NovelToon NovelToon

Magical Flower

BAB 1 - Magical Flower, Toko Bunga dan Cafe. 

Magical Flower, toko bunga dan cafe.

Flora terlihat sedang mengumpulkan beberapa jenis bunga, 1 tangkai krisan putih dan kuning, 2 tangkai lotus, 1 tangkai gerbera daisy berwarna merah dan beberapa tanggaki dedaunan kemudia ditata rapi kemudian dibungkus.

"Ini koh Awi bunganya, seperti biasa campur warna untuk sembahyang ya koh." Ujarnya seraya memberikan buket bunga tanpa dibungkus cantik karena langganannya Koh Awi setiap 2 kali sebulan pasti membeli bunga campur warna begitu untuk ritual sembahyangnya di kelenteng.

"Ok, makasih Flo ini seperti biasa kan.." Balas Koh Awi memberikan uang 20 ribuan dan 10 ribuan seperti biasanya. Padahal toko bunga belum buka di jam 7 pagi itu tetapi langganannya ini memang setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan lunar selalu membeli bunga pagi-pagi dan Flora sudah di WA malam sebelumnya agar standby setiap jam 7 pagi di tanggal tersebut. Flora selalu rajin dan bangun pagi setiap hari untuk merawat dan mengajak ngobrol bunga-bunga cantiknya. Mengobrol? Ya! Flora selalu mengobrol dan berbicara banyak dengan bunga yang amat dia cintai.

Flora sebenarnya bukan manusia biasa, dia adalah peri bunga dan tanaman yang sedang menjalani masa hukumannya di dunia manusia. Kesalahan manisnya berbuah pahit ketika ketahuan oleh sang Ratu Peri. Terpaksa Flora yang disapa Flo itu dirubah menjadi manusia dan menjalani hukumannya untuk menyatukan atau memisahkan sepasang kekasih atau suami istri atau sejenisnyalah, Flo juga bingung meisahkan hubungan mereka.

Tapi memang dasar Flo adalah pembangkang dan suka seenaknya maka dia dengan santai menjalani masa hukumannya yang sudah berlangsung selama 50 tahun dan dia hanya selesaikan 1,590 dari 10,000 misi. Haha.. itu sedikit sekali mengingat dia dalah peri yang memiliki kekuatan lebih tapi dia memilih menikmati saja kehidupannya sebagai manusia dan saat ini dia nyaman dengan itu.

Flo sangat suka melihat kebahagiaan dan keceriaan wajah para pelanggannya saat menerima bunga darinya atau terkadang dia ikut pergi dalam wujud perinya melihat orang yang diberikan bunga itu dan dia menikmati setiap moment yang sisaksikannya sehingga lupa akan misi penting dari hukuman yang diberikan sang Ratu.

"Pagi Flo..." Sapa Prithika yang telah datang jam 8 pagi itu karena memang dia kerja di sift pagi, gadis 25 tahun berwajah manis itu sangat suka dengan bunga dan kebetulan namanya Prithika yang artinya bunga dalam bahasa sansekerta, dia biasanya disapa Thika dan merupakan gadis keturunan India yang sangat manis.

"Pagi Flo, aku langsung antar ini ya.." Sapa Bakula yang biasa dipanggil Kula, dia masih 20 tahun dan adiknya Thika, mereka kakak adik dengan nama unik berarti bunga. Kula sudah membawa 1 buket bunga palsu dan snack yang telah disusun rapi dan cantik untuk hadiah ulang tahun yang di pesan online oleh pelanggan Magic Flower ini.

Selain menjual bunga asli, Flo akhirnya membuat juga bouquet bunga palsu dan beberapa jenis buket snack dan uang secara online untuk menambah pemasukan untuk para pegawainya. Selain Thika dan Kula, ada Imelda, Reyhan, yang bekerja di bagian bunga dan pengantaran. Semua pegawai Flo disini memiliki nama yang berhubungan dengan bunga, entah kebetulan atau apapun yang penting dia suka dengan nama-nama mereka yang indah. Kula sebenarnya bekerja di bagian cafe tapi dia sering membantu pekerjaan kakaknya jika sedang ada waktu luang. Mereka semua sangat rajin dan memiliki kisah kehidupan maisng-masing yang membuat Flo sangat takjub dengan kehidupan manusia.

Setelah bekutat dengan bunga-bunga segar yang telah makin cantik dan segar, akhirnya Flo kembali keatas, ke kamarnya untuk membersihkan diri kembali karena belum sempat tadi.

"Thika, jaga dulu ya aku mau mandi." Pinta Flo seraya membuka celemek pink yang dipakainya.

"Ok Flo.. santai.." Jawab Thika yang masih sibuk menyusun beberapa snack yang harus dia tempel karena ada pesanan untuk siang ini. Flo membuka pintu di tangga sudut ruangan itu kemudian naik kekamarnya, dia segera mandi dan kembali lagi karena ada banyak pesanan bunga segar untuk diantar sore ini. Selesai dengan ritual mandinya Flo dikejutkan oleh sesuatu yang dia sudah tau itu apa.

Sekuntum bunga melayang menunggu Flo dan begitu Flo mendekat dan menyentuk sedikit kelopak bunganya langsung ada cahaya terang, kemudia muncullah sosok cantik jelita dan seukuran peri tapi lebih besar sedikit karena pembiasan cahaya.

"Ada apa Ratu Peri Petunia?" Tanya Flo malas karena biasanya bukan hal baik sang Ratu menyambanginya seperti ini.

"Apa kau sudah nyaman dan ingin menjadi manusia Flora?" Tanya sang Ratu dan Flora sangat malas untuk menjawabnya.

"Iya sih nyaman tapi.. ya begitulah.." Jawab FLo ngambang membuat sang Ratu yang dikenal baik hati dan bijak itu menggeleng pelan.

"Kau tidak berubah Flo, sudah 50 tahun dan kau sudah berpindah 5 kali. Aku ingin kau cepat selesaikan misi mu atau kau akan kukirim ke lembah gelap untuk menjadi ratu disana." Ratu yang baik ini berubah tegas dalam ucapannya membuat Flo tercengang.

"Lembah gelap? Ratu? Apa maksudmu?" Tanya Flo bingung dan sang Ratu malah memberinya sesuatu, Flo membuka bunga tulip yang kuncup dan keluarlah cahaya lainnya yang memperlihatkan lembah gelap yang semakin kacau dan menyedihkan.

"Akan akan kirim kau kesana jika tidak ada pertambahan dalam misimu Flo, dan aku tidak main-main kali ini." Tegas sang Ratu lagi membuat Flo makin terdiam, kemudian cahaya dan seluruh bunga disana menghilang dibawa angin yang entah dari mana datangnya.

"Pansy.. iya aku harus tanya ke dia." Flo turun kebawah dengan tergesa-gesa tapi karena sudah ramai pegawai cafe yang datang, dia mengurungkan niatnya untuk berbicara pada Pansy, bunga berwarna ungu itu ada di atas meja rak di daerah meja cafe, si bunga Pansy yang tau segala hal itu memang adalah informan nomor 1 bagi FLo.

"Hai Flo, barang baru sudah datang.." Panggil seorang pria paruh baya dengan setumpuk bunga mawar ditangannya. Barang  baru maksudnya adalah bunga segar pesanan Flo telah tiba, sebenarnya Flo bisa saja menghidupkan bunga dalam sekali jentikan jarinya tapi itu sangat mencurugakan jika tidak ada pasokan bunga seperti toko bunga normal seperti yang lain.

"Iya Pak Ramses, aku kesana nih.." Flo berjalan cepat sedikit berlari menghampiri Pak Ramses yang sejak tadi bolak balik membawakan bunga-bunga segarnya.

"Oh iya, ini ada bunga dandelion cuma 1 pot sih.. temanku mau membuangnya jadi aku ambil saja, mungkin kau mau merawatnya?" tanya Pak Ramses dengan pot hitam dan setangkai Dandelion yang hampir kering.

"Ah.. Dandelion yang malang, aku akan merawatmu." Ucap Flo sambil mengambil pot itu dari tangan Pak Ramses, dia segera menyiramnya karena bunga itu sudah sangat lemah, Flo sangat sedih melihat tanaman apapun itu jika mengalami hal buruk seperti ini.

"Aku tau kau pasti akan merawatnya, hahahah kau itu seperti peri di kartun yang di tonton anakku dulu." Puji Pak Ramses dan Flo hanya nyengir mendengarnya, memang dia peri. Setelah pembayaran dan semua nota telah dikumpulkan, Flo membawa Dandelion ke lantai 3 yang ada ruangan terbuka untuk bunga itu bisa mendapatkan sinar matahari yang cukup.

"Terima kasih.." Ucap si bunga Dandelion dan Flo tersenyum mendengarnya.

"Apa kau sudah baikan? Aku akan merawatmu dengan baik." Tanya Flo dan Dandelion sangat senang bisa bertemu peri di dunia manusia yang keras ini.

"Kau sungguh tinggal disini? Apa kau tidak takut pada manusia?" Tanya Dandelion dan Flo menggeleng, "Ada banya manusia baik dan sayang dengan sesama makhluk hidup yang memang tidak sedikit juga yang jahat." Jawab Flo dan Dandelion makin terpesona dengan peri baik ini.

"Aku akan membalas budi baikmu peri, apa ada informasi yang ingin kau ketahui? Diriku selalu terbang kemana saja dan tau banyak hal." Ujar Dandelion membuat FLo mengingat sesuatu.

"Panggil aku Flo saja, aku ingin tau tentang lembah kegelapan, apa kau tau?" Tanya Flo dan saat ini mereka sudah duduk di kursi santai di lantai 3 yang setenga terbuka dan setengahnya lagi ada atap diatasnya.

"Oh, lembah itu sangat mengerikan dan makin gelap. Sudah tidak ada lagi tumbuhan yang bisa hidup karena sinar mataharinya sekarang tertutup sempurna. Banyak peri yang diutus kesana untuk membantu menyinari dan menghidupkan tanaman tapi mereka pulang dengan separuh nyawa saja dan sekarang sedang dirawat." Jelas Dandelion membuat Flo sangat takut jika dikirim kesana.

"Kau takut Flo?" Tanya Dandelion yang tau rasa hati dari peri itu karena peri dan bunga itu sebenarnya ada hubungan yang rumit untuk di jelaskan.

"Iya, takut dan juga sedih." Jawab FLo dengan sedikit bergetar mendengarkan informasi itu, teman-teman perinya bahkan sakit dan tanaman tidak ada yang berhasil hidup.

"Dan ada hal lain lagi, aku dengar kalau sang pangeran mencari istri untuk dijadikan ratu disana nantinya." Lanjut Dandelion membuat Flo benar-benar kaget.

"Mana ada yang mau kesana!" Pekik FLo. "Betul, gak ada yang mau kesana setampan apapun si pangeran itu." Lanjut Dandelion.

Mereka mengakhiri percakapan dan FLo akhirnya turun untuk mengerjakan pesanan bunga yang belum dia sentuh sama sekali, pikirannya sudah melayang kemana-mana dan harus segera menyelesaikan misi sebanyak-banyaknya.

"Imel aku harus cari imel dulu.." Ucap Flo, karena dia adalah manusia ke 2 yang tau kalau dirinya adalah peri, manusia pertama nanti saja akan diceritakan.

"Thika, Imel masuk gak ya hari ni?" Tanya Flo dan Thika langsung berlari melihat jadwal yang telah dia buat selama 2 minggu kedepan.

"Ada Flo, dia masuk jam 1 selama seminggu ini karna ada jadwal kuliah pagi." Jawab Thika dan kembali lagi dengan pekerjaannya menatap snack di pot bunga beserta bunga kecil lainnya untuk di jadikan buket snack.

"Ohh, ok lah." Jawab FLo dan dia langsung bekerja lagi dengan perasaan galau dan tidak karuan. Flo selalu bekerja sambil melihat jam dinding di atas pandangannya dengan gelisah menunggu jam 1 yang masih ada 3 jam lagi.

Setelah lama menunggu akhirnya Imelda datang juga dan seperti biasa dia bermuka sendu dan sangat tidak mood. Pasti ada yang mengganggunya lagi.

"Mel, aku mau bicara ke atas yuk." Ajak Flo begitu melihat Imel datang sebelum jam 1 siang dan menariknya segera kekamarnya. Setelah membicarakan kegalauan hatinya karena takut dikirim ke lembah kegelapan Imelda juga syok jadinya.

"Trus kita harus ngapain Mel?" Tanya Flo dengan wajah kalutnya.

"Yah jangan malas, kau kan selama ini hanya menikmati hdup tanpa pikirkan misimu itu." Jawab Imel santai karena dia sebenarnya sudah mengingatkan Flo sejak setahun lalu semenjak mereka dekat karena dia ditolong oleh Flo yang sedang melakukan bunuh diri.

"Hm.. tapi kita cari korban dimana?" Tanya Flo lagi seakan menjadi bodoh.

"Korban? Jangan sebut korban tapi client. Tinggal suruh si Pansy nguping lah kan banyak tuh pelanggan cafe yang lagi pacaran. Nguping aja trus kamu ikutin deh.. eh tapi ikutinnya pake apa dong?" Jelas Imel yang malah bertanya balik.

"Ah aku sudah punya dandelion, dia bisa terbang kemanapun." Ujar Flo membuat Imel mangut mangut.

"Ya sudah.. selagi Pansy nguping kau juga boleh tanya-tanya pelanggan yang beli bunga, mereka mau kasih bunga buat siapa, moment apa dan mereka pasti cerita juga." Imel memberi ide lagi dan Flo setuju, "Kau memang pintar." Balas Flo.

"Trus kenapa mukamu murung tadi?" Tanya Flo yang ingat wajah Imel yang sendu itu.

"Biasa, aku dituduh ****** lagi. Apa sihirmu tidak berguna lagi ya? kenapa masih ada pria yang mengejarku?" Tanya Imel dengan tatapan dan nada bicara meragukan.

"Sudah aku katakan, kau itu ditakdirkan untuk menjadi seorang wanita yang digilai lawan jenis dan itu tidak akan hilang. Makanya aku cuma bisa memudarkan sedikit pesonamu dan hanya pria yang serius denganmulah yang bisa melihat kecantikanmu itu meski sudah aku tutupi." Jelas Flo berulang-ulang entah sudah keberapa kalinya.

"Tapi, laki-laki tadi tuh terkenal playboy dan sudah tidur dengan banyak teman kencannya loh.. masa orang kaya gitu serius menyukaiku?" Tanya Imel tak percaya lagi.

"Ohh berarti dia memang hanya ingin bermain dan kau harus hati-hati. Ingat, mereka yang tidak serius denganmu tidak akan melihat kecantikanmu dan jika ada pria yang menyebutmu cantik berarti bisa jadi dia orang yang tepat." Jelas FLo lagi dan Imel terlihat berpikir, memang benar si playboy itu tidak mengatakan dia cantik tapi hanya ingin merasakan tubuhnya yang bentuknya sempurna, setidaknya itulah yang didengar Imelda dari orang sekitarnya. Beruntung Flo sudah menutup aura kecantikannya sehingga dia bisa hidup lebih tenang.

"Sudah hampir jam 1 aku karus kerja bantu Thika yang keteteran sama pesanan buket snacknya." Pamit Imel dan mereka bersama kembali ke lantai bawah untuk lanjutkan pekerjaan.

"Flo, kayanya kita butuh orang baru buat antar buket deh.. kalau bisa pekerja part time aja, cuma sabtu minggu karna Kula juga sibuk di cafe kalo wiken." Thika sudah berada di depannya dan Flo berpikir sejenak.

"Okelah, nanti tempel disana saja dan post juga di IG yah, kalau bisa cowo aja biar kuat angkat-angkat yang gede." Titah FLo dan di balas jempol oleh Thika yang langsung menyibukkan diri lagi.

Hari berlanjut dan pekerjaan mereka tanpa henti sampai sore, Reyhan sudah bersiap dengan mobilnya dan memasukkan 8 buket bunga dan 2 buket snack balon ke mobil, Thika akan ikut dengannya agar mudah bagi Reyhan untuk mengantarkan tanpa harus parkir. Jika pengantaran yang banyak dan rawan rusak amaka akan pakai mobil dan biaya tentu saja di tanggung oleh pembeli sesuai harga tertera di wilayah tertentu. Untunglah Flo sudah punya beberapa mobil, karena 50 tahun jadi manusia dengan kekuatan peri tidak sulit memperoleh uang, itulah salah satu yang Flo suka selama ini.

"Selamat malam mba, saya mau pesan bunga tapi bingung." Sapa seorang pemuda yang baru masuk saat toko mau tutup.

"Mau bunga jenis apa dan kalau bingung bunganya untuk siapa dan acara apa ya?" Tanya Flo balik melihat pemuda itu bingung melihat banyak macam bunga disana.

"Ehm, untuk pacar saya dan dia ulang tahun besok." Jawab pemuda itu dan dia kembali memandang Flo dan tersenyum.

"Ohh, kalau boleh tau pacarnya mas suka jenis bunga apa?"

"Saya tidak tau mba.. mungkin mba bisa Bantu?"

"Boleh, kalau begitu seperti contoh ini saja, tadi juga ada yang pesan untuk ulang tahun pacarnya." Terlihat pemuda itu memandang sebuket mawar merah yang lumayan besar.

"Mawar putih saja deh mba, sepertinya lebih cocok untuk pacar saya, soalnya dia terlihat polos dan cantik seperti mawar putih itu." Jawab si pemuda dengan senyum mengembang membayangkan wajah si pacar.

Setelah melakukan pembayaran dan menuliskan alamat tujuan dan pesan cintanya si pemuda itu segera keluar baru saja membuka pintu dia kembali lagi membuat Flo berbalik mendengar panggilannya.

"Mba.. maaf. Apa sedang cari pekerja part time?" Tanya pemuda itu.

"Benar, kenapa ya mas?" Tanya Flo dan pemuda itu memberanikan diri untuk melamar pekerjaan itu.

"Boleh saya coba mba? Soalnya Sedang butuh." Flo mematung dan bingung karena tampilan pemuda ini tidak terlihat biasa, dengan setelan kemeja putih yang rapi dan ada tanda pengenal perusahaan dikalungkan dileherny membuat Flo makin bingung.

TBC~

BAB 2 - Pekerja Part Time (Part 1)

Jam 8 pagi di hari jumat yang cerah ceria, Flo sudah ada dibawah untuk bersiap membua toko hari ini, Magical Folwer, Toko Bunga dan Cafe. Itulah nama tokonya. Dia sedang menyusun semua buket bunga segar hari ini untuk dikirimkan dan dia heran melihat 2 kartu di alamat yang sama.

"Penerima, Susan Tanijaya, dikirim ke Saros Studio lantai 12 bagian admin mawar merah dari Robin, note : Selamat hari lahirnya seorang bidadari cantik ke dunia, kekasih hatiku, dari Robin. Trus satu lagi juga sama, note : Selamat ulang tahun sayangku, dari Giovani. Ini sama, ya ampun si cewe tarik 2 sekaligus. Dan Giovani kan yang tadi malam pekerja part time kita yang baru nanti." Gumam Flo sejak tadi membuat Reyhan bingung dan ikut membaca note dari bunga itu.

"Duh, Flo aku yang ngantar aja bingung loh.. gimana yang nerima nanti sekaligus 2 bunga itu, merah dan putih kaya bendera aja." Keluh Reyhan yang menggaruk kepalanya karena bingung.

"Yasudah antar saja, kita kan cuma jual, yah nanti kalo Gio masuk jangan bilang dulu yah, takutnya dia patah hati." Pesan Flo dan di balas anggukan oleh Reyhan yang sudah memasukan 4 buket bunga segar dan 1 bunga palsunya.

"Hati-hari Ray." Teriak Flo dari dalam karena memang belum waktunya buka toko.

Toko bunga akan buka jam 9 dan cafe jam 10, saat ini masih jam 8 lebih dan dia sudah bekutat dengan pekerjaannya seperti biasa karena pemesanan yang menumpuk. Apalagi sebentar hari valentine tinggal seminggu dan dia harus menyediakan bunga mawar yang banyak dan segar terus membeli beberapa jenis boneka kecil sampai besar, coklat dan lainnya. Ya itu adalah tugas dari Thika.

***

***

***

"Susan.. ada paket!" Teriak salah satu pegawai admin di Saros Studio tempat Susan sedang magang untuk 6 bulan kedepan dan dia sudah 1 bulan bekerja disini. Susan segera keluar dan tersenyum cerah kala Reyhan datang dengan membawa buket bunga cantik.

"Mba Susan ya?" Tanya Reyhan ramah dan Susan menjawab, "Iya mas, dengan saya."

Reyhan lalu memberikan 2 buket bunga cantik mawar merah dan putih. Susan sempat bingung membawa 2 buket yang cukup besar itu dan sedikit terlihat malu saat membaca kedua notenya.

"Paraf disini mba.." Minta Reyhan sopan dan Susan segera membubuhkan coretan kecil itu, lalu dia segera membawa masuk 2 buket bunga dan menjadi bahan godaan teman kantornya disana.

"Gila lu, dapat 2 buket bunga merah putih lagi. Mau upacara pake bunga?" Ledek salah satu pegawai disana membuat Susan sedikit malu tapi dalam hatinya sebenarnya dia sangat sebal dengan Gio yang sok romantis padahal selama mereka pacaran si Gio terlalu hemat buat hal romantis begini.

"Kalau begini pusing juga bawa pulangnya, udah janji sama Gio pulang bareng, habis pulang Robin datang jemput untuk dinner." Susan terlihat bicara sendiri dan bingung dengan bunga ukuran besar itu. Akhirnya Susan akan membawa mawar putinya Gio saja karena tidak mau ditanya-tanya oleh pacar pertamanya itu ketika menjemputnya pulang.

Sore harinya Gio dengan mobilnya menuju lobi gedung Saros Studio menjemput sang pacar, dia telah melihat Susan dari jauh  yang sedang merangkul buket mawar putih pemberiannya dan dengan wajah sumringah Gio membuka jendela mobilnya memberi tanda untuk masuk dan Susan dengan cepat masuk kedalam dan memberikan kecupan singkat dipipi Gio sebagai ungkapan terima kasih.

"Hadiah dariku." Ucap Susan membuat Gio terkejut.

"Jangan cium-cium lagi Susan, tidak boleh sebelum nikah." Tegas Gio membuat Susan menepuk jidatnya.

"Oh iya lupa, maaf yaaa..." Ujarnya membuat Gio kembali tersenyum melihat kelakukan pacarnya yang sangat dia cintai.

Gio memang mempunyai prinsip, pacaran boleh tetapi tidak boleh terlalu bebas, mereka hanya sebatas pegangan tangan saja selama 3 tahun pacaran. Setelah mengantar Susan pulang Gio lanjut untuk mencari peruntungan lainnya dengan membuka aplikasi driver online dan siap lanjut bekerja. Dia akan menerima penumpang sampai batas jam 10 malam lalu akan kembali ke rumahnya yang dia beli dan masih dicicil sehingga dia harus bekerja extra untuk mendapatkan tambahan uang.

\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~

Sabtu pagi datang, dan hanya 1 hari dalam seminggu dia akan bangun agak siang di jam 9 pagi untuk membayar rasa lelah setelah 5 hari bangun pagi, untuk menjemput Susan dan mengantarnya ke kantor lalu dia juga masuk kerja di gedung sebelah.

Sebenarnya Gio sudah mempunyai gaji yang cukup lumayan untuk membiayai hidupnya yang kini hanya sebatang kara, dengan menjadi salah satu staff di Arche group membuatnya mendapatkan gaji yang tidak sedikit tetapi, cicilan mobilnya baru lunas beberpa bulan lalu, sisa cicilan rumahnya masih ada 3 tahun lagi pasalnya dia membeli rumah lumayan besar untuk bekal menikah, dan dia harus menabung untuk biaya pernikahan impian Susan.

Sebenarnya Gio tidak terbiasa hidup mewah, itu semua adalah tuntutan dari Susan yang ingin hidup nyaman sehingga Gio bersusah payah membanting tulang untuk memenuhi segala kebutuhannya dan permintaan Susan.

"Selamat siang mba Flora, saya bisa mulai kerja siang ini." Sapa Gio begitu masuk ke Magical Flower dan Flo tersenyum menyambutnya.

"Panggil Flo saja seperti yang lain dan jangan formal, disini semuanya sama, santai aja.. ayo masuk kesini."

Ajak Flo dan Gio ikut masuk bersamanya kedalam yang sebenarnya bisa dia lihat juga dari luar karena hanya sebatas sekat dan meja menuju ruangan dalam yang penuh bunga segar dan juga ada lemari bunga palsu dan segar, ada beberapa lemari pendingin juga untuk bunga yang harus di tempatkan di suhu yang sejuk.

"Ladies.. ini teman baru kita Giovani, panggil saja Gio dan dia part time sabtu minggu saja." Flo mengenalkan Gio pada semuanya disana, setelah saling berkenalan mereka akhirnya mengajari apa saja yang bisa di kerjakan oleh Gio.

"Gio, kamu kenapa weekend malah bekerja lagi tidak istirahat?" Tanya Flo memulai pertanyaan karena penasaran. Gio yang sedang diajari memasang kawat di pot pun tersenyum sebelum menjawabnya.

"Biasa Flo, cari tambahan buat nikah." Celetuknya membuat Thika dan Imel berdehem dan menggodanya.

"So sweet banget jawabannya, calonnya pasti seneng tuh.." Ucap Thika.

"Loh.. bukannya kamu kerja di Arche group yah, gajinya kan gede disana." Timpal Flora karena dia sedikit kaget mendengar jawaban Gio yang sebenanya sudah sangat ingin dia tanyakan kemarin malam.

"Nah karena cicilan rumah dan pernikahan impian pacarku sungguh luar biasa tapi sebagai calon suami yang baik aku harus berusaha." Jawabnya membuat para wanita memekik lagi bahkan sampai pegawai cafe juga ikut menguping.

"Gilaaa ya ampun, sisakan cowo begini 1 lagi buatku." Teriak Kamala di meja kasirnya yang memang terletak antara toko bunga dan cafe sehingga dia bisa menguping kedua sisi pembicaraan.

"Hei Mala, kau itu sudah mau nikah jangan ganjen." Balas Thika ke Mala yang merupakan sepupunya.

"Tapi emang bener sih Gaji di Arche itu gede loh.. kau di bagian apa Gio?" Tanya Mala yang sudah mendekat agar bisa ngobrol lebih enak tanpa dilihat pengunjung cafe.

"Aku hanya di jajaran sekretaris direktur tapi di bagian yang mengerjakan hal receh lah, sesuai kebutuhan saja, bahkan sangat jarang bertemu sang direktur yang tegas mampus itu." Jelas Gio yang kini mulai terbiasa dan bergibah ria dengan cewe-cewe disana tetapi dia kembali terdiam saat melihat sosok tinggi tegap dan tampan yang baru saja jalan melalui cafe ke dekat meja Flora merangkai bunganya.

"Mampus, kenapa dia ada disini?" Batin Gio menatap sosok itu dengan wajahnya yang sudah cemas, tapi sosok itu langsung memberi tanda dengan telunjuk berada dibibirnya sekilas pertanda dia harus diam.

"Lah.. sekretaris gajinya berapaan? Temenku aja yang cuma staff mailing room biasa gajinya nyentuh angka 6 loh padahal ya tugasnya cuma terima paket trus email ke karyawan untuk datang ambil, kerja cuma dari jam 8 sampai 4 sore." Timpal Mala lagi tidak terima dengan penjelasan Gio.

"Gimana yah.. pokoknya harus nabung demi calon istri yang mau nikahnya luar biasa." Jawab Gio lagi makin membuat Thika dan Flora penasaran.

"Memangnya pernikahan impian seperti apa?" Tanya Imelda yang sejak tadi diam.

"Dia maunya ala-ala dongeng karena dia pernah melihat cuplikan pernikahan megah zaman dulu di keluarga Hastanta, pernikahan peri dari Tuan Kenny dan istrinya." Jawab Gio lalu melirik sosok pria tegap yang masih di posisinya itu.

"Ohh yang itu!" Pekik Flora karena dia sangat tau pernikahan megah itu karena dekorasi ala hutan peri yang dia buat, memang sangat cantik, dulu dia masih menjadi sorang karyawan EO dan belum menjadi Flora yang sekarang.

"Iyah maka itu biayanya saja berapa.. belum lagi cathering dan lainnya." Ucap Gio lagi dan membuat mereka miris mendengarnya.

"Gila yah.. kalau sekelas keluarga Hastanta yah mungkin saja bikin pesta begitu lah kalo kita? Bukan hutan peri, yang ada perihhhh..." Timpal Mala membuat yang lain terkikik pelan menjaga intonasi suara agar tak terdengar pengunjung cafe.

"Loh.. Fano sejak kapan kau disitu?" Kejut Mala ketika dia berbalik ingin kembali ke mejanya.

"Dari tadilah.. kau saja kebanyakan kepo." Cibir Fano lalu melirik ke Imelda, gadis pujaannya yang sangat pendiam.

"Kalau suka bilang, jangan dipendam terus.. nanti ilang loh diambil orang." Gumam Mala membuat Fano meringis mendengarnya dan Flo yang kebetulan dengar juga ikut berkomentar. "Betul tuh.. gas terus lah jangan kasih kendor."

"Nah selesai nih.. buket bunga mawar merah. Sekarang tinggal tunggu Reyhan balik dan bagi 2 ya Gio untuk antarnya. Kamu tau jalanan di kota ini kan?" Tanya Flo dan Gio mengangguk.

"Tau dong, sudah 2 tahun jadi driver online Flo.." Jawab Gio semangat.

"Loh kapan nariknya?" Tanya Flo sedikit heran.

"Abis pulang kantor sampae jam 10 malam." Ucap Gio sambil menyusun pekerjaan kecilnya ke arah Thika karena dia hanya ditugaskan menempel kawat ke pot.

"Hebat! Pekerja keras banget yaaa..." Imel berdecak kagum membuat Fano sedikit cemburu karena Imel tak pernah banyak ekpresi ketika mereka berkumpul begini.

"Tuh, Imel yang manut manut aja mukanya kaget gitu loh." Ujar Thika membuat Gio merinding karena ditatap Fano dari jauh, dia hanya nyengir tidak berani komentar lagi.

"Tuh Reyhan datang.. Gio bawa yang gede ini ke mobil Reyhan dulu biar dia istirahat sebentar." Titah Flo dan setelah mereka berkenalan Gio langsung membawa 1 buket uang yang paling besar ke mobil Reyhan.

"Nah ini yang mini totalnya ada 145 buket, ini antar saja di sekolah Pelita Harapan 4 deket sini, ada alamatnya dinota. Lalu buket snack ini langsung antar ke RM Selera Kita di ujung komplek sebelah. Nanti sisanya Reyhan lagi yang antar. Yang ikut kamu siapa yaaa... aduh kayanya butuh orang lagi nih." Jelas Flora dan Gio mendengarkan dengan seksama, tidak sulit bagi Gio karena dia sudah terbiasa dengan permintaan para bosnya di perusahaan yang terkadang aneh.

"Boleh aku ikut sekalian bantu?" Tanya Imel yang sebenarnya pekerjaannya sudah hampir selesai setengah jam lagi.

"Oh iya, Imel aja yang ikut soalnya yang ini harus dipegang agar tidak jatuh." Akhirnya Flo mengambil alih kerjaan Imel yang hampir selesai hanya memasang pita di 3 box hampers kue dengan bunga pesanan dari cafenya. Imel dan Gio pun pergi bersama.

"Jangan cemburu, mereka lagi kerja." Flo melirik ke Fano yang sejak tadi memperharikan kepergian mereka berdua.

\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~

"Bisa Mel?" Tanya Gio begitu Imel membuka pintu dan turun membawa buket snack yang lumayan besar untuk ukuran tubuhnya yang terbilang kurus.

"Bisa mas Gio tenang aja, aku ini kuat meskipun kecil." Jawab Imel dan sudah ada di restoran komplek yang baru buka, setelah mengantar itu mereka kembali ke mobil untuk mengantar bunga ke sekolahan yang sedang ada acara.

"Nanti box nya di tinggal atau dibawa lagi Mel?" Tanya Gio melihat 2 box itu lumayan besar dan kelihatan tidak murah.

"Tinggal aja mas, mereka membeli sekalian box itu biar rapi." Jawab Imel dan Gio mengangguk. Setelah mengantar, Gio merasa sedang melihat Susan bersama seorang pria sedang masuk ke sebuah cafe dekat sekolahan itu sewaktu mereka di parkiran.

"Kenapa mas?" Tanya Imel yang melihat gelagat aneh dari Gio.

"Hmm..tidak, sepertinya aku salah lihat tadi." Jawab Gio yang merasa tidak tenang. Setelah berkendara 10 menit mereka telah sampai ke toko lagi dan menyelesaikan tugas masing-masing.

"Sudah selesai Mel, kamu pulang aja." Tukas Flo yang melihat sudah jam 4 sore dan sudah waktunya Imel pulang karena dia sudah dari jam 7 pagi disini.

"Nanti aja Flo, kamu lupa hari ini aku pindah kost-an lagi." Ujar Imel dan Flo baru ingat itu.

"Hahahah maaf lupa.. yaudah terserah mau tunggu sampai jam berapa saja." Flo melanjutkan pekerjaannya dan Imel yang memang sudah lelah memilih duduk sendiri di cafe dengan memesan jatah minumnya hari ini yang belum dia ambil dan duduk termenung merenungi nasibnya dan seperti biasa Fano akan memandangnya dalam diam.

Jam 6 sore Reyhan balik lagi dan jam kerjanya selesai, waktunya dia pulang menikmati malam mingguan bersama sang pacar. Sementara Gio sudah akan melanjutkan mengantar 2 buket terakhir untuk hari ini.

"Oh iya Flo tadi bilang mau cari tambahan orang buat part time ya?" Tanya Gio sebelum pergi mengantar.

"Iya nih.. ada rekomen?" Flo balik bertanya.

"Ada tetangga ku dirumah lama, dia masih kuliah sih apa boleh?"

"Boleh lah, Imel juga masih kuliah. Besok bawa kemari aja sekalian kita ngobrol."

"Ok siap!"

Gio melanjutkan mengantar buket itu dan kebetulan salah satunya dekat dengan rumah lamanya dan dia akan sekalian singgah sebelum pulang, Gio sengaja mengantar buket terakhir dengan mobilnya.

TBC~

BAB 3 - Pekerja Part Time (Part 2)

Gio menyetir dengan santai karena ini hari sabtu dan besok dia juga akan masuk siang karena Flo sudah atur pengantaran besok sesuai dengan jadwalnya dan Reyhan. Gio sampai di sebuat rumah sederhana dan indah, dia tampak mengintip sebentar dan setelah tau ada orang dirumah baru dia mengetuk pintu.

"Vero.." Panggil Gio beberapa kali sampai keluarlah seorang pria paruh baya.

"Om, ada Vero ga?" Tanya Gio langsung tanpa menyapa lagi karena dia sudha biasa di rumah itu.

"Ada, bentar Gio... Veroooo.... Gio datang tuh.." Teriak Ayahnya Vero karena si anak gadisnya memang susah di panggil kalau di kamar. Setelah 10 menit Vero baru keluar dan dengan senang dia menghampiri Gio yang sudah duduk santai di sofa ruang tamu mungil itu.

"Kak Gio ngapain kesini ga bilang-bilang dulu?" Tanya Vero yang telah duduk di sampingnya. Sementara Gio mengacak rambut gadis itu dengan gemas.

"Kau ini yah.. kalo udah dikamar sudah banget sih dipanggil. Kakak tuh kesini mau kasih tau, ada kerja part time kamu mau ga?" Tanya Gio dan Vero langsung mengangguk cepat.

"mau mau.. dimana?" Tanyanya dengan antusias.

"Di toko bunga tapi nyatu dengan cafe, orangnya baik-baik. Kakak juga part time tapi cuma sabtu minggu aja." Jelas Gio membuat Vero semakin bahagia.

"Iya mau, kapan aku bisa kesana?"

"Besok kakak jemput, jam 10 siang ya.. jangan lelet." Pesan Gio sebab gadis itu sangat lelet dan lama kalau mau bepergian.

"Eh tapi kenapa kak Gio malah part time lagi? kan uda lumayan mapan dengan gaji kakak? Tunggu dulu.. jangan bilang karna Susan itu." Tanya Vero dengan wajah yang cemberut, dia sudah tau dari dulu kalau Gio akan melakukan apa saja untuk Susan pacarnya yang tidak tau diri itu.

"Kamu masih kecil jangan sok tau." Jawab Gio membuat Vero mencebik kesal.

"Aku sudah dewasa, sudah 19 tahun tau.." Kesal Vero membuat Gio terkekeh, baginya Vero tetap anak tetangga kecil yang menyebalkan dan bawel seperti dulu.

"Ya sudah kakak mau pulang dah capek." Pamit Gio lalu dia langsung pergi begitu saja seperti rumah sendiri. Sedangkan Vero hanya menatapnya dengan sendu dan memikirkan nasib Gio yang sangat membuat hatinya sakit.

Vero sangat menyukainya sejak kecil dan selalu mengitari Gio kemanapun dia pergi, sampai waktu Gio kuliah dan bertemu dengan Susan, dia berubah dan sangat memanjakan Susan. Apapun yang diminta pasti Gio akan memberikannya, sampai menjual rumah peninggalan orang tua nya demi DP membeli rumah baru yang lebih besar.

Keesokan paginya Gio berkunjung ke kost-an Susan dan membawakan sarapan seperti biasanya di hari minggu, mereka hanya bisa bertemu dalam waktu yang lama seminggu sekali. Tapi kali ini karena pekerjaan Gio di Magical Flower dia juga harus merelakan hari minggunya.

"Kamu kerja di hari minggu?"Tanya Susan dan Gio tersenyum dan mengangguk, sedangkan Susan masih sibuk memakan bubur ayam pesanananya pada Gio tadi.

"Iya, kan demi masa depan kita. Aku ingin setelah kita menikah kau akan nyaman bersamaku. Aku akan memberikan apapun yang kamu minta." Jawab Gio dan memandang Susan dengan tatapan hangat dan penuh cinta, tapi Susan terlihat biasa saja.

"Pokoknya kita gak akan nikah kalau kamu belum bisa menuhin semua kebutuhanku." Sambung Susan yang kini sudah selesai sarapan lalu dia tinggalkan begitu saja untuk dibereskan oleh Gio.

"Iya, memangnya kamu mau apa lagi nih..? biar aku usahain." Tanya Gio lagi yang saat ini sedang membereskan sisa makanan mereka.

"Per bulannya aku harus dapat jatah bulanan minimal 10 juta dan biaya listrik air dan lainnya urusan kamu, juga pelayan yah.. aku gak mau kerjakan kerjaan rumah atau masak, aku ga bisa." Kalimat itu terasa sangat mencekat bagi Gio, dia menahan napasnya lalu membuangnya perlahan untuk menenangkan diri, untung dia sudah kerja lagi.

"Berarti kita harus tunggu cicilan rumahku selesai 3 tahun lagi dong.. soalnya berat di cicilan itu San.." Jawab Gio dan Susan langsung tersenyum dan berpindah duduk ke sebelah Gio, dia melingkarkan kedua tangannya ke lengan Gio dan menyandarkan kepalanya manja.

"Ayo kita ke rumahmu itu, aku ingin lihat rumah masa depan kita." Pintanya karena selama ini Gio selalu merahasiakan dimana rumahnya berada.

"Jangan dulu dong.. itu kan surprise buat kamu nanti. Kamu pasti suka sama rumahnya, ada 4 kamar dan 1 kamar pelayan, ada taman juga meskipun tidak besar tapi kamu bisa menanam bunga." Jelas Gio singkat membuat Susan makin senang dan mencium pipi Gio lagi.

"Tuh kan, jangan cium.. kita sudah sepakat ga boleh lebih dari pegangan tangan sebelum nikah." Larang Gio membuat Susan memeletkan lidahnya sedikit. "Lupa..hehehe"

"Ya udah, aku mau jemput Vero dulu, dia mau kerja di tempat kerja part time ku." Gio melepaskan rangkulan tangan Susan dan berdiri.

"Loh, Vero itu kan tetanggamu dulu, cewe nyebelin yang ga pernah suka aku." Ujar Susan cemberut mengingatnya.

"Hahah memang dia menyebalkan tapi dia gadis baik, sudah ya.. aku takut terlambat, kalau mau keluar hati-hati aku tau hari minggu kamu pasti hang out bareng teman-temanmu." Pesan Gio lalu dia keluar dan akan pergi menjemput Vero di rumahnya. Sudah hampir jam 10 berarti dia harus cepat.

Kini Gio dan Vero sudah ada di Magical Flower dan Vero memekik tak percaya karena dia sangat ingin ke tempat ini sejak setahun yang lalu toko ini dibuka.

"Kak Gio... tempat ini menakjubkan, aku dah dari dulu pengen kesini tapi jauh." Pekik Vero dengan bahagianya dan menggoncang bahu Gio saat mereka sampai dipintu depan.

"Siang Semuanya..." Sapa Gio dengan wajah bahagia, entah kenapa tempat ini selalu membuat suasana hatinya makin baik dan sangat nyaman.

"Siang Giooo..." Mereka semua balas menyapanya.

"Ini Veronica Flo yang aku bilang tadi malam." Gio menghampiri Flo dan memperkenalkan Vero padanya, Flo lalu mengajak Vero duduk di cafe meja khusu dia di dekat kasir untuk berbicara agar lebih nyaman.

"Jadi nama mba Flora ya.. bagus banget mba, cocok dengan tempat bagus ini." Puji Vero dengan wajah cerianya membuat Flo senang melihat gadis itu.

"Panggil Flo saja, seperti yang lain aku juga belum tua kok hehehe.." Ujar Flo padahal umurnya sudah hampir 200 tahun.

"Keliatan sih Flo, masih muda dan cantik banget malah.. aku umur 19 tahun dan masih kuliah, tapi rumahku dan kesini jauh banget makanya aku bingung kalau mau kerja cuma sabtu minggu berat di ongkos." Jelas Vero dengan nada sedih karena dia sangat ingin kerja disini setelah melihat toko dan Flora membuatnya senang dan nyaman juga.

"Kalau kerja full time gimana?" Tawar Flo dan Vero membelalakkan matanya kaget.

"Mau!" Jawabnya cepat, "Tapi aku masih kuliah..." Lirihnya lagi.

"Bisa diatur waktunya, disini juga ada yang seumuran kamu masih kuliah juga dan biasanya setiap minggu akan ada perubahan sift yang diatur oleh Thika, nanti kamu setiap hari jumat kasih tau dia jadwal kuliah dan dia akan atur semuanya. Kalau gaji tenang aja, minimal UMR sini lah.. belum lagi lemburan dan kalau kamu rajin bisa jual bunga bikinan kamu sendiri kaya Thika atau kaya Mala, beli dari sini dan jual lagi ke temannya di dekat rumah. Lumayan loh.." Jelas Flo panjang lebar karena dia sangat suka dengan Vero yang ceria dan blak-blakan ini.

"Emm.. gitu yah, berarti aku harus kost nih.. " Gumam Vero, "Tinggal dirumahku aja gimana?" Tanya Gio di dekat sana yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan mereka.

"Eh?.."

"Loh, emangnya kamu bisa tahan Gio berduaan dengan cewe secantik ini, nanti jatuh cinta loh.." Goda Flo melihat gelagat Vero yang sepertinya suka dengan Gio.

"Hahahah gak lah, Vero itu udah aku anggap adik sendiri, bocah ini cantik dari mana..?" Tawa Gio sambil mengacak rambut Vero.

"Ih.. jangan kak, ini jadi berantakan." Ketus Vero yang kesal karena mendengar Gio menganggapnya adik, wajah cerianya berubah menjadi sendu meskipun dia tutupi dengan tawanya.

"Awas loh, nanti kepincut beneran." Goda Flo lagi.

"Flo, aku sudah punya calon istri kalau kamu lupa." Ucap Gio membuat Vero mencebik.

"Ck.. calon istri, belum tentu dia mau nikah sama kakak..!" Kesal Vero tapi Gio hanya tersenyum dan jalan meninggalkan mereka untuk kembali bekerja karena sudah jam 11 pas.

"Memangnya kenapa calon istrinya gamau nikah?" Tanya Flo kepo karena mungkin Gio bisa jadi client untuk nambah misinya.

"Susan itu, bukan cewe baik yang kaya kak Gio pikirkan, aku kuliah di tempat yang sama dengannya dan dia sudah berkali-kali ganti cowo dan suka ciuman di sembarang tempat. Padahal yah kak Gio itu sangat menghormati wanita, dia pacaran sehat, hanya sebatas gandengan saja tidak lebih." Jelas Vero panjang lebar, karena dia memang tipe orang yang ceplas ceplos membuat Flo tidak ragu untuk pekerjakan dia agar bisa ngobrol dengan customer.

"Kasian Gio.. kenapa kamu tidak bilang padanya Vero, kalau Gio terus begini dia bisa sakit loh.. kau tau kan dia selalu kerja tanpa istirahat." Ucap Flo pelan karena takut Gio akan mendengarnya.

"Aku pergi dulu gadis kecil.." Pamit Gio dan Vero hanya mengangguk pelan kala Gio mendekatinya untuk pamit. Setelah Gio pergi dia melanjutkan ceritanya.

"Iya Flo, aku sudah coba tapi dia mana percaya, kalau sudah bucin susah disembuhkan. Yang paling bikin aku sedih tuh dia rela menjual rumah peninggalan orangtuanya demi DP rumah baru untuk Susan nantinya." Lanjut Vero dan dia semakin sedih, itu terlihat di wajah cantiknya membuat Flo juga ikut merasakan kesedihannya.

"Kita bantu Gio mau gak? Aku juga kasihan dengannya dan aku tau kamu suka padanya dari pandangan matamu itu, tidak bisa bohong." Perkataan Flo yang telak membuat Vero malu dan dia menunduk tidak berani menatap FLo lagi karena ketauan olehnya.

"Gimana, mau ga?" Tanya Flo lagi.

"Iya, tapi caranya?" Vero mengangkat lagi kepalanya dan menatap Flo dengan bingung.

"Aku tau kalau Susan itu berpacaran dengan Robin, cuma tau nama sih kebetulan kami mengantar bunga buatnya dari Robin dan Gio bersamaan jadi kau hanya perlu cari tau siapa Robin dan hubungan mereka sudah sampai mana." Jelas Flo membuat Vero bersemangat.

"Baik akan aku usahakan demi kak Gio, dia harus tau kelakuan pacarnya itu!" Ujar Vero dengan semangat membara membuat Flo tertawa.

"Tapi aku penasaran, Gio berapa ya gajinya? Dia sangat berusaha keras memenuhi semua impian si Susan itu." Gumam Flo tetapi masih bisa di dengar oleh orang sekitarnya.

"20 juta kalau sekretaris utama di Arche." Celetuk Fano dari meja kasir yang sejak tadi tak sengaja mendengar semua pembicaraan mereka.

"Kok tau Fan?" Tanya Flo dan Fano jadi bingung menjawabnya karena dia hanya keceplosan saja.

"Oh.. itu temenku kebetulan sekretaris nya direktur utama di Arche." Jawabnya berbohong.

"Wah hebat, berarti temanmu sering ketemu sama Tuan Archer yang terkenal itu?" Pekik Vero tak percaya.

"Iya loh.. hebat temanmu, kenapa kau malah disini dan tidak minta bantuannya untuk masuk ke sana?" Tanya Flo bingung membuat Fano memutar otak lagi untuk menjawab.

"Em, karna aku ga suka kehidupan mereka yang tak pernah bisa tenang dan menomor satukan Tuannya. Lebih baik hidup begini nyaman seadanya." Jelas Fano membuat mereka mengangguk mengerti.

"Berarti kalau sekretaris utama 20 juta, Gio yang sekretaris biasa aja bisa setengahnya dong..." Gumam Flo lagi.

"20 juta itu kalau masih baru, kalau uda lebih dari 3 tahun kerja lebih gede lagi, kalau Gio meskipun dia sekretaris biasa tapi sepertinya sudah berja hampir 3 tahun biasanya ada lah gajinya sekitar 15-18 juta kalau dia rajin dan kerjaannya bagus." Terang Fano lagi.

"Wah kau tau banyak.. hebat. Nah kita hitung saja kalau 15 juta harusnya cukup dong untuk cicil rumah dan tidak perlu harus malamnya jadi driver online dan sabtu minggu masih kerja disini." Flo bertambah bingung dan Vero menghela napasnya berat.

"Yah kalo cicil rumah biasa di komplek perumahan biasa mah cukup kali... tapi dia beli rumahnya di komplek perumahan Pegasus cluster F." Jawab Vero dengan nada kesal.

"Gila si Gio! Pegasus mah tempat tinggal orang-orang elit dan kawasan disana orang kaya semua." Flo tak percaya si Gio bisa-bisanya beli rumah disana meskipun cluster F yang termurah tapi itu kawasan elit.

"Nah itu dia, si Susan maunya minimal Pegasus dan Gio waktu itu benar-benar pusing cari dana akhirnya rumah orangtuanya di jual, aku kesal dan mendiamkannya seminggu." Sambung Vero dan Fano juga sedikit terkejut, pasalnya kakak pertamanya tinggal di Pegasus Cluster A dan dia tau harga semua cluster disana.

"Gio itu bodoh.." Tukas Imelda yang baru jalan mendekati mereka, dia sudah sejak tadi datang karena jam kerjanya hari ini jam 1 siang.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!