NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Dokter Dingin

ELENA ALYANDRA

Elena Alyandra atau yang kerap dipanggil Elena itu adalah gadis cantik yang baru genap ber-usia 19 tahun. Dia adalah anak kedua dari dua bersaudara, kaka pertamanya bernama Putri Mutiara atau yang biasa disapa putri tapi kakanya itu sudah tidak tinggal lagi bersamanya dan juga sang ayah yang sekarang sering sakit-sakitan. Kakanya itu katanya ingin hidup mandiri jadi dia tinggal di-rumah barunya meninggalkan Elena dan juga sang ayah-Dimas, sedangkan sang Ibu sudah meninggal dunia 5 tahun yang lalu karna sebuah penyakit.

Usia Elena dan Putri hanya berjarak 5 tahun jadi umur mereka tidak terlalu jauh. Putri bekerja disalah satu perusahaan yang cukup maju dibidangnya sedangkan Elena hanya kerja serabutan kadang ia menjadi pelayan disebuah restaurant atau menjadi OG disalah satu toko pinggiran kota.

Dia hanya lulusan SMA jadi Elena tidak bisa mendapatkan pekerjaan tetap seperti kakanya yang bekerja diperusahaan. Dulu saat sekolah bapaknya itu bekerja keras menyekolahkan Putri sampai lulus S1 sedangkan Elena hanya bisa sampai SMA karna ayahnya sekarang sudah mulai sakit-sakitan. Elena tidak mau membebankan Dimas soal lanjutan pendidikannya jadi Elena memutuskan untuk bekerja saja.

Putri sebenarnya mengirimkan uang juga untuknya dan juga bapaknya setiap bulan tapi uang tersebut hanya pas untuk membayar kontrakan, listrik dan air sedangkan makan sehari-hari mengandalkan gaji dari Elena yang sekarang bekerja menjadi pelayan disalah satu Restaurant.

"Bapak makan dulu ya. terus habis itu minum obatnya," ucap Elena, dengan tersenyum menatap laki-laki yang sudah berumur 50 tahun dihadapannya.

"Uhuk! Makasih ya Na, maafin bapak yang selalu ngerepotin kamu." jawab sang bapak dengan menatap Elena sendu. Dimas merasa ia menjadi beban untuk anak keduanya ini.

"Bapak ga ngerepotin Elena kok lagian kan pas Elena kecil bapak yang ngurus Elena sampai besar kayak gini, nah sekarang Elena yang gantian ngurusin bapak." sahut Elena dengan tangan yang menyuapi makanan ke ayahnya.

Dimas tersenyum dan menerima suapan bubur dari Elena. Dia merasa senang karna Elena mau merawatnya sedangkan anak pertamanya yang ia bela mati-matian agar anak itu dapat kuliah dan lulus sebagai sarjana malah melupakan dirinya dan Elena.

Setelah beberapa suapan akhirnya bubur itu habis, dengan segera Elena mengambil segelas air dan memberikannya pada ayahnya.

"Bapak sekarang minum dulu biar Elena ambil obatnya di kamar." Dimas pun mengambil segelas air dari tangan anaknya dan meminumnya.

Elena bangkit dari kursi dan bergerak berjalan ke-kamar ayahnya itu. Tadi dirinya berada di teras rumah karna Dimas ingin makan sambil menghidup udara luar jadi Elena ber-inisiatif mengajak ayahnya makan di teras rumah.

Setelah mendapatkan obat tersebut Elena berjalan kembali menghampiri ayahnya di luar.

"Udah minumnya Pak?"

Dimas mengangguk. "Udah."

Elena duduk lagi didekat ayahnya dan memberikan obat yang sudah ia buka. "Ini diminum dulu obatnya," ucap Elena sembari memberikan obat warung tersebut.

Dia tidak memiliki uang untuk mengajak ayahnya pergi ke rumah sakit jadi dirinya hanya memberikan obat warung saja untuk meringankan sakit yang ayahnya derita. Dirinya juga tidak tau ayahnya sakit apa jadi ketika ayahnya merasa pusing atau sakit badan dirinya langsung membeli obat tersebut di warung.

"Maafin Elena ya pak hiks, Elena belum bisa bawa bapak berobat kerumah sakit." Elena mengeluarkan air matanya menatap tak berdaya Dimas yang duduk dikursi kayu yang memang disediakan di teras.

Dimas menghapus air mata anaknya itu. "Gapapa Elena, bapak masih kuat ko ga-perlu dibawa kerumah sakit segala." ucap Dimas dengan tersenyum.

Dengan masih mengeluarkan air mata Elena mencium tangan bapaknya. "Bapak tenang aja nanti kalo Elena udah gajian Elena bakal ngajak bapak berobat biar kita tau penyakit bapak apa."

Sebenarnya Elena sudah memberi tau kepada kakanya jika Dimas sakit tapi kakanya itu malah cuek tak peduli, Putri hanya bilang jika itu adalah penyakit orang tua jadi gak perlu pake kerumah sakit. Walau kakanya itu tidak mau bapaknya dibawa periksa kerumah sakit Elena akan tetap membawa dimas untuk berobat karna ia tidak mau bapaknya sampai kenapa-napa, bagaimana pun Dimas adalah orang tua satu-satunya yang dia miliki sekarang.

↔↔↔

Jangan lupa like,vote,coment dan favoritin ya jika suka!

Sudah?

Ikutin terus ya.😙

BRYAN ATMAJA

"Papah kasih waktu kamu 2 minggu buat cari calon istri." ucap pria tampan yang sudah berumur tapi masih terlihat awet muda.

"Papah kira cari istri gampang? lagian Bryan gak tertarik menikah." jawab dingin pria muda yang tak kalah tampan dari pria berumur tadi.

Dia adalah Bryan Atmaja dan juga sang papah yang bernama Abraham Atmaja mereka berdua sekarang berada di perusahaan milik keluarga Atmaja yang bernama AtmajaGrup.

Abraham menatap tajam anak pertamanya yang sekarang duduk disofa ruangannya. "Umur kamu itu udah 27 tahun sudah waktunya cari pasangan buat bikin keturunan Atmaja Bryan!" tegas pria berumur itu.

Bryan hanya menatap cuek papah kandungnya yang duduk dihadapannya. "Kan masih ada Aiden kalo papah mau punya cucu suruh aja anak itu nikah."

Brak!

Abraham memukul meja yang berada dihadapannya dan menatap kembali Bryan dengan tajam. "Aiden itu masih SMA! lagian kamu yang lebih tua dikeluarga ini jadi kamu yang harus nikah duluan."

Aiden Atmaja adalah adik dari Bryan yang tak lain adalah anak kedua dari pasangan Abraham dan juga istrinya Meldi.

"Bryan gak tertarik menikah Pah. udah ya Aku masih ada jadwal operasi hari ini," sebelum Bryan bangkit dari duduknya Abraham terlebih dahulu menarik anaknya agar tetap diam duduk dihadapannya.

Bryan memang tidak bekerja dikantor ayahnya dia lebih tertarik pada dunia kedokteran jadi ia memilih menjadi dokter disalah satu rumah sakit milik keluarganya sekaligus pemegang rumah sakit tersebut.

"Papah belum selesai bicara jadi papah ga ngizinin kamu pergi kemana-mana!" titah Abraham yang membuat Bryan duduk kembali ke tempatnya.

"Ck! aku ini lagi sibuk Pah! jadi papah nelpon aku suruh kesini cuma mau omongin kayak gini aja?" ucap Bryan tak kalah keras dari sang ayah.

Kedua orang ini mempunyai banyak sifat yang sama salah satunya keras kepala yang membuat keduanya tidak mau mengalah.

"Kayak gini aja kamu bilang? ini juga untuk masa depan kamu Bryan!"

"Aku gak tertarik sama pernikahan jadi Papah gausah repot-repot ngomongin masa depan aku lagian juga aku lebih senang hidup kayak gini." ucapan Bryan membuat sang papah memplototinya.

"Kamu ini susah sekali dibilangin! diumur kamu yang sekarang dulu papah sudah punya kamu didalam kandungan mamah kamu! tapi kamu malah belum menikah sampai saat ini!"

Bryan masih menatap cuek sang papah yang sedari tadi menatapnya tajam. "Itu kan papah, ini kan Bryan jadi beda."

Abraham sudah siap memukul sang anak tapi dari arah belakang tangannya dipegang oleh seseorang.

"Udah yah sayang jangan gitu sama Bryan, kan kasian dia." ucap seorang wanita cantik yang sudah berusia lanjut tapi wajahnya masih sama tetap awet muda seperti Abraham.

Wanita itu bergerak maju kearah tempat duduk Bryan tapi langsung dicegah oleh Abraham. "Kamu mau kemana? jangan dekat-dekat sama anak kurang ajar itu."

Abraham menarik tangan wanita itu dan menyuruhnya duduk disampingnya. Wanita itu nampak nurut dengan Abraham.

"Kamu dari mana aja sayang? aku sudah bilang kamu jangan pergi jauh-jauh dari aku ketika kita berada dikantor," ucap Abraham memegang tangan wanita disampingnya dan mengecup punggung tangan tersebut.

"Tadi aku dari kamar mandi, maafkan aku jadi meninggalkan mu." jawab wanita tersebut dengan tersenyum.

Lain dengan Bryan yang nampak menatap cuek dihadapannya karna pemandangan seperti ini sering dilihatnya dirumah ataupun dikantor ini.

"Gapapa lain kali jangan pergi tanpa seiizinku," Abraham nampak melirik sekilas anaknya yang masih diam duduk didepannya setelah itu ia menatap wanitanya dan mencium bibir wanita itu tanpa pedulikan Bryan yang melihat itu.

"Sudah-sudah kalo kalian ingin bermesraan jangan dihadapan ku," ucap Bryan dengan bangkit dari duduknya, ketika ia melihat itu dirinya melotot tak percaya papahnya berani berciuman dihadapannya.

Abraham mengalihkan pandangannya pada Bryan. "Sirik ya? dasar jomblo, makannya cari pasangan sana."

"Kamu ini jangan begitu sama anak sendiri." wanita itu bangkit dari duduknya dan bergerak menuju Bryan yang masih berdiri. "Kamu kapan mau cariin Mamah mantu Yan?"

"Papah sama Mamah sama aja." ucap Bryan dingin menatap kedua orang tuanya ini.

Ya! wanita itu adalah Meldi Atmaja istri dari Abraham Atmaja sekaligus ibu kandung dari Bryan, ya memang Meldi juga menjadi sekertaris dari Abraham-suaminya entahlah pria itu ingin jika istrinya-Meldi yang menjadi sekertarisnya.

"Mamah kan cuma mau kamu punya pendamping." ketika tangan Meldi yang ingin mengusap kepala sang anak dari arah depan Abraham menarik tangan sang istri terlebih dahulu menjauh dari anak pertamanya itu.

Bryan menatap malas papahnya. "Dasar posesif, sudah ya aku mau pergi ke rumah sakit dulu kalian lanjutkan saja bermesra-mesranya."

↔↔↔

Jangan lupa dukung terus autor yang masih amatir ini!

Jika ada yang salah mohon koreksi dan kritikannya ya❤

BAB1: Bekerja

"Elena berangkat kerja dulu ya pak," ucap Elena menyalami laki-laki yang sedang berbaring diatas kasur.

"Hati-hati ya Na." jawab Dimas dengan tersenyum.

"Bapak hati-hati juga dirumah ya." sebenarnya Elena tidak tega meninggalkan ayahnya sendirian di rumah ini apalagi Dimas sedang sakit, tapi Elena juga perlu kerja untuk makan dan berobat sang bapak.

Sebelum berangkat bekerja Elena sudah menyiapkan keperluan sang ayah dimeja jadi ayahnya tidak perlu bangkit dari tempat tidur.

Akhirnya Elena berangkat, ia pergi ke tempat kerjanya menggunakan angkot sekarang jam sudah menunjukan pukul 12 siang yang pertanda gilirannya lah yang bekerja. Memang waktu bekerja direstaurant-nya dibagi menjadi 2 ada yang bagian pagi sampai siang dan siang sampai sore dan kebetulan Elena mendapatkan waktu bagian siang jadi paginya ia bisa merawat sang bapak terlebih dahulu.

Elena berdiri didepan gang rumahnya untuk menunggu angkot yang berjalan ke arah tempat ia bekerja. Saat angkot berwarna biru itu tiba Elena segera naik dan duduk disana.

Nampak banyak ibu-ibu maupun remaja yang duduk disana Elena lebih memilih duduk didekat pintu angkot tersebut. Setelah beberapa menit berjalan akhirnya Elena sampai didepan sebuah restaurant yang cukup besar.

Elena turun dari angkot tersebut dan berjalan masuk kedalam tempat tersebut. Disini lumayan ramai karna banyak para pekerja yang makan siang disini jadi pasti Elena akan lumayan sibuk.

"Kamu udah sampai Na? cepat ganti baju kamu, kita kedatangan banyak pelanggan sekarang." ucap seorang wanita berusia lanjut.

Elena mengangguk, yang berbicara tadi adalah Surti, Surti disini bekerja sebagai pemimpin pelayan atau yang bertanggung jawab dengan semua pelayan yang bekerja disini. Elena dengan cepat mengganti pakaiannya dengan seragam berwarna hitam dan mulai bekerja.

Elena pun mulai bekerja. Dia bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan juga sang ayah, ia tidak pernah mengeluh dengan kehidupannya karna Elena yakin tuhan memiliki rencana baik untuk Elena kedepannya.

"Tolong anterin ke meja 8," ucap Surti dengan memberikan nampan berisi-kan piring dan segelas minuman kepada Elena.

"Oke," Elena menerima nampan tersebut dan berjalan menuju meja yang disebutkan tadi untuk mengantarkan makanan tersebut.

Sampai pada tujuannya Elena menyimpan piring dan gelas tersebut diatas meja tersebut. "Silakan dimakan tuan," Selesai mengucapkan itu Elena kembali ketempat yang tadi sambil menunggu ada pesanan lagi Elena memilih mengobrol dengan temanya dibelakang.

"Lama banget ya akhir bulan." ucap wanita cantik berumur 20 tahun.

Elena mengalihkan pandangannya pada wanita disampingnya. "Emangnya kenapa?" tanyanya bingung.

"Gajian." singkat Maudi.

Maudi adalah teman dekat dari Elena, ketika Elena baru bekerja disini Maudi lah yang mengajarkan Elena harus berbuat apa jadi mereka makin lama makin dekat sampai sekarang. Menurut Elena, Maudi teman dekatnya itu memiliki sifat yang cukup baik dan humoris makannya Elena senang bisa bertemu wanita ini tak jarang Maudi membantu dirinya prihal uang ataupun sebagainya.

"Iyah ya lama banget kayaknya." jawab Elena dengan cemberut. Sekarang baru pertengahan bulan uangnya sudah mulai menipis jadi ia takut sisa uangnya tidak sampai pada tanggal gajian.

Gaji bekerja disini memang tidak seberapa, tapi cukup untuk makan sehari-hari para pegawai dan juga bayar lainnya. Sering juga pemilik restaurant ini membagikan uang bonus ataupun THR untuk para pegawainya kadang Elena sering lembur untuk mendapatkan uang tambahan tapi akhir-akhir ini Elena tidak mengambil lembur karna Dimas-bapaknya sedang sakit.

↔↔↔

Terimakasih sudah membaca❤

Dukungannya juga jangan lupa ya:)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!