Sudah puluhan tahun keluarga Yudhistira tinggal di dalam hutan, mereka menggantungkan sisa hidupnya dengan alam.
Hingga suatu hari lahirlah seorang bayi dari dalam kandungan Dewi Nur, istri Yudhistira.
Bayi itu bernama SANTANG, calon pendekar hebat yang di pilih langsung oleh para dewa sejak ia dilahirkan.
Tak hanya kekuatan yang di berikan oleh para dewa, melainkan juga mengirim seekor harimau besar untuk menjaga calon pendekar Pilihan mereka.
Harimau itu sudah cukup akrab dengan keluarga Abisatya, semua memberinya nama GARAGA!
Mereka semuanya hidup tenang di dalam rumah yang terbuat dari batang kayu itu selama bertahun tahun hingga Santang tumbuh menjadi pemuda yang memiliki banyak kekuatan, pemberian dari para dewa untuknya.
Saat ini Santang sudah berumur 25 tahun, umur yang sudah sangat matang untuk menunjukkan jati dirinya sebagai pendekar pilihan dewa.
Saat itu Santang tidak mempunyai saudara sama sekali, dia hanya anak satu satunya dari pasangan Yudhistira dan juga Dewi Nur.
Semuanya sudah berumur hampir 50 tahun, kecuali kakek Byakta yang sudah menginjak usia 125 tahun, dia sosok orang tua yang selalu membantu keluarga Yudhistira.
Bisa terbilang usia yang sangat tua, tapi tubuhnya masih kokoh dan kuat untuk melakukan aktivitas sehari hari.
Sedangkan Garaga masih sama seperti 25 tahun lalu, badannya tak mengalami perubahan apapun, wajahnya juga tak menua sama sekali, masih terlihat kekar dan kuat.
Selama dua puluh lima tahun itu, Adiwilaga tak pernah menyangka kalau dirinya adalah pendekar yang di pilih langsung oleh para dewa di atas.
Orang orang di rumahnya tak ada yang memberitahukan hal penting ini padanya, mereka semua akan membicarakan hal ini pada saat Yudhistira sudah tumbuh menjadi besar dan di rasa sudah cukup siap untuk menanggung semuanya.
Dan di umur 25 tahun ini adalah waktu yang di rasa sangat tepat untuk membicarakan hal ini pada Santang.
Hari itu telah tiba....
Mereka semua mulai berkumpul di depan rumah untuk membicarakan hal penting itu pada Santang yang sudah terlihat siap.
Kakek Byakta memulai pembicaraan dengan sedikit memberikan senyuman pada Santang.
"Saat ini kita semua berkumpul untuk membicarakan tentang Santang yang usianya sudah menginjak 25 tahun, sungguh pemuda yang sangat tampan," ucap kakek Byakta.
Santang yang mendengarnya sedikit kaget karena topik pembicaraan kali ini adalah tentang dirinya, ia tak tahu apa yang akan di bicarakan oleh kakek Byakta nanti, Santang hanya bisa menunggu dan segera mendengarkan apa yang di bicarakan kakek Byakta tentang dirinya.
Kakek Byakta mulai melanjutkan pembicaraannya,
"Santang.....," Sembari menepuk pundak Santang yang ada di depannya.
"Kamu sekarang sudah besar, kakek rasa kamu sudah cukup siap dengan semua ini, kakek dan semuanya sebenarnya sudah lama tahu tentang hal ini, tapi saat ini giliran kamu yang akan mengetahui hal penting ini," ucap kakek Byakta.
Santang semakin penasaran dengan apa yang akan di bicarakan kakek, Santang memutuskan untuk segera bertanya pada Kakek Byakta agar lebih cepat mengetahui nya.
"Maaf kek... Sebenarnya apa yang akan Kakek beritahu kepadaku dan kenapa harus memberitahu ku sekarang?" Tanya Santang yang semakin penasaran.
Kakek Byakta mulai mendengarkan pertanyaan dari Santang tadi dan segera menjawab semua pertanyaan nya.
"Begini nak, sebenarnya kamu adalah seorang pendekar pilihan para dewa, kamu sudah di pilih dari sejak kamu masih di kandungan ibumu... Sekarang kamu juga sudah memiliki beberapa kekuatan, kamu bisa gunakan kekuatan mu itu untuk melawan para pendekar pendekar jahat di luar sana, kamu sekarang juga sudah bisa melindungi siapapun orang yang sedang tertindas," jelas kakek Byakta.
Santang terdiam, sedikit kaget, sangat tidak percaya, bahkan ingin pingsan setelah mendengar semua itu.
Semuanya dirasa mustahil bagi Santang.
Santang tak percaya jika dirinya mempunyai beberapa macam kekuatan di dalam tubuhnya.
Tapi kakek Byakta segera melukai tangannya hingga berdarah dan segera menyuruh Santang untuk menyembuhkan luka yang di buatnya tadi.
"Sekarang coba kamu sembuhkan luka Kakek ini, pegang di bagian luka Kakek ini," suruh kakek Byakta.
Awalnya Santang masih sangat tak percaya dengan semuanya, tapi karena paksaan kakek Byakta, akhirnya Santang mencoba untuk sekedar menyentuh luka di tangan kakek Byakta tadi.
Perlahan luka Kakek Byakta mulai mengering dan sembuh setelah di sentuh oleh tangan Santang.
Melihat itu, Santang semakin tak percaya dengan apa yang sudah di lihatnya. Santang benar benar tak menyangka bisa memiliki kekuatan seperti itu.
"Sekarang bagaimana? Kamu masih tak percaya dengan ucapan kakek tadi?" Tanya Kakek Byakta yang mencoba meyakinkan Santang.
perlahan Santang pun mulai percaya..
Tapi Santang masih bingung dengan apa yang terjadi, dirinya tak tahu harus melakukan hal apa saat itu.
Tapi tiba tiba Garaga mulai mendekatinya dan segera mengajaknya berbicara.
"Santang....," Sapa Garaga.
Santang sangat kaget! Baru pertama kali dirinya mendengar dan melihat harimau bisa berbicara pada manusia.
Santang segera menanyakan hal itu pada Kakek Byakta.
"Kek... Bagaimana bisa harimau ini berbicara padaku, apa dari dulu dia bisa berbicara pada manusia?" Tanya Santang yang semakin kebingungan.
Kakek Byakta mulai menjelaskan lagi pada Santang tentang Garaga.
"Begini nak... Sebenarnya Garaga ini sudah bicara pada manusia sejak dahulu, tapi hanya ayahmu saja yang bisa di mengerti bahasanya, kakek dan yang lainnya sama sekali tak mengerti apa yang di ucapkan oleh Garaga... Nah sekarang kamu juga sudah bisa mulai berbicara dengan Garaga, jadi Garaga ini adalah hewan penjaga yang di utus oleh para dewa untuk menjagamu dan termasuk kita semua yang ada disini," jelas kakek Byakta pada Santang.
Yudhistira pun tersenyum kearah anaknya Santang, menandakan apa yang di bicarakan kakek Byakta itu benar.
Santang sungguh sangat kebingungan pada saat itu, dirinya tak tahu apa yang harus ia lakukan setelah ini.
Santang terdiam... Terlihat sangat kebingungan..
Garaga yang menyadari akan hal itu segera mencoba menjelaskan kembali pada Santang.
"Tuan muda... Kamu adalah orang yang di pilih langsung oleh para dewa untuk menjadi seorang pendekar yang sangat kuat dan tak terkalahkan, tugas tuan muda sekarang adalah melawan seluruh pendekar jahat yang ada di muka bumi ini dan segera membebaskan semua rakyat kecil yang sedang di tindas oleh mereka, dan aku di sini di tugaskan oleh para dewa untuk menjaga tuan muda selama melawan para pendekar jahat nanti," jelas Garaga.
Santang mulai merasa percaya diri pada saat itu, tiba tiba semangatnya muncul membara, Taka terlihat sedikit pun kebingungan di muka Santang.
Santang segera berdiri dan mendekati Garaga, ia mulai mengelus kepala Garaga dan sedikit membisikkan sesuatu pada Garaga.
"Sekarang kerajaan mana yang harus aku taklukkan?" Tanya Adiwilaga dengan sangat percaya diri.
Santang sudah sangat siap karena dari dirinya masih kecil sudah di ajarkan oleh kakek Byakta tentang beberapa ilmu bela diri, jadi sekarang sudah sangat lengkap mempunyai ilmu bela diri dan juga mempunyai beberapa kekuatan yang di berikan oleh para dewa.
"Besok saja kita mulai melakukan tugas ini, masih banyak yang harus kamu ketahui tentang strategi penyerangan agar tak membahayakan dirimu sendiri, nanti akan aku beri tahu strategi peperangan yang cocok kita gunakan walaupun hanya kita berdua saja yang turun," jawab Garaga.
Santang pun pasrah dan segera mendengarkan beberapa strategi yang di berikan oleh Garaga padanya.
Sedangkan Kakek Byakta dan yang lainnya hanya bisa melihat mereka berdua sedang asyik bicara, Taka ada yang mengerti bahasa Garaga selain Yudhistira, sehingga mereka semua hanya mendengar Garaga sedang mengaum ngaum di depan Santang.
Sedangkan Yudhistira sudah sangat biasa akan hal itu, dirinya juga memahami dengan semua yang di bicarakan Garaga pada anaknya.
Strategi yang di jelaskan oleh Garaga memang begitu bagus bagi Santang, sehingga membuat Santang semakin yakin dan percaya diri untuk menghadapi seluruh pendekar jahat di luar sana.
Keesokan harinya telah tiba, waktunya Santang dan Garaga menjalankan seluruh strategi yang sudah di bicarakan kemarin.
Mereka berdua mulai berjalan menuju kedepan rumah, berniat akan membicarakan sedikit hal lagi tentang strategi kemarin.
Garaga menyarankan untuk menyerang pendekar jahat yang kemampuannya masih rendah, setelah itu mencari yang mempunyai kemampuan di atasnya dan seterusnya hingga membuat pendekar jahat paling hebat kalah di tangan Santang.
Sebenarnya Santang ingin langsung menyerang pendekar jahat yang paling hebat dan Pendekar jahat lainnya akan dia kalahkan dengan mudah.
Tapi akhirnya Santang memutuskan untuk menuruti omongan Garaga itu, menyerang markas pendekar jahat yang kemampuannya masih rendah dan mudah untuk di kalahkan.
Markas dari Pendekar jahat itu berada tepat di ujung hutan yang sedang mereka tinggal i sekarang, simbol dari Pendekar jahat itu adalah kapak!
Orang biasa menyebutnya dengan kelompok kapak kejam, Karena mereka selalu menggunakan kapak untuk menghabisi musuh musuhnya, bahkan tak segan segan untuk membunuh anak anak kecil yang tak bersalah dan tak tahu apa apa.
Santang mulai pamit pada semua, termasuk dengan ayah dan juga ibunya agar di beri keselamatan selalu.
"Semuanya.... Aku dan Garaga pamit terlebih dahulu, tolong doakan agar aku bisa menaklukkan raja dari kelompok kapak jahat di ujung hutan sana," ucap Santang pada semuanya.
Santang pun mulai menaiki punggung Garaga dan segera berangkat menuju markas besar dari kelompok kapak jahat itu.
Sedangkan Dewi Nur terlihat sangat cemas saat melihat anak satu satunya haru berjuang melawan para pendekar jahat di luar sana.
Dewi Nur takut akan kehilangan anaknya itu, hatinya begitu tidak rela jika harus melihat anaknya sudah tak bernyawa di tangan para pendekar pendekar jahat.
Raut Wajah Dewi Nur terlihat sangat panik dan ketakutan.
Hal itu di sadari oleh Santang, segera ia mencoba untuk menenangkan istrinya itu karena Yudhistira sudah paham jika istrinya itu panik saat melihat Santang akan melawan para pendekar pendekar jahat di luar sana.
Yudhistira mulai mendekati istrinya dan sedikit memeluknya sembari berbicara pada Dewi Nur.
"Istriku.... Kamu jangan ketakutan seperti ini, kita doakan saja Santang bisa melawan lara pendekar pendekar jahat di luaran sana, kita kan juga tahu Santang sudah di pilih oleh para dewa, pasti Santang akan di lindungi juga oleh para dewa, kita daoakan saja....," Ucap Yudhistira saat menenangkan istrinya.
Mendengar omongan suaminya tersebut sedikit membuat Dewi Nur tenang dan yakin bahwa putranya yang sedang berjuang di luar sana akan mendapatkan perlindungan dari para dewa.
Hatinya mulai bisa tenang, Yudhistira juga segera menuntun istrinya untuk segera kembali ke kamar dan beristirahat kembali di sana.
Dewantara dan kakek Byakta masih berada di depan rumah sembari terus melihat Santang dan Garaga pergi untuk berjuang.
Dewantara adalah mantan pendekar jahat yang sudah tobat dan ikut tinggal bersama mereka.
Dewantara mulai sedikit bertanya pada Kakek Byakta tentang kekuatan Santang.
"Kek... Kalau boleh tahu apa saja kekuatan yang sudah dimiliki oleh Santang sekarang?" Tanya Dewantara yang sama sekali belum mengetahui akan hal itu.
Kakek Byakta yang juga belum mengetahuinya pun segera menjawab dengan jujur.
"Aku juga belum tahu nak... Kakek hanya tahu tentang kekuatan Santang yang bisa menyembuhkan penyakit seseorang, tapi kekuatan lainnya kakek belum mengetahuinya sama sekali sekarang, kekuatan itu akan muncul dengan sendirinya saat Santang memerlukan nya," jawab kakek Byakta pada Dewantara.
Dewantara menerima jawaban itu karena memang selama ia tinggal bersama kakek Byakta dan lainnya tak pernah melihat Santang bertingkah aneh atau bahkan menggunakan kekuatan nya.
Selama Dewantara tinggal bersama mereka, Santang tak terlihat seperti orang yang mempunyai kekuatan, Santang terlihat seperti anak bayi biasanya.
Dewantara juga tak pernah melihat Santang melakukan hal hal yang aneh, semua yang di lakukan Santang masih normal dengan apa yang di lakukan anak kecil seperti biasanya.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk segera berburu di dalam hutan sembari menunggu Santang kembali pulang dari ujung hutan sana.
Tiba tiba Yudhistira keluar rumah dan ingin ikut bersama mereka untuk berburu.
Akhirnya mereka bertiga pergi berburu dan masih menggunakan tongkat kayu dari dahulu hingga sekarang, malah semakin jago skil berburunya di bandingkan beberapa tahun yang lalu, sekarang mereka semua sudah dengan mudahnya membidik target buruan nya tanpa meleset sedikit pun.
Sedangkan Dewi Nur masih menenangkan dirinya di dalam kamar, sembari terus mendoakan keselamatan anaknya itu.
Tak ada seorang pun di rumah, hanya Dewi Nur seorang diri.
Suasana itu membuat Dewi Nur lelah dan tertidur pulas di dalam kamarnya.
Sedangkan Santang dan Garaga masih terus berjalan menyusuri hutan hingga sampai di ujung hutan itu.
Kemudian Garaga menghentikan langkah kakinya sejenak dan segera berbicara pada Santang yang sedang duduk di atas punggungnya.
"Tuan... Jangan sampai kamu takut, kamu harus percaya diri agar semua kekuatan yang kamu miliki bisa keluar dan kamu berhasil mengalahkan raja dari kelompok kapak jahat itu," jelas Garaga!
Sebenarnya selama perjalanan Santang tiba tiba menjadi sangat tidak percaya diri dan takut akan mengecewakan para dewa jika dirinya gagal mengalahkan raja dari kelompok itu.
Untungnya Garaga sempat mengingatkan Santang akan kekuatan yang di milikinya, sehingga membuat Santang kembali percaya diri akan bisa mengalahkan raja dari kelompok kapak jahat itu.
"Terimakasih Garaga... Kamu sudah sempat untuk mengingatkan diriku, sekarang aku lebih percaya diri dan siap untuk menghadapi raja dari kelompok pendekar jahat ini, ayo kita segera masuk ke dalam markas besarnya dan menemui rajanya," jawab Santang dengan penuh keberanian.
Garaga mulai kembali berjalan menuju pintu masuk markas.
Di sana ia di hadang oleh dua penjaga yang sedang berjaga di pintu masuk markas.
Sebenarnya para penjaga itu sedikit takut karena melihat Garaga yang bertubuh sangat besar dan memiliki bentuk tubuh tidak seperti harimau biasanya, Garaga terlihat sangat kekar dengan otot otot nya yang begitu terbentuk.
Tapi penjaga itu memberanikan dirinya dan mulai menanyakan niat Santang datang ke markasnya itu.
"Hey kamu.. turun! Ada perlu apa kamu datang kesini dengan membawakan seekor harimau besar ini?!" Tanya salah satu penjaga.
Santang segera turun dari atas punggung Garaga dan segera menjawab pertanyaan dari para penjaga tersebut.
"Aku ingin menemui rajamu sekarang, biarkan aku bertemu padanya sekarang," jawab Santang dengan penuh kepercayaan diri.
Para penjaga sedikit bingung dengan jawaban Santang itu, mereka merasa kalau Santang ini sedang ingin bunuh diri karena berani bertemu dengan raja di sana.
"Apa kamu bilang? Mau bertemu raja? Hahahaha.... Kamu mau bunuh diri di sini nak?" Ucap penjaga itu lagi sembari sedikit meledeknya.
Tiba tiba Garaga mengaum jahat ke arah wajah para penjaga itu.
Membuat para penjaga itu ketakutan dan segera berlari masuk kedalam untuk menemui rajanya.
Garaga dan Santang juga ikut masuk ke dalam markas itu, berjalan santai tak seperti dua orang penjaga yang baru saja berlari an.
Semua anggota yang ada di dalam markas seketika langsung melihat Santang dan Garaga yang sedang berjalan santai di dalam markasnya.
Tak ada yang berani mendekati mereka berdua!
Semuanya takut setelah melihat bentuk tubuh dari Garaga yang sangat besar dan kekar.
Mereka semua membiarkan saja Santang dan Garaga berjalan santai masuk kedalam markas.
Para penjaga tadi mulai memasuki ruangan raja dan segera memberitahukan pada raja tentang kedatangan Santang dan Garaga di depan.
"Permisi raja... Maaf mengganggu waktumu sebentar... Ada satu orang dengan seekor harimau datang ke markas kita sekarang, di bilang ingin bertemu dengan raja sekarang juga," ucap penjaga itu.
Raja itu bernama Sira, para anggota biasanya memanggil dirinya raja Sira.
Seorang raja yang mempunyai kemampuan bela diri kapak yang cukup handal, sehingga dia pantas untuk menjadi raja di kelompok pendekar itu.
Raja Sira terkejut bukan main saat mendengar ucapan dari para penjaganya itu.
Baru pertama kali markasnya itu di datangi oleh orang, bahkan sekarang hanya satu orang dengan hanya membawa seekor harimau.
Raja Sira benar benar keheranan akan hal itu, bahkan tangannya sudah merasa gatal ingin menghabisi Santang dan Garaga itu.
Raja Sira mulai mengambil senjata kapaknya yang selalu ia gunakan untuk membunuh seseorang dengan sangat keji dan membabi buta.
"Sliiiiiiing...." Suara kapak raja Sira yang baru saja di ambilnya.
Segera ia berjalan keluar ruangan berniat akan segera menghabisi Santang dan Garaga di sana.
Para penjaga juga mengikuti raja Sira dari belakang, rasa ketakutan tiba tiba hilang saat raja Sira sudah membawa senjata kapak miliknya itu.
Para penjaga sangat yakin jika raja Sira akan dengan mudah mengalahkan seseorang yang datang dengan tangan kosong tadi dan hanya datang bersama seekor harimau.
Wajah para penjaga itu sudah sangat yakin jika raja Sira bisa dengan mudah mengalahkan mereka berdua.
Sedangkan Santang dan Garaga juga tetap berjalan santai menuju ruangan raja Sira itu.
Akhirnya mereka bertemu di tengah tengah markasnya.
Semua orang berkumpul untuk menyaksikan pertarungan dari Adiwilaga dan raja Sira.
Sebelum itu raja Sira sedikit bicara pada Santang dan Garaga.
"Owh jadi kamu anak muda yang ingin bertemu denganku? Apa ada masalah dengan ku saat ini? Apa yang kamu mau dariku?" Tanya raja Sira di depan Santang.
Santang mulai memandang matanya dan segera menjawab pertanyaan itu dengan sangat lugas dan percaya diri.
"Aku kesini ingin mengajakmu bertarung, jika kamu kalah kamu harus membubarkan kelompok jahatmu ini dan berubah lah menjadi orang yang lebih baik!" Jawaban Santang dengan sangat lantang.
Raja Sira tertawa, merasa yang di lakukan Santang adalah tindakan yang bodoh dan bisa mengancam nyawanya. Lalu raja Sira kembali bertanya pada Santang.
"Lalu... Jika aku menang?" Tanya raja Sira.
Santang tanpa pikir panjang langsung menjawabnya dengan spontan.
"Kamu bisa membunuhku atau apapun yang kamu inginkan," jawab Santang yang cukup terbilang sangat nekat.
Garaga yang mendengarnya juga sangat terkejut setelah Santang bertaruh nyawa demi kemenangan.
Sedangkan raja Sira dengan sangat senang menerima taruhan itu, dirinya sangat yakin akan dengan mudah mengalahkan orang seperti Santang ini yang terlihat tak cukup mempunyai kemampuan apapun.
Tapi Garaga sedikit membisikkan sesuatu pada Santang sebelum dirinya bertarung dengan raja Sira.
"Adi dengarkan aku.... Raja ini mempunyai kelemahan di tangan kirinya, jadi usahakan kamu bergerak kearah kiri saja agar pergerakan dari kapak miliknya menjadi sangat susah, Percayalah kekuatan mu akan datang dengan sendirinya nanti, sekarang ayo kamu berusaha dengan tenaga mu sendiri," bisik Garaga.
Garaga mulai mundur meninggalkan Santang yang akan bertarung dengan raja Sira, harga melihatnya dari kejauhan agar bisa tetap memantau kondisi Santang nantinya.
Santang mulai menyiapkan kuda kudanya tanpa memegang senjata apapun, dia hanya menggunakan tangan kosong saat melawan raja Sira.
Raja Sira kembali tertawa karena merasa dirinya sudah di atas angin setelah melihat Santang tak menggunakan senjata apapun di tangannya.
"Hahaha... Kamu yakin ingin melawanku dengan tangan kosong? Yang benar saja?! Hahaha," ledek raja Sira yang begitu sombong.
Santang tetap diam dan semakin percaya diri saat itu.
Tangannya mulai menggenggam keras, tanda dirinya sudah sangat siap dengan pertarungan itu.
Raja Sira pun emosi melihat Santang yang tak menjawab apapun dari ucapannya tersebut.
Raja Sira mulai berjalan mendekati Santang dan segera mengambil sikap pasang juga.
Tiba tiba kapak mulai di layangkan tepat di wajah Santang, tapi untungnya Adiwilaga sangat sigap dan segera menghindar i serangan tiba tiba tersebut.
"Anak ini ternyata pandai bela diri," gumam raja Sira di dalam hatinya.
Raja Sira pun beberapa kali melayang kan kapak nya kearah Santang, tapi lagi lagi semua itu berhasil di hindari oleh Santang.
Sampai pada akhirnya kapak milik raja Sira itu berhasil sedikit menggores tangan Santang, darah mulai mengalir dari luka tangan Santang itu.
Raja Sira yang melihatnya pun kembali meledek Santang dengan kesombongannya.
"Apakah sakit setelah terkena kapak milikku ini anak muda?! Pasti sakit hahahaha," ledek raja Sira yang semakin menjadi jadi.
Tapi Santang mengambil kesempatan itu untuk menyerang raja Sira dengan kemampuan nya.
Tapi sebelum melakukan pukulan ke arah dada raja Sira, Santang tiba tiba merasakan ada hal yang aneh di tangan kanannya, seperti mengeras dan kuat.
Ternyata itu adalah kemampuan baru yang dimilikinya, tangannya menjadi sekeras besi baja dan akan terasa sakit jika di pukulkan ke arah tubuh seseorang.
Santang tak pikir panjang segera meninju raja Sira itu tepat di bagian dadanya.
"Brughhh...."
Meskipun pukulannya tidak begitu kencang dan cepat, tapi yang di rasakan raja Sira begitu sangat kesakitan.
sekali pukulan Santang itu berhasil Membuat raja Sira jatuh tersungkur dan merasa sangat kesakitan di bagian dadanya, seperti nya beberapa tulang rusuknya patah setelah menerima pukulan Santang tadi.
Semua para anggotanya panik dengan tersungkur nya rajanya itu, mereka semua was was takut akan di habisi juga oleh Santang seperti raja Argani itu.
Para penjaga yang tadinya sudah sangat percaya diri seketika langsung terdiam dan merasa kembali ketakutan setelah melihat raja Sira jatuh tersungkur seperti itu.
Raja Sira tak mau menyerah begitu saja dengan Santang, dirinya kembali memaksakan diri untuk bangun dan berniat segera membalas pukulan Santang tadi.
Melihat rajanya kembali bangkit dan berdiri, itu membuat seluruh anggota nya merasa senang terutama dengan para penjaganya.
Dengan menahan rasa sakit di dadanya, raja Sira kembali melayang kan beberapa sabitan kapak pada Santang, tapi lagi lagi tak ada satupun sabitan yang berhasil mengenai Santang.
Malah raja Sira kembali menerima pukulan dari Santang.
"Bruukkkkkkhhhh," raja Sira jatuh tersungkur dan kehilangan kesadarannya.
Santang segera menghampiri raja Sira itu berniat akan melihat kondisinya.
Ternyata raja Sira sudah tak bernyawa setelah menerima pukulan maut yang kedua kalinya dari Santang tadi.
"Raja kalian sudah tak bernyawa!" Teriak Santang mengumumkan pada seluruh anggota kelompok pendekar itu.
Semua yang melihat dan mendengar nya pun menjadi panik dan semakin ketakutan setelah mendengar jika raja mereka sudah tak bernyawa lagi.
"Sekarang kalian semua bebas! Kalian semua bisa kembali ke desa dan ke rumah kalian masing masing! Jangan sampai kalian kembali bergabung dengan para pendekar jahat lainnya di luar sana! Jika aku melihat kalian lagi, aku akan menghabisi kalian seperti apa yang aku lakukan pada rajamu ini!" Teriak Santang dengan dangat lantang.
Garaga yang melihat itupun sangat begitu bangga pada Santang, Garaga merasa kalau para dewa tak salah memilih Santang sebagai pendekar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!