NovelToon NovelToon

Mencintai Tanpa Dicintai

prolog

Sayup-sayup kudengar pertengkaran yang terjadi dikamar orang tua ku, bukannya aku menguping pertengkaran mereka tapi memang suara mereka lah yang terlalu keras.

hingga aku terbangun dari tidur nyenyak ku untung saja kedua adikku tidak terganggu dengan suara ibu dan ayah ku.

Entah apa yang mereka ributkan aku sendiri juga tidak tahu, karena usiaku yang masih delapan tahun saat ini.

Tadi pagi sewaktu ayah berangkat bekerja semua baik-baik saja, bahkan ayah sempat mengantarkan aku hingga kesekolah, tapi malah ini tiba-tiba mereka ribut

aku bangkit dari tidurku karena kudengar ibu yang menagis walaupun aku lebih dekat dengan ayahku namun aku paling tidak tahan jika ibu sudah menagis.

kubuka pintu kamar ku secara perlahan agar tidak menggangu tidur kedua adikku, ya karena memang kami tidur dikamar yang sama, hanya ranjang nya saja yang berbeda.

aku tidur diranjang yang tunggal sementara kedua adikku mengunakan bet sorong.

setelah aku memastikan kedua adikku tidak terganggu dengan suara pintu yang aku buka aku menutup kembali pintu kamar itu dengan perlahan.

aku mengedarkan pandangan ku keseluruh sudut rumah, namun aku tidak dapat melihat apa-apa karena ibu mematikan semua lampu yang berada diruangan ini.

aduh ini gelap sekali, aku takut... tapi ibu kenapa menangis dan mengapa suara ayah tidak terdengar lagi ucap ku pelan, karena aku takut ibu mendengar ku.

aku meraba setiap dinding ruangan ini menuju kamar ibu yang berada didepan, ingin rasanya aku menyalakan lampu agar aku bisa bebas berjalan menuju kamar ibuku.

tapi aku urungkan karena aku tidak ingin mereka tahu jikalau aku ingin menuju kamar ibu dan ayah.

ahh... akhirnya aku sampai juga disini, ya sekarang aku berada tepat didepan pintu kamar ibuku.

aku menempel telinga ku didinding pintu kamar ibuku, aku sungguh penasaran apa yang membuat ibuku menangis pilu malam ini.

'' mas kamu tega berbuat seperti ini padaku mas, aku sudah meninggalkan keluarga ku untuk menikah dan hidup denganmu. tapi apa balasan mu mas kamu malah menikah lagi diam-diam kamu tidak kasihan dengan anak-anak kita mas'' ucap ibuku sambil terus menangis

aku kaget sekaligus sedih mendengar perkataan ibu, menikah? ayah menikah lagi gumamku, walaupun aku masih berusia delapan tahun tapi aku tahu apa itu menikah, jika ayah menikah lagi berarti aku akan mempunyai ibu tiri hanya sejauh itu pemikiran ku saat ini.

'' sudah lah dek, kamu jangan lagi menangis aku akan adil pada kalian, kamu tahukan aku menikah dengan bos ku. kita akan hidup senang dek, kamu tidak perlu lagi berhutang diwarung untuk menutupi kekurangan kita setiap bulannya.'' sahut ayah ku yang coba menenangkan ibuku.

Namun bukannya tenang ibuku malah semakin menagis, aku ikut menagis mendengar tangisan ibu yang semakin pilu.

'' aku lebih baik hidup pas-pasan mas, daripada dimadu. kalian para lelaki selalu berkata begitu diawalnya tapi nantinya kalian lupa dengan janji kalian''

'' sudahlah dek, mas lelah tadinya mas mau menghabiskan malam dengan mu, tapi kamu malah mengajak debat seperti ini, kalau begitu mas pulang kerumah Rina saja''

'' mas... mas... kamu jangan pergi''

'' besok kalau kamu sudah tenang hubungi mas, mas akan datang''

kudengar langkah ayahku mendekati pintu secepat mungkin aku bersembunyi agar ayah tidak mengetahui jika aku sedang menguping percakapan mereka.

krek....

ayah membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju pintu keluar, karena jarak kamar ibu dan pintu keluar tidaklah terlalu jauh.

rumah kami yang hanya berukuran minimalis dan memiliki tiga kamar, satu kamar utama yang digunakan oleh ibu dan ayah ku dan satu kamar lagi aku tempati bersama dengan adikku, sementara kamar yang satunya digunakan ibu untuk ruang ganti dan menyimpan berbagai barang yang tidak terpakai dirumah ini.

setelah aku mendengar mesin mobil menyala dan meninggalkan halaman rumah aku keluar dari persembunyiannya ku, mobil? kapan ayah membeli mobil setahuku tadi pagi ayah mengunakan motor nya untuk bekerja dan mengantarkan aku kesekolah.

ah sudahlah mungkin ayah meminjam mobil rekan kerjanya pikirku, aku masih mendengar ibu yang menagis sesekali kudengar ibu memanggil kedua orang tuanya.

'' ibu, ayah maafkan aku yang dulu tidak menuruti perkataan mu, sekarang mas Arya menikah lagi bu..., bagaimana nasib anak-anak ku bu. mereka masih sangat kecil dan membutuhkan sosok ayah untuk melindungi mereka, apa aku sanggup menjalani pernikahan ini lagi bu'' ucap ibuku sambil terus menangis.

Aku sungguh tidak tahan melihat kondisi ibuku saat ini ku langkahkan kakiku masuk kedalam kamar ibuku. '' ibu...'' panggilku pelan

ibu yang kaget mendengar suara ku langsung menghapus jejak air matanya, tapi aku tahu jika ibu sudah sedari tadi menangis.

'' kamu kenapa bangun kak...'' tanya ibuku lembut menutupi kesedihannya menampilkan senyum manisnya pada ku.

ah... rasanya ingin sekali aku mengatakan ibu tidak perlu menutupi kesedihannya pada ku tapi apa daya ku, aku hanya anak kecil jadi tidak mungkin aku mengatakan hal itu pada nya.

'' bu... kakak ingin tidur bersama dengan ibu, apa boleh'' tanya ku, aku akan menemani ibuku malam ini setidaknya dia tidak merasa sendiri.

aku teringat jika aku sedang sedih ibu selalu menemani ku, malam ini biarlah aku yang akan menemani ibu agar kesedihannya berkurang.

'' tentu saja boleh kak, kebetulan malam ini ayah lembur bersama teman nya, kakak bisa tidur disini menemani ibu agar ibu tidak kesepian.'' ucap ibuku sambil menepuk ranjang nya.

aku hanya tersenyum melihat ibuku yang menutupi kesalahan ayahku. jelas-jelas aku dengar sendiri tadi ayah dan ibu bertengkar hingga ibu menangis.

hah... masalah orang dewasa memang rumit ya, sudah tahu ayah salah karena membuat ibu menangis.

tetapi ibu malah menutupi kesalahan ayahku, bukanya yang salah harus dihukum ya, setahuku jika aku berbuat salah disekolah, ataupun dirumah pasti akan kena hukum tapi ini tidak.

ah sudahlah aku sudah mengantuk besok pagi aku juga harus kesekolah, malam ini aku putuskan untuk menemani ibu, mudah-mudahan saja adikku tidak terbangun dan mencari keberadaan ku.

kedua adikku sangatlah dekat dengan ku, untuk itu pula ibu membuat kami tidur dalam satu kamar agar aku bisa langsung menemani kedua adikku saat tidur.

'' ayo kak tidur, kamu besok harus sekolah'' ucap ibuku lagi

'' baiklah ibu, tapi aku ingin memeluk ibu? apa boleh?'' tanya ku, mungkin pelukan ku ini bisa mengurangi rasa sedih ibu, aku berharap begitu karena hanya ini yang bisa aku lakukan saat ini.

'' tentu saja kak, sini'' ibuku merentangkan kedua tangannya agar aku masuk dalam pelukannya.

malam ini pun aku tertidur sambil memeluk erat ibuku, dapat aku rasakan sesak didada ibuku karena mungkin ia berusaha menahan tangisnya.

💗💗💗 almayra 💗💗💗

tinggalkan jejak 👍 vote dan save faforite ya

terimakasih....

kejamnya ibu tiri

selamat membaca... 😊😊😊

Awal pindah kerumah itu semuanya baik-baik saja ayah mayra masih tetap berbuat adil kepada kedua istrinya itu, begitu juga dengan mayra dan adiknya ayahnya selalu memberikan perhatian kepada anak-anak nya itu dan juga mendampingi mereka dalam mengerjakan tugas sekolah jika ibu mayra sedang sibuk membersihkan rumah.

hanya ibu mayra yang membersihkan rumah besar itu, karena istri kedua ayahnya memecat art mereka sebelumnya, dengan alasan ibu mayra tidak bekerja jadi sudah menjadi tugas nya untuk membersihkan rumah dan pekerjaan rumah lainnya.

dirumah itu hanya ada satu art laki-laki ia hanya bertugas untuk membersihkan taman dan menjaga keamanan rumah saat mereka pergi keluar kota atau tidak berada dirumah.

ibu mayra tidak masalah dengan hal itu, karena ia juga sudah terbiasa dengan pekerjaan seperti itu. sejak menikah dengan ayah mayra ibu Maya menyesuaikan kehidupan nya dengan suaminya.

ibu Maya yang terlahir dari keluarga berada tapi tidak membuat dirinya merasa rendah dengan mengerjakan pekerjaan rumah.

malahan ia senang bisa mengurus rumah dan memasak untuk anak-anaknya dan Suami nya, ada rasa bangga saat anak dan suaminya memuji masakannya.

Tapi lain halnya dengan istri kedua ayah mayra, ia tidak menyangka jika ibu mayra masih bisa tersenyum meski sudah dibebankan pekerjaan rumah untuknya.

awalnya ia berniat dengan kesibukan madunya itu, bisa mengurangi waktu kebersamaan dirinya dengan ayah mayra tapi rencananya salah.

ayah mayra terus saja memuji istrinya itu disetiap mereka sarapan ataupun makan malam.

seperti pagi ini ibu mayra sedang menghidangkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya, begitu juga untuk madunya.

ia iklhas melakukan semua itu untuk semua.

'' sayang masakan mu memang tiada duanya hingga membuat aku makin cinta sama kamu'' ayah mayra mencubit dagu lancip istrinya itu.

memang jika dibandingkan dengan istri mudanya Maya jauh lebih cantik, ia memilki tubuh yang indah dan selalu berkata lemah lembut kepada siapapun termasuk pada madunya itu.

namun itu tidak menjamin semua, buktinya suaminya tega menikah lagi dan menduakan dirinya hingga saat ini ia serumah dengan madunya. tapi maya tidak pernah mengeluh karena suaminya selalu berbuat adil pada dirinya dan anak-anaknya.

tapi saat istri keduanya hamil, semua berubah bahkan ayah mayra tidak segan berbuat kasar pada anak dan istrinya pertamanya itu.

puncaknya saat rina istri kedua ayah mayra tengah memarahi Mayra yang saat itu tengah bermain lari-larian bersama kedua adiknya. hingga tidak sengaja Mayra menabrak ibu tirinya itu yang sedang berjalan menuju kamarnya dengan membawa sepiring rujak yang baru saja dibeli oleh maya.

rina marah besar pada Mayra hingga menjewer telinga Mayra kuat, tidak puas sampai disitu ia juga mencaci dan menghina Mayra dan ibunya yang hanya menumpang hidup pada dirinya selama ini.

'' dasar anak tidak tahu diri, keterlaluan kamu ya, ini akibat nya karena ibumu selalu saja memanjakan kamu, jadi kamu tidak punya adab seperti ini pada orang tua'' hardik rina

'' maaf bu... maaf Mayra ga sengaja Mayra tadi hanya ingin melerai fiko dan fali yang sedang berlarian, mayra takut mereka jatuh.'' sahut Mayra takut sambil menunduk, ia sangat takut jika Meri sudah marah padanya karena rina tidak segan menyakiti fisiknya.

sudah banyak bekas kekerasan yang ada ditubuh Mayra, namun saat ibunya menanyakan Mayra selalu saja memberi alasan jika dia jatuh atau tidak sengaja terluka saat ia bermain dengan kedua adiknya.

Mayra tidak ingin membuat keadaan dirumah ini bertambah buruk, untuk itu ia selalu menyembunyikan kebenaran nya dari ibunya

namun jawaban Mayra semakin menambah emosi rina, ia menjambak rambut Mayra dan mendorong tubuh Mayra diantara tumpukan rujak dan piring pecah yang berserakan dilantai.

kakak... teriak kedua adiknya saat melihat kakaknya jatuh dan mengenai salah satu kaca yang ada dilantai.

kedua adik Mayra menangis keras karena melihat darah yang keluar dari luka kakaknya itu.

'' fiko lihat, tangan kak Mayra berdarah''

'' iya, kaki kakak juga berdarah, kita harus panggil ibu agar mengobati kakak''

fali mengusap air matanya dan berlari kedapur mencari ibunya namun ia tidak menemukan ibunya hingga ia terus mencari sampai ke halaman belakang.

'' dasar anak cengeng, kalian pantas mendapatkan nya.'' ucap rina sinis tanpa rasa kasihan sedikit pun, padahal ia melihat sendiri jika tangan dan kaki Mayra berdarah karena ulahnya.

tapi ia malah meninggalkan dua beradik itu dan masuk kekamar nya dengan santai.

'' dek... sudah kamu jangan menagis lagi, kakak baik-baik saja ini hanya luka kecil'' Mayra menutupi rasa perih pada lukanya ia tidak ingin membuat adiknya tambah sedih.

'' tapi kak, kaki dan tangan kakak berdarah'' rengek fiko lagi.

Mayra berusaha bangkit dari tumpahan rujak dan piring pecah itu, namun saat ia bangkit telapak tangannya tidak sengaja terkena kaca.

'' aw..' ringis mayra.

'' kakak... '' teriak fali saat melihat kakaknya kesakitan.

Tepat saat itu ibu Maya baru saja pulang dari membeli rujak yang dipesan oleh rina karena rujak yang tadi terlalu pedas kata rina.

hingga Maya pergi lagi membeli rujak untuk madunya itu. jika tidak dituruti maka rina akan mengadukan nya pada suaminya dan menambah hal yang tidak dilakukan oleh maya.

Maya yang sudah lelah selalu ribut dan disalahkan oleh suaminya itu pun tidak ingin berdebat lagi. baginya lebih baik ia menuruti saja apa yang diperintahkan oleh rina daripada ia dimaki dan mendapatkan perlakuan fisik dari suaminya itu.

assalammualaikum... ucap maya saat memasuki rumah.

suara sang ibu sontak mengejutkan tiga beradik itu yang sedang ketakutan melihat keadaan Mayra yang kacau saat ini.

''ibu...'' panggil fiko dan fali lalu berlari mendekati ibunya itu dan merengek.

sementara Mayra takut bercampur khawatir jika ibunya mengetahui keadaan nya sekarang, ia tidak ingin ada keributan antara ibunya dan ibu tirinya itu.

Mayra berusaha tersenyum pada ibunya itu yang sedang memperhatikan dirinya saat ini.

Mayra sedang membersihkan dan mengumpulkan beberapa kaca yang pecah dilantai itu.

'' kak ada apa ini'' tanya ibu mayra sambil terus memperhatikan keadaan putri nya itu, seperti menahan rasa sakit. itulah yang tergambar diwajah Mayra saat ini.

'' tidak bu..., tidak ada apa-apa, tadi aku tidak sengaja menjatuhkan piring rujak ini'' jawab Mayra masih berusaha menutupi rasa perih lukanya, wajar jika Mayra merasakan perih pada lukanya karena terkena bumbu rujak yang juga ada cabai didalam bumbu itu.

'' ibu tangan dan kaki kakak terluka dan ada darahnya juga'' adu fali anak kedua maya.

'' iya bu tadi ibu rina mendorong kakak hingga kakak jatuh di pecahan kaca itu'' adu fiko lagi dengan menunjuk rujak dan kaca yang berserakan dilantai.

'' kakak...'' seru Maya sambil menegakkan tubuh anaknya itu.

'' aw... sakit'' rintih Mayra karena berdiri tiba-tiba.

'' kakak kamu kenapa nak'' Maya melihat kaki anaknya yang mengeluarkan darah, ia langsung panik dan mengangkat tubuh kurus putrinya itu untuk duduk diatas kursi yang berada diruangan itu.

'' ayo angkat kakinya kak, ''

Mayra mengangkat kakinya perlahan, Maya melihat ada kaca yang yang masih menempel ditelapak kaki putrinya itu. lalu ia mencabut kaca yang menempel di kaki Mayra itu.

'' aduh... sakit bu...'' Mayra meringis kesakitan saat ibunya mencabut kaca itu.

'' tenang kak, tidak apa-apa jika dibiarkan akan lebih sakit lagi''

'' sabar ya kak...'' sebut fiko dan fali sambil mengapit tubuh kakak perempuan nya itu.

'' sebentar ya ibu ambil kotak obat dulu.''

Maya pergi meninggalkan anaknya untuk mengambil kotak obat yang berada dilemari.

lalu ia bergegas kembali dimana anak-anaknya berada.

'' tahan sedikit ya kak...'' Maya membasahi kapas dengan alkohol lalu membersihkan semua luka yang ada pada tangan dan kaki mayra, tak lupa ia memberi obat merah dan perban agar luka anaknya tidak berdarah lagi.

'' Alhamdulilah sudah selesai, nanti kalau ayah pulang kita berobat ke puskesmas ya kak, ibu tidak ada memegang uang saat ini.'' ucap nya sedih melihat keadaan putri nya, darah yang dikeluarkan oleh luka Mayra bukanlah sedikit mungkin saja luka itu memerlukan jahitan.

tapi apalah daya, Maya sama sekali tidak memegang uang saat ini.

ia hanya bisa menagis dalam batinnya melihat keadaan putri nya.

'' Alhamdulilah... tidak apa-apa bu... Mayra udah dirumah enakan bu...'' sahut Mayra sambil tersenyum ia tidak ingin ibunya semakin merasa bersalah karena tidak bisa membawanya berobat.

kalau boleh jujur saat ini Mayra merasakan lukanya menganga mungkin perkiraan ibunya memang benar jika luka Mayra membutuh jahitan.

rina keluar dari kamarnya ia lupa jika tadi ada tumpahan rujak dan kaca pecah dilantai hingga ia tidak sengaja memijak lantai yang masih basah itu dan terjatuh.

'' aw.... aduh.... pinggangku sakit sekali'' rintih nya sambil mengusap pinggangnya. belum cukup sampai disitu tiba-tiba ia merasakan panas pada pahanya nya lalu mengucur deras membasahi pakaian dan lantai yang tempat ia terjatuh tadi.

apa ini... hah darah? tidak mungkin, rina panik ketika melihat ada darah ditangannya yang ia gunakan untuk mengecek apa yang membuat pahanya basah.

maya.... maya... teriaknya

aduh... dimana sih perempuan itu

maya... panggil rinalagi

'' bu... ibu rina sedang memanggil ibu, apa ibu tidak mendengar nya?'' sebut anaknya Mayra

'' ah iya ada apa nak?'' Maya sedari tadi melamun memikirkan nasibnya dirinya dan anak-anaknya. untuk membawa berobat ke puskesmas saja ia tidak mampu, ia adalah ibu yang buruk pikirnya. hingga Maya tidak mendengar saat rina jatuh dan berteriak memanggil namanya.

'' ibu, ibu Rina memanggil ibu, mungkin ia membutuhkan ibu saat ini'' sebut Mayra lagi

'' sudah bu.., biarkan saja lebih baik ibu disini saja temani kak Mayra'' sebut fali

'' dek kamu tidak boleh gitu, siapa tahu terjadi sesuatu sama ibu rina'' nasehat Mayra pada fali

'' iya deh, ibu pergi saja biar aku dan fiko yang jaga kakak''

'' iya bu, fiko akan jaga kakak dengan baik'' sambung fiko lagi

Maya tersenyum melihat anaknya yang saling menyayangi itu, '' ya sudah ibu kesana dulu ya..'' Maya bangkit lalu meninggalkan ketiga anaknya itu untuk melihat keadaan Meri yang terus berteriak memanggilnya.

sesampainya Maya disana ia terkejut melihat rina yang terduduk dilantai, bahkan Maya juga melihat darah yang masih basah dilantai keramik putih itu.

Maya pun berlari mendekati rina,

'' astaghfirullah... ada apa ini rina..?'' tanya Maya panik

'' ayo cepat bantu aku, kamu mau melihat aku mati disini kehabisan darah hah..'' bentaknya

Maya tidak memperdulikan ocehan rina terhadap nya, ia segera memapah rina secara perlahan, tapi baru saja rina bangkit ayah mayra pulang dari kantor nya.

assalamualaikum... ucapnya saat masuk kerumah

'' mas... kamu sudah pulang'' panggil rina

sementara Maya masih setia memapah tubuh berat rina, wajar saja karena saat ini rina sedang hamil tua.

ayah mayra meneliti keadaan istrinya itu lalu pandangan jatuh kelantai yang ada darah, ia membuang sembarang tas kerjanya dan mendekati istrinya itu.

'' kenapa ini maya, kenapa rina mengeluarkan darah begini?'' paniknya

'' aku tidak tahu mas? saat aku datang kesini rina sudah dalam keadaan seperti ini.''

'' bohong mas, dia sengaja melakukan ini padaku, agar aku dan anak kita terluka, dia jahat padaku mas'' dusta rina

Maya bingung sekaligus takut jika suaminya termakan lagi atas kebohongan rina.

ayah mayra menatap tajam pada maya, bisa Maya artikan tatapan tajam suaminya itu, ia bingung harus berbuat apa.

'' mas jangan diam saja, ayo kita kerumah sakit sekarang. aku tidak ingin terjadi sesuatu pada anak kita'' rina melepaskan dirinya dari Maya dan beralih kepangkuan suaminya yang tidak jauh darinya.

'' hem... baiklah sayang, kamu masih bisa tahan sebentar kan?''

'' dan kamu Maya aku tidak menyangka kamu tega berbuat seperti ini pada rina, aku belum selesai dengan mu'' ayah mayra melepaskan cengkraman tangannya dari dagu Maya hingga tubuh Maya yang kurus itu terhuyung kebelakang.

bersambung dulu ya...

diharapkan dukungan nya ya say... 😊

kesedihan maya

Maya mencoba menyeimbangkan tubuhnya yang terhuyung kebelakang agar tidak terjatuh, lalu ia berdiri tegak dan bersandar ke dinding rumah itu.

sejenak Maya melamun melihat punggung Suami nya yang mulai menjauh dari pandangan nya.

tega kamu menyakiti aku mas... bahkan ini bukan yang pertama kamu berbuat kasar padaku, kamu berubah mas... kamu tidak lagi peduli dengan kami, bahkan kamu juga tega menyakiti anak-anak kita.

Maya mengusap cairan bening yang membasahi pipinya, ia tidak ingin anaknya melihat kesedihan nya.

entah apa yang akan dilakukan suaminya itu nanti yang pasti ia akan mendapatkan perlakuan yang lebih kasar lagi dari sebelumnya.

mengingat sorot mata suaminya yang begitu marah padanya tadi.

Maya hanya bisa berharap ia selalu diberi kesabaran untuk menjalani rumah tangga nya ini, ia takut jika ia membantah atau melawan perlakuan suaminya.

itu akan berdampak buruk bagi anak-anaknya, mengingat dulu saat ia tidak mau ikut pindah dengan suaminya semua tetangga selalu mencemooh dirinya dan anak-anaknya.

belum lagi biaya sekolah anaknya yang sering menunggak karena suaminya tidak memberikan nafkah sepenuhnya, dengan alasan ia tidak lagi makan dirumah otomatis biaya hidup untuk Maya dan anak-anaknya akan semakin sedikit.

Maya tidak pernah mengeluh, ia tetap menerima berapa pun suaminya itu memberi nafkah.

bahkan Maya juga menerima cucian dan setrikaan untuk menambah biaya hidupnya.

Disaat suaminya mengajak Maya dan anak-anaknya pindah kerumah ini, ia terpaksa melakukan nya karena suaminya meyakinkan Maya, akan mencukupi segala kebutuhan dirinya dan anak-anaknya.

asalkan Maya mau ikut tinggal bersama dirumah istri mudanya itu.

akhirnya disinilah Maya sekarang memang awal ia pindah kerumah ini Maya dan anak-anaknya mendapatkan perhatian dari suaminya itu, bahkan Maya kembali merasakan keutuhan keluarga nya dulu.

Tapi saat rina mulai hamil, sikap suaminya itu pun berubah total terhadap dirinya dan anak-anaknya.

Maya sering melihat bekas kekerasan yang dilakukan oleh rina terhadap Mayra putri sulungnya, namun Mayra selalu menyangkal jika Maya menanyakan nya.

ah... ternyata anakku sudah besar pikir Maya,

karena ia bisa menjaga perasaan ibunya, Maya selalu menangis saat melihat anak-anaknya tidur malam.

Maya bisa menangkap tubuh Mayra yang semakin hari semakin kurus, mungkin itu akibat Mayra memendam perasaan nya.

bahkan tubuh Maya semakin hari juga semakin kurus karena sering mendapatkan perlakuan kasar dan kata-kata cacian dari suami dan madunya itu.

ingin rasanya Maya pergi dari rumah ini yang selalu memberikan luka terhadap dirinya dan anak-anaknya.

tapi ia bingung harus pergi kemana, karena saat ini anak-anaknya sudah sekolah semua, itu pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

'' ibu...'' panggil anak bungsunya itu

Maya tersentak kaget dari lamunannya, ia kembali teringat akan luka Mayra tadi.

'' ah iya sayang...'' sahut nya karena fiko sudah memegangi tangannya, terlihat wajah fiko sangat khawatir

'' ada apa nak... kenapa kamu terlihat cemas begitu'' tanya nya sambil mensejajarkan tinggi nya dengan putranya itu

'' itu bu... kaki kakak berdarah lagi, bahkan perban ibu tadi sudah basah terkena darah kakak'' adu fali

'' astaghfirullah... ayo nak kita lihat kakak''

Maya menegang tangan putra nya itu dan setengah berlari melihat Mayra yang ada dimeja makan.

'' ya ampun kak..., maafkan ibu nak..., ayo kita ke puskesmas agar luka kakak bisa diobati''

'' tapi ibu kan tidak ada uang''

'' jangan pikirkan itu kak, yang penting sekarang kamu harus berobat dulu''

Mayra mengangguk lemah karena darahnya sudah banyak tertumpah hingga wajahnya sudah mulai pucat saat ini.

'' fali kamu ambil kain panjang yang ada dikamar ibu ya nak''

'' baik bu...'' fali berlari menuju kekamar ibunya mengambil kain panjang yang diminta ibunya.

sementara fiko terus menangis melihat kakak nya yang terus mengeluarkan darah.

'' sudah sayang kamu jangan menangis lagi, kita akan bawa kakak berobat ya nak...''

Maya teringat ia bisa mengunakan surat berobat gratis yang diberikan oleh pak RT waktu itu.

mungkin itu bisa ia gunakan untuk mengobati Mayra nanti.

'' sebentar ya kak ibu ambil sesuatu dulu kekamar''

''iya ibu...'' sahut Mayra lemah

fiko kamu jaga kakak sebentar ya nak...''

'' iya bu...''

Maya meninggalkan Mayra dan fiko untuk mengambil kartu berobat nya itu.

'' ibu ini aku sudah menemukan kain panjang yang ibu minta'' sebut fali saat ia melihat ibunya masuk kamar

'' terimakasih nak, sekarang kamu temani kakak ya nak, ibu mau ambil kartu berobat dulu siapa tahu itu bisa dipakai nanti''

'' baiklah ibu'' fali meninggalkan kamar ibunya, namun saat ia melintasi kamar dirinya dan kakaknya itu fali berhenti dan berpikir sejenak.

*hemm... aku dan fiko kan ada sedikit tabungan, aku ambil saja itu untuk berobat kakak agar ibu tidak khawatir lagi, sebagai jaga-jaga jika ibu membutuhkan nanti, fiko pasti tidak akan keberatan jika aku memakai uang tabungan kami untuk biaya berobat kakak.

lain kali aku dan fiko akan menabung lagi untuk membeli mobil remote control itu gumam fali*..

lalu ia memasuki kamar untuk mengambil uang tabungannya yang berada dilemari.

pyar.... fali memecahkan celengan keramik itu lalu mengutip uang yang berserakan dilantai tak lupa fali menghitung dan mengikatnya dengan Keret gelang yang ada ditangannya.

entah kenapa ia hobi sekali memakai karet gelang ditangan itu. hemm rupanya kamu berguna juga ya ucap fali pada karet gelang yang ada ditangannya.

setelah selesai ia langsung berlari lagi keluar kamar untuk menjaga kakaknya.

hah... hah... fali terengah-engah saat sampai didepan kakak dan adiknya itu.

'' ada bang... kenapa kamu berlari seperti itu'' tanya fiko

'' tidak ada apa-apa, aku hanya khawatir dengan kakak makanya aku berlari kemari, ibu mana dek..? apa ibu belum datang kemari?''

'' belum bang, ibu bilang mau ambil kartu berobat.''

sementara Mayra semakin merasa lemah ia tetap menampilkan senyum nya kepada adiknya itu agar kedua adiknya tidak khawatir, dapat Mayra rasakan pandangan nya yang sudah mulai berkunang-kunang saat ini.

'' kak.. kakak masih bisa tahan kan,? sebentar lagi ibu datang sabar ya kak'' ucap fali sambil terus memandangi wajah kakaknya yang mulai pucat.

Mayra hanya mampu mengangguk lemah pada adiknya itu.

'' sayang ayo kita berangkat ibu sudah temukan kartu nya, oh iya fali mana kain panjang tadi nak?'' tanya Maya

'' ini bu'' fali menyerahkan kain panjang itu pada ibunya

Maya membalut kaki Mayra yang basah karena darah dengan tangan gemetar ia membalut kaki anaknya itu, berharap kain panjang itu bisa mengurangi Keluar nya darah dari kaki mayra.

'' tahan sebentar lagi ya kak..., ibu yakin kamu pasti kuat nak...''

Maya terus memberi semangat pada putrinya itu, hatinya sakit melihat keadaan putrinya saat ini, ia selalu berdoa dalam hatinya agar putri nya itu kuat.

Ya Allah kuatkan putri hamba...

beri kesabaran pada kami melewati ujian ini aaamin....

bersambung dulu ya... 😊

berikan dukungan nya ya say...

terimakasih... 💗💗💗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!