#SUPAYA NGERTI DENGAN JALAN CERITA INI DISARANKAN UNTUK MEMBACA HOT MOTHER AND THE BOS MAFIA SEASOND 1 DAN 2.#
Seorang wanita cantik sedang berjalan sambil melenggak lenggokkan tubuhnya masuk kedepan sebuah gedung pencakar langit didepannya.
Wanita cantik itu adalah Amanda Jhonson.
Amanda sedang menemui tunangannya Zack Roberto, pria itu adalah seorang pengusaha yang mulai naik daun.
Amanda bertunangan dengan Zack karena pertemuan mereka disebuah pesta perusahaan, karena Zack seorang yang pekerja keras membuat Amanda jatuh cinta pada pria itu.
Ditambah dengan bergabungnya Zack diperusahaan ayahnya, membuat hubungan mereka semakin dekat.
Amanda memiliki seorang kakak tiri,karena ayahnya yang menikah lagi membuatnya harus menerima kepergian ibunya.
Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain bergantung hidup pada ayahnya.
Amanda membuka ruangan tunangannya dan tampak Zack sedang duduk disana, berbicara dengan seseorang lewat ponselnya dengan serius.
"Zack, what are you doing?" tanyanya.
"Oh honey, kenapa kau datang tidak memberi tahuku?"
"Maaf, apa aku mengganggu waktumu?"
"Tidak sayang."
Amanda masuk kedalam dan menutup pintu ruangan itu dengan pelan.
"Apa kau sibuk?" tanyanya lagi.
"Tidak, apa ada sesuatu yang kau inginkan?"
"Aku hanya ingin melihatmu."
Zack bangkit berdiri, menghampiri Amanda dan memeluknya.
"Sayang, kau tampak cantik hari ini."
"Thank you."
Amanda mengangkat kepalanya dan menciumi bibir Zack sekilas.
"Amanda, aku ada rapat dengan klient. Bisa kau tunggu disini?"
"Tentu saja, aku akan menunggumu. Tapi setelah rapat maukah pergi makan siang denganku?"
"Tentu sayang, tunggulah aku."
Setelah berkata demikian Zack segera keluar dari ruangan itu untuk menemui seseorang, dia hanya membohongi Amanda untuk rapat, tapi kenyataannya dia harus menemui seorang pengusaha yang sedang mengejarnya.
"Braakkkk!!!" terdengar suara meja digebrak dengan kencang oleh seseorang.
Saat itu Zack sedang berhadapan dengan seorang pria tua yang menatapnya dengan penuh emosi.
"Zack Roberto, kau bilang akan mengembalikan uangku hari ini? Tapi mana?" teriak pria tua itu.
"Tuan Ronal, tolong beri aku waktu beberapa hari lagi. Aku akan segera menyiapkan uangnya dan aku akan menambahkan bunganya untukmu."
"Brakkkk..!" Ronald kembali menggebrak meja yang ada didepannya.
"Jangan menipuku, aku sudah memberikan waktu dua minggu tapi kau belum juga bisa melunasi hutangmu dan hari ini kau meminta beberapa hari lagi? "
"Dari mana kau bisa mendapatkan uang jutaan dolar dalam waktu yang sesingkat itu Zack?" tanya Ronal lagi.
Zack mengusap wajahnya, frustasi. Dia juga tidak tahu, dimana dia akan mendapatkan uang jutaan dolar hanya dalam beberapa hari lagi? Tapi yang pasti saat ini dia harus meredakan amarah Mr Ronal terlebih dahulu.
Dia memang meminjam uang itu untuk modal usahanya, dia pikir akan dapat sesegera mungkin mengembalikan uang pria tua itu, tapi dia tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini.
Bahkan bukan saja harus mengembalikan uang pokok dari yang dipinjamnya tapi dia juga harus membayar bunga uang pinjaman itu yang terus berjalan dan terus membengkak.
Mr Ronal seperti lintah darat dan seharusnya dia tidak meminjam pada pria tua itu, seharusnya dia meminjam pada bank tapi sekarang, semua sudah terlambat.
"Tuan Ronal, berilah aku waktu.aku akan berusaha mencari uang untuk mengembalikan uangmu sesegera mungkin." pintanya lagi.
Ronal melihat kearah Zack sejenak, entah kenapa muncul ide gila dikepalanya.
"Aku dengar kau punya tunangan yang cantik, bukankah dia juga putri orang kaya? Kenapa kau tidak meminta bantuannya?"
"Tuan Ronal, aku tidak bisa meminta bantuan begitu saja pada calon ayah mertuaku, jika mereka tahu aku memiliki hutang mungkin aku akan ditendang begitu saja dari hadapan mereka!" tolak Zack dengan cepat.
Ronal menarik bibirnya dan tersenyum dengan licik.
"Kalau begitu berikan tunanganmu padaku, cukup satu malam. Maka aku akan menganggap semua hutangmu ini lunas!"
Zack terbelalak kaget, memberikan Amanda? Apa maksud dari perminyaan Mr Ronal?
"Mr Ronal, apa maksud dari perkataanmu?"
"Kau tahukan Zack, berikan tunangan cantikmu itu untuk memuaskanku, cukup satu malam saja!"
"Mr Ronal, jaga ucapanmu, aku tidak bisa memberikan tunanganku padamu!" tolaknya.
"Maka pikirkanlah bagaimana caramu membayar hutangmu, aku akan memberikan waktu satu minggu untukmu."
"Jika sampai batas hari itu kau belum juga bisa membayar hutangmu maka bersiaplah, aku akan mengambil semua saham dan perusahaanmu!"
Zack kembali terbelalak kaget, mengambil semua saham dan perusahannya?
Bagaimana bisa? Itu perusahaan yang dia bangun dengan susah payah.
Bagaimana mungkin dia mau kehilangan semua miliknya hanya karena hutang beberapa juta dolar saja?
Zack kembali mengusap wajahnya, frustasi!
"Tuan Ronal, jangan terlalu berlebihan." katanya.
"Zack, aku akan kembali dalam waktu satu minggu lagi. Jika sampai saat itu kau belum bisa mengembalikan uangku maka bersiaplah, semua yang kau miliki harus menjadi milikku."
"Kecuali kau mau memberikan tunanganmu yang cantik untukku, memuaskanku cukup satu malam saja, pikirkanlah."
Setelah berkata demikian Ronal keluar dari ruangan itu, meninggalkan Zack yang masih frustasi disana.
Zack menatap kepergian pria tua itu dengan pikiran kusut. Apa yang harus dia lakukan?
Zack segera bangkit berdiri, berjalan keluar dari ruangan itu untuk kembali keruangannya.
Disana Zack melihat Amanda yang sedang duduk diatas sofa sambil melihat pewarna kuku ditangannya.
"Sayang, maaf telah membuatmu lama menunggu."
Amanda mengangkat kepalanya, melihat Zack berjalan kearahnya.
"Dont worry Zack. Apa keperluanmu sudah selesai?" tanyanya.
"Of course."
Amanda bangkit berdiri, menghampiri tunangannya.
Amanda melingkarkan tangannya dipinggang Zack, memeluknya dan menciumi bibirnya.
"Zack, i love you." bisiknya.
Zack membalas pelukan Amanda dan memperhatikan wajahnya.
"I love you too."
Zack membawa Amanda kedalam pelukannya, dia akan berusaha untuk membayar hutangnya tanpa harus menjual Amanda pada pria tua itu.
Jika dia bisa!
Dimana dia harus mencari uang jutaan dolar dalam waktu satu minggu?
Zack menggelengkan kepalanya, kemudian Zack mengangkat dagu Amanda dan menciumi bibirnya.
"Sayang, bukankah kau sudah lapar?" tanyanya.
Amanda tersenyum bahagia menatap wajah tunangannya.
"Tentu saja sayang ,apa kau tidak lapar?" Amanda balik bertanya.
"Tentu, aku sangat lapar akan dirimu."
Amanda terkekeh dan memukul bahu Zack dengan pelan.
"Nakal! Kau boleh melakukannya saat malam pernikahan kita."
"Sayang, aku sudah tidak sabar." Ucap Zack dan dia kembali menciumi bibir Amanda.
"Kalau begitu ayo kita pergi, aku tidak ingin membuat tunanganku yang cantik ini kelaparan."
Amanda melepaskan pelukannya dan segera mengambil tas yang dia simpan diatas meja, setelah itu dia kembali menghampiri Zack.
"Let's go darling."
Zack melingkarkan tangannya dipinggang Amanda dengan mesra, mereka pun keluar dari ruangan itu untuk makan siang.
selama diperjalanan kepala Zack penuh dengan banyak pikiran.
Bagaimana caranya dia harus mendapatkan uang jutaan dolar dalam satu minggu?
Semoga dia dapat menemukan jalan untuk mendapatkan uang itu.
#Amanda#
Disebuah gedung yang ada dikota itu, tampak seorang wanita cantik bergaun merah sedang melangkah memasuki restoran bersama dengan dua orang pria.
Wanita cantik itu adalah Amanda, malam itu Amanda berdandan dengan cantik karena ayahnya mengajaknya pergi kesebuah restoran untuk menemui rekan bisnis barunya yang ada disana.
Eric Jhonson menggandeng putri kesayangannya masuk kedalam restoran itu dengan bangga, sedangkan anak tirinya Justin sedang berjalan dibelakang mereka.
Eric menikah lagi saat istrinya sedang sakit parah, karena pernikahan itu membuat penyakit istrinya semakin parah dan akhirnya meninggal.
Justin adalah anak yang dibawa oleh istri keduanya, karena kematian ibunya membuat Amanda sangat terpukul dan mulai kecewa pada ayahnya.
Amanda hendak pergi meninggalkan ayahnya tapi Eric melarang Amanda karena kesehatannya yang semakin buruk.
Eric berjanji pada Amanda jika dia akan menjaga Amanda dan tidak akan membiarkan apapun terjadi pada putrinya.
Amanda menyetujui permintaan ayahnya untuk tidak pergi dan berusaha bertahan, walaupun dia tahu kakak tirinya sangat membencinya karena memang mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali.
Saat ayahnya menikah lagi, Justin masuk kedalam keluarga itu dan hendak mengendalikan semuanya tapi ayahnya tidak percaya dengan Justin begitu saja.
Eric lebih memilih menjalankan bisnisnya seorang diri karena nantinya dia akan mewariskan semua yang dia punya pada putri tunggalnya.
Amanda tidak ingin memperburuk hubungannya dengan ayahnya dan memilih tinggal terpisah dengan ayahnya karena tidak tahan dengan perlakuan ibu tirinya dan Justin.
Mereka seolah-olah seperti singa berbulu domba, berakting dengan baik saat didepan ayahnya tapi langsung berubah saat dibelakang ayahnya. Hal itulah yang membuat Amanda memilih keluar dari rumahnya dimana tempat kenangan masa kecil dan kenangan bersama dengan ibunya berada.
Dia tidak punya pilihan lain selain keluar dari rumahnya tapi semenjak Zack hadir dalam hidupnya, Amanda tidak pernah memikirkan kebencian ibu tiri dan Justin padanya.
Dia lebih menikmati hidupnya diluar sana, lebih bebas dan melakukan apapun yang dia suka tanpa harus menerima tatapan kebencian dari ibu tiri dan kakak tirinya.
Mereka memasuki sebuah ruangan dan didalam sana tampak seorang pria duduk dengan angkuh sedangkan pria lainnya yang tampak bertampang dingin sedang berdiri disamping pria itu.
Senyum Eric mengembang diwajahnya saat melihat rekan bisnis barunya yang bangkit berdiri menyambut kedatangannya.
"Selamat malam Mr Edward Jackson." Eric mengulurkan tangannya.
Edward Jackson langsung membalas jabatan dari Eric Jhonson.
"Selamat malam Mr Eric." terdengar suara yang datar dan dingin dari pria itu.
Justin mendekati Edward, menjabat tangannya dan memperkenalkan dirinya.
"Perkenalkan, ini putriku Amanda." Eric mengenalkan putri cantiknya pada Edward.
Amanda hanya membungkukkan badannya dan tersenyum dengan manis pada Edward Jackson.
"Amanda." Amanda menyebutkan namanya.
Edward hanya mengangguk dan kembali duduk dengan angkuhnya.
Eric mulai membicarakan bisnis pada rekan bisnis barunya itu sedangkan Amanda mulai bosan dengan situasi disana.
Amanda mengambil ponselnya didalam tas tangan yang dipegangnya, lebih baik dia mengirimkan pesan untuk tunangannya.
"Zack, apa yang sedang kau lakukan?" Amanda langsung mengirim pesan itu.
Beberapa menit telah berlalu tapi Zack tidak juga membalas pesan darinya, Amanda mulai kesal, wajahnyapun mulai terlihat tidak senang.
Tapi tidak lama kemudian ponselnya bergetar, dengan cepat Amanda melihat pesan itu dan sontak saja wajahnya langsung tampak berseri.
"Aku habis mandi sayang." itu balasan dari Zack.
"Pantas saja lama, aku kira kau sedang dengan wanita lain." Amanda mengirimkan pesan itu dengan senyum mengembang diwajahnya.
"Apa kau cemburu?" tanya Zack pula.
"Tentu saja!"
"Yang aku cintai dan aku inginkan cuma kamu Amanda, aku tidak akan berselingkuh dengan wanita lain."
Saat membaca pesan dari Zack, senyum Amanda semakin lebar dan wajahnya merona merah.
Sedangkan saat itu Edward, selama Eric dan Justin membicarakan bisnis dengannya, matanya tidak lepas dari wanita cantik yang sedang duduk dihadapannya.
Amanda Jhonson hanya sibuk dengan ponselnya bahkan selalu tersenyum saat membaca pesan yang masuk kedalam ponselnya, entah kenapa hal itu membuat Edward kesal.
Bahkan tadi Amanda hanya membungkuk didepannya tanpa mau berjabat tangan dengannya, hal itu membuat Edward semakin kesal.
"Jadi Mr Jackson, bagaimana dengan penawaranku, apa kau tertarik?" Eric melihat kearah Edward dengan penuh harapan.
"Mr Jackson pasti tidak akan rugi jika menerima penawaran ini." ujar Justin pula.
Edward melihat kedua orang itu dan memikirkan sesuatu.
"Akan aku pikirkan terlebih dahulu dan besok aku akan memberikan jawaban pada kalian." katanya dengan dingin.
"Terima kasih Mr Edward, aku sangat menunggu kabar baik darimu." ujar Eric dengan cepat.
Edward mengangguk dan bangkit berdiri, pria itu mulai melangkah hendak pergi dengan asisten pribadinya.
Tapi pada saat Edward melewati Amanda yang tampak sibuk dengan ponselnya, Edward menghentikan langkahnya sejenak dan melihat kearah wanita itu.
"Amanda....Amanda..!" Eric memanggil putrinya dan menyentuh bahunya.
"Yes daddy, apa sudah selesai?" Amanda langsung memalingkan matanya dari ponselnya dan melihat kearah ayahnya.
"Kemana rekan bisnis daddy? Apa dia meninggalkan kita begitu saja tanpa menjamu kita terlebih dahulu?" gerutu Amanda. Dia kira rekan bisnis ayahnya itu sudah pergi.
Eric dan Justin memijit pelipis mereka sehingga membuat Amanda sangat heran, Amanda mendongak dan tampak rekan bisnis ayahnya berdiri disampingnya.
Wajah Amanda langsung merah padam, wanita itu langsung bangkit berdiri karena merasa tidak enak hati.
"Eh Mr Jackson,maaf." ujar Amanda basa basi.
Edward hanya melihat Amanda begitu juga Amanda, matanya tidak lepas dari wajah tampan Edward.
Wajah yang begitu maskulin dan garis rahang yang keras, ditambah tatapan dinginnya sungguh membuat pria itu semakin tampak mempersona.
"Mr Jackson aku benar-benar minta maaf." Eric menyela dengan cepat.
Amanda memalingkan wajahnya dengan cepat.
"Sial, apa yang aku pikirkan." maki Amanda dalam hati.
"Jika Ms Amanda memang sangat ingin aku jamu jadi besok siang datanglah kesini diruangan ini juga, aku akan menjamu nona Amanda dan aku akan membahas bisnis ini lebih lanjut."
"Oh tentu saja Mr Jackson, besok putriku pasti akan datang." Eric menyetujui permintaan Edward tanpa meminta persetujuan lagi.
Tanpa menjawab apa-apa Edward langsung melangkah pergi.
"Dad, kenapa kau menyetujui permintaannya?" rajuk Amanda.
"Amanda, bisnis ini tergantung darimu sekarang." ujar ayahnya.
"Tapi dad?"
"Amanda, suatu saat nanti perusahaan ini akan jadi milikmu jadi kau harus mulai belajar dari sekarang dan temuilah Mr Jackson besok untuk membicarakan lebih lanjut kerja sama kita dengannya."
Amanda mengangguk menyetujui perkataannya tapi tidak dengan Justin.pria itu mengepalkan tangannya saat mendengar perkataan ayahnya, perusahaan jadi milik Amanda?
Tidak akan dia biarkan, apapun caranya dia akan menyingkirkan Amanda.
#Edward#
Esok siangnya tampak Amanda turun dari mobilnya dan memasuki restoran kemarin yang dia datangi dengan ayahnya.
Demi membicarakan bisnis lebih lanjut Amanda terpaksa datang ketempat itu untuk menemui rekan bisnis ayahnya Edward Jackson.
Walaupun dia tidak begitu suka tapi ini demi permintaan ayahnya supaya bisnis yang sedang terjalin dapat perjalanan dengan lancar.
Amanda masuk kedalam sebuah ruangan dan tampak disana seorang pria telah menunggunya, Amanda menelan ludahnya dan entah kenapa dia tidak suka dengan tatapan mata pria itu.
"Hai Mr Jackson, maaf telah membuatmu menunggu."
Edward hanya mengangguk dan mempersilahkan Amanda untuk duduk, Amanda duduk dihadapan pria itu dengan tidak nyaman pasalnya sedari tadi Edward menatapnya dengan intens.
"Mr Jackson, bisa kita mulai pembicaraan kita?" tanya Amanda. Pasalnya dia sudah tidak tahan berada didalam ruangan itu dengan Edward Jackson.
Dia merasa tatapan tajam dari Edward seperti sedang melucuti bajunya satu persatu dan itu sungguh membuatnya tidak nyaman.
"Apa kau ada janji setelah ini?"
Terdengar suara dingin dan datar dari pertanyaan Edward.
"Eh, tidak." Amanda menjawab dengan tidak enak hati.
"Kalau begitu sebaiknya nikmati hidangan terlebih dahulu."
Diatas meja memang sudah terhidang berbagai jenis makanan dan sebotol anggur.
"Terima kasih, tapi aku rasa?"
"Bukankah semalam kau bilang ingin aku menjamu mu? Jadi jangan banyak bicara dan sebaiknya kau makan setelah itu baru kita bicarakan bisnis." Edward menyela ucapan Amanda.
Amanda menelan ludahnya, sepertinya pria ini tipe pendendam.
"Baiklah." jawabnya.
Saat itu seorang pelayan berjalan mendekati meja dan menuangkan anggur kedalam gelas mereka.
Edward mengangkat gelas anggur didepannya dan Amanda melakukan hal serupa pula.
"Terima kasih Mr Jackson atas jamuan ini."
Amanda meneguk anggur itu dengan cepat dan mulai menyantap hidangan yang ada.
Disaat Amanda sedang menikmati hidangan itu ponselnya yang berada didalam tasnya berbunyi, hal itu membuat Edward gusar, dia paling tidak suka diganggu saat makan.
Amanda menghentikan makannya dan segera mengambil ponselnya yang berada didalam tas.
"Zack." katanya dalam hati saat melihat orang yang sedang menghubunginya.
"Maaf Mr Jackson, boleh aku permisi sebentar untuk menjawab panggilan ini?" pintanya.
Edward hanya mengangguk dan mengelap mulutnya, selera makannya benar-benar sudah hilang.
Amanda bangkit berdiri, melangkah menjauhi meja dan menjawab panggilan dari tunangannya.
"Zack, ada apa?"
"Sayang, aku hanya rindu padamu, kenapa siang ini kau tidak datang?" tanya Zack dari sebrang sana.
"Maaf Zack, aku sedang mewakili ayahku untuk menemui kliennya." jelas Amanda.
"Apa klient ayahmu itu seorang lelaki?"
"Kenapa? Apa kau cemburu?" goda Amanda.
"Tentu saja sayang, aku tidak suka jika ada lelaki yang melihat wajah cantikmu itu!" Jawab Zack disebrang sana.
Amanda terkekeh pelan dan pada saat itu sebuah tatapan tajam sedang melihat kearahnya dan Amanda sangat menyadari hal itu.
"Maaf Zack, klient ku sedang menunggu dan aku tidak boleh membuatnya kecewa."
"Baiklah sayang, maaf telah mengganggumu. I love you." jawab Zack pula.
"I love you too Zack." Setelah berkata demikian Amanda mematikan ponselnya dan kembali berjalan mendekati meja.
Selama dia berjalan mendekati meja senyum terus menghiasi wajahnya, dia benar-benar senang karena Zack menghubunginya.
Rasanya dia sudah sangat ingin menyelesaikan pertemuan ini dan pergi untuk menemui Zack.
Sedangkan saat itu Edward hanya melihat kearah Amanda sambil menggoyangkan gelas anggurnya, entah apa yang sedang dipikirkannya.
Setelah kembali Amanda duduk kembali ditempatnya dan memasukkan ponselnya kembali kedalam tasnya.
"Mr Jackson, maaf membuat anda menunggu."
Tapi Edward hanya diam saja dan menatapnya dengan tajam.
Amanda menunduk tidak berani menatap mata Edward.
"Ms Amanda, aku sedikit kecewa denganmu! Aku kira kau wanita profesional tapi ternyata?"
"Sungguh mengecewakan dan sepertinya aku harus berpikir ulang untuk bekerja sama dengan perusahaan ayahmu!" kata Edward dengan dinginnya.
"Apa? Mr Jackson ini semua kesalahanku dan tidak ada hubungannya dengan perusahaan ayahku jadi aku minta maaf."
Amanda mengangkat kepalanya dan pada saat itu tatapan matanya beradu dengan sebuah tatapan dingin kearahnya, tapi setelah itu Amanda kembali menunduk. Dia benar-benar tidak suka dengan tatapan Edward.
"Jika kata maaf bisa menyelesaikan masalah lalu untuk apa ada polisi?"
Amanda menggenggam tangannya dengan erat, sepertinya dia sudah menyinggung pria ini.
"Mr Jackson, aku benar-benar menyesal dan tolong maafkan aku." terdengar nada penyesalan dari ucapan Amanda.
Edward hanya menatap Amanda dengan tajam sambil meneguk anggurnya kembali, wanita cantik itu hanya menunduk tidak melihat kearahnya, apa tampangnya begitu menakutkan sampai Amanda takut melihatnya?
"Ms Amanda, kau sungguh menghinaku?"
"Tidak, aku tidak menghinamu." Jawab Amanda dengan cepat.
Amanda mengangkat kepalanya, melihat kearah Edward, jangan sampai pria itu menolak kerja sama dengan perusahaan ayahnya hanya gara-gara kebodohannya.
"Jadi apa begitu caramu meminta maaf pada seseorang? Hanya menunduk dan tidak berani menatap lawan bicaramu?"
"Apa putri Eric Jhonson tidak diajarkan tata krama?" tanya Edward lagi.
"Si*lan! Pria ini benar-benar menyebalkan!" maki Amanda dalam hati.
Amanda bangkit berdiri, menarik bibirnya dan tersenyum terpaksa. Amanda membungkukkan badannya didepan Edward sebagai permintaan maaf pada pria itu dan menunjukkan bahwa dia sangat menyesal.
Jika bukan demi perusahaan ayahnya Amanda tidak akan sudi merendah seperti ini didepan seorang lelaki.
"Aku sungguh minta maaf Mr Jackson, aku kurang sopan padamu. Seharusnya aku tahu ini pertemuan penting tapi aku sungguh minta maaf karena tidak mematikan ponselku sehingga mengganggu pertemuan ini dan menyinggung perasaanmu."
"Aku berharap Mr Jackson bermurah hati dan mau melanjutkan kerja sama kita dan maafkan atas ketidak sopananku." ucapnya panjang lebar.
"Sudahlah, kau tidak perlu melakukan itu." ujar Edward dengan dingin.
"Apa?" Amanda tidak percaya mendengarnya.
Dia sudah membungkukkan badannya dan merendah seperti ini tapi Edward bilang dia tidak perlu melakukan itu?
Rasanya dia ingin menghajar pria yang masih menatapnya dengan dingin itu.
"Terima kasih atas kemurahan hati Mr Jackson!" dengus Amanda kesal.
Amanda segera duduk kembali, meraih gelas anggurnya dan meneguknya dengan cepat. Rasanya dia sudah sangat ingin pergi dari sana karena sudah tidak tahan lagi.
"Kalau begitu kita bertemu lagi minggu depan." Edward langsung bangkit berdiri.
Hah? Minggu depan? Amanda juga bangkit berdiri.
"Mr Jackson, kenapa tidak kau putuskan saja hari ini dan kenapa harus menunggu minggu depan lagi?" Amanda tidak terima.
"Ms Amanda, aku berubah pikiran. Jika kau ingin mendengar hal baik lebih baik kita bertemu lagi minggu depan tapi jika kau memaksa, maka aku akan memutuskan kerja sama ini hari ini juga dengan suasana hatiku yang sedang buruk."
"Dan kau tahukan jawabnya apa?" Edward menatap Amanda dengan tajam.
Amanda mengepalkan tangannya, sungguh membuang waktunya saja! Tapi ini demi ayahnya.
"Baiklah, aku tunggu kabar baik dari Mr Jackson minggu depan." katanya dengan berat hati.
"Bagus, kita bertemu lagi disini dijam yang sama."
Setelah berkata demikian Edward segera melangkah pergi meninggalkan Amanda yang masih kesal, tapi tidak lama setelah kepergian Edward, Amandapun keluar dari tempat itu.
Dia berharap pertemuan mereka selanjutnya akan menjadi pertemuan terakhir mereka karena dia benar-benar tidak suka dengan pria itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!