NovelToon NovelToon

RAHASIA HATI

BAB 1

Awal

Sinar matahari pagi menembus masuk kedalam kamar seorang gadis yang masih betah belum beranjak dari tempat tidurnya, masih setia bergulung dibawah selimut padahal matahari sudah mulai meninggi.

Maya memicingkan matanya menatap kearah jendela kamar yang masih tertutup gorden. Cahaya matahari menembus menerobos masuk hingga kedalam saking tipisnya tirai penutup kaca jendela itu.

Ia melirik jam diatas nakas ternyata sudah pukul 09.00.

"Oh shiiitt", umpatnya.

Maya segera menyibak selimut yang dikenakan, turun dari ranjang langsung ngacir kekamar mandi mbersihkan diri.

Kevin....!!

Gara - gara lo nie gue sampai telat bangun.

Lima belas menit adalah waktu singakat yang digunakan Maya untuk mandi dan berganti pakaian, demi untuk menghemat waktu agar sampai dikampus tepat waktu. Karna Mqya tak ingin terlambat mengikuti matkul jam pertama yang sialnya dosennya terkenal killer tidak pernah mentolelir siswanya yang terlambat datang. Jika sampai terlambat siap- siap saja menggantikan beliu mengajar teman- teman sekelas, itu hukuman mutlak dari bu Ani si dosen killer. Membayangkan saja sudah membuat Maya bergidik ngeri. Maka dari itu ia berusaha untuk tidak sampai terlambat.

Maya memasukan lotion , parfum bedak juga listik kedalam tasnya.

Menuruni tangga dengan tergesa gesa langsung mengeluarkan sepeda motor matic kesayangannya dari garasi.

"Aku berangkat bi asalamu'alaikum" teriaknya pada bibi yang tengah berdiri didepan pagar menunggu tukang sayur lewat depan rumah.

"Wa'alaikumsalam hati- hati neng jalannya jangan ngebut", si bibi ikut berteriak juga karna Maya langsung melajukan sepeda motornya tanpa menunggu jawaban salam dari bi Inah.

Dengan mengeluarkan skill terbaiknya, lima belas menit tanpa macet, tanpa berhenti di lampu merah sampailah Maya digedung kampus.

Dengan berlari kecil Maya memasuki gedung tersebut kebetulan ia berpapasan dengan Nia sahabatnya, Nia adalah sahabat terdekatnya dari sejak SMA.

"Heh.. kesiangan lagi lo", tanyanya pada Maya yang sudah berdiri didepannya dengan nafas ngos- ngosan karena berlarian.

Maya tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu justu ia langsung menarik tangan Nia agar mengikuti langkahnya.

" Eh mau kemana ini kelas kita kearah sana bambang", ucapnya karena Maya menariknya bukan kearah kelas mereka.

"Masih ada waktu 25 menit lagi sebelum masuk kelas kan, temenin aku ke toilet dulu belum dadan inih", ucapanya seraya berjalan menuju toilet.

Nia menurut saja dan mengikuti langkah Maya.

Tidak menyianyiakan keberadaan cermin yang menempel ditembok kamar mandi, Nia berdiri didepan cermin membenahi penampilannya menyisir rambutnya yang sebetulnya sudah rapi, mengeluarkan liptin dari tasnya dan menambahkan ke bibirnya supaya terlihat lebih cetar lagi.

Selesai dengan kegiatan mereka ditoilet, keduanya memutuskan kekelas. Masih belum terlambat untuk masuk kelas.

"Bergadang lagi kamu May, mikirin si Kevin lagi semalam, sampai kesiangan kayak tadi".

"Nggak lah ngapain mikirin mantan", kilahnya berbohong.

"Bergadang ngerjain tugas bu Erna aku tuh", ucapnya seraya tangannya sibuk menuang sambal kedalam soto. Selesai kelas tadi kedua sahabat itu langsung kekantin untuk mengisi perut mereka kerena hari sudah siang dan cacing diperut meronta minta makan.

Heleh tak perlu mengelak mukamu bisa ku baca May", Nia tersenyum miring menatap Maya.

Nia sudah tau seluk beluk Maya saat dibangku sekolah dulu. Ia juga tahu hubungan antara Kevin dan Maya. Kevin adalah cinta pertama Maya dan ia tahu kalau sampai saat ini sahabatnya itu belum bisa move on dari sang mantan kekasih.

"Apa sih gaje banget kamu habis ini jalan yuk", ucapnya berusaha menutupi.

"Nggak lah lagi ngirit inih transferan belum masuk", jawabnya lesu.

"Ck.. " Maya berdecak kesal mendengar jawaban sahabatnya padahal dirinya sangat berharap Nia mau diajaknya jalan ia sedang pusing dan butuh merefresh otaknya.

Butuh sesuatu yang bisa mengalihkan pikiran juga perhatiaannya dari seseorang.

Akhirnya setelah segala bujuk rayu yang Maya kerahkan untuk membujuk Nia, Nia pun menuruti keinginannya dengan syarat makan geratis. Masa iya cuma diajak ngadem sama muter- muter dimall aja nggak dijajanin.

"Cuma makan kan? beres aku baru gajian nih", lagaknya sedikit menyombongkan diri memberi tahu kalau ia punya uang.

Sesuai kesepakatan setelah pulang kuliah dua sahabat itu memutuskan untuk jalan- jalan dulu sebelum pulang.

Menghabiskan malam minggu dengan nongkrong dimall dari sore hingga malam dan baru kembali kerumah masing- masing setelah pukul delapan.

BAB 2

MOVE ON

Assalamu'alaikum...

Maya menghampiri ayah dan ibunya di meja makan lalu mencium tangan keduanya.

"Wa'alaikumsalam", jawab keduanya bersamaan.

Orang tua Maya tidak menanyakan dari mana dan kemana anaknya sampai pulang malam kerena sebelumnya Maya sudah mengirim pesan dan meminta izin pada ayahnya untuk pergi jalan - jalan dengan Nia. Dani pun sudah mengizinkannya juga tahu kemana dan dengan siapa Maya pergi.

"Makan dulu sayang", perintah Dani pada anak gadis kesayangannya.

"Masih kenyang yah mau langsung kekamar aja mau bersih- bersih".

Hm Dani mengangguk dan Maya pun langsung beranjak.

Maya langsung membersihkan diri begitu masuk ke kamarnya.

Merebahkan tubuh ditempat tidur kesayangannya, tangannya terulur meraba dibawah bantal mencari selembar foto yang ia selipkan dibawah sana.

Diambilnya foto tersebut kemudian ditatapnya lekat - lekat wajah seorang didalamnya, wajah dari mantan kekasihnya yang masih belum bisa ia lupakan hingga saat ini.

Walaupun sudah hampir setahun mereka tidak pernah bertemu dan bertukar kabar nyatanya Maya masih saja mengharapkan bahkan masih sering merindukan Kevin.

Bagai manapun Kevin pernah menjadi seorang spesial dihatinya dan sampai saat ini nama Kevin juga masih ada dihatinya. Sulit untuk melupakan dan menghapus kenangan - kenangan saat dulu mereka masih bersama.

Sebenarnya hubungan mereka belum berakhir hanya saja

hubungan keduanya putus begitu saja saat terhalang jarak jauh. Tidak salah bukan kalaau May masih mengharapkan Kevin.

Kamu disana lagi apa Kev, apa kamu sudah melupakan aku hingga tidak pernah menghubungiku? Apa karna sudah ada yang lain?

Maya bertanya pada foto Kevin seakan Kevin ada didepannya dan mendengar ucapannya.

Akkkrhh.... " teriak Maya frustasi.

Cinta pertama memang susah dilupakan, itulah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan apa yang Maya alami saat ini.

N**ggak gue nggak mau terjebak seperti ini.

"Gue harus move on ya gue harus move on, hidup terus berlanjut. Melangkah kedepan tanpa menoleh kebelakang. Oke gue bisa, semangat. Maya mengepal tangan keudara menyemangati dirinya sendiri.

Kemudian ia memilih meyibukkan diri dengan membaca buku berharap apa yang ia lakukan bisa mengalaihkan pikirannya tentang Kevin.

Hoammm....

Maya menguap berkali - kali menandakan bahwa ia sudah mulai mengantuk, matanya sudah sangat berat meminta untuk dipejamkan.

Maya memutuskan menutup buku bacaannya, bergegas kekamar mandi membersihkan diri dan bersiap untuk tidur.

Sepertinya tidur adalah jalan terbaik.

Mengistirahatkan syaraf - syaraf dan juga otak yang sudah bekerja seharian. Melepas penat setelah seharian beraktifitas.

Mematikan lampu, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Hanya butuh waktu sebentar Maya sudah masuk ke alam mimpi.

*****

Dinginnya udara pagi menusuk hingga ketulang - tulang mengusik anak manusia yang masih betah berada di bawah gulungan selimut, tapi suara azan subuh memaksanya untuk membuka mata.

Maya segera bergegas ke mamar mandi mengguyur tubuhnya dengan air hangat.

Melaksanakan kewajiban menghadap yang Maha Kuasa. Berima kasih atas rahmat yang diperolehnya. Bersyukur masih diberi kesempatan menikmati keindahan semesta, menghirup udara segar serta diberi kesehatan juga bersyukur masih memiliki kesempatan memperbaiki diri.

Usai dengan kegiatannya Maya keluar dari kamar mencari sesuatu yang dapat mengahangatkan dirinya dari hawa dingin setelah semalaman hujan tiada henti hingga menjelang pagi.

"Masak apa bu", Maya berdiri dibelakang Heni yang masih sibuk mengupas bawang.

"Astaga ini anak permisi kek apa kek tiba - tiba nongol dibelakang ibu bikin ibu jantungan aja", maki Heni, Maya hanya nyengir saja diomeli seperti itu oleh ibunya baginya itu hal biasa.

"Ibu si begitu seriusnya sampai nggak denger ada langkah kaki mendekat", kilahnya. Heni diam tidak menanggapi ucapan anak gadisnya ia sudah hapal dengan kelakuan Maya yang sudah pasti punya kata pembalaan.

"Kok bau pisang goreng bu", hidung Maya mengendus - endus aroma pisang goreng yang baru tercium baunya saja sudah sangat enak. Heni menggeleng dengan kelakuan anak gadisnya itu yang selalu cepat kalau soal makanan.

"Itu ada dimeja makan masih panas ibu baru selesai gorengnya.

Maya menghampiri meja makan dan benar saja terdapat sepiring pisang dan segelas kopi dimeja makan.

"Woahhh cocok ini ada kopi pula", Maya langsung meraih cangkir berisi kopi tapi belum sempat Maya meminumnya,

"Plakk..kk" tangan Heni lebih dulu mengenai lengannya.

"Bikin sendiri itu punya ayah", dengan sedikit kesal Maya meletakkan kembali kopinya tidak jadi meminumnya.

Mukanya langsung cemerut, Dani yang sedari tadi berdiri di depan pintu dapur menyaksikan anak dan istrinya berdebat diam saja. Ia melangkah mendekati meja makan dan lagsung mendudukan dirinya disamping Maya.

"Sllrrruuppp ahhh.....", Dani sengaja meminum kopi didepan Maya agar menambah kejengkelan anaknya ia sangat senang menggoda dan membuatnya kesal. Melihat itu tambah mengerucutlah bibir Maya Dani tersenyum melihat itu.

"Hmmm.. pisangnya enak, bu slurrp..ahh" Dani menyeruput kopinya kembali sambil matanya melirik kearah Maya untuk melihat ekspresi anak.

Satu ...dua... dan benar saja seperti dugaannya,

"Ayah.... rengek Maya ia memperlihatkan muka memelas melihat itu Dani ingin tertawa tapi ia tahan.

"Habiskan", Dani menyodorkan gelas di depan Maya dan dengan senang hati mererimanya lalu menghabiskan kopi milik ayah yang tinggal separuh.

BAB 3

MALU

Dimobil yang hanya ditumpangi dua pria tampan yaitu bos dan asistennya. Sang asisten tengah fokus melihat jalan didepannya yang ramai, sedangkan sang bos masih setia memejamkan matanya sedari tadi dikursi belakang.

Ciiitt...t

Brakkk....

Aris mengusap wajahnya kasar ia baru saja menabrakkan mobil mahal milik tuannya.

"Ada apa ris," Agam terbangun dari tidurnya mendengar suara tabrakan barusan.

"Maaf pak saya menabrak motor barusan saya keluar dulu lihat keadaan korbannya pak".

Hm Agam mengangguk.

Sementara Maya yang melihat pintu mobil orang yang menabraknya terbuka mendadak merasa takut karena disini dialah yang salah. Mengerem mendadak didepan mobil itu.

Aduh orang itu keluar lagi pasti mau menghampiriku, pasti mau minta ganti rugi itu kan mobil mahal ah apes banget si aku udah jatuh tertimpa tangga pula, ibu pasti marah ini.

"Aku harus gimana ini", Maya panik benar benar panik. Dan benar saja ada orang keluar dari mobil mewah itu berjalan kearahnya, sontak saja Maya langsung pura - pura pingsan sebelum orang itu sampai didepannya.

Laki - laki itu mendekat lalu berjongkok untuk melihat bagaimana keadaan korbannya.

Sepertinya tadi hanya tersenggol tapi kenapa sampai bisa pingsan?

Aris meperhatikan lebih lekat lagi ternyata korbannya adalah perempuan. Aris tampak tersenyum melihat bola mata gadis itu bergerak - gerak dalam pingsan kepura - puraanya karena silaunya sinar matahari yang mengenai gadis itu.

Timbul niat Aris untuk mengerjai gadis itu.

Hallo kantor polisi...

Sontak saja Maya langsung bangun dari pingsan pura - puranya mendengar itu.

"Aaaa.., ampun pak tolong jangan telpon polisi pak ampun iya saya ngaku salah saya yang salah tolong laporkan saya kepolisi jalan damai saja yah pak saya mau ganti rugi berapun biayanya saya janji akan ganti", kedua tangan Maya menggenggam tangan Aris yang memegang handphone.

Mendengar itu Aris tersenyum, gadis di depannya ini tampak lucu dan menggemaskan.

"Ekhm... Jadi kamu pura - pura pingsan", ucapnya dengan menampilkan ekspresi yang tak ramah.

"Maaf pak maafkan saya karna saya takut bapak minta memarahi saya, sekali lagi saya minta maaf ", Maya menunduk tidak berani menatap Aris.

"Kenapa manis sekali si gadis ini" batin Aris bermonolog.

"Sepertinya lukamu tidak terlalu parah masih bisa bawa motor kan".

"I iya pak", Aris membantu Maya bangun.

"Tulis no kamu biar aku bisa hubungi kamu selah ini, sekarang saya sedang buru - buru masih ada urusan ", Aris menyodorkan hpnya, Maya menerima dan mengetikkan nomornya d hp Aris.

"Maya ", gumam Aris .

N**ama yang cantik seperti orangnya.

" Terus saya gimana pak, bapak tidak akan melaporkan saya ke kantor polisi kan kalau saya mau tanggung jawab iya kan pak".

Sekali lagi Maya memastikan kalau pria didepannya ini tidak akan melaporkannya, Aris diam tidak menjawab ucapan Maya.

"Pulanglah saya juga harus pergi, nanti saya hubungi kamu", Maya menggangguk patuh, dalam hatinya bersyukur laki - laki ini tidak marah dan melapor polisi, tinggal memikirkan gimana caranya mengganti rugi dan memberi tahukan kejadian ini kepada orang tuanya.

Malu karna menjadi pusat perhatian orang - orang disekitarnya setelah Aris membantunya berdiri dan menyuruhnya untuk pergi Maya langsung tancap gas tanpa menoleh ke kanan dan kiri lagi Maya cukup malu untuk menoleh ke orang - orang yang menyaksikan kejadian barusan.

Melihat kelakuan Maya Aris hanya geleng - geleng kepala.

Setelah Maya menghilang dari hadapannya Aris segera masuk mobil. Ia harus mengejar waktu sampai ke bandara tepat waktu agar sang bos tidak tertinggal pesawat.

Setelah duduk dikursi kemudi Aris menoleh ke belakang dimana tuannya duduk.

"Maaf pak karna kejadian barusan bapak jadi harus menunggu".

" Tidak apa- apa masih ada waktu", Agam melihat jam mahalnya yang melingkari tangannya.

Aris menggguk kembali melihat jalan dan langsung melajukan mobilnya.

"Gimana dengan korbannya apa terluka parah ? tanya Agam setelah mobil melaju.

"Tidak pak hanya lecet dibagian lutut saja ",terang Aris setidaknya hanya itu yang Aris lihat tadi.

Selanjutnya tidak ada obrolan lagi dari keduannya Agam kembali menyenderkan tubuhnya dan memejamkan mata.

Setelah 20 menit perjalanan sampailah dibandara Aris menoleh kebelakang ternyata tuannya masih terlelap, sebenarnya Aris merasa sungkan membangunkannya tapi kalau tidak dibangunkan Agam pasti akan ketinggalan pesawat, akhirnya Aris membangunkan Agam dengan pelan - pelan.

"Pak pak, maaf kita sudah sampai dibandara", merasa mendengar suara, Agam membuka mata melongok kejendela.

"Eh sudah sampai Ris, kenapa tidak membangunkanku", mendengar tuannya berkata seperti itu Aris tidak menjawab hanya tersenyum kecil dan mengusap tengkuknya.

Agam merapikan pakian dan rambutnya sebelum keluar dari mobil.

Dengan sigap Aris membukakan pintu untuk tuannya. Agam turun dari mobil dengan menentang satu koper kecil berisi beberapa lembar pakiannya.

"Tidak perlu mengantarku masuk, setelah dari sini kamu langsung saja ke kantor Ris menyiapkan bahan untuk rapat nanti. Mungkin aku diKalimantan hanya sampai lima hari saja, urusan kantor saya percayakan sama kamu".

Aris mengangguk patuh ia tahu betul kalau tuannya sudah bicara A ya tetap A tidak ada yang bisa merubah putusanya.

"Baik pak, bapak hati - hati dijalan, Agam mengangguk. Setelah berpesan kepada Aris Agam langsung melangkah kakinya meninggalkan Aris tidak lupa kaca mata hitam yang setia menemani perjalannya bertengger dihidung mancungnya menambah kesan cool dan kesan wibawanya.

Setelah Agam menghilang dari pandangnnya Aris mesuk ke dalam mobil melajukan mobil ke kantor sesuai perintah tuannya tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!