Awal dari hancurnya kehidupan seorang gadis bernama Nayara Valerie , gadis cantik yang baik hati, penyayang, dan kuat. Yang di adopsi oleh tetua keluarga besar Todd, Davis Todd. Yara tiba tiba saja di khianati oleh semua orang keluarga Besar Todd.
Sebuah pesta pertunangan yang sangat megah tengah di gelar di kediaman keluarga besar Todd. Kini semua orang nampak sangat iri kepada cucu angkat dari mendiang Davis Todd yaitu Nayara Valerie, yang akan bertunangan dengan Darren Todd cucu kandung dari mendiang Davis Todd.
Meskipun mereka iri, tapi mereka tidak dapat berkata apa apa, apa lagi pertunangan itu adalah keinginan dari mendiang Davis. Namun demikian, justru hal itu di manfaatkan oleh Darren untuk menguasai seluruh harta peninggalan kakek nya itu.
"Baiklah, karena pertunangan ini akan segera di selenggarakan. Mari kita panggil pemeran utama malam ini. Calon istri dari Darren yang juga calon sepupu kami. Nayara Valerie." Ucap Robinson Todd, sepupu Darren.
Semua orang bertepuk tangan, namun wanita yang di sebut nama nya itu tidak muncul juga dan membuat semua orang kebingungan.
" Eee... Mana sepupu kita. Danica, coba kamu lihat di kamar, mungkin sepupu kita belum siap. " Ucap Robin lagi..
" Baik kak."
Danica ini adalah adik dari Robinson Todd, sepupu Darren Todd.
Danica pergi dan memasuki kamar Yara untuk memanggilnya, namun tak lama Danica justru lari dengan panik, dan langsung membuat semua orang heboh.
" Kak Darren, Nayara tidak ada.. dia hanya meninggalkan sepucuk surat ini." Ucap nya dengan tergesa gesa.
Darren sengaja membaca isi surat itu dengan suara yang keras di hadapan semua orang.
" Kak Darren.. Maaf kan aku aku tidak bisa bertunangan dengan mu, Karena aku lebih suka kebebasan.." Ucap Daren dengan nada keras namun pura pura sedih.
" Apa apa an anak itu, tidak tahu balas Budi sekali dia. Begini kah caranya memperlakukan keluarga Todd kita.!!" Ucap Tsania, Ibu dari Darren.
Semua orang langsung heboh, dan mencemooh Nayara. Tidak disangka selain dia sudah menumpang hidup enak, juga sangat murahan.
" Bibi, lihat ini.. Teman ku mengirimi ku foto, Nayara sedang berada di hotel dengan seorang pria tidak di kenal." Danica memperlihatkan sebuah foto.
" Dasar Pel*cur kecil tidak tahu diri.!! Dia pasti sudah menjual tubuh nya. Padahal keluarga ini selalu mendukung keuangan nya. Darren yang malang." Tsania membanting handphone milik Danica.
" Ibu, itu pasti sebuah jebakan.. Nayara ku tidak mungkin melakukan hal itu." Ucap Darren, berpura pura membela Yara.
" Kau mau membela anak itu lagi.?!! Dia sudah menghianati mu dan keluarga Todd kita. Mulai sekarang dia tidak ada hubungan apa apa lagi dengan keluarga ini. Pembuat malu.!!" Ucap Carig yang selaku kepala keluarga sekarang.
Semua orang menatap kasian pada Darren yang di khianati Nayara. Tanpa mereka sadari justru tersungging senyuman jahat dari wajah mereka. Pesta pertunangan itu pun gagal, dan tamu tamu pun berpergian.
" Berhasil.! Kita sudah terbebas dari benalu itu, sekarang setengah harta milik ayah sepenuh nya jatuh di tangan Darren. Karena semua orang menganggap Nayara yang berkhianat pada Darren." Ucap Tsania antusias dan bangga.
"Entah apa yang terjadi dengan gadis itu di hotel. Aku menyuruh orang suruhan ku untuk memasukkan dia ke sembarang kamar di hotel itu." Darren langsung menunjukan sifat aslinya.
" Bagaimana caranya kau memasukan dia ke sembarang kamar.? Itu bukan hotel milik kita." Ucap Carig Todd bingung.
" Tentu saja karena orang suruhan ku ini adalah pekerja di hotel itu. Ayah dan ibu tenang saja, gadis itu tidak akan pernah kembali ke rumah ini. " Ucap Darren yakin.
Di tempat lain..
Gadis yang sedang di per gunjingkan semua orang itu kini sedang berbaring di dalam sebuah kamar hotel dengan desain yang bagus dan juga kamar yang sangat luas di yakini itu adalah kamar Royal suite. Yang merupakan kamar khusus pengguna VVIP di sana.
" Ugh.. Para orang jahat itu.. Beraninya mereka memukul kepala ku."
( Bicara dalam hati )
Yara membuka matanya perlahan dan terlihat seorang pria dengan wajah yang sangat tampan menghadap ke jendela. Yara yakin itu bukan Darren dan bukan pria pria yang memukul nya tadi.
Yara mengumpulkan kesadaran nya, karena kepalanya di pukul sampai berdarah oleh orang suruhan Darren membuat nya terasa pusing berkunang kunang. Setelah ia berhasil duduk, ia memegangi kepalanya yang ternyata sudah di perban.
" Siapa kau.?" Tanya Yara kepada pria itu.
Pria yang tadi menghadap ke jendela kini kini berbalik menghadap kearah nya dengan wajah tanpa ekspresi.
"Seharusnya aku yang bertanya, siapa kau.?" Tanya pria itu kembali.
Yara bingung, pertanyaan nya di jawab pertanyaan. Ia melihat ke sekeliling nya, terlihat tisu dan kapas bekas noda darah yang berserakah di mana mana.
" Apa kau yang menolongku.? Terimakasih." Ucap Yara lirih.
Ethan berjalan kearah Yara, dan berdiri di depan nya.
" Apa kau seorang buronan.? Atau kau wanita bayaran yang kabur.? Atau kau.. "
" Bukan.! Aku di culik seseorang, hari ini hari pertunangan ku, tapi aku di culik. Terimakasih sudah menyelamatkan hidup ku. Aku berhutang nyawa padamu." Ucap Yara yang memotong perkataan pria itu.
" Baguslah.. Setidaknya tidak mengotori nama baik ku. Keluarlah jika kau sudah baikan." Ucap nya tegas.
" Baik, sekali lagi terimakasih." Ucap Yara sembari bangkit dari duduk nya.
" Kalau bisa, jangan sampai kau ketahuan orang lain saat keluar dari kamar ini, Aku benci kebisingan." Ucap pria itu lagi.
" Tenang saja. " Yara mengangguk.
Yara bangkit dari duduk nya dan berusaha jalan menuju pintu keluar. Namun karena tidak kuat, ia pun terjatuh.
" Kau bisa jalan atau tidak.?"
Ethan langsung menangkap tubuh Yara yang hampir terjatuh.
" Aku bisa, maaf merepotkan." Yara melepaskan tangan pria itu dari tubuhnya.
Yara mengumpulkan seluruh kekuatan nya, lalu berjalan keluar dari kamar hotel VVIP yang di tinggali pria tak di kenal itu.
Setelah keluar dari kamar itu, Yara berjalan sempoyongan sambil memegangi kepalanya. pakaian nya masih pakaian yang seharusnya ia gunakan untuk acara pertunangan nya itu. Tanpa ia sadari semua orang tengah menatap nya Jijik.
"Kak Darren pasti khawatir mencari ku. Aku harus cepat cepat pulang ke rumah."
Yara tidak memperhatikan papan iklan yang memperlihatkan dirinya di fitnah menjual diri di hari pertunangan nya, Sampai seseorang berkata tepat di depan nya.
" Wah.. wah.. Ini kan pemeran utama di berita terpanas itu. Ternyata cuma wanita murahan, masih berani berpikir untuk menikah dengan Darren." Ucap Megan, Megan adalah pacar Darren yang di sembunyikan selama ini.
" Apa maksudmu Megan?"
"Maksudku.? apakah papan iklan sebesar masih kurang jelas di mata mu.?" Megan menunjuk ke satu papan iklan.
Yara menyipit kan mata nya dan memandangi papan iklan yang tersebar di sepanjang jalan. Di sana tertulis bahwa Nayara Valerie cucu angkat dari keluarga Todd, ketahuan menjual diri di hari pertunangan nya. Di sana juga terdapat foto yang memperlihatkan Yara sedang di papah seorang pria asing.
" Apa apa an ini.?" Yara tidak percaya dengan apa yang di lihat nya.
" Cih, berlaga tidak tahu. Gadis murahan sepertimu, tidak cocok dengan Darren.! Pergi kau.!!" Megan mendorong Yara hingga Yara terjatuh.
Seperti tersambar petir di siang bolong, Yara tidak mengerti dengan apa yang terjadi, mengapa tiba tiba ada berita yang menjijikan tentang dirinya seperti itu. Raya tidak menghiraukan perkataan Megan, Ia pergi dari hadapan Megan menuju kediaman Todd menggunakan taksi.
Sepanjang jalan ia melihat papan iklan yang memperlihatkan dirinya dengan seorang pria tak di kenal. Sesampainya di kediaman Todd, Yara turun dari taksi. karena ia tak punya uang, ia memberikan satu satu nya perhiasan yang menempel pada tubuh nya, berupa kalung berlian kecil.
" Wanita murahan.!!! Berani sekali kau kembali ke rumah ini.!" Tsania menampar Yara hingga Yara terjatuh.
TO BE CONTINUED...
Yara di Tampar dan di dorong kasar oleh Tsania hingga terjatuh di depan rumah itu.
" Bibi, itu semua salah paham. Aku sama sekali tidak seperti yang di beritakan. Aku di culik seseorang, pasti orang itu sengaja ingin menggagalkan pertunangan ku dengan kak Darren." Yara mencoba meyakinkan bibinya dengan memegangi tangan ibinya.
" Tidak perduli kabar itu benar atau tidak, Kau sudah membuat malu keluarga Todd. Dan juga kau sudah membuat malu Darren. Kau.! Pergi dari rumah ini, mulai sekarang kau bukan anggota keluarga Todd kami." Tsania kembali mendorong Yara hingga jatuh.
" Bibi tunggu.. Ugh.."
Tsania membanting pintu masuk rumah nya dan menguncinya dari dalam. Sementara Yara kini sedang kesakitan karena luka yang baru di perban itu kembali terbuka akibat dorongan Tsania.
" Bibi.. kak Darren, tolong buka pintunya. Ini sungguh tidak seperti apa yang kakak pikirkan. Aku tidak melakukan hal itu, aku di culik." Teriak Yara dari luar rumah.
Tak perduli seberapa keras Yara berteriak , tak ada yang membuka kan pintu rumah itu. Hingga hujan turun, akhirnya Yara bangun dari duduk nya dan pergi dari rumah itu. Yara bingung harus kemana, di tambah ia juga tidak memiliki uang sama sekali.
"Aku harus kemana.. kenapa tidak ada yang percaya padaku." Yara merasa frustasi.
Yara yang malang, ia tidak mengetahui bahwa semua itu justru rencana Darren dan seluruh keluarga nya.
Semua orang menatap kasihan sekaligus jijik kepada Yara yang terlihat kacau, karena kondisinya yang begitu memperihatin kan. Luka di kepala nya terbuka hingga perban yang putih itu berubah menjadi merah akibat darah, dan gaun putih yang ia kenakan juga terkena noda darah .
Yara teringat dengan panti asuhan yang dulu menampung nya sebelum dia di adopsi oleh mendiang Davis Todd. Untung nya Yara masih berhubungan baik dengan para tetua di panti asuhan itu. Kini Yara dengan tenaga yang tersisa menyusuri jalan menuju panti asuhan.
Sepanjang jalan ia berusaha untuk tetap sadar agar tidak pingsan di jalan. kini gaun putih yang ia gunakan sudah tidak terlihat putih lagi karena tercemari oleh noda darah dan air hujan yang mengotori nya. Untung nya ia berhasil sampai di depan panti asuhan itu sebelum akhir nya pingsan.
Ke esokan harinya..
Yara terbangun karena mendengar suara gemericik air. Ia membuka matanya dan terlihat seorang suster yang sedang memeras handuk untuk mengompres kepala nya.
"Suster Lilith.. " Ucap Yara lemah.
" Kamu sudah sadar Yara, bagaimana kondisimu.? " Ucap suster Lilith dengan antusias.
" Yara baik baik saja suster. Terimakasih karena sudah menyelamatkan Yara."
" Apa pun yang terjadi, Pintu panti asuhan ini selalu terbuka untuk mu. Bisa ceritakan kepada suster apa yang terjadi.?" Suster Lilith menggenggam tangan Yara.
"Yara di fitnah suster, ada orang yang dengan sengaja menjebak Yara . Sekarang keluarga kak Darren sudah tidak percaya kepada Yara lagi." Tiba tiba tangis Yara pecah.
" Lalu bagaimana dengan pertunangan mu.?"
Lilith menghapus air mata Yara.
" Sudah berakhir, tidak ada yang percaya pada Yara lagi."
" Yara ku yang malang.. meskipun seluruh dunia membenci Yara, suster selalu percaya kepada Yara . Yara adalah anak baik. Istirahat lah, kamu sudah tidak sadar selama tiga hari."
" Tiga hari.?" Ucap Yara tidak percaya
" Benar, kamu harus istirahat supaya cepat sembuh. Suster harus mengurus hal lain." Suster mengusap kepala Yara.
" Terimakasih sus." Ucap Yara.
Lilith pergi dari sana, meninggalkan Yara di dalam kamar sendirian. Yara mengingat semua yang terjadi.. Rasanya seperti mimpi tiba tiba semua orang membencinya.
" Aku harus menemui kak Darren, aku harus menjelaskan ini padanya."
Yara bangun dari tempat tidur nya, ia melihat pakaian nya adalah milik salah satu anak laki laki yang seumuran Yara di panti itu.
" Bahkan baju pun aku meminjam milik orang lain."
Yara tidak menghiraukan nya lagi, Ia langsung mengambil jaket milik suster lilit, lalu keluar dari sana untuk mencari Darren.
Saat Yara berada di sebuah gang, ia melihat seseorang yang ia kenal, saat ia ingin memanggil ternyata ia sedang menelepon seseorang.
" Tuan muda tidak usah khawatir, kurasa Yara sudah mati. Saya mencarinya ke seluruh tempat, tapi tidak ada dia. Bahkan aku sudah mengintai panti asuhan nya. " Dia adalah Edwin, Sekertaris sekaligus pengacara Carig Todd.
Yara menutup mulut nya, ternyata apa yang terjadi padanya ini adalah perbuatan Darren.
Akhirnya Yara pergi diam diam tanpa disadari oleh Edwin. Ia menutup wajah nya dengan tudung jaket itu, berharap tidak ada yang mengenalinya.
" Aku tidak bisa kembali ke panti sekarang, mereka pasti sedang mengawasi di sana. " Ucap Yara yang jalan sambil menunduk.
Yara bingung akhir nya ia masuk kedalam sebuah super market.
" Tampilan ku saat ini pasti mudah di kenali. Kak Darren, aku tidak menyangka.. ternyata kau yang ada di balik semua ini. Apakah karena harta yang kakek berikan padaku.? "
Ucap Yara dalam hati.
Yara merogoh kantong jaket milik Lilith dan menemukan uang pecahan lima puluh ribuan.
Yara mengambil sebuah gunting dan roti serta sebotol air mineral , lalu membayar nya.
Setelah itu Yara langsung masuk kedalam toilet yang di sediakan oleh super market itu. Yara membuka jaket nya, dan menatap dirinya yang kini dengan rambut panjang nya. Ia seperti menimbang nimbang sesuatu dalam pikiran nya.
" Baiklah.. Nayara yang dulu anggap lah sudah mati."
Yara memotong rambut nya, sependek mungkin, hingga menyerupai laki laki. Saat memotong rambut nya, ia tak henti henti nya menangis.
" Tidak ada yang perlu disesali. Dimata dunia kamu sudah mati Yara."
Yara keluar dari toilet itu setelah membersihkan rambut nya. Kini ia lebih terlihat seperti seorang laki laki.
"Aku harus kembali ke rumah keluarga Todd bagaimana pun caranya. Ada yang harus aku ambil." Yara berjalan menuju kearah rumah keluarga Todd.
Yara mengingat satu satu nya benda berharga milik nya, yang di berikan oleh mendiang Davis Todd. Akhirnya ia mengintai di luar rumah keluarga Todd hingga tengah malam. Ia pun beraksi, dan mengendap endap untuk bisa mencongkel jendela kamarnya. Beruntung kamarnya memang mudah di buka tak butuh waktu lama, Yara sudah masuk di dalam kamar nya.
Dari dalam kamar, Yara mendengar percakapan antara Carig , Darren dan Tsania . Karena kamar Yara berada di depan ruang keluarga di lantai satu .
" Pastikan gadis itu benar benar sudah mati. Bisa bisa nya kita tidak bisa mengambil setengah harta itu. Aku tidak percaya ayah lebih menyayangi anak pungut dari pada cucu kandung nya." Ucap Tsania dengan kesal.
" Kamu harus sabar sayang, darah mu tinggi lagi nanti." Carig mengelus bahu istrinya itu.
" Bagaimana bisa sabar, susah payah kita membuat drama anak pungut itu di hari pertunangan beberapa hari lalu. Saat mau mengambil alih harta nya malah di persulit oleh Bima." Ucap Tsania semakin kesal.
Bima adalah pengacara dari mendiang Davis Todd.
" Ibu tenang saja, saat aku menemukan gadis itu.. Aku akan kembali berpura pura mencintainya. Agar dia mau menandatangani surat pemindahan harta warisan kakek." Ucap Darren dengan senyum jahat nya.
Yara yang mendengar dari balik pintu kamarnya pun tidak menyangka, selama ini ia telah di bohongi besar besar an oleh mereka semua.
"Baiklah, karena kalian begitu menginginkan harta. Biar ku bawa sekalian surat wasiat asli dari kakek, agar kalian semua gila."
Ucap Yara dalam hati.
TO BE CONTINUED..
Yara memiliki sebuah penyimpanan rahasia yang tidak di ketahui oleh orang lain. Selama ini ia selalu di ajari oleh mendiang Kakek angkat nya.
" Mungkin ini sebab nya kakek lebih percaya padaku dari pada keluarga kandung nya sendiri. Untung dulu aku mengikuti ajaran kakek. "
Yara membuka sebuah pintu , di dalam pintu itu ada pintu rahasia. Di dalam pintu rahasia itulah Yara menyimpan semua benda benda penting nya. Termasuk pistol yang di berikan oleh mendiang Davis.
" Maaf kek, Yara tidak bisa menjaga semua permintaan kakek dengan baik. Semoga kakek mengerti kesulitan Yara. " Ucap Yara saat mengambil pistol peninggalan kakeknya
Setelah Yara sudah mengemasi semua barang penting nya ia juga mengambil beberapa pakaian dan uang nya. Setelah itu, Ia keluar kembali dari jendela.
Kini Yara sudah di pinggiran jalan. Ia menutup wajah nya dengan masker dan berjalan biasa saja meskipun ia melewati beberapa orang suruhan Darren.
" Aku harus menghubungi pak Bima, sebelum pak Bima di hasut oleh orang orang jahat itu."
Yara datang ke sebuah toko Handphone, setelah ia membeli Handphone baru beserta kartu SIM barunya. Yara langsung menghubungi Bima.
" Halo, siapa ini ?" Ucap Bima di seberang sana.
" Pak Bima, saya Yara.. Pak Bima bisa temui saya ?" Ucap Yara pelan
" Syukurlah.. akhir nya nona Yara menghubungi saya. Saya tahu dan yakin Nona pasti masih hidup. Nona ada dimana, biar saya jemput."
" Saya tunggu pak Bima di depan super market 55." Ucap Yara.
" Baik nona.. "
Yara langsung mematikan sambungan telepon nya dan bergegas pergi dari sana menuju super market yang sebelum nya ia menggunting rambut. Tak berapa lama Bima pin datang di sana.
" Anda nona Yara.?" Tanya Bima bingung.
Yara " : Benar pak. Maaf saya mengubah penampilan saya, agar tidak di kenali oleh orang orang suruhan paman dan bibi. "
"Tidak apa apa nona. Tapi ada apa nona memanggil saya kesini.?" Bima langsung duduk di tempat duduk yang tersedia di sana.
" Pak Bima, saya sudah mendengar secara langsung dari mulut paman bibi dan kak Darren. Mereka ingin menemukan ku agar aku mau menandatangani surat pemindahan harta dari kakek."
" Apa.!! Mereka tidak hanya membohongi saya, tapi juga berencana jahat kepada nona.?" Ucap Bima geram.
" Pak Bima, aku kesini untuk memberikan ini."
Yara menyodorkan surat asli tulisan tangan dari mendiang Davis, yang menyatakan bahwa setengah harta keluarga Todd akan di berikan kepada Yara.
"Kenapa nona memberikan nya kepada saya. Saya bisa mendukung nona agar menang dalam kasus ini." Ucap Bima meyakinkan.
" Sejak awal.. harta bukan lah keinginan ku pak. Kakek lah yang bersih keras membuat pernyataan itu. Aku hanya orang luar, tidak bisa memegang tanggung jawab sebesar itu." Yara menolak.
" Nona memang sangat rendah hati. Lalu.. saya harus apa kan surat ini.?" Bima bingung.
" Tolong bantu saya simpan ini pak, Saya tahu bapak orang yang tepat. "
" Baiklah, lalu nona bagaimana ?"
"Di dunia ini, Nayara Valerie sudah mati. Anggap saja begitu. Terimakasih untuk waktu nya pak Bima, saya permisi."
Yara pergi dari hadapan Bima. Bima paling tahu seberapa sayang nya mendiang Davis kepada cucu angkat nya itu. Dan juga ia tahu siapa yang tulus menyayangi Davis saat masih hidup dulu.
" Semoga kau panjang umur nak, semoga kau bisa menjadi orang yang hebat seperti kakek mu." Ucap Bima dalam hati.
Bima pun pergi dari super market itu.
Yara masuk ke sebuah salon, Ia ingin merapihkan rambut nya. Bagaimana pun ia memotong asal rambut nya, Jadi kini ia ingin setidak nya agar lebih rapi.
Karena Yara sedang menyamar menjadi pria, Ia pun memotong rambut di salon pria. Saat sedang potong rambut, Yara mendengarkan percakapan antara dua pria tinggi dengan badan atletis yang sedang mencari seorang ahli menembak jarak jauh.
Melihat ada kesempatan, Yara pun menawarkan diri.
" Boleh saya coba.?" Yara mendekati mereka.
" Siapa kau.? fisikmu yang seperti perempuan bisa apa. Kau lebih cocok jadi gig*lo." Ucapa salah seorang yang terlihat lebih tua dari teman nya.
" Hahaha.. Pria cantik tidak cocok dengan pekerjaan ini." Ucapnya meremehkan.
"Bagaimana jika kalian lihat dulu , Setelah itu kalian bisa putuskan." Ucap Yara menantang.
Kedua pria itu berfikir sejenak, Akhirnya mereka mengizinkan Yara untuk melakukan salah satu misi kecil mereka.
" Baiklah, Kita ingin lihat.. Tapi kau harus tau, jika sampai ini bocor, nyawamu taruhan nya."
Ucap pria yang lebih muda.
" Oke." Ucap Yara.
Mereka membawa Yara keatas sebuah gedung yang menjulang tinggi. Awal nya Yara bingung, misi apa yang akan dia lakukan , mengapa berada di atas gedung.
" Pria cantik, lihat arah jam 12 mu. kamar dengan lampu kuning, bunuh pria yang sedang berada di kamar itu." Ucap pria yang lebih tua.
" Bunuh.?" Ucap Yara kaget.
" Iya , Bunuh.. Seharusnya kau tahu arti pekerjaan ini kan. Seorang pembunuh bayaran."
Yara kaget saat mengetahui ternyata mereka pembunuh bayaran, pikir nya ia akan menjadi guru menembak atau berada di turnamen lomba menembak.
" Kau ragu.? kalau ragu lompat kebawah." Ucap pria yang lebih muda.
Yara tidak punya pilihan lain, Akhirnya ia menyetujui nya.
"Baiklah, Tapi.. Apakah jika misi ini berhasil aku di terima ?" Yara mencoba bernegosiasi.
" Kita lihat performa mu."
Yara mengambil senapan dari tangan pria yang lebih tua dan mengarah kan nya kepada sasaran itu.
" Apakah hanya target yang berada di sana.? aku tidak mau salah membunuh." Tanya Yara .
" Kau tenang saja, hanya dia di sana sendiri."
Ucap pria satunya .
Bintang mengarahkan senapan nya, ia membidik target, mengunci nya, saat ingin menembak, ada sedikit keraguan dalam dirinya. Karena kakek nya berpesan jangan sampai membunuh orang yang tidak bersalah.
" Terlalu lama.." Saat Pria itu ingin mengambil senapan dari tangan Yara, tiba tiba..
DOR.!
Kedua pria tadi terkejut, ternyata Yara sungguhan bisa membunuh target dengan sekali tembak. dan itu tepat di jantung nya.
" Bagus, Mulai sekarang kau bagian dari tim kami." Ucap pria yang terlihat lebih muda.
Yara menghembuskan kasar nafas nya, ia merasa sedikit menyesal dan bersalah. Baik kepada orang yang baru ia bunuh atau pun mendiang Kakek nya.
Yara " : Maaf kan Yara kek, tidak menjaga pesan mu dengan baik."
Ucap Yara dalam hati.
Kedua pria itu membawa Yara pergi dari sana sebelum ketahuan oleh pengawal dari target tadi. Pria yang baru Yara tembak adalah tokoh penting di kota itu.
" Misi hari ini sudah di selesaikan oleh mu. Kau boleh pulang, nanti ku kabari lagi. Namaku Jackson, dia Caleb. Ini nomor kami." Jackson memberikan kartu nama nya .
"Boleh aku ikut dengan kalian? Aku tidak punya tempat tinggal." Ucap Yara sedikit takut.
" Tidak punya tempat tinggal.?" Tanya Caleb.
" Benar." Ucap Yara.
" Baiklah, ayo." Ucap pria itu
Jackson langsung pergi untuk menyelesaikan tugas lain dari bos nya. Sementara Yara kini ikut dengan Caleb. Setelah satu jam berkendara, mereka sampai di sebuah rumah yang tidak terlalu besar, juga tidak kecil.
" Masuklah, Kau boleh tidur dimana saja.. Ada dua kamar tamu di bawah. Kamarku di atas." Ucap Caleb.
" Terimakasih ." Ucap Yara.
Yara tidak memberitahukan identitas aslinya yang seorang perempuan. Karena demi keamanan dirinya sendiri juga.
TO BE CONTINUED...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!