Seorang istri akan merasakan rasa sakit yang sangat sakit, namun luka nya tidak tampak, darahnya tidak tampak yang jelas dia hanya butuh pengertian dari seorang suami namun justru suami selalu saja tidak mengerti akan bagaimana rada sakit yang di timbulkan okeh suaminya dia malah membuat lelucon dan itu membuat rumah tangga yang awalnya harmonis kini harus berantakan karena ulah dari sang suami itu sendiri.
Yang berubah bukan wanita, tapi suami yang sekali tidak tau apa yang di butuhkan istri tidak mau membantu setidaknya meringankan beban istrinya di rumah, ini tidak bahkan jika sudah berumah tangga suami akan mengatakan hal yang bukan membuat istrinya akan merasakan kebahagiaan setelah menikah, namun malah sebaliknya.
Tidak ada kata romantis setelah menikah, istri hanya ingin mencium, suami malah sibuk sendiri dengan ponselnya.
Lebih mengutamakan ponselnya bahkan urusannya sendiri entah apa itu yang di namakan cinta apa tidak?
Fadli melihat istrinya yang nampak kumal tidak terawat bahkan bajunya hanya itu itu saja, memangnya uang yang di berikan padanya kurang apa bagaimana?
"Kenapa bau mu menyengat, sudah ku bilang mandi dan dandan yang cantik memangnya kurang apa uang belanja untuk mu satu juta sebulan?" Kirana terdiam dia segera melahap makanannya yang sudah siap di meja makan.
Fadli mengambil gelas bukan di isi oleh air malah dia membanting nya, memperlihatkan aura kemarahan pada istrinya sudah tiga tahun mereka menikah bukan tambah cantik istrinya malah tidak bisa menjaga dirinya, tambah kumal tidak terawat. Apa yang nanti di katakan oleh teman-temannya jika istrinya penampilannya seperti ini cantik tidak, malu lah malu jika dia harus menghadiri acara dan mengajak istrinya yang selalu tidak tampil anggun dia hanya akan mempermalukan dirinya saja terus menerus di permalukan.
Fadli membanting gelas kaca itu hingga kepingan kacanya mengenai kaki Kirana. Kirana memandang kakinya yang berdarah, bukannya perduli suaminya malah pergi tanpa mengatakan sepatah kata lagi.
Kirana menghela napas panjang dan jongkok untuk membersihkan sisa sisa serpihan kaca yang tersebar di lantai, Kirana sebenarnya sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan suaminya, memang untuk soal makanan dia memang sangat amat perhitungan, satu bulan satu juta dapat apa? Untunglah dia masih belum mendapatkan momongan mungkin Tuhan tahu mereka berdua belum siap untuk menerima momongan.
Kirana membuang serpihan kaca di tempat sampah, membalut luka nya darah sudah tampak tidak mengalir lagi.
Kirana memandang ke arah kaca, melihat wajahnya yang dulu glowing kini sudah tampak kusam, apa yang salah selama tiga tahun ini dia sudah berusaha keras untuk menjadi istri yang baik menjadi istri yang baik untuk suaminya namun nampaknya suaminya masih tidak terima atas semua ini.
"Apa aku memang terlalu jelek? Kenapa Mas Fadli bahkan mengatakan hal yang seperti itu, padahal aku kusam aku bau kan memang harus merawat rumah. Mencuci pakaian menggunakan tangan, masak, beres beres rumah memang pekerjaan seorang istri itu gampang, apa aku aku yang terlalu sabar apa bagaimana?
Dia selama ini sudah sangat menderita, uang belanja hanya satu juta satu bulan dan itu hanya cukup untuk membeli kebutuhan rumah dan kebutuhan dapur bagaimana mungkin dia akan mempercantik dirinya.
Kirana masih memandang ke arah kaca, menatap wajahnya sekaki lagi pokoknya dia harus berpenampilan menarik tapi bagaimana caranya?
Fadli membuang tasnya, Sekertaris Siska datang untuk bertanya kepada kekasih gelapnya kenapa pagi pagi sudah marah marah tanpa alasan.
"Sayang ada apa? Tuh muka kenapa di tekuk seperti itu?" Tak ada jawaban dari Fadli dia memandangi Siska dari atas sampai bawah melihat Siska yang cantik seperti ini dia pun membandingkan jika istrinya secantik Siska dan seglamor Siska dan semenarik Siska pasti suami mana yang tidak akan betah berlama lama memandangi dirinya.
Siska pun duduk di pangkuan Fadli, Fadli memegang betis Siska yang mulus, Siska pun tersenyum dan memegang pipi Fadli.
Memang Siska adalah sekertaris tapi Siska sudah di anggap orang yang paling berarti bagi Fadli selain dia bisa mengerti akan apa yang di rasakan Siska juga ahli dalam bermain ranjang.
Mereka sudah menjalin hubungan selama satu tahun belakangan ini. Tanpa di ketahui oleh siapapun.
"Apa kamu marah dengan istrimu?" tanya Siska yang menyenggol hidung Fadli dengan jari telunjuk nya.
Seharusnya tidak lah pantas seorang suami memperlakukan wanita lain yang bukan mahramnya seperti itu sedangkan istri sahnya malah harus bingung karena perlakuan dari Fadli.
Yang membutuhkan cinta dari Fadli itu Kirana bukan cewek enggak jelas ini?
"Bagaimana aku tidak merasa marah dengan dirinya, setiap kali aku pulang aku hanya melihat dia berpenampilan layaknya seorang pembantu, bahkan kamu tahu kan bagaimana malunya aku ketika aku mengajaknya pergi ke pesta gayanya itu enggak banget. Enakan juga mengajakmu kamu itu cantik, lebih mandiri dan lebih segalanya." Fadli memegang dagu Siska dan memberikan ciuman di bibirnya.
Tidak ada yang menyadari kebusukan Fadli karena karyawan di kantor mengira jika Siska itu adalah istri dari Fadli dan bukan Kirana.
Fadli tidak pernah membawa istri sah nya ke kantor apa kata karyawan nya, pasti yang ada banyak karyawan yang mentertawakan dirinya.
"Ya jelas lah, aku jauh lebih dari segalanya, jadi kapan kamu akan menceraikan istrimu itu?" Fadli tersenyum.
"Segera, segera aku akan menceraikan istriku dan menikahi mu." Siska tersenyum lalu ia memikirkan cara bagaimana kedua orang tua Fadli merestui hubungan mereka.
Karena tidak mungkin perceraian itu akan terlaksana jika kedua orang tua Fadli sangat mencintai menantunya itu. Dan sebenarnya kan semua aset di perusahaan ini adalah milik dari istrinya.
"Jangan, jika kamu menceraikan istri mu yang ada kamu tidak akan mendapatkan apapun, terlebih lagi apa kamu tahu jika perusahaan ini adalah milik dari istrimu yang kamu tidak akan mendapatkan bagian apapun." Fadli sedikit berpikir benar juga yang di katakan pacarnya, selama ini yang ada dalam pikiran nya kan hanya ingin menguasai perusahaan ini, bukan ingin mencintai wanita yang memang sudah mirip sebagai pembantu bukan seorang istri.
"Tenang saja, aku sudah mengatur nya, terlebih istriku itu sangat amat bodoh." Fadli tersenyum dan mencium bibir Siska lagi.
Ferdi menggeleng, dia dari tadi hanya ingin menyerahkan berkas ini pada bosnya tapi lihat saja tingkahnya itu malah bermesraan dengan wanita lain padahal istrinya di rumah pasti ingin melakukan nya dengan suaminya nah ini malah sebaliknya suami nya malah mencari kepuasan di tempat lain.
"Kasihan sekali istri bos, bos di sini malah asik bercumbu dengan wanita lain sedangkan di sana ada hati yang tersakiti."
"Bos!!" Fadli segera melepaskan tautan dari bibir Siska, Siska segera membenarkan posisi nya dan segera meninggal kan tempat bosnya dan pergi ke mejanya.
"Mesra sekali sih bos dengan istri bos." Bual Hito pada bosnya, padahal Hito adalah anak orang paling kaya tapi dia malah memilih untuk bekerja di perusahaan ini, sebenarnya bukan tanpa alasan tapi hanya ingin mengejar cintanya saja tapi sayangnya cinta nya sudah lama tidak bekerja lagi dan sekarang dia malah menjadi bawahan dari orang biadab seperti Fadli, apalagi asistennya ingin sekali ia mencakar nya dan membuangnya ke tempat sampah bersama Fadli. Tapi Hito masih bersabar setidaknya penyamaran nya tidak terbongkar pokoknya yang ada dalam pikirannya adalah membawa wanitanya untuk tinggal bersama nya. Apapun yang terjadi.
"Hito, kau memang sudah layaknya seekor nyamuk ya, apa yang kau inginkan?" Hito alias Fernando Pratama ini hanya terkekeh dan mendekat ke arah Fadli.
"He.... Tidak hanga tadi saya lama berdiri di sana, sebenarnya sih hanya ingin menyerahkan dokumen ini pada bos, eh datanya di waktu yang tidak tepat." Hito tersenyum penuh dengan kebohongan.
"Cari lah pacar, kamu itu tak kalah tampan dari aku, loh. Kok jomblo mulu!" Hito terkekeh.
"Belum ada yang cocok, ya jika bos ada kenalan boleh lah kenalkan pada saya." Fadli tersenyum saja, apa dia buang saja istrinya dan menikah dengan Siska? Siska kan cantik berpendidikan lagi.
Iya iya nanti aku akan mengenalkan dirimu pada seseorang."
"Oklah bos saya tunggu." Hito tersenyum lagi, semoga dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan terlebih lagi dia sangat mendambakan wanita itu.
"Pokoknya aku harus berhasil menguasai kantor ini, setelah itu akan aku ceraikan wanita yang tidak berguna yang tidak bisa memuaskan diriku, setelah itu akan aku nikahi Siska."
Hito segera meninggal kan ruangan orang yang tidak tahu malu itu dan memegang surat kuasa, dia tidaklah sebodoh itu, dia sudah menggenggam apa yang seharusnya dia miliki bersama dengan wanitanya. Ya nanti akan dia kembalikan apa yang seharusnya menjadi miliknya. MJ Grup sudah menjadi miliknya dan sudah di tanda tangani oleh dirinya mudahnya menipu bos bodoh itu.
"Akhirnya MJ Grup sudah ada di genggaman ku, sekarang aku bisa mendapatkan wanita pujaan hatiku. Akan aku pastikan orang tukang selingkuh itu tidak akan bisa menginjak kan kakinya lagi ke tempat ini."
Kirana sudah selesai dengan pekerjaan nya, waktunya dia mandi untuk menyegarkan tubuhnya kerja seharian menang sangat melelahkan.
Tiga tahun lamanya dia tidak berkunjung ke kantor, ayahnya pasti sangatlah sibuk ah ayahnya memang sudah tidak tinggal lagi di Indonesia bersama dengan ibu. Kirana di tinggalkan setelah mendapatkan perusahaan yang di pegang oleh suaminya dan mendapatkan satu unit rumah sangat mewah.
Dengan baju yang simpel karena apa dia sudah menikah jadi mana mungkin dia harus menunjukkan kecantikannya yang berlebih. Kirana sudah menyiapkan kotak makanan. Dan siap untuk pergi ke kantornya, pasti suaminya akan suka masakan dari dirinya.
Kan sudah lama juga dia tidak menginjakkan kakinya ke kantor.
"Semoga suamiku akan suka makanan yang aku bawa untuk dirinya." Kirana tersenyum dan taksi online pun sudah datang. Kirana tidak sabar menyambut ekspresi suaminya pasti dia sangat senang.
Kirana segera masuk ke dalam mobil, sudah lama dia tidak jalan jalan bagaimana dia bisa jalan jalan orang pekerjaan rumah nya saja sudah menumpuk dan bahkan tidak ada habisnya setidaknya nanti saat bekal ini sudah ada di tangan suaminya nanti dia kana berberes lagi menyelesaikan sisa pekerjaan nya yang belum selesai.
Hito alias Fernando Pratama sudah senang parah akhirnya dia bisa mendapatkan apa yang wanitanya nanti inginkan. Hito memandang ke arah jendela dia membayangkan jika nanti saat dia memiliki istri pasti jam jam istirahat seperti ini istrinya akan datang membawa kan bekal makanan. Ala kadarnya juga enggak papa gosong pun tidak mengapa juga, karena apa ketulusan dia datang dan memasak untuknya itulah yang menjadi dirinya semangat untuk bekerja.
"Andai saja aku mempunyai istri, nanti pasti dia akan membawakan diriku makanan, dan diriku nanti juga akan bermesraan dengan dirinya, tidak peduli ah dengan karyawan lain kan yang terpenting hatiku senang. Bahagia banget pasti. " Hito malah menayangkan dan tersenyum sendiri.
Baru juga membayangkan masa ini mimpi sih.
"Maaf.... Ruangan nya Mas Fadli di mana ya?" tanya Kirana membuat bola mata Hito seakan ingin keluar saja.
Berdebar pasti.
Tidak ada jawaban dari Hito dia malah membayangkan apa ini dia sedang mimpi di siang bolong apa bagaimana? Terlihat sangat nyata. Hah Semoga ini nyata.
Hito menepuk pipinya berulang kali tapi sosok wanita yang sudah membawa hatinya malah tidak mau pergi. Bisa gila dia jika seperti ini....
"Maaf, apakah anda mendengarkan saya?" Kirana melambaikan tangan. Dan Hito pun tersadar jika yang berada di hadapannya ini wanita asli yang jelas dia sangat mencintainya. Sangat mencintainya. Andaikan dia menjadi istrinya hah tidak bisa tidur dirinya.
"A... Apa?" tanya Hito yang terbata menjawab pertanyaan dari Kirana.
"Saya tadi nanya di mana ruangan nya Mas Fadli." Hito segera menuju ke arah sebuah ruangan yang ada di dekat pintu. Hito menarik lengan Kirana.
"Nanti saja duduk lah di sini, Pak Fadli sedang makan di luar." Kirana percaya saja.
Bagaimana mungkin nanti jika Kirana sampai tahu kelakuan suaminya pasti Kirana sedang sedih, saat ini tidak ada yang boleh mendekati ruangan nya karena saat ini mungkin Fadli kurang ajar itu sedang melampiaskan nafsunya pada sekertaris pribadinya yang cantik.
Hito sangat takut jika Kirana membuka pintu dan mereka berdua sedang melakukan aksinya hah pasti nanti dia sangat sakit hati biarkanlah dia tidak mengetahui perbuatan suaminya yang b*jing*n itu. Semua karyawan yang ada di sini pun mengetahuinya tapi mereka bersikap biasa saja karena yang mereka tahu, bosnya dan sekertaris pribadinya berstatus suami istri. Lah siapa yang melarang.
"Baiklah aku akan menunggu di sini. " Hito tersenyum setidaknya dia bisa melepaskan kerinduan yang terpendam selama sekian tahun ini, andai dia bisa memegang tangan Kirana sungguh sangat beruntung dirinya.
"Kenapa kamu kurusan?" Kirana memandangi badan nya. Bagaimana dia tidak kurusan kan dia harus melakukan pekerjaan rumah sendirian apalagi suaminya tidak pernah sekali pun membantunya, jangan kan membantu yang ada suaminya pulang larut malam dan pulang langsung marah-marah tanpa sebab. Padahal dia hanya ingin sekedar di tanya sekedar di tanya itu saja.
Namun bukannya di tanya dia malah marah dan segera menampar nya dengan keras membuat hatinya sangat sakit dan air mata pun membanjiri pipinya bukan ini yang dia harapkan setelah menikah.
"Biasa lah... " jawab Kirana seadanya.
"Itu bos sudah keluar." Kirana memandangi Hito dasar Hito tukang bohong.
"Kata mu suamiku makan di luar?" Hito terkekeh saja.
Kirana segera berdiri dan menghampiri suaminya.
"Mas aku datang membawakan kamu makanan." Bukan nya menerima makanan yang dibawakan oleh istrinya. Fadli segera mendorong istrinya hingga Hito yang melihatnya membuatkan mata ingin menolong tapi dia pun mengurungkan niatnya.
"Sudah ku bilang, berulang kali. Kamu itu tuli apa bagaimana?" Tanya Fadli dengan kasar nya.
"Mas kamu kenapa sih? Aku hanya membawakan dirimu makanan."
"Aku tidak membutuhkan makanan dari dirimu, pulang sebelumnya aku mengusir dirimu." Fadli menunjuk nunjuk istrinya.
Kirana melihat seharusnya yang bersama suaminya itu adalah dirinya kenapa ada orang lain yang malah terlihat mesra dengan suaminya.
"Mas, aku ini..."
"Bicara sekali lagi akan aku panggil satpam." Kirana hanya ingin perhatian tapi kenapa semakin kesini Fadli suaminya semakin kasar.
Kirana segera berdiri dan meninggalkan tempat itu, banyak orang yang melihat namun semuanya tidak bisa melakukan apapun.
"Memang kurang ajar tuh orang!" Hito segera mengejar pujaan hatinya, keterlaluan memang manusia itu.
Hito menggenggam tangga nya, padahal yang seharusnya di tendang keluar adalah Fadli kenapa dia kasar pada istrinya sendiri. Tapi dia tidak akan bisa macam-macam lagi karena apa? Dengan bodohnya Fadli sudah menyerahkan semua aset perusahaan atas nama istrinya lagi bodoh, ternyata pria brengsek itu dapat di atasi dengan mudah nya.
"Kirana... " Hito segera menarik lengan Kirana, Kirana mengusap air matanya menggunakan tangannya.
Kirana menatap makanan yang seharusnya di bawa untuk suaminya, tapi kenapa suaminya semakin hari semakin jahat padanya?
"Kamu mau kemana?" Tanya Hito seraya melepaskan pegangan tangannya karena Kirana terus saja menatap tangannya Hito pun tahu jika pasti Kirana tidak enak jika harus mengatakannya.
"Mau pulang! Tidak sepatutnya aku datang ke sini? Lebih baik aku pulang saja." Kirana menghapus air matanya lagi dia sangat amat sedih kenapa suaminya setega ini setidaknya dia bisa meluangkan sedikit saja waktu dengan dirinya dan kenapa bahkan suaminya sangat kasar seperti tidak mengenalinya lagi.
"Apa kamu sudah makan?" Kirana menggeleng, bahkan sampai di kantor ini dia masih belum makan.
"Kamu ini selalu saja begitu." Hito segera menggandeng tangan Kirana menuju kantin.
"Seharusnya kamu tidak sebaik ini padaku." Hito yang tadinya senyum-senyum sendiri pun memandang Kirana.
"Baik? Bukankah aku dari suku memang sangat lah baik? Hehe dan ya jangan kamu masukkan dalam hati ya ucapan suami mu, dia memang seperti itu, pekerjaannya lagi banyak banyak nya." Kirana segera duduk dan tersenyum kecut.
"Sudah lama mungkin satu tahun belakangan ini dia berubah, mungkin gara-gara aku yang tidak perhatian, kurang peka dan kalah cantik!" Hito memandang ke arah Kirana wanita yang paling dia sayangi. Kurang cantik kata Fadli? Kurang cantik apa dia saja yang kurang memperhatikan istrinya?
"Kalah cantik? Dari mana nya? Bahkan kamu masih cantik seperti Kirana yang selalu berdandan rapi, kamu hanya butuh sedikit saja polesan itu saja kok." Kirana berdecak sama saja itu.
"Kamu itu dari suku tidak pernah berubah, lalu bagaimana dengan pekerjaan mu?" Hito menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Pekerjaan? Ya begitulah bisa membuat nih kepala sakit hehe.." Kirana mengacak acak rambut Hito.
"Melihat mu tersenyum seperti ini, aku jadi ingin memiliki dirimu sepenuhnya, kenapa dari dulu kamu tidak melihat ketulusan cintaku sih Kirana? Apa kamu tahu dari dulu aku sudah menaruh hati padamu, aku satu-satunya orang yang akan mencemaskan keadaan mu, memikirkan tentang kesehatan mu, tapi sampai saat ini entah sampai kapan aku akan dapat memiliki dirimu, setidaknya melihat mu setiap hari akan bisa membuat diriku bahagia. Tapi.... Jangankan melihat ku, kamu hanya menganggap diriku yang terlanjur mengharapkan dirimu malah sakit hati karena keputusan mu, tapi pasti aku akan mendapatkan kesempatan untuk mendekati mu. Tidak akan aku biarkan orang seperti Fadli menyakiti dirimu."
"Kamu kan pintar?" Kirana tersenyum dan Hito pun terhenyak pintar lah jika tidak orang yang seperti Kirana pasti akan tertipu oleh bualan pria tidak punya harga diri seperti Fadli, sering berselingkuh dan sekarang malah main menyakiti hati istrinya apa dia tidak berpikir milik siapa kantor ini? Milik istrinya seharusnya jika dia tidak menikah dengan Kirana pasti dia masih menjadi OB, dan menyedihkan. Lupa akan segalanya setelah dia mendapatkan Kirana tidak tahu malu.
"Haha... Pintaran kamu lah di usia muda kamu sudah membangun perusahaan dengan baik." Kirana membuang napas kasar.
"Seharusnya, tapi biarkanlah suamiku yang mengurusnya." Kirana menatap bekal makanan untuk suaminya lagi.
"Enak nya kita makan apa ya, bagaimana jika aku pesan kan nasi goreng kesukaan kamu, dan kemari kan kotak nasi mu, aku sudah kelaparan." Kirana yang memegang kotak makanan dengan ikhlas harus di rampas oleh pria rese ini, rese sih tapi dia akan datang di waktu yang tepat, andaikan saja suaminya seperti ini, selalu membuat nya tersenyum selalu membuat dirinya bahagia pasti dia akan sangat beruntung tapi bagaimana lagi ini semua juga pilihan orang tuanya jadi dia harus menerima saja...
"Hey... Kembalikan... "
"Sudahlah, aku ini sudah kelaparan, ku ganti dengan nasi goreng dan es teh manis deh ok. " Kirana mengangguk saja, Hito memang selalu membuatnya bahagia seharusnya ayahnya memilih Hito sebagai suaminya bukan Fadli tapi bagaimana lagi pasti Hito sudah mempunyai pasangan jadi dia harus sadar diri sedikit.
"Makanan kamu sangat enak, sangat enak seperti dulu tidak pernah berubah." Kirana tersenyum getir.
Flashback on
"Kirana cepat, kamu ini masak apa masak lama sekali!" teriak Fadli sambil marah-marah di meja makan.
"Sebentar mas sebentar... " Kirana dengan tergesa-gesa mengambil mangkuk dan menaruh lauk yang sudah di masaknya.
"Lama amat, Kirana.... Kau itu tuli apa bagaimana?" Teriak Fadli lagi Kirana pun segera bergegas menyiapkan makanan. Menghilangkan makanan tepat di hadapan suaminya.
Kirana segera mengambil kan nasi dan menuangkan air putih untuk dirinya. Fadli yang melihat nya tidak suka. Air putih biasanya juga kopi.
"Air putih?" Kirana memandang suaminya memang nya kenapa jika air putih?
"Iya Mas, air putih memangnya kenapa?" Kirana lupa jika suaminya biasanya minum kopi tapi bagaimana lagi gula kebetulan juga habis dan uang bulanan pun sudah tidak ada lagi. Ya bagaimana lagi?
"KENAPA? MASIH NANYA KENAPA? KOPI NYA MANA??? " Kirana hanya bisa tertunduk di kulkas juga tidak ada makanan lagi dan tidak ada gula.
"Maaf mas, gulanya sudah habis!" Fadli menggebrak meja dan segera mendorong istrinya hingga piring yang di pegang oleh istrinya sampai pecah.
"Kau memang tidak pecus menjadi istri, kamu tahu aku mau ke kantor dan kamu bilang gula habis, bilang saja kamu tidak ingin membuat kan diriku kopi? Bukan begitu kan?" Kirana menggeleng.
"Memang uang yang aku kasih tidak cukup! Baru juga satu bulan yang lalu aku memberimu uang satu juta, memang nya kurang? Apa memang kau sengaja tidak membelanjakan nya?" Kirana hanya bisa diam bagaimana mungkin dia tidak membelanjakannya bahkan uang satu bulan satu juta itu saja sangat pas pasan, belum juga membeli lauk seperti apa yang suaminya inginkan, minyak goreng saja sudah mahal belum lagi bayar listrik, beli pulsa tagihan tagihan uang lain dan suaminya bilang dia menyimpannya? Bahkan selama ini tabungannya pun sudah tinggal sedikit untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dirinya.
"Mas, bahkan uang yang kamu berikan itu tidak cukup, beli beras, beli minyak goreng, bayar listrik dan lain lain dan.... "
Plak
Tamparan keras pun sudah mendarat di pipi Kirana, Kirana memegangi pipinya yang terasa sangat sakit. Apa yang salah?
"Sudah untung aku membelikan dirimu uang untuk belanja, dan kau masih bilang tidak cukup. Minta ku hajar lagi kau... " Fadli segera menyeret istrinya. Fadli menarik rambut istrinya dan membawanya ke toilet.
Kirana di dorong dan terbentur ke dinding toilet, Fadli menyiram Kirana dengan air, begitu dingin terkena di badan.
"Kau.... Berani kamu melawan ku akan aku berikan hukuman yang lebih lagi untuk mu." Fadli melempar gayung ke arah istrinya dan menutup pintu toilet dengan kerasnya."
Flashback off
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!