NovelToon NovelToon

Menikahi Om-om

Pernikahan Paksa

Ini hanya novel receh yang banyak kesalahan penulisan dan typo jadi mohon maaf tas ketidaknyamanan kalian para readers 😘😘😘

Gadis belia itu tengah menatap pantulan dirinya di depan cermin, dia terlihat cantik dengan mengenakan kebaya khas sunda berwarna putih, dia tersenyum kecut menatap dirinya sendiri.

Bukan ini yang dia inginkan, harusnya sekarang dia masih bermain bersama teman sebayanya, ini semua salah kakaknya dia jadi seperti ini, dia ingin berteriak marah karna kebebasannya telah di renggut.

"Rania, cepat siap-siap sebentar lagi pengantin mempelai pria akan segera tiba, buang wajah sedihmu itu, jangan sampai Ayahmu melihatnya" Bibi May menghampiri Rania yang tengah duduk di depan cermin wajahnya yang sendu tertunduk dalam .

"Bagaimana keadaan Ayah Bi, apa dia sudah baikan" tanya Rania menatap Bibi May dengan sendu matanya terlihat berkaca-kaca

"Sudah Ran jangan bersedih, ini hari pernikahanmu kau harus tersenyum , Ayahmu baik-baik saja dia sudah lebih baik kau jangan khawatir " ujar Bibi May dengan lembut.

Bibi May merupakan kakak kandung dari Almarhum ibunya yang telah meninggal sejak dia berumur 5 tahun.

Bibi May sangat menyayanginya seperti rasa sayang ibu kepada anaknya.

"Pernikahan ini bukan keinginanku Bi, harusnya Kak Nat yang menikah bukan aku" ujar Rania

"Jangan begitu, kau tidak boleh menyalahkan kakakmu terus, apa kau tidak berpikir mungkin saja ini memang sudah takdirmu, ingat Ran jangan sampai kau melakukan kesalahan yang akan merusak reputasi ayahmu dia tidak akan sanggup menerimanya setelah apa yang kakakmu lakukan" ujar Bibi memegang kedua tangan Rania sambil menekuk kedua kakinya mensejajarkan pandangan mereka.

"Tapi aku tidak menyukai orang itu, bahkan aku baru bertemu dengannya sekali, bagaimana mungkin sekarang aku harus menikahinya" ujar Rania dia merasa tertekan dengan keadaan yang menimpanya.

Dia masih ingat bagaimana awal mula semua ini terjadi, dimana kehidupan yang tadinya menyenangkan berubah suram .

*Fl**ashback on*

Rania tengah berjalan memasuki gerbang rumahnya yang cukup besar, seorang satpam membukakan pintu untuk Rania .

"Baru pulang Non sore banget?" tanya Jaka satpam rumahnya.

Hari memang sudah sore bahkan hampir waktu adzan Magrib.

Gadis itu terlihat berantakan dengan rambut di kuncir kuda yang sudah acak-acakan dan juga seragam sekolahnya yang terlihat kusut.

"Iya Pak, Ran habis kerja kelompok di rumah teman" Jawab Rania dia berlalu pergi berjalan menuju pintu rumahnya .

Di halaman terparkir mobil sedan mewah yang tidak di kenali Rania, dia mengedikan bahunya tidak perduli dan kembali berjalan memasuki rumahnya dengan riang.

Saat dia masuk, di ruang tamu terlihat banyak orang yang sedang berbincang-bincang , Rania tersenyum saat mereka menoleh ke arahnya.

" Kenalkan, ini Rania anak saya yang bungsu" Ucap Bram ayah Rania sambil memanggil Rania .

Rania menghampiri mereka dan menyalami ketiga tamu tersebut, dilihatnya sepasang orang tua yang dia yakini sebagai suami istri dan juga seorang lelaki tampan yang terlihat sudah berumur tengah menatapnya dengan senyuman sinis seolah merendahkan dirinya.

"Apaan sih nih om-om gitu banget natapnya, emang aku kuman apa " sungut Rania dalam hati.

Dia membalas tatapan lelaki tersebut dengan tajam, diapun duduk di samping kakaknya yang terlihat cantik mengenakan gaun terusan berwarna cream.

Natalya Zalora adalah kakak satu-satunya Rania yang berumur 25 tahun, dia merupakan seorang model yang terkenal, dia kadang juga sering berseliweran menjadi bintang iklan di televisi.

Wajar saja tubuhnya yang cantik dan juga memiliki badan yang tinggi dan ramping, memudahkan dirinya menjadi seorang model terkenal tidak seperti Rania yang bahkan belum bisa berdandan.

"Cantik dan sopan semua anak kamu Bram, tidak salah aku memilih anakmu menjadi menantuku" Ucap seorang pria paruh baya yang Rania tidak tahu siapa.

"Haha kau bisa saja William harusnya aku yang bangga karena anakku bisa menjadi menantumu" Ucap ayah Rania sambil tersenyum dia terlihat bahagia kedatangan tamu tersebut.

Rania melirik kearah kakaknya yang sedari tadi diam saja, tidak biasanya kakaknya seperti itu .

" Ya sudah Bram kami pamit dulu sudah sore, nanti aku akan mengabarimu lagi mengenai pernikahan anak-anak kita" Ucap William pria paruh baya yang di panggil ayahnya tadi .

Mereka beranjak berdiri dan menyalami ayah Rania dan kakaknya.

"Baik-baik ya kamu, lucu banget kamu nak." ucap seorang ibu paruh baya saat Rania sedang menyalami mereka.

Rani tersenyum malu mendengar pujian dari wanita tersebut dia kembali menyalami lelaki yang tadi menatapnya , Rania mendelik padanya tidak suka.

Seolah tahu dia tidak di sukai lelaki tersebut tersenyum sinis padanya, seolah mengibarkan bendera perang padanya.

Rania mendengus dia menatap balik pria tersebut "Awas saja kamu nanti " ucap Rania dalam hati.

"Dari mana saja kamu jam segini baru pulang" Tanya ayahnya tajam saat tamu-tamu tersebut sudah pergi meninggalkan rumah mereka.

"Ran, baru belajar kelompok Pa di rumah teman Rania" ujar Rania menatap ayahnya dengan takut.

"Alasan kamu, cepat masuk kamar dan ganti pakaianmu itu, kamu hampir saja membuatku malu di depan keluarga William" Ujar Bram dengan nada tinggi.

Rania berjalan masuki kamarnya yang terletak di lantai 2 rumah mereka, sesampainya di kamar Rania langsumg menutup pintu tersebut dan duduk di atas ranjangnya.

Matanya mulai mengeluarkan air mata ,Rani mencoba menyeka air matanya namun sia-sia air matanya tak kunjung berhenti.

Ayahnya sedari dulu tidak pernah menyukainya, dia memperlakukan Rania dengan kasar tidak seperti kakaknya yang di perlakukan dengan sayang.

"Kenapa kamu menangis Ran" Natalya memasuki kamar Rania dan menghampiri gadis yang tengah menangis tersebut.

"Kenapa Papa gak pernah suka sama Ran kak?, apa salah Rania sampai Papa kasar sama Ran gak pernah baik" Adu Rania sambil memeluk kakaknya.

"Cup cup cup sudah kamu jangan menangis kamu gak salah apa-apa Ran , kenapa kamu bisa berpikir seperti itu" Ujar Natalya membalas pelukan Rania dia mengelus Rania pelan mencoba menenangkan gadis tersebut.

"Habis Rania bingung, kenapa Papa gak pernah baik sama Ran gak kayak ke kakak, Papa selalu sayang dan perhatian sama kakak" ucapnya tersedu- sedu.

"Papa juga sayang sama kamu kok, jangan berpikir yang aneh-aneh sudahlah kamu jangan menangis terus" ujar Natalya menyeka air mata Rania.

"Kakak mau nikah? gimana sama Kak Jo bukankah dia pacar kakak" Tanya Rania mengalihkan pembicaraan.

Natalya terdiam dia terlihat sedih dan juga bingung, Rania memperhatikan kakaknya itu dalam diam .

"Entahlah aku juga tidak tahu" Jawabnya pelan

" Ran gak suka sama cowok tadi, orangnya kayak sombong banget kak, Ran lebih suka Kak Jo" Ujar Rania jujur.

Natalya terkekeh pelan mendengar ucapan adiknya itu.

"Aku tahu itu, aku juga menyukai Jo, sudahlah kau jangan bicara lagi lebih baik kau mandi sana" ujar kakaknya sambil berlalu pergi dan menutup kembali pintu kamar Rania.

Rania menghembuskan nafasnya kasar, dan beranjak ke kamar mandi sambil membawa handuk.

Rania membuka matanya perlahan dia menguap dan beranjak bangun.

Rania melihat jam di atas nakas yang menunjukan Pukul 05.00 subuh

"Ada apa nih ramai banget" gumam Rani mendengar suara gaduh di bawah sana, dia keluar kamar dan menuruni tangga menuju lantai bawah .

Di bawah sana ayahnya telah tergeletak tidak sadarkan diri di samping kakaknya yang tengah menangis.

"Papa kenapa Kak?" tanya Rania panik saat dia baru saja turun dan menghampiri Ayahnya.

Natalya tidak menjawab pertanyaan Rania dia terus menangis di samping ayahnya membuat Rania bingung.

"Ambulance nya sudah datang Non lebih baik kita bawa Bapak sekarang" Jaka menghampiri mereka bersama petugas medis.

Mereka langsung mengangkat ayah Rania, memasukannya ke dalam mobil dan membawanya menuju Rumah Sakit.

Di depan Ruang UGD Rania dan kakaknya menunggu dengan gelisah mengkhawatirkan ayah mereka yang sedang di rawat di dalam sana.

"Bagaimana keadaanya apa dia sudah siuman" tanya Bibi May yang baru saja datang menghampiri mereka.

"Belum tahu, Papah masih di rawat sama dokter kita juga masih menunggu Bi" Jawab Rania menjawab pertanyaan Bibi May .

Bibi May menghampiri Natalya yang tertunduk dalam, sejak sampai disini kakaknya itu diam saja tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Plaaaakkk

Tanpa basa-basi Bibi May menampar Natalya yang diam saja menerima perlakuannya sambil terus menangis.

"Lihat apa yang sudah kamu lakukan, sekarang ayahmu di rawat kita tidak tahu apa yang akan terjadi padanya akibat perbuatanmu itu" Bentak Bibi May

"Ada apa ink kenapa Bibi May menampar Kak Nat, memangnya apa yang sudah dia lakukan" Tanya Rania bingung dia memperhatikan menunggu jawaban.

"Kakakmu hamil !" ucap Bibi May

"Apa bagaimana bisa, Kak Nat ini bohongkan" Tanya Rania tak percaya.

Natalya menggeleng sambil terus menangis dia terlihat kacau ,rambutnya yang biasa terlihat rapih kini berantakan.

"Sekarang kita harus bagaimana, pernikahan tinggal 2 minggu lagi ayah kalian bisa mati jika pernikahan ini gagal" ucap Bibi May memberitahu mereka.

"Tapi gimana, mereka tidak mungkin mau menerima kakak yang tengah hamil" ucap Rania tak kalah bingung .

Bibi May memperhatikan Rania yang juga menatap balik padanya.

"Tidak, aku tidak mau" Ujar Rania seolah tahu maksud dari tatapan Bibi May.

"Tolonglah, hanya ini yang bisa menyelamatkan ayahmu, apa kamu tidak mau menyelamatkan nyawa ayahmu itu" Ujar Bibi May membujuk Rania.

Rania tertunduk dalam, kini dia dihadapkan pilihan antara menyelamatkan ayahnya ataukah dia harus egois dan menolak pernikahan ini.

flashback off

Sah

"pengantin mempelai pria sudah datang, ayo cepat keluar mereka sudah menunggu!" Ujar Lisa memasuki ruangan.

Lisa adalah anak satu-satunya Bibi May yang baru berumur 21 tahun, dia kuliah jurusan kedokteran di salah 1 universitas ternama.

" Ayo Ran, kita harus keluar acaranya sudah mau di mulai"Ajak Bibi May sambil beranjak berdiri.

Rania menghela nafasnya panjang berusaha menguatkan dirinya, ini sudah menjadi pilihannya dia tidak boleh mundur.

"Baiklah ayo" Ucapnya.

Rania pun keluar ruangan sambil di tuntun oleh Bibi May di sampingnya, dia melihat lelaki yang akan di nikahinya itu tengah menengok kearahnya tak terkecuali yang lain mereka seolah mengagumi kecantikan yang terpancar dalam dirinya.

Bibi May menuntun Rania untuk duduk di samping Reno yang terlihat tampan mengenakan kemeja putih di balut jas hitan serta peci hitam yang menghiasi kepalanya.

Rania duduk dalam diam berusaha menutupi kegugupannya, ini mungkin bukan pernikahan yang di inginkannya tapi tetap saja dia merasa gugup di tambah banyak tamu yang memperhatikannya denga Reno.

Para tamu tersebut adalah saudara-saudara Rania dan Reno, mereka sengaja tidak mengundang orang lain saat acara ijab kabul agar acara tersebut berlangsung dengan khidmat.

Sedangkan tamu yang lain mereka di undang saat acara resepsi pernikahan mereka nanti malam.

Disampingnya Reno tak kalah gugup dengan Rania, dia menyeka keringat di dahinya, jantungnya berdegup dengan kencang.

Akhirnya dia harus menikah dengan seorang gadis yang usianya terpaut jauh, bocah nakal yang Reno tahu hanya akan menyusahkan hidupnya.

Reno melirik Rania yang terlihat cantik, dia tersenyum kecut menyadari kekagumannya pada gadis tersebut.

Rania terlihat berbeda dengan yang dia lihat terakhir kali, sebenarnya Reno hampir saja menolak pernikahan tersebut saat tahu pengantin wanitanya hamil dan di ganti dengan gadis kecil disampingnya.

Apa yang akan orang-orang katakan bagaimana mungkin dia menikahi gadis kecil bau kencur yang bahkan

belum lulus SMA.

Sementara dirinya adalah pengusaha muda sukses yang bahkan bukan hal sulit baginya untuk mendapatkan gadis manapun yang ingin dinikahinya.

Ditambah sebelumnya dia memang tidak ingin menuruti perjodohan ini, namun apa dayanya jika itu permintaan ibunya .

Dia tidak bisa menolak dan harus menerima perjodohan tersebut agar ibunya bahagia, ya Reno memang sangat menyayangi ibunya melebihi dirinya sendiri.

"Gimana bisa di mulai acaranya?" Tanya si penghulu

"Iya Pak silahkan di mulai saja!" Ucap William memberi ijin.

Rania melihat mereka yang terlihat bahagia, kakaknya tak terlihat di manapun seolah tahu ini semua karena salahnya hingga Rania yang menjadi korban, dia melirik ke arah ayahnya yang duduk di kursi roda.

Sejak kejadian 2 minggu yang lalu ayah Rania harus duduk di kursi roda hingga kondisinya benar-benar pulih.

Rania menatap ayahnya yang memilih membuang muka saat tahu Rania memperhatikanya.

Rania tersenyum kecut sambil menunduk matanya berkaca-kaca seolah tak mampu menahan kesedihannya.

"Sebenci itukah kamu padaku Pa, bahkan di hari pernikahanku pun kamu tidak sudi melihatku" guman Rania dalam hati.

Rania mencoba menguatkan dirinya sendiri agar tidak menangis di depan para tamu dia tidak ingin terlihat lemah apalagi ini hari pernikahanya .

Rania mendongak sambil tersenyum mencoba menutupi kesedihannya, dia menatap para tamu yang seolah tidak sabar menunggu acara ijab kabul di mulai.

Disampingnya Reno menatap Rania bingung dia tahu gadis itu tengah bersedih tapi karena apa, apakah karena menikah dengannya? tapi tidak gadis itu terlihat baik-baik saja saat menghampiri dirinya tadi.

Dia juga tahu gadis itu memang terpaksa menikah dengannya, tapi sekarang dia yakin gadis itu bukan bersedih karena dirinya .

Reno kembali berbalik membuang rasa penasarannya, untuk apa dia peruli pada bocah itu, dia bukan siapa-siapa baginya.

"Baik Nak Reno bagaimana apa kamu sudah siap?" Tanya penghulu tersebut menatap Reno.

"Siap pak!" Jawab Reno dengan yakin

"Baik kamu ikuti kata-kata saya, setelah saya selesai mengucapkan kata-kata tersebut" Ujar Si penguhu sambil mengulurkan tanganya yang langsung di sambut oleh Reno.

"Saya nikahkan dan kawinkan Rania Zalora Binti Bram Prasetyo dengan Mas kawin seperangkat alat sholat di bayar Tunai"

"Saya terima nikah da kawinnya Rania Zalora Binti Bram Prasetyo dengan mas kawin tersebut di bayar tunai" Dengan satu tarikan nafas Reno berhasil mengucapkan ijab kabul dengan lancar.

"Bagaimana saksi, sah?" tanya Si penghulu kepada para tamu.

"Saah!" Ucap para tamu dengan serempak.

Mereka mengangkat tanganya berdoa tanda mengucap syukur karena telah berhasil menunaikan ijab kabul dengan lancar.

"Baik Nona Rania silahkan cium tangan suamimu sekarang kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri!" Ucap Si Penghulu mengarahkan Rania.

Rania mencium tangan Reno, para tamu langsung bersorak bahagia melihat pasangan pengantin baru tersebut.

Rania dan Reno tengah beristirahat di dalam kamar di salah 1 hotel ternama yang akan menjadi tempat resepsi mereka di selenggarakan nanti malam.

"Om, Ran ngantuk mau tidur!" Ujar Rania duduk di samping Reno yang terlihat asyik membaca koran.

Rania baru saja selesai berganti pakaian dan mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang lengket dan berkeringat .

"Tidur saja kenapa kamu harus meminta ijinku" Jawab Reno cuek tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

Rania berdecak kesal menatap Reno dengan tajam.

"Ran gak bisa tidur kalau Om disini, pindah kek" ucapnya mencoba menjelaskan.

Reno mendongak menatap Rania bingung dia melirik kasur di sebelahnya yang masih luas.

"Kenapa, kalau kamu mau tidur tempatnya masih luas kenapa aku harus pergi, lagi pula aku ini suamimu kau tidak berhak mengusirku" Ujarnya.

Rania kembali di buat kesal dengan jawaban Reno

" Dasar Om-om nyebelin, gak ngerti apa kalau kalau aku takut di apa-apain" Umpatnya dalam hati.

"Kau jangan khawatir aku tidak akan melakukan apapun aku tidak bernafsu dengan bocah nakal sepertimu" Ujar Reno seolah tahu apa yang di pikirkan gadis itu.

"Terserah" Balas Rania kesal.

Diapun berbaring di samping Reno dan menutupi tubuhnya dengan selimut tebal dan mencoba memejamkan matanya.

Reno menatap Rania yang tengah tertidur sambil tersenyum, bocah itu memang menyebalkan tapi jika dia diam seperti ini terlihat sangat manis.

Dia beranjak dari duduknya dan pindah ke sofa yang ada di ruangan tersebut sambil menyalakan laptop, mengerjakan perkerjaan kantornya.

Rania memperhatikan Reno yang terlihat sibuk dengan laptopnya, sedari tadi dia memang belum tertidur.

" Tidurlah, jangan menatapku terus" Ucap Reno tiba-tiba.

"Kok Om tahu aku belum tidur ?" Tanya Rania bingung sambil menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya.

" Tentu saja aku tahu kalau kau tidur pasti suara dengkuranmu sudah terdengar dari tadi" Jawab Reno sambil tersenyum sinis.

" Ran gak gitu Om, Ran kalau tidur diem kayak bayi" Ucap Rania tak terima.

Reno mendongak menatap Rania yang juga menatapnya dengan kesal.

"Bagus kalau begitu, nasibku bisa sial sekali menikahi bocah sepertimu yang tidurnya mendengkur" Jawab Reno kembali fokus pada pekerjaannya.

" Ran juga sial bisa nikah sama Om-Om ngeselin kayak Om" Balas Rania kembali berbaring dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Tidurlah aku tidak mau kamu mengantuk saat acara nanti malam" Ujar Reno.

Rania tidak menjawab gadis itu telah tertidur, dia tidur dengan nyenyaknya setelah seharian beraktifitas membuat gadis itu kelelahan.

Reno menatap gadis itu sejenak dan kembali sibuk dengan pekerjaannya yang menumpuk dia harus menyelesaikan semuanya .

Malam Pertama

Di gedung yang di dekorasi bunga-bunga nan megah itu Rania dan Reno menyalami para tamu undangan yang datang.

Pesta pernikahan mereka berlangsung meriah, ada juga penyanyi terkenal yang di undang untuk mengisi hiburan.

seperti *Syahrini, Via Vallen, Raisa dan juga Ayu ting-ting*, yang menambah kemeriahan di pesta tersebut.

Rania memperhatikan para tamu yang tidak berhenti berdatangan kebanyakan dari teman kolega ayahnya ,dan juga keluarga Reno suaminya.

Tak satupun teman Rania yang datang dia memang sengaja tidak memberitahu mereka, bisa heboh kalau mereka tahu dia menikah.

"Om masih lama gak sih?" Tanya Rania berbisik.

"Masih lama, jangan bawel deh" Ketus Reno sambil menyalami para tamu undangan.

"Ran, pengen pipis Om" Balas Rania dia tersenyum saat tamu menyalaminya.

Reno mendelik pada Rania tidak suka, bagaimana dia bisa-bisanya bilang seperti itu padahal acara baru berlangsung 1 jam.

"Sabar tahan saja dulu, tunggu sepi dulu jangan sekarang!" Bisiknya

"Dasar Om gila mana bisa aku tahan, emang gak punya otak dia" Sungut rania dalam hati.

"Ngomong apa kamu barusan?" Tanya Reno melirik padanya.

"Ran gak ngomong apa-apa kok Om" Jawab Rania pelan.

"Nih orang dukun kali ya bisa baca pikiran" gumam Rania dalam hati.

Dia tidak mengerti bagaimana Reno bisa tahu apa yang sedang Rania pikirkan, seolah-olah dia mengucapkanya langsung pada Reno.

"Wow selamat ya bro, akhirnya nikah juga" Ujar seorang lelaki menghampiri Rania dan Reno.

"Selamat ya, kamu cantik" ucap orang tersebut sambil tersenyum pada Rania.

Degg

Jantung Rania berdetak dengan kencang menatap lelaki tersebut, dia melihat pria yang mengenakan jas abu-abu itu yang tengah mengobrol bersama Reno.

"Ganteng banget, mau dong di ajak kabur bang, masih perawan kok" Ucap Rania dalam hati.

"Makasih Yan, akhirnya kamu datang juga kemana pacarmu?" Tanya Reno sambil tersenyum.

Iyan Nugraha adalah sahabat sekaligus direktur di perusahaan milik Reno dia juga berumur 29 tahun mereka bersahabat sejak kelas 5 Sd.

"Pacar dari mana, kamu juga tahu aku tidak punya waktu untuk itu" Jawab Iyan.

" Yasudah aku kesana dulu, happy wedding ya" Tambah Iyan sambil berlalu pergi meninggalkan mereka.

Rania memperhatikan kepergian Iyan yang menghilang di balik kerumunan para tamu yang memenuhi aula gedung dia mencari sosok Iyan namun tak kunjung terlihat.

"Ngapain celingak-celinguk kayak gitu, diam jangan banyak gerak malu di lihat tamu!" Ujar Reno tegas menatap Rania dangan tajam

Rania mendelik tidak suka pada Reno karena telah mengganggu kesenangannya, dia kembali diam sambil menyalami para tamu yang menurutnya tidak akan habis tujuh turunan.

"Nih orang-orang mau namu apa ngerampok sih banyak banget" Keluh Rania .

Dia mulai merasa pegal di kakinya karena sedari tadi berdiri menyalami para tamu undangan yang datang, ditambah dia sudah kebelet pipis dari tadi yang semakin lama semakin tak tertahankan.

"Dasar Om gila, doyan banget nyiksa anak manis sepertiku" sungut Rania dalam hati.

Beberapa jam kemudian pesta pun usai para tamu sudah kembali pulang menuju rumahnya masing-masing.

Tidak mungkin jika mereka pulang kerumah orang yang ada mereka di sangka Rampok berbaju batik oleh sang pemilik rumah.

Rania memijat-mijat kakinya yang terasa pegal, seharian ini dia sudah berdiri hampir 8 jam, untung saja kakinya tidak patah karena kelamaan berdiri.

"Mandi sana, jorok banget ganti baju gak mandi dulu!" Ucap Reno yang baru saja mandi sambil melempar handuk bekas yang dia pakai kepada Rania.

Rania mengambil handuk yang tepat berada di mukanya dengan kesal, dia menatap Reno tajam yang di balas Reno.

"Bentar elah om, capek nih lagian gak mandi juga gak bau tuh" Ucap Rania mencium keteknya sendiri.

"Dasar bocah, sana pergi mandi saya mau tidur" Ucap Reno sambil berbaring di atas kasur.

"Jangan tidur disini Om entar Ran tidur dimana coba!" Ucap Rania tidak suka.

"Tidur saja di sofa sana jangan ganggu saya mau tidur" Jawab Reno tampa berbalik.

Rania beranjak dari kasur dengan kesal dan pergi ke kamar mandi sambil membawa handuk .

"Dasar Om rese, Om-om nyebelin kenapa sih aku harus nikah sama om-om kayak dia?" sungut Rania sambil menggosok badannya dengan sabun.

15 menit kemudiam Rania keluar dari kamar mandi sambil mengenakan baju tidur yang agak seksi menurutnya.

"Ini baju apa lap sih tipis banget" gumam Rania memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

Dia terpaksa memakai baju tersebut karena pakaian yang dia bawa hilang entah kemana, dia hanya menemukan pakaian-pakaian tidur yang lebih buruk dari yang sedang ia kenakan.

"Ini pasti kerjaan orang tua tuch Om-om rese" sungut Rania dalam hati.

Sedari pagi Kikan ibu dari Reno memang selalu menggodanya dengan mengatakan kata-kata vulgar.

"Ran yang semangat ya entar malam goyang dikit nak jangan diam saja!"

Itu kata-kata dari ibu Reno, yang tentu saja tidak di gubrisnya, dia masih polos gak suka yang begituan, tapi cium dikit bolehlah, tidak-tidak dia mengenyahkan pikiran kotor tersebut.

"Otakku mendadak ngeres gara- gara Si Nungki nih" Gumam Rania menyebutkan salah 1 sahabatnya yang gesrek bin alay .

Reno meneguk salivanya menatap Rania yang tengah memunggunginya di depan cermin, dia mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran kotor yang bersarang di otaknya.

"Sadar Ren dia cuma bocah kamu tidak boleh melakukannya" Gumam Reno menyadarkan dirinya sendiri.

"Apa Om lihat-lihat nafsu ya?." Tanya Rania takut dia menutupi bagian tubuhnya yang terekspos menggunakan handuk.

Reno berdecak pelan gadis itu polos sekali, bagaimana dia bisa dengan mudah mengeluarkan kata seperti itu malam-malam begini.

"Kenapa takut ya? saya kan sudah jadi suami kamu jadi kamu harus melayani saya" Goda Reno tiba-tiba bangun dan mendekati Rania.

"Jangan Om Rania masih kecil, belum pengalaman Om, Om gak akan suka mending Om nonton aja, Ran tidur dulu" Ucap Rania berlali ke arah kasur dan berbaring sambil menggulung dirinya sendiri menggunakan selimut tebal.

Reno menatap Rania sambil tersenyum kecil, baru di goda sedikit saja dia sudah berlari ketakutan bagaimana jika mereka benar-benar melakukannya apakah dia akan pingsan di tengah jalan?.

Reno mengambil dompet dan hp nya, berada di dalam kamar berdua dengan bocah itu tidak baik untuknya.

Dia takut tidak bisa menahan dirinya sendiri dan menerkam gadis kecil yang tak berdaya itu.

Reno berdiri di atas balkon sambil memandang langit yang terlihat indah , dia tersenyum kecil mengingat kelakuan gadis itu.

"Bocah nakal" Gumamnya

Dia tidak mengerti kenapa gadis itu selalu terbayang olehnya, padahal dia bukan type orang yang suka memikirkan orang lain.

Tapi tidak dengan Rania gadis itu seolah membayanginya kemanapun dia pergi, gadis kecil yang bahkan baru di kenalnya yang sekarang telah sah menjadi istrinya.

Dia kembali ke kamar memperhatikan Rania yang telah tertidur pulas di atas kasur dia bergerak kesana kemari seolah tidak nyaman dengan selimut yang menggulungnya.

"Dasar bocah tidur aja gak bisa diam" Gumam Reno .

Dia menghampiri Rania dan membuka selimut tebal yang menggulung Rania, dia memperhatikan baju tidur yang di kenakan Rania.

Reno kembali di liputi pikiran-pikiran kotor di otaknya dia kembali menyelimuti Rania tidak tahan melihat pemandangan di depannya yang seolah-olah memanggilnya untuk bertamu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!