NovelToon NovelToon

Adikku Selingkuhan Suamiku

terluka

''Nina, Nina! Tolong buka pintunya nin"teriak Ayuna dengan mengetuk pintu.

"Mbak Ayuna! Mbak kenapa malam-malam begini kesini? mas Yudha, mana?"ucap Nina, heran.

"Mbak boleh masuk dulu kan, nin? nanti mbak ceritain."jawab Ayuna, dengan wajah sedih.

"Ya sudah, mbak ayo silahkan masuk, mbak duduk di sini dulu ya, Nina mau kebelakang sebentar ambilin minum, sepertinya mbak capek bangat."sahut Nina, kemudian dia berlalu kebelakang.

"Jangan sampai mbak Ayuna curiga sama penampilan aku." Batin Nina, dengan sedikit merapikan penampilannya yang awut-awutan.

"Nina kenapa ya? tumben penampilan nya seperti itu, mana rambutnya juga agak acak-acakkan lagi, tidak biasanya Nina pakai baju tidur yang transparan dan terbuka begitu''batin Ayuna.

"Duh aku kenapa kok malah mikirin Nina yang aneh-aneh, mungkin Nina lagi kepanasan karena cuaca memang agak sedikit panas." Batin Ayuna lagi.

"Mas, mas Yudha, kenapa tega sih mengkhianati aku? apa kurang nya aku selama ini mas! huhuhu." ucap Ayuna menangis, Ayuna kembali teringat sama kejadian sejam yang lalu, yang membuat hatinya hancur berkeping-keping.

Sedangkan Nina, setelah selesai membuat kan minuman untuk sang kakak. Dari dapur Nina malah berjalan ke arah kamarnya, kemudian dia mengambil sweater dan berbicara dengan seseorang dengan begitu lirih.

"Mas, lebih baik mas pulang saja dulu, diruang tamu ada mbak Ayuna, besok kita lanjutin lagi senang-senangnya."ucap Nina pelan.

"Apa, Ayuna?"ucap Yudha, kaget.

"Iya mas, sana mas keluar lewat jendela. sekalian bawa semua barang-barang mas, aku takut mbak Ayuna curiga."jawab Nina

"Ya sudah mas pergi dulu, ya, cup." Yudha keluar, dengan mengecup sekilas bibir ranum milik Nina.

**********

Nina berjalan keluar menemui Ayuna dengan begitu santai, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Ini mbak, silahkan diminum dulu. Habis itu Mbak baru cerita ke aku, aku siap mendengarkan semua keluh kesah mbak,"kata Nina, sambil meletakkan minuman dimeja dihadapan Ayuna.

"Makasih nin, mbak minum dulu ya."jawab Ayuna, dia mengambil gelas. Lalu meneguk minuman itu.

"Ya, silahkan mbak."Nina berkata sambil memperhatikan kakaknya yang sedang minum.

*********

"Nin, sebenarnya tadi dirumah mbak dapat kiriman vidio dari seseorang, dividio itu kamu tau tidak nin! mbak melihat mas Yudha sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita, mereka melakukan itu diatas tempat tidur tanpa busana sehelai pun, huhuhu mbak ngak kuat nin."ucap Ayuna, dia kembali meneteskan air matanya.

"Nina rasa ngak mungkin mbak, mungkin mbak salah orang kali, mas Yudha kan laki-laki yang baik dan sangat mencintai mbak." Nina berkata dengan sedikit kaget.

"Mbak, nggak salah lihat nin, itu benar-benar mas Yudha, mbak begitu mengenalinya."ucap Ayuna.

"Kira-kira mbak tahu nggak siapa wanita yang bersama mas Yudha?" Nina bertanya dengan begitu penasaran.

"Tidak Nin, karena wanita itu muka nya nggak kelihatan. malam ini mbak nginap disini dulu ya, mbak rasanya nggak kuat kalau harus ketemu sama mas mu."Ayuna berkata, dengan menatap wajah sang adik.

Adikku Selingkuhan Suamiku

************

Setelah merasa lega mencurahkan segala isi hatiku kepada adikku Nina, aku masuk ke kamar semasa aku gadis dulu. Kamar yang seakan tahu tentang perjuangan aku dulu. Aku membaringkan tubuhku yang terasa begitu, lelah.

Aku dan Nina dua bersaudara, orang tua kami sudah tiada beberapa tahun yang lalu. Ayah meninggalkan karena kecelakaan saat bekerja sebagai supir pribadi keluarga yang kaya raya dan beberapa bulan setelah itu ibu ikut menyusul Ayah.

Setelah orang tua kami tiada, aku harus kerja keras banting tulang untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. ya, kebutuhan aku dan Nina adikku.

Saat itu aku baru saja masuk ke universitas kerena mendapatkan beasiswa, sedangkan adikku Nina baru kelas 2 SMU, usia kami hanya terpaut 2 tahun. Sepulang kuliah aku harus cepat-cepat ke kafe, aku bekerja sebagai seorang pelayan, pekerjaan itu rutin aku lakukan hingga sering kali pulang larut malam.

Pekerjaan apapun akan aku kerjakan untuk memenuhi kebutuhan aku dan adikku Nina. dan karena aku juga harus membayar uang sekolah Nina, karena untuk soal pelajaran adikku itu tidak terlalu pintar-pintar amat.

Kata orang-orang kami seperti kembaran, wajah kami yang sedikit mirip dengan hidung mancung, bola mata yang bulat berwarna kecoklatan, dan rambut lurus panjang. Tapi aku sedikit tinggi dan kulitku juga lebih putih bersih dibandingkan adikku Nina. Sedangkan adikku tubuh nya lebih berisi dari aku.

Setelah beberapa tahun aku selesai berkuliah dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Aku bekerja sebagai seorang sekretaris disebuah perusahaan ternama, saat itu aku sangat bersyukur karena bisa membiayai biaya kuliah Nina dan memberikan kehidupan yang lebih layak untuk nya, juga untuk merenovasi rumah peninggalan Ayah dan ibu.

********

Puas berkelana mengingat masa lalu, aku kembali mengaktifkan ponsel milikku ku. Setelah tadi sempat aku non aktifkan karena tidak mau mas Yudha menghubungi ku, aku merasa jijik bila mengingat apa yang dia lakukan di belakangku.

Puluhan panggilan dan pesan wa masuk ke ponsel ku, aku membuka salah satunya.

"[Sayang kamu dimana? Kenapa tidak ada dirumah!]"

Bukannya tadi mas Yudha bilang tidak akan pulang malam ini, karena pekerjaannya banyak, dia bilang akan pulang besok pagi. Aneh, apa dia sudah selesai sama selingkuhannya?

Akhir-akhir ini mas Yudha memang sering kali tidak pulang dengan alasan pekerjaan, tapi sekarang aku sudah tau alasan yang sebenarnya.

Lebih baik aku abaikan saja, awas saja kamu mas aku akan mencari tahu sendiri siapa sebenarnya wanita itu.

Aku tidak akan mengajak adikku Nina untuk ikut campur dalam masalahku, dan aku tidak akan mengajak nya untuk mencari tau ini semua, kerena aku tidak mau menambah beban pikirannya. Nina sekarang juga lagi sibuk sama tugas kuliahnya.

*********

Aku membuka mata, kepala rasanya sangat sakit, aku melihat arloji ternyata sudah mau pukul 5 pagi! Gegas aku bangun berjalan ke kamar mandi dengan agak sempoyongan, tadi malam mata ku sungguh sulit untuk dipejamkan.

Selesai mandi, tidak lupa aku berwudhu, mensucikan diri dari hadast kecil, guna untuk melaksanakan kewajibanku sebagai umatnya yang baik, walau bagaimanapun keadaan dan masalah yang sedang aku hadapi saat ini aku tidak boleh lalai dalam menjalankan kewajibanku. Karena aku yakin dibalik ini semua pasti ada hikmahnya.

Aku berjalan ke kamar Nina, aku mau mengajak adikku itu untuk sholat berjamaah, sudah lama sekali rasanya kami tidak sholat sama-sama, mumpung saat ini aku ada disini.

"Nin, Nina.. apa kamu sudah bangun nin? Ayo kita sholat bareng."ucapku, Aku memanggil Nina dengan sedikit mengetuk pintu kamarnya. Setelah mencoba beberapa kali akhirnya Nina menjawab.

"Mbak duluan aja, aku lagi nggak sholat, aku lagi datang bulan mbak." Nina menjawab dari dalam kamar nya.

"Ya sudah, kalau begitu kamu buruan bangun, nggak baik anak gadis bangunnya kesiangan."sahut ku lagi, dari luar.

"Iya, iya mbak!" Jawab Nina lagi, aku tidak tahu adikku itu sedang apa.

Aku kemudian beranjak dari kamar Nina.

*********

Aku selesai mengerjakan sholat dengan begitu khusyuk, tidak lupa aku panjatkan doa kepada sang pencipta langit dan bumi, meminta agar aku diberi hati yang lapang untuk menerima cobaan apapun, dan dijauhkan dari orang-orang yang tidak baik.

Aku ke kemudian ke dapur, melihat apa yang harus di masak. Ternyata didapur sudah ada bibik, aku sengaja membayar seorang pembantu untuk mambantu Nina mengerjakan pekerjaan rumah dan memasak.

"Lho bik, sudah lama datangnya? makanannya sudah mateng aja, sepertinya enak ni."sapa ku. Bibik memang biasanya datang pagi-pagi dan pulang ketika sore hari. Aku menyapa bibik mengajaknya mengobrol.

"Non A-yuna! kapan datangnya non?" Bibik menjawab dengan sedikit kaget akan kehadiran aku.

"Tadi malam bik, aku nginep disini"ucapku menjawab dengan tersenyum ramah.

"Oalah, non Ayuna makin cantik aja toh, bibik kangen sekali."Bibik berkata dengan begitu senang.

"Bibik bisa aja, Nina tadi sudah keluar belum bik dari kamarnya?"tanya ku.

"Belum non, bibik belum lihat non Nina. Non Nina mah emang sering kesiangan, paling nanti pukul 8/9 baru bangun."Bibik menjawab dengan sedikit ragu.

"A-pa? Ya sudah, bibik siapin makanannya keatas meja makan dulu, ya. Aku mau kekamar Nina sebentar."aku berkata, kemudian berlalu kekamar Nina.

''Habis ini aku Harus buru-buru pulang ganti pakaian, karena walaupun aku sedang ada masalah sama mas Yudha, aku harus tetap masuk kerja. Nanti kalau aku terlambat bisa-bisa aku dimarahin sama pak bos galak.''batinku.

bab 2

Aku dan Nina makan dalam diam, setelah tadi aku menyusul Nina kekamarnya, ternyata adikku itu lagi mandi.

Kelihatannya Nina habis keramas, rambut Nina kelihatan basah dan, itu kenapa? Aku melihat seperti bekas ****** di leher jenjang milik Nina. Tadi bukannya dia bilang lagi datang bulan.

"Nin! kamu habis keramas, ya? Sudah selesai datang bulannya?" Aku bertanya, memulai obrolan.

"S-udah mbak, tadi waktu mandi aku cek ternyata sudah tidak ada lagi." Nina menjawab dengan sedikit gugup.

"Oh, ya? itu leher kamu kenapa nin?" Aku bertanya sambil jari telunjuk mengarah keleher Nina yang sedikit tertutup rambut.

"Oh i-ini habis digigit nyamuk mbak, aku garuk makanya jadi merah kayak gini." Nina menjawab dengan wajah datarnya.

"Oh, begitu! Mbak kira kenapa tadi." Aku berkata sambil tersenyum kearah Nina.

"Kamu bareng mbak saja ya, biar mbak yang antar ke kampus.''sambung ku lagi.

"Nggak usah mbak, nanti mbak terlambat lagi ke kantor, nanti aku ada yang jemput, mbak"jawab Nina, sambil mengunyah makanan.

"Ciiieeee, adiknya mbak sudah punya pacar ya?'' Aku berkata sambil menggoda Nina, mukan Nina nampak memerah.

"Nggak kok mbak, cuma teman biasa." Nina menjawab dengan malu-malu.

Ternyata adikku masih sama seperi dulu, masih seperti Nina yang pemalu dan sepertinya juga tidak banyak tingkah. Syukurlah, aku tidak perlu kuatir, jangan sampai Nina salah dalam pergaulan.

"Mbak, kenapa tidak libur saja dulu? tinggal disini aja untuk sementara, nenangin pikiran mbak."tanya Nina.

"Nggak nin, percuma mbak berdiam diri dirumah, bisa-bisa mbak makin stres mikirin mas, Yudha. Kamu janji ya, sama mbak, jangan bilang sama siapa-siapa dulu tentang masalah mbak

Ini, dan jangan bilang sama mas Yudha juga." Aku berkata setelah menghabiskan makanan dipiringku.

"Okey mbak, mbak tenang saja." Nina berkata, dengan senyum merekah, hingga gigi nya kelihatan sebagian.

"Ya sudah, kalau begitu mbak berangkat dulu, jaga diri baik-baik,ya Nina. by.. by..."ucapku berdiri, aku pamit ke Nina, tidak lupa kami cipika cipiki terlebih dahulu.

Aku mengendarai mobilku sendiri. Setelah melewati perjalan yang tidak terlalu jauh, akhirnya aku sampai juga dirumahku, rumah yang mas Yudha kasih ketika kami baru menikah dulu.

Aku masuk, aku melihat mobil mas Yudha

masih terparkir rapi digarasi. Duh, malas sekali rasanya aku kalau harus ketemu sama mas Yudha.

Aku masuk kekamar, aku melihat mas Yudha masih tertidur dengan pulas nya, di atas kasur. Lebih baik aku biarkan saja lah, aku lebih memilih masuk keruang ganti, aku harus mengganti pakaianku dengan cepat.

Setelah mengganti pakaian, aku duduk didepan meja rias, merapikan sedikit penampilanku. Saat aku sedang menyisir rambutku yang lurus panjang, tiba-tiba mas Yudha memeluk ku dari belakang, membuatku sedikit kaget.

"Mas, kamu sudah bangun? Kamu apa-apaan sih, lepas dulu mas, kamu bau bangat, sana mandi dulu!" Ucap ku, jujur aku merasa begitu jijik disentuh sama mas Yudha.

"Sayang, Kamu kenapa tadi malam nggak kasih kabar ke mas? mas begitu kuatir, mas kangen bangat sama kamu." Mas Yudha berkata dengan posisi masih memeluk ku.

Rasanya aku pengen muntah mendengar perkataannya. Dulu, mungkin aku akan merasa sangat senang saat mas Yudha mengatakan hal-hal semacam itu, tapi sekarang tidak! aku merasa sangat muak.

"Tapi, untung saja Nina ngasih tau ke mas kalau kamu lagi sama dia, jadi mas tidak begitu kuatir."sambung mas Yudha lagi.

"A-paa? Nina ngasih tau kamu apa, mas?

*Pov Yudha*

Aku begitu panik ketika Nina mengatakan kalau Ayuna istri ku lagi ada diluar, dirumah Nina. Jangan sampai Ayuna, istriku tahu tentang semua ini, aku sangat mencintainya dan aku belum siap kalau harus kehilangan dia.

''Kira-kira kenapa Ayuna malam-malam berkunjung kerumah Nina''batinku.

apa Ayuna merasa kesepian karena sudah tiga malam berturut-turut aku tidak pulang kerumah, aku selalu beralasan kalau aku lagi lembur dikantor, padahal sebenarnya selama Tiga malam ini aku selalu nginap bersama Nina, kekasih gelapku sekaligus adik iparku sendiri.

Bergegas aku pulang, sesampainya aku dirumah, aku mencoba menghubungi Ayuna, ternyata ponsel milik Ayuna tidak aktif, berulang kali aku telpon dan mengirim pesan Wa, berharap ada balasan dari Ayuna, tapi nihil.

''Maafkan mas sayang, karena sudah beberapa hari ini, mas telah mengabaikan kamu.'' gumam ku, aku duduk disofa kamar kami.

Setelah puas aku menunggu, akhirnya chat yang aku kirim ke istriku Ayuna berubah menjadi centang biru, tapi hanya satu chat saja yang dia buka, Ayuna hanya membacanya, tidak ada balasan dari Ayuna yang aku terima. Saat aku coba menghubungi nya lagi ternyata ponselnya sudah tidak aktif lagi. Sialll!! Ada apa dengan Ayuna? Apa jangan-jangan Ayuna marah sama aku, karena dia sering aku tinggal. Tidak biasanya Ayuna bersikap aneh seperti ini.

----------------

Semua ini bermula pada saat Nina datang kerumah, waktu itu Ayuna tidak ada dirumah, Ayuna lagi keluar kota sama rekan kerjanya. Karena ada suatu pekerjaan yang harus mereka kerjakan. Nina datang dengan tiba-tiba, pada malam hari, yang mana pada malam itu cuaca sedang tidak bersahabat, gerimis melanda.

********

Tok tok tok...

Bunyi pintu diketuk.

seseorang mengetuk pintu dengan tidak sabaran.

Aku buru-buru berjalan kedepan, membuka pintu.

"N-ina! kamu ngapain diluar? Ayo cepatan masuk, nanti kamu sakit."ucapku, Nina diluar dengan pakaiannya yang sudah basah sebagian.

"Iya mas, maaf mengganggu mas! Mbak Ayuna belum pulang ya? Sorry, tadi aku dari rumah teman, kebetulan lewat makanya aku berhenti, aku takut kehujanan mas. Bolehkan aku berteduh disini sebentar?" Nina berkata sambil berlalu kedalam.

"Ya nggak apa-apa, kamu kayak sama siapa saja, anggap saja rumah sendiri. Mbak kamu itu sangat menyayangi kamu Nin, kalau dia tau kamu kehujanan begini pasti dia sangat kuatir. Kamu tunggu disini dulu, ya. biar mas ambilin kamu baju ganti dulu, kasian kamu nanti kamu sakit, sepertinya kamu kedinginan gitu, karena baju kamu sudah basah."sahutku, menatap nya.

"Iya mas, maaf ngerepotin." Nina berkata dengan muka yang sedikit bersemu merah.

"Santai saja, mas kekamar sebentar."pamit ku, Aku berlalu.

Nina menunggu aku disofa keluarga sendirian, karena cuma ada kami berdua dirumah, bibik sudah pulang.

********

Aku memilih satu set piyama lengan pendek celana panjang bewarna pink untuk Nina.

Setelah piyama berada di tanganku, akupun berlalu keluar kamar menemui Nina.

"Nina, ini kamu ganti pakaian kamu dengan piyama ini saja ya."sapa ku.

"Iya, makasih mas, aku ke belakang sebentar, ya, mas!"pamit Nina, Nina berlalu kebelakang untuk mengganti pakaiannya.

Tidak menunggu lama, Nina kembali ke ruang keluarga dengan piyama pink pemberian ku.

"Sudah mas."ucap Nina. Dia berdiri dihadapan ku.

Aku memperhatikan Nina, Nina kelihatan begitu pas memakai piyama milik Ayuna, aku susah payah menelan saliva, Nina tampak sangat cantik, apalagi bentuk tubuh nya yang tampak menonjol, membuat aku tergoda, piyama milik Ayuna ternyata agak ketat ditubuh Nina yang lebih berisi.

bab 3

Pov Yudha

"Kamu ngapain masih berdiri disitu nin, ayo sini duduk." Aku berkata sambil menunjuk sofa disebelah ku.

Ngapain juga Nina masih berdiri disitu, apa jangan-jangan dia memang sengaja, supaya aku terus memperhatikan body nya yang begitu menggoda!! Kenapa pikiran aku jadi aneh gini, baru juga ditinggal Ayuna sebentar.

"E-eehh, iya mas, aku duduk ya mas."

Nina duduk di sebelahku, kami bercerita tentang apa saja, tentang kuliahnya dan aku juga sempat bertanya tentang teman-temannya, begitupun sebaliknya.

Hujan turun dengan begitu deras, lalu tiba-tiba listrik mati, Nina repleks memeluk tubuhku, katanya dia takut sama gelap. Aku spontan ikut membalas pelukannya, wangi tubuhnya begitu menenangkan.

"Maaf mas, aku nggak sengaja, aku tadi kaget karena lampunya mati, aku takut." Nina melepas pelukkannya dari ku, kami duduk begitu dekat, hingga aku dapat melihat wajah cantiknya dengan jelas.

"Tidak apa-apa, sekarang sudah tidak takut lagi kan?'' Aku berkata setelah menyalakan penerang dari ponselku.

"Sudah tidak lagi mas." Nina berkata sambil mengikat rambut panjangnya keatas, hingga nampak begitu jelas leher jenjang miliknya.

"Syukur lah kalau begitu."

Aku begitu tersiksa dengan suasana saat ini, sebisa mungkin aku tahan hasrat yang begitu membuncah, Nina adalah adik dari istriku, aku tidak boleh berpikir yang aneh-aneh.

-----------------

"Mas baik-baik saja kan? mas, kenapa kelihatan nggak tenang gitu." Nina berkata sambil membusungkan dadanya yang berisi didepan ku.

''Cobaan macam apa ini tuhan!!''batinku

"Mas nggak kenapa-napa, kamu sangat cantik!" Tiba-tiba dengan tidak sengaja aku mengeluarkan kata yang tak seharusnya aku ucapkan.

"Mas juga sangat tampan, mbak Ayuna begitu beruntung bisa memiliki suami seperti mas." Nina berkata dengan wajah menunduk.

Apa aku tidak salah dengar? Nina bilang apa tadi!!

"M-maksud kamu apa nin? Mas tidak salah dengarkan?'' Tanyaku, sambil memegang dagunya, menegakkan wajahnya yang menunduk malu.

"T-tidak mas, Nina bicara apa adanya, jujur sebenarnya Nina dari awal sudah suka sama mas." Jawab Nina dengan muka yang bersemu merah, mata kami terikat, saling memandang begitu dekat.

Tiba-tiba Nina memeluk tubuhku lagi, dengan begitu erat.

"Mas jangan marah sama aku, aku tahu mas begitu mencintai mbak Ayuna, tapi aku juga tidak mungkin memendam perasaan ku terlalu lama, aku mencintai mas, maaf kan aku mas." Nina berkata dengan suara sedikit bergetar, aku mengelus punggungnya, agar dia merasa nyaman.

Aku ikut memeluk tubuh Nina, membiarkan dia dalam dekapan ku.

Setelah itu, aku tidak tau apa yang terjadi..

Kami sudah berpagut begitu mesra, cuaca yang mendukung semakin menambah gairah yang kurasa, begitu pun Nina, aku kira dia wanita yang lugu, tapi kenyataannya dia sangat bisa menyeimbangi permainan yang kami lakukan bersama.

Tanpa disengaja kami telah menyakiti hati seseorang disana, ya Ayuna, maafkan mas, adik mu sungguh luar biasa.

Sejak kejadian malam itu, aku semakin candu akan kehadiran Nina di hari-hari ku, dia begitu pandai dalam menyenangkan ku.

Jangan katakan Ayuna tak menggoda, Ayuna istri yang sangat sempurna, tapi pengakuan Nina membuat jiwa lelakiku terlena.

Kami sepakat untuk menyembunyikan hubungan terlarang ini dari istri ku Ayuna, biarkan semua berjalan semestinya, aku mencintai keduanya, aku tidak mau kehilangan Ayuna.

Setan telah berhasil menggoda, sehingga aku terjebak di lubang nestapa.

*pov Ayuna*

"A-pa...! Nina ngasih tahu kamu apa mas?" tanyaku masih di posisi yang sama.

"Ponsel kamu tidak bisa dihubungi sayang, terus mas berinisiatif untuk hubungi Nina buat nanyain keberadaan kamu. Nina bilang kamu lagi dirumah orang tua kamu sama dia. Mas merasa lega mendengar kabar dari Nina." Jawab mas Yudha, dengan santai.

"Terus, Nina bilang apa lagi, mas?"

"Nggak ada, Nina cuma bilang itu saja, sayang "

"Kamu kenapa pulang tadi malam, mas? katanya mau lembur.'' Tanya ku penuh selidik.

"Mas tidak jadi lembur, sayang. Mas kangen sama kamu, makanya mas pulang." Jawab mas Yudha, Aku pengen muntah rasanya, mendengar ucapannya.

"Kenapa kamu nggak nyusulin aku saja ke rumah orang tua ku tadi malam, mas?''Tanyaku lagi, Aku pengen tau apa jawaban mas Yudha.

"Mmm-mas capek bangat, Ayuna." Balas Mas Yudha, dia kelihatan gugup saat aku tanya begitu. Aku diam saja, tidak merespon.

"Kalau begitu mas mau mandi dulu, ya." Mas Yudha berkata, lalu berlalu ke kamar mandi.

"Mas aku berangkat ke kantor dulu, maaf nggak sempat bikin sarapan, pagi ini bibik saja yang masak, ya." Aku berkata sambil mengikuti langkah mas Yudha.

"Ya sudah, kamu hati-hati dijalannya, sayang." Mas Yudha berkata menghadap ke aku, mengelus pucuk kepala ku dan tidak lupa mengecup keningku, aku kemudian menyalami tangannya.

--------------------

Kemarin-kemarin aku selalu membuat sarapan untuk mas Yudha, melayani nya dengan sebaik mungkin, walaupun di rumah kami sudah ada pembantu, tapi aku ingin melayaninya sendiri, karena aku istrinya, itu sudah menjadi kewajibanku. Tapi, apa balasannya, dia mengkhianati dan membohongiku habis-habisan. Sekarang aku tidak akan sudi lagi untuk melakukan semua itu.

Mas Yudha adalah seorang manajer di sebuah perusahaan, dia laki-laki yang cerdas dan juga tampan, dulu saat aku masih pacaran sama dia, tidak sedikit wanita yang suka meliriknya saat kami jalan bareng, dia juga sangat baik kepada ku, dia selalu memberikan aku kejutan-kejutan yang membuatku merasa melayang, tapi sekarang dia malah menghancurkan aku dengan kejutan yang tak aku duga. Aku kira aku beruntung bisa memilikinya, tapi apa nyatanya? Untuk sementara waktu aku akan bersikap biasa saja terhadap mas Yudha, sampai aku menemukan bukti yang kuat atas perselingkuhannya dan sampai aku tahu siapa wanita simpanannya itu.

Sejak menikah, mas Yudha melarang ku untuk bekerja, dia meminta aku untuk resign dari pekerjaan yang telah mempertemukan kami berdua.

Aku yang masih harus membiayai kehidupan Nina merasa bimbang, aku tidak mau merepotkan mas Yudha, lalu aku memberikan dia pengertian.

"Mas, maaf ya? sepertinya aku belum bisa resign, aku masih punya kewajiban untuk membiayai Nina, biarkan aku bekerja sampai Nina selesai kuliah dan juga setelah dia mendapatkan pekerjaan yang layak''

"Iya sudah terserah kamu saja sayang, yang penting kamu harus pandai-pandai saja bagi waktu dan juga kamu harus jaga diri saat tidak bersama mas." Ungkap nya waktu itu.

Saat ini aku merasa bersyukur, karena dulu aku tidak jadi resign dari pekerjaan ku, jadi aku tidak terlalu bergantung pada mas Yudha, aku akan meminta pisah sama dia, setelah semua bukti terkumpul, biarkan saja dia berbahagia bersama gundiknya, dan aku akan menjalani hari-hari yang menyenangkan bersama adik semata wayangku Nina.

-------------------------------

Aku telah sampai di kantor, setelah melewati perjalanan yang begitu membosankan, aku terjebak macet, dan berulang kali juga pak Arya menghubungiku.

sialll aku terlambat!

Mana pagi ini aku harus menemani pak Arya bertemu klien, duhh pasti tu bapak-bapak sudah murka bangat sama aku.

********

"Eehhh cin sini lho, tumben lho terlambat?"teriak Siska sang resepsionis memanggilku.

"Iya, sial bangat tahu nggak sih, aku tadi habis kejebak macet."ujarku menghampiri nya.

"Lho dipanggilin sama pak Arya tuh, tadi dia kesini nanyain lho. Sana buruan, dia udah nungguin lho dari tadi."

"Mampus deh gue." Jawabku.

"Sudah buruan sana, lho tenang saja, pak Arya nggak mungkin mecat lho, palingan lho diceramahin sama tu pak bos," Siska tertawa garing setelah mengatakan itu, dasar sahabat tak punya belas kasih! Tapi, walaupun dia begitu, Siska adalah sahabat yang paling baik yang aku punya.

🌺🌺🌺🌺🌺

"Assalamualaikum, permisi pak. Ini aku Ayuna." Aku mengetuk pintu sambil mengucap salam.

"Masukkk!" Balas pak Arya, mendengar suara bariton nya saja sudah membuat nyali ku ciut.

"Baik, pak."

---------

Saat aku sudah berhadapan dengannya.

"Duduk!''pak Arya berkata, memberi perintah.

"Iya, pak." Jawabku, Aku menarik kursi yang ada dihadapan pak Arya.

"Ayuna, kamu kenapa?" Tanya nya, aneh yang membuatku bingung.

"A-pa pak?"

"Apa perlu saya mengulangi lagi pertanyaan saya?."

"E-eh tidak pak, maaf pak aku tadi habis kejebak macet, makanya telat, sekali lagi maaf pak." Jelas ku. Aku bicara begitu lirih, sedangkan pak Arya terus saja menatapku secara intens.

"Saya sudah mengenali kamu cukup lama, tidak biasanya kamu terlambat, dan gara-gara kamu saya harus kehilangan proyek yang cukup besar, apa kamu sedang ada masalah?"

"Maaf pak, aku tidak akan mengulanginya lagi, aku mohon jangan pecat aku pak."

"Huuhhhh, sana kamu selesaikan berkas-berkas ini, nanti habis makan siang kamu temani saya meeting di restoran xxxxx."pak Arya berkata sambil memberikan berkas dan menarik napas panjangnya. Aku tahu dia pasti sangat kesal karena ulah ku.

"Baik pak, makasih pak, kalau begitu aku permisi dulu, pak." Ucapku, Pak Arya hanya mengangguk kecil sebagai jawabannya.

**********

Pak Arya Wiguna, dia adalah pemilik perusahaan tempat aku bekerja, usianya sepantaran sama mas Yudha, 3 tahun lebih tua dari aku, kata orang-orang dia begitu tampan. Tapi, dia sangat sombong, kalau bicara seperlunya saja, walau aku sudah mau tiga tahun bekerja sama dia, tapi aku tidak terlalu mengenali pribadinya, dia begitu misterius, bahkan di usia nya yang bisa dibilang tidak muda lagi, dia masih betah saja sendiri, kasian sekali dia. Duhh aku kok jahat bangat, ya. Mana yang lebih kasian dari aku saat ini?

Emot sedihhhh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!