aku bisa membalas rasa terimakasih ku kepada Paman. Lagian tidak ada salahnya juga kan, aku disana tidak akan lama. Hanya enam bulan, setelah Paman menyelesaikan pekerjaannya disini maka aku akan kembali lagi kesini." Jelas Gadis yang membuat lelaki itu tidak bisa lagi untuk memaksa.
Bianura Pradisa, lelaki tampan keturunan Indo-Perancis itu sangat mengenal sosok Gadis dengan sangat baik. Ia tahu seperti apa sifat dari gadisnya itu. Gadis memang sedikit keras kepala, dan selalu mementingkan perasaan orang lain ketimbang dengan dirinya sendiri, tapi di balik sifat kerasnya itu, Gadis mempunyai sifat yang membuat lelaki itu jatuh cinta dari pertama ia mengenal Gadis.
Selain cantik dan pintar, Gadis adalah sosok pekerja keras dan tidak pernah gampang untuk menyerah.
Bian, begitu lelaki itu selalu di panggil. Menjadi kekasih dari seorang Gadis Ayunda adalah hal terindah yang ia dapatkan dalam hidupnya. Perjuangannya untuk bisa membuat gadis itu menerima cintanya pun begitu amat sulit. Bian, lelaki yang selama dua tahun lamanya terus bersabar dan tidak pernah menyerah untuk mendapatkan cinta gadis itu. Segala usaha telah ia lakukan untuk bisa membuat Gadis jatuh cinta padanya. Hingga akhirnya, Gadis pun luluh dan mau memberinya kesempatan untuk bisa menjadi kekasihnya.
"Dis, aku akan sangat merindukanmu." Lelaki itu berujar lirih.
"Aku juga Bian. Tapi kita masih bisa menjalin komunikasi kan?"
"Enam bulan itu terlalu lama buat aku."
Gadis pun tersenyum, lalu meraih tangan lelaki itu dan menggenggamnya erat. "Enam bulan itu gak akan lama, kalo kita menjalin komunikasi dengan baik."
"Apa sebaiknya aku melamar kamu dulu?" Tanya lelaki itu yang membuat Gadis terkekeh saat mendengarnya.
"Kamu serius?"
"Iya." Kepala lelaki itu mengangguk. "Aku serius, Dis. Karena aku takut kehilangan kamu."
"Tapi Bian ... " Ia jeda kalimatnya sebentar. "Kamu ngerti kan maksud aku?"
Bian menghela napas pelan. Lelaki itu tentunya tahu apa Jawaban yang akan di berikan oleh Gadis. Dan hasilnya pun masih tetap sama. Bukan hanya sekali, lelaki itu sudah berkali-kali mengatakan kalau ia ingin melamar dan menikahi Gadis secepatnya. Tetapi seperti yang sudah-sudah, kalau Gadis akan kembali menolaknya dengan alasan pekerjaan dan cita-citanya selama ini. Usia Gadis memang terbilang masih muda, dan Gadis sendiri menginginkan pernikahannya itu terjadi saat usianya menginjak dua puluh tujuh tahun ke atas.
"Baiklah, aku akan selalu setia menunggu kamu."
Dan itulah Bian, si lelaki penyabar yang begitu mencintai Gadis.
Gadis Ayunda, adalah gadis yang sangat beruntung bisa mendapatkan seorang pengusaha muda dengan wajah tampan seperti Bianura Pradisa. Bian adalah lelaki yang sangat sibuk, tapi demi Gadis, demi wanita yang dicintainya ia akan selalu ada.
Bian akan selalu meluangkan waktunya untuk Gadis meskipun pekerjaannya menumpuk. Dan itulah yang terkadang membuat Gadis merasa bersalah. Bian terlalu baik, dan Bian terlalu sempurna untuk seorang gadis sepertinya.
Bian pun selalu menolak setiap kali ada wanita yang mendekatinya. Bian juga menolak dengan keras saat kedua orangtuanya ingin menjodohkannya dengan salah satu anak dari kenalan mereka. Dan seperti biasa, kedua orangtuanya pun hanya bisa mengalah saat anak laki-lakinya itu kembali menolak permintaannya untuk segera menikah.
Dan alasan yang diberikan Bian tetap sama, yaitu ingin menunggu Gadis-nya.
Setelah menghabiskan waktu beberapa jam berada di sebuah Kafe, akhirnya Bian mengantarkan Gadis pulang kerumahnya. Bian ingin membantu Gadis untuk mengemas semua barang bawaan yang akan gadis itu bawa besok. Meskipun dengan berat hati karena besok mereka akan berpisah, tapi Bian akan tetap membiarkan Gadis pergi jauh dari sisinya untuk sementara waktu.
Demi Gadis, dan demi pekerjaannya itu.
Hanya enam bulan. Ya, selama enam bulan itu Bian akan berusaha menahan perasaan rindunya terhadap Gadis.
Bianura tidak ingin kehilangan Gadis untuk yang kedua kalinya. Tidak, kejadian waktu itu tidak akan pernah terulang kembali. Dan sekarang ia berjanji tidak akan pernah melepaskan gadis itu kembali.
Dulu,
Satu tahun yang lalu hubungan yang mereka jalin sempat berakhir karena sebuah kesalahpahaman yang terjadi karena termakan hasutan dari teman wanitanya. Dan Bian tidak akan pernah melakukan kesalahan itu lagi. Karena sifatnya yang pecemburu dan terlalu mengekang Gadis, akhirnya ia kehilangan Gadis. Dan hal itu tentu saja membuat Bian merasa sangat menyesal.
Menuduh Gadis-nya telah berselingkuh dengan laki-laki lain. Bian menyesal, karena kebodohannya sendiri ia hampir gila karena Gadis memilih untuk mengakhiri hubungannya.
"Aku akan sangat merindukanmu."
"Aku juga."
Balas Gadis seraya membalas pelukan lelaki itu sama eratnya. Tapi saat matanya terpejam dalam pelukan lelaki itu, tiba-tiba saja Gadis tersentak membuat Bian pun sedikit terkejut.
"Kamu kenapa?"
"Hah?" Ia gugup, lalu menggelengkan kepalanya agar lelaki itu tidak bertanya lebih dalam lagi. "Aku gak papa, kok." Gadis tersenyum, lalu kembali memeluk tubuh lelaki itu.
Entah kenapa dan datangnya darimana, Gadis pun bingung, di saat ia sedang memeluk Bian, justru yang muncul kehadapannya adalah bayangan orang lain. Bayangan seorang laki-laki yang selama enam tahun ini tidak pernah ia temui.
Kalan ...
Wajah lelaki itu begitu tampak jelas dan nyata.
*Ya ... Tuhan, apa yang aku pikirkan?
...****************...
Next part berikutnya yess* ...
Jangan lupa like, komen, vote, dan simpan sebagai cerita favorit ya?
Jangan lupa Follow Ig aku juga yuk?
@hakimparida
Makasih ... 🤗❤❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!