Sebuah negeri yang tidak banyak orang tahu dan percayai. Tidak lain dan tidak bukan adalah Negeri Dongeng, sebuah cerita Fantasy dan lain-lain🌷🌷🌷 Adanya makhluk mitologi yang dipercayai dalam sudut pandang orang Yunani. Apakah mungkin ada? Maka coba ikuti aku ke dalam dunia Fantasy ini, dimana akan ada sebuah negeri yang bernama FAIRYLAND serta para penjaga dari makhluk-makhluk mitologi dan juga para Queen of Elements yang akan mengikuti ku.
{SATU JIWA DALAM DUA DUNIA BERBEDA, DENGAN KEHIDUPAN YANG SAMA}
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
***WELCOME TO STORIES.
{ROSELLYNA : In Fantasy World}
DIMANA AKAN ADA BANYAK PETUALANG YANG SERU DAN PENUH TEKA TEKI.. 🤔BIAR GK BOSEN PEMERAN UTAMA AKAN DIBERI SEBUAH TEKA TEKI DAN PERTANYAAN YANG MEMBUAT NYA BINGUNG DAN BERPIKIR DUA KALI.
KALIAN YANG BACA JUGA BOLEH KOMEN UNTUK MENEBAK JAWABANNYA YAAA..✨✨
JANGAN LUPA JUGA, SETELAH BACA WAJIB BANGET TINGGALKAN JEJAK UNTUK TAMBAHAN PENYEMANGAT AUTHOR🙏🤗
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
HAPPY READING AND SEE YOU.....
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹***
Di sebuah kota bernama Las Vegas, seorang wanita 20 Tahun tengah bersama keluarga yang sangat terlihat harmonis (Dari jauh). Panggil saja dia Rose, Rose Howe. Nama yang memiliki arti bunga mawar, tapi sayangnya ia tidak secantik namanya, itu yang dikatakan semua orang kepadanya.
Rose saat ini tinggal bersama seorang Ibu, Ayah, dan juga saudarinya yang bernama Mary Howe. Tetapi hubungan antara Rose dan Mary tidaklah seakur layaknya saudari lainnya. Lebih tepatnya, Mary tidak pernah menganggap Rose sebagai saudarinya karena penampilan culun, wanita yang bernama Rose tersebut.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
University Las Vegas.
Kedua pasang kaki berjalan menelusuri koridor yang kini ramai sekali akan anak-anak muda. Ada yang berteriak, berlarian, mengobrol, bahkan saling bully. Salah satu korban bully adalah Rose, si wanita culun.
Rose berjalan sambil menundukkan kepala. Dengan kacamata dan dua rambut kepangnya, dan bintik hitam di wajahnya, juga pakaian yang selalu terlihat ramai maupun norak di mata anak-anak muda. Membuat Ia kerap dibully. Namun itu tidak pernah membuatnya berkecil hati ataupun merasa benci dengan dirinya.
Pukk. Tepukan pelan yang dirasakan pundak Rose dari arah belakang, dan sontak itu membuat nya berhenti dan menoleh ke arah tersebut.
“Good morning!” Sapa seorang wanita berkulit coklat dan berambut pendek dengan senyum lebar dan manisnya. Rose tersenyum ketika mengetahui bahwa itu adalah teman setianya, Emily Baekeland.
“Selamat pagi, Emily!” Balas Rose tersenyum.
Selesai saling sapa. Rose dan Emily melanjutkan berjalan menelusuri koridor sambil berbincang. Melihat dari sifat mereka, keduanya hampir memiliki sifat yang sama penakutnya.
“Apa sepulang nanti, kau ada Les Ballet?” Tanya Emily.
“Iya. Memang kenapa?” Balas Rose menatap temannya itu.
“Sebenarnya aku ingin mengajakmu ke toko antik.” Jawab Emily.
“Untuk apa, kau kesana?” Tanya Rose yang masih penasaran.
“Iseng saja, aku hanya ingin melihat-lihat! mungkin saja ada barang yang bagus dan murah di sana. Hehehe!” Emily menjawab sambil tertawa kecil.
“Besok, aku tidak ada jadwal apapun. Bagaimana kalau besok saja kita pergi bersama?” Tawar Rose yang masih tersenyum. Tak lama memikirkan tawaran tersebut, Emily langsung menjawab dengan sebuah anggukan penuh semangat.
Bagi Rose, berteman dengan Emily saja sudah cukup dan itu sama seperti berteman dengan orang banyak. Rose dan Emily masih berjalan menuju kelas mereka, sampai langkah Rose terhentikan saat berjalan melewati kelas lain, dimana dia melihat seorang pria tengah duduk tenang di bangkunya.
Rose menatap pria itu dengan tatapan yang seolah penuh cinta dan kekaguman. Senyuman lebar bak orang jatuh cinta pun terpancarkan di wajah Rose.
“Max! kau sungguh pria yang luar biasa!!” Gumam Rose yang tertarik dengan pria bernama Max itu. Emily yang mendengar gumaman Rose, seketika hanya tersenyum kecil saat melihat temannya tengah suka dengan seorang pria.
Emily yang tidak sempat bicara, tiba-tiba dari arah samping, sebuah suara mengagetkan mereka berdua.
“Hei, Mawar hitam, bukankah kelasmu ada di sebelah! apa yang kau lakukan di kelasku?” Tanya seorang wanita cantik dengan gaya sombong nya, yang kini menatap jijik ke arah Rose.
Bukannya menjawab, Rose dan Emily memilih untuk diam. Mereka tahu, bahkan seluruh kampus tahu kalau keluarga wanita itu adalah keluarga terkaya yang juga pemilik dari University itu. Namanya adalah Ella Stanley, dia juga mengikuti Les Ballet di tempat Rose.
Wanita bernama Ella itu mencoba untuk melihat ke dalam kelasnya, dan Ia hanya melihat adanya Max yang terlihat sangat menonjol dari murid-murid lainnya di dalam kelas tersebut. Senyuman licik terukir, sesekali mata Ella melirik ke arah Rose yang masih berdiri di sampingnya tanpa bergerak sedikit pun.
“Hei... Max! Kau beruntung ada yang menyukaimu diam-diam. Apa kau tidak ingin membalas cintanya?” Teriak Ella yang sengaja mempermalukan Rose di semua para murid.
Max yang mulai sadar dan mengerti dengan maksud Ella, Ia hanya menggeleng dan berpaling dengan tatapan malas bercampur marah. Melihat tatapan Max, Rose hanya diam dengan wajah yang tertekuk. Sementara Ella dan yang lainnya menikmati tawa mereka saat melihat kejadian itu.
“Ayo kita pergi saja.” Ajak Emily menggandeng tangan Rose dan mengajaknya berjalan ke arah kelas mereka.
“Hemm, dasar.” Gumam Ella yang langsung masuk kelas saat mengatakan itu, seolah tidak suka dengan Rose.
Di dalam kelas, Rose dan Emily masih duduk dan saling menatap. Melihat Rose yang selalu dihina oleh Ella membuat Emily merasa kasihan.
“Jangan dengarkan ucapan Ella. Kau tau dia wanita seperti apa.” Ujar Emily. Rose hanya tersenyum tipis dan memaafkan perbuatan Ella setiap kali wanita itu menghinanya.
Tak lama kemudian, seorang pria yang tidak terlihat jantan namun masih tetap pria, datang dengan wajah bingung nya menghampiri Rose dan Emily.
“Apa Nenek sihir itu mempermalukan mu lagi?” Tanya John, si pria pelawak. Rose hanya diam, sementara Emily mengangguk.
“Apa? Jika saat itu aku ada di sana tadi, aku mungkin sudah membungkam mulut seksinya itu!” Ucap John dengan amarah yang tidak jantan. Emily hanya menatap seduh saat melihat keberanian teman yang satunya itu, keberanian yang cuman hanya di mulut saja.
“Lebih baik kau simpan keberanian mu itu saja. Mungkin suatu hari kau akan membutuhkan nya!” Ejek Emily yang duduk di bangkunya sendiri. Sedangkan John masih saja mengoceh seperti wanita.
TING.... TINGGG. TINGGGGGG.
Kelas sudah usai, seperti biasa Rose, Emily dan John selalu bersama. Dan apesnya mereka bertiga harus berjalan melewati Ella yang bermulut kasar itu. Ella lagi-lagi melirik Rose dengan licik nya, seakan-akan ia benar-benar tidak menyukai wanita itu sama sekali.
Merasa kalau Ella tengah melirik mereka. John yang sok berani tadi, kini hanya bersembunyi dan berbisik di telinga Emily.
“Sepertinya dia akan mengeluarkan kata-kata nya lagi.” Tebak John.
“Katanya kau akan melawannya, kenapa terus berbisik?” Ucap Emily. John malah tertawa ke arah Emily dengan wajah konyol dan takutnya.
Benar saja, wanita bernama Ella itu terus mengeluarkan hinaan dan sindiran kepada Rose. Sampai Saudari Rose, Mary berjalan menuju keluar.
“Mery! Bukankah dia saudarimu? Bagaimana kalau lain hari kau harus mengajaknya ke pestaku!!” Ujar Ella. Dengan amarah Mary menjawab tanpa rasa takutnya kepada Ella.
“Dia bukan saudariku. Dan aku tidak pernah menganggapnya dan tidak pernah memiliki saudari.” Balas Mary yang langsung berjalan pergi.
“Ohhhh!! Dengar, saudarimu saja ogah punya saudari seperti mu. Mawar Hitam, hahaha! Maaf harus memanggilmu seperti itu, tapi nama Rose tidak cocok untukmu, benarkan teman-teman!!” Teriak Ella yang meminta pendapat dari yang lain. Dan mirisnya, banyak yang merespon dan berkata “Iya!” Dengan lantang juga tawanya.
Namun seperti biasa, Rose menghiraukannya dan memilih berjalan pergi bersama kedua temannya itu.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹A
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹P
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹U
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹L
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹N T
🌹🌹🌹🌹🌹🌹A N
🌹🌹🌹🌹🌹G E E E
🌹🌹🌹🌹N T M K
🌹🌹🌹A O O I
🌹🌹J V C L
🌹
THANK YOU AND SEE YOU.... ^^
Usainya kelas kuliah, Rose yang sudah berdiri di depan kampus bersama Emily dan John, Ia harus berpisah karena ini waktunya untuk kelas Ballerina nya yang sebentar lagi akan memilih seorang GISELLE untuk sebuah pentas besar-besaran yang diadakan di Amerika.
Rose harus cepat ke tempat latihannya, karena sebentar lagi latihannya akan segera dimulai. Berbeda dengan Ella yang muda dan cepat untuk datang ke tempat latihan, karena dia memiliki kendaraan pribadi, itu tidak heran bagi anak seorang wali kota.
“Tamatlah riwayatku. Aku pasti kena marah lagi.” Gumam Rose yang kini tampak kebingungan dan ketakutan. Meski saat ini dia sudah menaiki sebuah taxi, tapi kepanikan masih saja bergumam di pikiran Rose.
............................
3 menit berlalu.
Ballerina Building.
Sebuah bangunan yang terlihat kokoh berwarna putih dan gold kini membuat kedua mata Rose merinding ketika dia mulai masuk ke dalam. Dengan nafas panjang wanita kacamata itu memberanikan diri dan berfikir positif.
Saat Rose sampai di ruang latihan, suara musik sudah terdengar begitu indah. Itu pertanda bahwa latihan sudah dimulai.
Tap. Tap. Tap. Suara langkah kaki Rose yang terdengar oleh dua orang yang tengah duduk menghadap depan. Seseorang yang biasa disebut guru dan biasa dipanggil Miss Bay.
“Lihatlah, siapa ini yang datang? Rose....!” Ucap Miss Bay dengan suara sedikit keras, hingga para penari ballet yang lain termasuk Ella juga ikut menatap Rose yang masih berdiri sambil membenarkan kacamatanya. Miss Bay berjalan ke arah Rose, menatap dengan lekat dan tajam ke arah wanita polos itu yang masih tersenyum tipis.
“Kenapa kau selalu terlambat Rose? Diantara semua penari Ballet di sini, kenapa selalu dirimu yang bermasalah? Bisa kau katakan padaku?” Ucap Miss Bay seraya tersenyum tegas ke arah Rose.
“Maafkan aku Miss Bay. Aku tidak tahu jawaban nya! Tapi aku berjanji akan tepat waktu!” Jawab Rose tersenyum. Mendengar itu, Miss Bay hanya menghela nafas panjang sembari memegang dadanya dengan lega.
“Baiklah, pastikan kau menebus semua kesalahan mu itu.” Balas Miss Bay yang kini kembali duduk di tempatnya semula. Sedangkan Rose segera menuju ke belakang panggung dan berganti pakaian.
Beberapa detik berganti pakaian. Rose segera ke atas panggung latihan untuk memulai tarian Balletnya di hadapan Tuan Bister, sedangkan Miss Bay tengah menemui seseorang di ruang atas.
“Aku yakin kau tidak akan bisa. Semoga kau beruntung, LOSER!!” Ucap Ella berbisik kepada Rose sebelum dia memulai tariannya. Dengan senyuman Rose membalas ucapan Ella, dan itu membuat Ella muak dengannya.
Sebelum mulai, Rose selalu berharap bahwa kali ini dia akan melakukannya dengan sempurna tanpa ada kesalahan seperti biasa. Musik dimulai, begitu juga dengan kedua tangan dan kaki Rose yang sudah mulai bergerak seperti seorang Ballerina pada umumnya.
Dari atas ruangan, Miss Bay dan seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu Ella, kini keduanya berbincang sambil menatap ke arah Rose menari.
“Kami senang bisa bekerja sama dengan anda nonya Reva!” Ucap Miss Bay tersenyum ramah.
“Akupun begitu! Aku akan rela melakukan apa saja untuk membuat putriku senang!” Balas nyonya Reva.
BruuuKk... Suara seseorang tengah jatuh dengan begitu keras, membuat Miss Bay dan nonya Reva ikut menoleh ke arah panggung, dimana letak suara itu dibuat. Rose segera berdiri dan mengulangi gerakannya, namun lagi-lagi dia terjatuh terus menerus.
Reva yang melihat Rose seperti orang payah, wanita itu terseringai.
“Kenapa anda masih membiarkan gadis payah itu disini? Lihat dia, semua gerakan selalu dia buat sendiri dan selalu jatuh dengan keras.” Ucap Reva yang masih terseringai sombong, sama seperti anaknya, Ella.
“Saya bisa melihat bahwa dia akan bisa menebus kesalahannya itu nyonya. Kita hanya butuh waktu untuk itu!” Balas Miss Bay yang seolah membela Rose di hadapan Reva, si wanita yang terlihat seperti seorang penyihir.
Reva hanya diam, menatap Rose yang berjalan masuk kedalam ruang ganti. Memang dari arah Reva, Ia tidak melihat jelas wajah Rose, namun tatapannya masih saja tajam bak burung Elang.
Latihan hari ini, Rose kembali dengan wajah sedihnya, dimana dia harus menahan rasa malu saat Ella dan yang lain menertawakan dirinya dan menghinanya. Tapi semua itu membuat Rose semakin bersemangat dan yakin bahwa dirinyalah yang akan menjadi seorang GISELLE nanti.
Beberapa jam berlalu hingga langit terlihat gelap, di sebuah rumah sederhana ketiga orang tengah menikmati makan malam sambil menunggu kedatangan seseorang.
Cklek.. “Aku pulang.” Gumam Rose pelan dengan wajah sedikit murung dan lelah. Melihat putri keduanya datang, Emmy seorang ibu penyayang itu menghampiri putrinya dengan senyuman.
“Bagaimana latihannya?” Tanya ibunya kepada Rose.
“Sangat baik Bu!” Rose tersenyum melihat wajah ibunya.
“Kalau begitu, ayo makan dulu, setelah itu mandi dan tidur!” Pinta ibunya. Rose menurut dan ikut duduk di meja makan bersama ayah dan Mary. Meski seperti biasa, Mary selalu tidak suka dengan Rose, entah kenapa.
🍁🍁🍁
Keesokan harinya. Di hari liburnya, seperti yang diucapkan Rose sebelumnya. Dia akan pergi bersama Emily di sebuah toko antik, tidak hanya Emily, John juga selalu ikut serta dengan kedua teman wanitanya itu.
“Apa kau sudah menemukan toko tersebut?” Tanya John kepada Emily.
“Tentu saja! Toko itu sangat-sangat antik sekali.” Jawab Emily membuat Rose dan John penasaran dengan toko tersebut.
Tak lama, sampailah mereka bertiga di toko yang memang terlihat antik sekali, juga tempat disekitar terlihat sepi dan sunyi membuat bulu kuduk berdiri. Sebuah toko yang terbuat dari kayu dan hiasan dari logam bertulisan (Welcome to the magic place).
“Emily! Apa kau yakin ini tempatnya?” Tanya John memastikan akan ucapan Emily tentang toko itu. Emily mengangguk.
“Ayo kita masuk saja.” Ajak Rose yang memilih masuk duluan. Entah kenapa, tubuh Rose seperti bergerak sendiri untuk masuk ke dalam toko itu, sebuah rasa yang tidak sabar untuk mengetahui sesuatu yang dia sendiri tidak tahu apa itu.
Saat mereka masuk, seorang nenek tua menyambut kedatangan mereka dengan tiba-tiba dan senyuman meriah. Namun kejutan itu malah membuat John terkejut sampai terjungkal ke belakang dan pingsan.
“Apa nenek pemilik toko ini?” Tanya Rose.
“Apa ada orang lain lagi selain kita?” Tanya balik nenek itu membuat Rose menggeleng bingung.
“Maka akulah pemiliknya!” Ucap nenek itu lagi.
Rose melihat ke arah John yang masih pingsan, namun Emily malah menyuruh Rose untuk membiarkan pria penakut itu tertidur disana, sementara mereka berkeliling mencari benda antik yang ada di dalam toko tua tersebut.
Rose berpencar dengan Emily. Meski dari luar toko itu kecil, namun sebenarnya di dalam nya sangatlah luas layaknya kantong ajaib. Rose berjalan perlahan, saat dia melihat sebuah benda menarik, dari belakang sebuah buku tebal dan tua nampak jatuh dari atas lemari. Mendengar suara itu, Rose berbalik, kini kedua matanya melihat adanya sebuah buku tua tergeletak di lantai yang terbuat dari kayu.
Wanita itu mengambil buku tersebut, membersihkan debu-debu yang ada di buku itu dan sesekali meniupnya. Yang lebih menariknya lagi, buku itu bertulisan dengan judul Giselle , melihat judul itu, membuat Rose semakin penasaran dan berpikir bahwa mungkin dia bisa belajar tari Ballet jika membaca buku itu.
Namun saat fokus melihat buku itu, tiba-tiba.
“Kau ingin buku itu?” Tanya nenek sang pemilik toko antik itu dari arah belakang, membuat Rose terkejut tidak main.
“Apa boleh?” Tanya balik Rose kepada nenek itu. Bukannya menjawab, nenek tua itu melihat Kalung yang melingkar di leher Rose. Sebuah kalung berbentuk kristal yang sangat indah.
Nenek itu memegang kalung tersebut, sampai membuat Rose keheranan akan tingkahnya.
“Ambilah buku itu, aku memberimu gratis!” Ujar sang nenek yang berjalan pergi meninggalkan Rose yang saat ini memegang kalungnya dengan tatapan yang masih heran.
BERSAMBUNG....
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!