"Asmi, hari ini, aku menalakmu!" Suara dingin suaminya pagi itu bagaikan sambaran petir di telinga Asmi.
Asmi perempuan berwajah cantik itu terlonjak kaget sambil berdiri menatap wajah Mas Ilham suaminya dengan tatapan tak percaya.
" Apa salahku, Mas? " bibir Asmi bergetar. Air matanya sudah mulai mendesak ingin keluar.
Sungguh dia tak menyangka bahwa laki-laki yang sudah tiga tahun membina rumah tangga dengannya ini, tega akan menceraikannya begitu saja.
" Kenapa mesti bertanya lagi? kamu tentu sudah tahu alasanku menceraikan kamu-! " suara Mas Ilham semakin dingin.
"Tapikan kita bisa mencoba cara lain, program bayi tabung, misalnya! kita baru saja berumah tangga, masa sudah mau bercerai. Beri aku kesempatan lagi, Mas-!"
Tatapan Asmi menghiba dan tak habis pikir, suaminya ini seperti berniat sekali ingin menceraikannya hanya karena sampai saat ini dia belum bisa memberikan keturunan pada laki-laki itu.
Namun belum lagi pembicaraan itu berlanjut, mendadak Ibu mertuanya datang bersama seorang wanita yang belum pernah Asmi lihat sebelumnya. Wanita itu tampaknya sedang hamil.
" Mas, Ayu kangen-! " rengek wanita yang bernama Ayu itu dengan manja sembari tangannya memeluk Mas Ilham suaminya yang langsung saat itu juga membalas memeluk dan mengecup kepala wanita itu dengan mesra.
" Mas juga kangen sama Dek Ayu-! "Tangan Mas Ilham mengelus lembut perut wanita itu. Asmi mendelik murka.
" Wanita ******. Berani sekali kamu menggoda suamiku-!! "desisnya berapi-api.
Tangan Asmi terkepal kuat. Tubuh wanita itu bergetar hebat, seketika dia bergerak hendak menerjang wanita itu namun keburu mertuanya mencegah. Dia menarik tangan Asmi dengan kasar sehingga Asmi terhempas jatuh ke lantai dengan keras.
" Bu...!" Asmi menatap tak percaya pada wanita yang sudah di anggapnya sebagai orangtua itu dengan terluka.
" Kamu sudah dengar kata- kata suamimu, kan! Itu artinya kamu sudah tidak punya hak lagi sebagai istri di rumah ini-! " Ibu mertuanya berkacak pinggang dengan angkuhnya.
" Hei, dengar ya, Asmi! Aku sudah membawakan Ilham seorang istri. Istri yang bisa memberinya anak. Bukan istri mandul sepertimu-! " Asmi membelalakan mata tak percaya. Kemana sifat lembut mertuanya yang dulu. Mengapa sekarang berubah seratus delapan puluh derajat menjadi membencinya?
" Mas, kamu kok diam saja. Siapa wanita itu, jelaskan padaku, Mas-! " Asmi berteriak ke arah suaminya.Ada raut kecewa dan sakit terpancar di kedua matanya yang kini sudah dibanjiri oleh air mata.
Mas Ilham membungkuk dan meraih kerah baju Asmi dengan kasar.
"Kamu masih belum faham juga, dasar wanita mandul bodoh-! Wanita itu adalah istriku yang kini sedang mengandung 'anakku', buah cinta kami-! Mas Ilham menekankan kata 'anak' seraya menekankan jari telunjuknya ke dahiku.
Asmi terhenyak lemas. Tubuhnya gemetar menahan amarah dan kebencian kepada ketiga orang manusia yang sedang berdiri di hadapannya.
Jadi selama ini dia telah di selingkuhi oleh suaminya yang diam-diam telah menikah lagi tanpa sepengetahuannya dengan wanita itu hingga sekarang wanita itu sedang hamil.Ck!ck!ck!
Suaminya itu ternyata sudah berselingkuh di belakangnya sampai hampir punya anak. Dan dia tidak tahu karena dia percaya dengan cinta dan perhatian suaminya yang ternyata semua palsu.
Dan lebih miris lagi ternyata mertuanya juga sudah tahu dan ikut mendukung kelakuan bejat suaminya itu.
Asmi bangkit berdiri. Matanya nyalang menatap ketiganya. Dan tanpa sadar wanita itu tertawa. Mentertawakan kebodohannya yang telah dibutakan oleh cintanya kepada suaminya, hingga mudah saja di bohongi.
" Kalian semua manusia rendah dan bejat-! Tak bermoral, dan kau wanita ****** murahan, perusak rumah tangga orang-!"teriak Asmi dengan tatapan jijik ke arah suami dan wanita di sebelahnya
Plak-!! sebuah tamparan mendarat di pipinya. Asmi meradang.
"Tutup mulutmu perempuan mandul! Kau yang ******!" Wanita hamil itu menampar Asmi.
Asmi semakin kalap. Dia tak ingat lagi kalau perempuan di depannya ini sedang hamil. Dia menerjang dan menjambak rambut wanita itu dan menariknya dengan sekuat tenaga sehingga wanita itu menjerit-jerit minta tolong pada Mas Ilham suaminya dan juga pada mertuanya.
Mertuanya dan juga Mas Ilham tak tinggal diam. Mas Ilham berusaha melepaskan tarikan tangan Asmi di rambut istri mudanya itu dan setelah berhasil tangan Ilham yang satunya lagi melayang ke wajah Asmi.
Plak!!!
Asmi terjajar beberapa langkah ke belakang. Wajahnya pucat pasi. Suaminya itu sudah menamparnya. Hatinya yang sakit kini semakin sakit.
" Hei kamu perempuan mandul, Silahkan kamu angkat kaki dari rumah ini! aku tak sudi melihatmu lagi-! " Mas Ilham menarik lengan Asmi dan menyeret perempuan malang itu ke luar dan menghempaskannya di teras rumah dengan kasar tanpa perasaan. Dia geram sekali melihat istri mudanya yang sedang hamil mendapat cacian dan pukulan kasar dari istri yang baru saja di talaknya itu.
Asmi menangis sambil memukul dadanya. Rasa kecewa, dan sedih karena perlakuan suaminya dan marah karena merasa di khianati membuat dadanya sesak.
Mertuanya berdiri tegak di depannya dengan angkuh sambil menenteng sebuah koper dan beberapa buah tas.
" Ini semua barang- barangmu-! Kau boleh membawanya dan segera angkat kaki dari sini-! secepatnya anakku akan mengurus perceraian kalian-! " Mertuanya melempar tas- tas itu ke depan Asmi berikut juga koper yang berisi pakaiannya sehingga isinya berhamburan keluar.
Asmi menyeka air matanya. Dia berdiri dan memungut semua pakaiannya yang berserakan di teras itu lalu melangkah pergi dengan terseok - seok. Langkahnya tertatih - tatih meninggalkan halaman rumah suaminya itu sambil menyeret koper dan tas-tas yang terasa kian berat saja menambah bebannya.
Airmatanya masih tak mau berhenti mengalir meski sudah berulang kali dia menghapus nya.
Hatinya sungguh sakit sekali. Dia seakan bermimpi dan masih belum mempercayai bahwa suami nya telah berkhianat dan menceraikannya.
Beberapa tetangga yang melihat semua itu hanya bisa memandang iba kepadanya sambil berbisik-bisik membicarakan ulah suami dan mertuanya.
..._________...
Asmi melangkah gontai memasuki pekarangan rumah kecil yang letaknya tak jauh dari kediaman mertuanya. Rumah itu adalah rumah peninggalan kedua orangtuanya yang sudah lama tak di tinggali lagi. Kedua orangtuanya sudah lama meninggal dan adik- adiknya pun semua sudah berumah tangga masing-masing.
Asmi tidak tahu harus pergi kemana lagi. Dia sama sekali tak mempunyai tujuan. Hingga satu- satunya harapan adalah rumah orangtuanya.
Rumah yang kini kondisinya amat memprihatinkan dengan dinding yang mulai lapuk dan atap yang sudah bocor di sana-sini.
Asmi membuka pintu rumah itu yang ternyata tidak terkunci. Di seretnya koper dan juga tas-tas miliknya ke dalam lalu diapun duduk di kursi panjang yang sudah lapuk yang terdapat di ruang tamu rumah itu.
Di sandarkannya kepalanya di ujung kursi sementara ujung kakinya di ujung yang lain. Air mata kembali mengalir di pipi wanita itu. Dia kembali teringat perlakuan suaminya kepadanya dan itu membuat dia merasakan sesak di dada.
Kepalanya mendadak pusing dan berkunang-kunang. Mungkin efek dari kondisi fisiknya yang terguncang karena peristiwa itu ditambah semenjak pagi tak ada satupun makanan yang masuk ke perutnya.
Asmi memejamkan matanya mencoba menahan sakit di kepala dan juga perutnya. Tak lama kemudian wanita malang itupun tertidur di atas kursi panjang yang hanya diam menjadi saksi kesedihan wanita malang itu.
Asmi terbangun ketika hari sudah malam. Dia menatap nanar ke sekelilingnya. Keadaan di dalam rumah itu gelap gulita. Hanya seberkas cahaya dari lampu penerangan jalan di depan rumahnya saja yang menerobos masuk lewat jendela kaca depan rumahnya yang tidak tertutup tirai.
" Aduh, gelap sekali. Hapeku mana, ya? " Asmi meraih tas jinjing miliknya dan merogoh ke dalamnya mencari- cari sesuatu. Setelah dapat dia berseru tertahan.
" Ah.. dapat. Ini dia hapeku. Semoga saja masih bisa menyala! " Asmi segera menekan tombol power di belakang handphone miliknya dan tak lama kemudian hapenya menyala. Tampaknya ada beberapa pesan yang masuk melalui WhatsApp. Namun Asmi tak berniat untuk membukanya.
Asmi menekan tombol senter untuk menghidupkan lampu senter. Dia mau ke kamar mandi karena sudah kebelet pipis.
Asmi berjalan pelan menyusuri lorong rumah menuju kamar mandi yang letaknya sudah di hapalnya di luar kepala dengan hanya berbekal senter di hapenya. Sebelumnya Dia sudah menekan tombol sakelar listrik di dinding rumahnya tapi rupanya listrik di rumah itu mati. 'Mati, mungkin aku lupa belum bayar tagihan listrik untuk bulan ini.' pikirnya.
Dia menghela nafas, dia baru sadar semenjak kematian ibunya beberapa bulan yang lalu, rumah ini menjadi terbengkalai. Sampai tagihan listrik saja tidak di bayar.
Ibunya meninggal beberapa bulan yang lalu karena penyakit jantung yang dideritanya, menyusul ayahnya yang sudah lebih dulu meninggalkan mereka ketika dia masih duduk di bangku SMA.
Asmi masuk ke kamar mandi, membasuh wajahnya dengan air. Sejuknya air membuat wajah Asmi yang kuyu menjadi sedikit segar. Diapun segera menuntaskan hasratnya untuk buang air.
Tanpa dia sadari ada sepasang mata yang terus memperhatikan dirinya semenjak dia memasuki rumah itu. Sepasang mata itu berbinar-binar dan masih saja terus memperhatikan segala tingkah laku Asmi di rumah itu. Mengikuti Asmi kemanapun wanita itu melangkah tanpa disadarinya.
Asmi kembali ke ruang tamu. Dia membuka dompetnya dan mengambil selembar pecahan dua puluh ribuan. Asmi berniat untuk keluar rumah pergi ke warung mbok Ati, tetangga almarhum ibunya untuk membeli mie instant, lilin, telur serta air minum mineral.
Beruntung dia karena warung Mbok Ati masih buka sampai malam hari sehingga dia bisa membeli semua barang yang di butuhkannya.
Baru saja kakinya melangkah meninggalkan warung Mbok Ati, sebuah suara menyapanya.
" Dari mana, Dek Asmi? " Asmi menoleh dan mendapati Mas Wira tetangga sebelah rumah ibunya itu sedang berdiri menatapnya dengan pandangan iba. Mungkin gosip tentang dia yang diceraikan oleh suaminya sudah menyebar di kampung ini.
Asmi menghela nafas seraya menundukkan wajahnya enggan membalas pandangan Mas Wira.
" Ini beli lilin, mie instan, telur dan air minum, Mas" Asmi menunjukkan barang - barang yang tadi dibelinya dari warung Mbok Ati kepada Mas Wira.
" Oh iya, listrik di rumah almarhum ibumu padam sejak seminggu yang lalu, dlek"
" Iya mas, saya lupa membayar tagihan bulan lalu" Asmi semakin menunduk. Dia jengah karena Wira masih saja terus menatapnya.
Sungguh dia benci tatapan itu. Tatapan iba yang ditujukan padanya. Cih! dia tak butuh dikasihani. Biarlah dunia tahu bahwa Asmi wanita yang diceraikan oleh suaminya karena mandul. Wanita yang diselingkuhi oleh suaminya karena tidak bisa memberikan seorang anak. Asmi merasa miris sendiri.
Mas Wira bergerak maju kearahnya. Berdiri tepat di hadapan Asmi, lalu memegang pundaknya seraya berkata, " Mas turut prihatin dengan apa yang terjadi padamu, Dek. Mas harap kamu bisa bersabar menghadapi cobaan ini. Jangan ragu untuk minta tolong jika kamu membutuhkan pertolongan." Asmi mengangguk pelan.
" Iya, makasih ya Mas, kalau begitu saya permisi dulu." pamit Asmi seraya berlalu dari hadapan Mas Wira. Dia tak ingin lama - lama berbincang dengan Mas Wira karena takut menjadi gosip mengingat status dirinya kini yang baru saja jadi janda dengan embel-embel mandul.
Asmi tak tahu bahwa ada seseorang yang dari tadi memperhatikannya. Orang itu menampakan ekspresi tak suka ketika melihat Asmi berbicara dengan Mas Wira. Tangannya terkepal menahan geram.
Dia tak suka Asmi ngobrol dengan lelaki itu. Dan Dia juga benci melihat tatapan iba namun juga mendamba dari laki-laki itu kepada Asmi.
Cih! Ilham membuang ludah dengan kasar. Lelaki itu mengurungkan niatnya ingin menemui Asmi.
Awalnya dia berniat ingin mengantarkan sedikit uang belanja untuk Asmi karena walau bagaimanapun Asmi masih istrinya sampai surat talak resmi dari pengadilan datang. Dia sudah tahu dari cerita tetangganya tadi sore jika Asmi menempati rumah bekas almarhum mertuanya.
Dalam pikirannya Asmi pasti terpukul sekali dan pastilah sekarang sedang bersedih, sehingga dia berinisiatif untuk menemui Asmi sekaligus untuk minta maaf. Jujur di hatinya ada secuil penyesalan karena telah menceraikan Asmi. Namun karena desakan ibunya dan Ayu, dia terpaksa menceraikan Asmi karena Ayu yang sedang hamil anaknya tak mau punya madu. Dia juga sempat kesal pada Asmi yang menghajar Ayu padahal perempuan itu sedang hamil anaknya.
Namun yang di dapatinya Asmi tengah berbicara dengan Wira. Lelaki yang dia tahu telah lama memendam rasa untuk perempuan yang sebentar lagi akan jadi mantan istrinya itu.
Rasa cemburu bergolak di dadanya. Membakar keinginannya untuk bertemu dengan Asmi dan memilih pulang dengan hati yang kesal diliputi amarah. Dia tak menyangka secepat itu Asmi bisa bersama laki-laki lain.
Mie instan campur telur itu sudah ludes tak bersisa sedikit pun di mangkok. Dia memang lapar sekali karena dari pagi perutnya belum terisi apapun. Dia beruntung karena kompor gas dirumah almarhum ibunya itu masih berfungsi dengan baik dan juga masih ada persediaan gas di tabungnya.
" Ah, kenyangnya. Setelah ini aku mau beresin koper dulu."
Asmi membersihkan mangkok bekas makannya. Kemudian dia pergi ke ruang tamu untuk membereskan koper dan juga tas bawaannya ke kamarnya. Dia sengaja memilih kamarnya yang dulu dia tempati, meskipun masih ada lagi dua kamar yang masih kosong yaitu kamar ibunya dan kamar Mas Ardi kakak tertuanya yang kini ada di Kalimantan Tengah bersama istri dan anak-anaknya.
Asmi meletakkan baju-bajunya di lemari pakaian dan kemudian mengganti sprei lama dengan yang baru.
Asmi yang merasa sedikit lelah lantas menyenderkan tubuhnya di sandaran ranjang sambil membuka handphone miliknya. Dia bermaksud ingin melihat pesan-pesan yang masuk melalui Whatsapp pribadinya. Namun baru beberapa saat tiba-tiba matanya menangkap sebuah bayangan hitam bergerak di sudut kamarnya. "Siapa disana? "
Bayangan itu berhenti bergerak. Asmi merasa bulu kuduknya berdiri, ada rasa takut yang tiba-tiba menyergap namun dia mencoba untuk mengusir rasa takutnya dengan membaca beberapa ayat suci yang dia hapal.
Asmi melihat bayangan hitam itu sudah tak ada lagi. Dia kembali melanjutkan membuka Whatsapp-nya.
Namun saat Asmi sedang sibuk memeriksa chat dari teman-temannya, dari sudut matanya Asmi melihat sesuatu bergerak di sudut kamarnya. Kali ini bukan berupa bayangan hitam tetapi lebih berbentuk seperti bayangan manusia.
"Jika kamu datang kemari hanya untuk mengganguku, maka kamu salah orang Hai, iblish jahanam! " Bentak Asmi pada bayangan itu.
Sejak kecil Asmi memang sering melihat berbagai penampakan makhluk ghaib, karena dia dikaruniai mata yang bisa melihat alam supranatural. Untuk itulah waktu kecil dulu, Asmi giat belajar mengaji supaya bisa mengusir makhluk-makhluk itu jika mereka berniat mengganggunya.
Asmi duduk bersila di tempat tidur sementara mulutnya komat kamit merapalkan doa-doa suci sambil mengeluarkan tenaga dalamnya. Tak sia-sia dia juga belajar ilmu kanuragan pada almarhum kakeknya dulu. Tentulah semuanya itu kini berguna untuk dirinya saat terjepit untuk membela diri.
" Allahu akbar!!! " teriak Asmi sambil mengarahkan tenaganya ke arah bayangan itu.
Bayangan itu bergerak menghindari serangan Asmi. Desiran angin berhembus menerpa wajahnya dibarengi dengan suara halus terdengar seiring dengan berpindahnya bayangan itu ke sisi kamar yang lain.
" Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk menakuti kamu, aku hanya ingin berkenalan denganmu" Bayangan itu kini bergerak ke arah Asmi. Asmi siap waspada. Dia turun ke lantai dan mulai memasang kuda-kuda untuk serangan berikutnya.
" Hai kamu yang di sana, siapapun atau apapun kamu. Tampakkan wujud asli kamu sekarang juga!" Titah Asmi pada bayangan itu.
"Hmm, Apa kamu yakin dengan ucapanmu? Apa kamu tidak takut denganku? " bayangan itu kini bergerak semakin dekat ke arah Asmi.
" Aku tidak takut dengan makhluk sepertimu! Tampakkan saja wujudmu sekarang" jawab Asmi dengan sorot mata tajam.
" Baiklah, jika itu maumu!" Seketika itu juga bayangan tadi perlahan-lahan berubah menjadi asap yang kemudian berubah bentuk menjadi seorang pemuda yang sangat tampan parasnya.
Asmi mundur beberapa langkah menyadari makhluk seperti apa yang tengah berdiri dihadapkan. "Rupanya kamu dari golongan bangsa jin" desis Asmi sambil tangannya bersidekap di depan dada, bersiap memasang jurus untuk menyerang.
...????...
Ilham kembali menyesap kopi hitam manis buatan ibunya seraya tangannya mencomot goreng ubi jalar yang terhidang di atas meja di ruang tamu. Pagi itu dia makan sarapan yang dibuatkan oleh ibunya. Sedangkan Ayu istrinya masih meringkuk di tempat tidur.
Ibunya memang menginap di rumahnya malam ini untuk menemani Ayu yang lagi kumat kolokannya.
Ilham memejamkan matanya. Ada gurat-gurat lelah tergambar di wajahnya yang terbilang cukup tampan dengan kumis tipis dan bulu-bulu halus di dagu. Wajahnya membayangkan seraut wajah cantik Ayu, Eh bukan! Tapi wajah Asmi.
Ya,..Ilham jadi heran sendiri mengapa dia selalu membayangkan wajah mantan istrinya itu semenjak dia menceraikan wanita itu.
Bayangan Asmi yang berbincang akrab dengan Wira kembali tergambar di pelupuk matanya membuat dia geram.
Rasanya dia tidak rela kalau perempuan yang kemarin baru saja ia ceraikan itu kini dekat dengan laki-laki lain.
'Huh, Wira brengsek! Sepertinya laki-laki itu sudah tahu kalau aku sudah menceraikan Asmi dan mulai mendekatinya. Awas saja kalau dia macam-macam. Aku tak akan tinggal diam' maki Ilham dalam hati, gusar.
Dia lalu masuk ke dalam kamar mencari Ayu istrinya namun yang dia dapati istri mudanya itu masih saja meringkuk pulas di tempat tidur.
Dulu, pagi-pagi sekali Asmi istrinya itu sudah sibuk di dapur berkutat dengan alat masak dan menyiapkan segala macam kebutuhannya mulai dari menyiapkan sarapan hingga menyiapkan baju kerjanya.
Namun kini, semua itu tak dia dapatkan dari Ayu. Ayu dengan semua sifat manja dan kolokannya terlebih saat sedang hamil seperti saat ini, mau tak mau membuat dia harus banyak bersabar. Untunglah ada Sang Ibu yang selalu siap sedia membantunya.
Ilham menghela nafas. Mengapa sekarang dia jadi membeda-bedakan antara Ayu dan Asmi. Rasanya ada sesuatu yang hilang dari dirinya sejak perpisahannya dengan mantan istrinya itu.
" Ayu, ayo bangun! " Ilham menggoyang-goyangkan tubuh Ayu, Sang istri agar mau bangun namun istrinya itu hanya menggeliat sebentar kemudian menarik kembali selimutnya untuk lanjut tidur lagi.
"Ayu, Mas mau berangkat kerja. Tolong kamu siapkan baju kerja mas? " Mata Ayu sedikit terbuka. Dia lalu menurunkan sedikit selimutnya seraya berkata "Ambil sendiri lah, Mas. Bukannya mas sudah tahu dimana letak baju mas. Adek masih ngantuk, Mas! " Tangan Ayu kembali bergerak untuk menarik selimutnya.
"Dulu, Asmi selalu bangun pagi dan melayani aku mulai dari menyiapkan sarapan sampai menyiapkan baju kerjaku, dek" kata Ilham dengan bersungut-sungut.
Mata Ayu melotot, dia tidak terima jika harus di bandingkan dengan Asmi.
"Jadi mas menyesal nikahi aku! Kalau gitu, kenapa mas nggak minta balikan lagi sama Mbak Asmi-!Biar ada yang layani." Bentak Asmi dengan kasar. matanya sudah mulai berkaca-kaca. Dia kesal karena pagi-pagi suaminya sudah membuatnya marah dengan membanding- membandingkan dia dan mantan istrinya itu.
"Mas tidak bermaksud begitu, sayang. Mas hanya butuh sedikit perhatian dan bantuan adek supaya mas cepat selesai" kata Ilham yang menjadi serba salah melihat Ayu yang marah dan ngambek.
Ayu menghentakkan kakinya kesal. Dia membuka lemari besar di kamar itu dan mengambilkan baju kerja buat suaminya dengan muka cemberut.
" Nih, bajunya. Pake aja sendiri-!" Ayu meletakkan baju itu di kasur kemudian melangkah pergi ke kamar mandi.
Ilham mengambil baju kerjanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sifat Ayu sungguh sangat bertolak belakang dengan Asmi yang manis dan penuh perhatian. Ilham kembali membandingkan Ayu dengan mantan istrinya, lagi. Ada sedikit rasa penyesalan yang kini tengah hadir dalam sanubarinya. Mengapa dia dulu buru-buru menceraikan istrinya. Dan kini mantan istrinya itu sedang di uber-uber lelaki lain. Dan Ilham merasa tidak terima akan hal itu.
^^^***^^^
Asmi menggeliat bangun karena di rasanya hari sudah siang dan perutnya sudah kelaparan. Malam tadi dia tak bisa tidur. Baru setelah solat subuh tadi, Asmi dapat memejamkan matanya.
Tubuh Asmi rasanya remuk semua karena tadi malam tanpa ampun dia terus menyerang lelaki tampan jelmaan jin yang selalu saja muncul mengganggu dirinya ketika dia hendak tidur.
Walaupun lelaki dari bangsa jin itu tampaknya tidak mau menyakitinya, terbukti dari dirinya yang selalu saja mengelak dari serangan Asmi tanpa mau membalas. Namun, tetap saja kehadirannya sangat mengganggu Asmi.
"Assalamu'alaikum, Asmi" sebuah suara tanpa wujud menyapanya.
Asmi mendelik kaget. Astaga! Jin ini benar-benar menguji kesabaran nya.
"Kamu masih belum pergi juga, hah! Apa maumu Hai jin keparat! " maki Asmi yang sudah mulai emosi. Dia kesal karena menyadari jin itu belum juga pergi dari rumahnya padahal sudah dia usir.
Lelaki berwajah tampan itu kembali hadir di hadapannya dalam sekejap.
" Astaghfirullah, Asmi! Istighfar, nggak baik seorang perempuan muslimah secantik kamu mengumpat dengan kata - kata kasar seperti itu" Hasyeem mengingatkan seraya masih tersenyum tanpa memperdulikan tatapan Asmi yang seakan-akan mau menelannya.
" Cih, kamu tidak usah sok-sokan menasehati aku. Kalian bangsa Jin hanya bisa menyesatkan manusia saja kerjanya! " kata Asmi TakTak mau kalah.
" Tidak semua bangsa jin itu jahat, Asmi. Kami sama dengan kalian bangsa manusia. Ada yang kafir dan ada juga yang muslim. Nah, aku berasal dari golongan jin muslim. Mana mungkin aku berniat menyesatkan kamu" Hasyeem dengan sabar menjelaskan kepada manusia cantik di hadapannya itu tentang asal usul bangsanya.
" Aku tak mau tahu, pokoknya kamu harus pergi dari sini. kamu harus tinggalkan rumahku sekarang juga" Usir Asmi geram. Semakin dia tak sabaran menghadapi Jin tampan di hadapannya ini.
" Aku tak mau pergi sebelum kamu menerima pertemanan aku"
Asmi menutup wajahnya dengan kedua tangan. 'Ya Tuhan! mimpi apa sih aku semalam. Lepas dari lelaki buaya darat seperti Mas Ilham kini malah harus bertemu dengan lelaki buaya darat dari bangsa Jin.' keluhnya.
" Aku bukan buaya darat seperti suamimu." Hasyeem seakan tahu isi kepala Asmi membuat Asmi menjadi heran.
" Kamu bisa membaca pikiranku, ya! " tanya Asmi yang kini mulai merasa tidak nyaman karena Jin tampan di depannya itu terus saja menatapnya.
" Iya, itulah kelebihan bangsa kami yang bisa menebak isi hati dan jalan pikiran anak manusia." kata Hasyeem lagi.
" Baiklah, aku mau. Kita bisa berteman sekarang. Tapi... ada syaratnya.. "
" Apa syaratnya ,Asmi? " Hasyeem bertanya dengan sedikit rpenasaran.
" Syaratnya jangan muncul tiba-tiba tanpa ku panggil. Jangan ganggu privasiku. Dan jangan coba-coba untuk berbuat mesum dengan mengintipku.. "
" Hahahaha.... ! " Hasyeem tertawa geli.
" Otakmu itu isinya tahu, ya! kok pikiranmu kotor sekali. Heh, dengar ya! walaupun kami tidak terlihat oleh bangsamu, tapi kami juga tahu tata aturan. Kami tak pernah memanfaatkan kelebihan kami itu untuk berbuat mesum! "
Salma membuang muka karena malu. Hasyeem seolah-olah mengisyaratkan bahwa Dia bisa saja mengintip Asmi saat wanita itu melakukan berbagai aktivitas di kamar kecil tanpa sepengetahuannya. Namun Jin tampan itu tak mau dan tak akan pernah melakukan hal itu.
Asmi bergidik membayangkan yang terjadi jika semua bangsa Jin ada di setiap tempat. Karena konon katanya bangsa jin hidup berdampingan dengan manusia.
" Hmm, baiklah. Sesuai janjiku.. Aku pergi sekarang karena kau dan aku sudah berteman. Tapi jika kau membutuhkan bantuanku kau bisa memanggilku dengan menyebut mamaku. Aku akan datang menemuimu" kata Hasyeem lalu kemudian jin tampan itu menghilang dari pandangan mata Asmi.
Asmi menghela napas. Dia memegangi perutnya yang sudah bernyanyi minta di isi.
" Pergilah ke dapur. Aku sudah menyiapkan makanan di meja makan. Jangan khawatir, semuanya halal dan asli bisa di makan. " Suara Hasyeem terdengar samar-samar di telinga Asmi sebelum berlalu.
Asmi yang merasa tak percaya segera berlari ke arah dapur dan benar saja di atas meja makan di dapurnya sudah terhidang aneka makanan dan minuman yang semuanya nyata dan dapat di sentuh serta di makan oleh Asmi.
Asmi hanya bisa melongo takjub. Tanpa bicara lagi dia segera menyantap makanan itu dengan lahap karena memang dia sudah sangat lapar sekali sampai habis tak bersisa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!