NovelToon NovelToon

Dokter Galak Dan Gadis Menyebalkan

DGGM 1. Gadis Menyebalkan

Seorang gadis cantik, masuk ke sebuah club malam dengan nafas terengah-engah. Sang bartender yang merupakan sahabat se'iya sekata gadis itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah gadis itu yang sudah dihafalnya luar kepala.

"Dikejar lagi?" tanya Leon, si bartender dengan senyum mengejek membuat.

Geram melihat ekspresi sahabat lucknutnya, Azura pun memukul kepala Leon dengan tas punggungnya.

"Breng-sek banget sih loe, Ra! Untung loe cewek, kalau cowok udah gue tonjok loe!" maki Leon kesal. Tapi biar seperti itu, ia tidak pernah benar-benar marah karena begitu lah cara kedua orang sahabat itu berinteraksi.

"Tonjok kalau bisa? Kita liat, hidung siapa yang duluan patah." ejek Azura seraya mengedikkan bahunya angkuh. Bukannya sombong, tapi memang Azura itu jago silat. Jadi wajar dia sedikit sesumbar. Tapi walaupun begitu, ia tidak suka memanfaatkan kemampuannya sembarangan. Kadang ia lebih baik berpura-pura jadi gadis lemah untuk menghindari masalah. Walaupun kadang ah bukan kadang, tapi memang ia kerap bersikap menyebalkan dan suka membuat orang-orang kesal. Dia baru akan menggunakan kemampuannya saat di situasi yang genting atau saat ada yang membutuhkan.

"Cih, sombong! Mentang loe jago silat." sarkas Leon sambil melempar kulit kacang ke arah Azura tapi dengan gesit kulit kacang itu ditangkisnya hingga mengenai dahi seseorang.

"Aw, siapa sih! Kurang ajar banget. Sepertinya ada yang mau cari masalah!" seru seseorang yang terkena lemparan kulit kacang.

"Ra, kabur! Buruan!" bisik Leon saat tau yang terkena lemparan kulit kacang itu adalah manajer club' malam itu.

"Mampus gue! Loe sih, nggak ada kerjaan lempar gue paket begituan. Gue mah reflek aja nepisnya. Gue pamit dulu ya! Bye ... " ujar Azura sambil mengedipkan matanya sebelah membuat Leon menatapnya pura-pura jijik.

Azura pun bergegas lari ke ruang ganti seraya mengendap-ngendap tetapi baru saja beberapa langkah ia mengendap, kerah baju belakangnya ditarik seseorang membuatnya refleks hendak memukul.

Namun tangannya terhenti di udara saat melihat tatapan maut sang manajer.

"Eh, pak Salmon eh Salman maksud saya pak." ujar Azura cengengesan membuat pak Salman menatapnya jengah. Namun ekspresi itu tak bertahan lama, seketika senyum lah yang terbit di bibir pria pertengahan 40 tahunan itu. Azura sangat tahu arti senyum itu. 'Dasar kadal buntung. Buaya darat. Bekicot ngesot. Nggak inget bini di rumah malah sibuk pamer-pamer senyum sok menggoda. Loe kira gue tertarik gitu. Nehi ... ' gumam Azura dalam hati.

"Kamu baru datang, Ra!" tanya pak Salmon eh Salman maksud othor.

"Kan bapak udah liat, aku baru datang kok masih ditanyain sih! Mata bapak masih normal kan? Atau udah katarak?" cetus Azura dengan tatapan mata jengah. Tapi tidak dengan pak Salman yang justru makin melebarkan senyumnya.

"Saya kan cuma nanya, Ra. Emangnya kamu nggak suka ya saya perhatikan?"

"Bukan nggak suka, pak. Tapi ... "

"Tapi apa?" tanya pak Salman dengan mata berbinar.

"Tapi emang nggak suka banget. Ingat pak, ingat, bapak udah ada anak istri di rumah. Nggak kasian apa sama mereka. Mereka dengan sabar dan percayanya nungguin bapak pulang ke rumah sehabis bekerja, eh bapak malah sibuk godain cewek. Bapak bisa bayangin gimana perasaan mereka? Sedih pak, sedih ... hiks ... hiks ... hiks ... ." mamah Azura mix drama queen mode on. (Bukan mamah Dedeh ya, tapi mamah Azura. Hahaha ... )

Pletak ...

Pak Salman justru menjentik dahi Azura membuat Azura meringis.

"Lho, kok jidad saya di sentil sih, pak? Emang omongan saya ada yang salah?" tanya Azura bingung.

"Ya tentu aja salah, salah banget malah. Lha, saya aja belum nikah, gimana mau punya anak istri coba." desis Pak Salman mengejutkan Azura.

"Lho, kata Leon ..." Azura berdecak kesal saat sadar ia telah dikerjai oleh Leon. Tapi wajah kesalnya tiba-tiba berubah jadi senyum jahil. "Bapak single toh? Belum punya pasangan?" tanya Azura sambil mengusap dagunya.

"Hmm ... I'm single." sahut Pak Salman bangga.

Diperhatikannya wajah pak Salman yang sebenarnya cukup tampan tapi ... saat pandangan mata Azura jatuh ke atas perut Pak Salman yang seperti ibu hamil 5 bulan, Azura langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. 'Not my type.'

"So ... artinya bapak nggak laku dong udah setua ini masih single." ledek Azura seraya tergelak meninggalkan pak Salman yang mukanya sudah merah padam karena kesal.

"Azura ... " pekik Pak Salman murka.

'Cantik-cantik tapi menyebalkan. Untung cantik, kalau nggak, udah saya pecat dari kemarin dia.' geram pak Salman.

Lalu Azura segera masuk ke kamar ganti dan memakai pakaian khusus pelayan club' malam, sebuah kemeja slimfit berwarna putih dan rok hitam selutut. Beda dari pelayan yang lain yang roknya di atas lutut, Azura justru memakai sebatas lutut. Ia merasa tak nyaman bila menampakkan aset pribadinya. Dia bukanlah wanita yang alim, tapi ia cukup pandai menjaga diri. Apalagi lingkungan pekerjaannya seperti ini, tentu ia harus lebih mawas diri.

Azura memang bekerja di club' malam itu sebagai pelayan tapi bukan pelayan plus-plus ya! Azura hanya bertugas mengantarkan minum. Bila ada yang ingin minta ditemani, maka mereka harus membayar lebih mahal. Biasanya para bos besarlah yang suka melakukan itu. Mereka berani membayar dengan harga tinggi agar bisa dilayani para pelayan cantik. Tapi tetap, no skinship apalagi lebih. Azura juga tidak menerima tawaran minum alkohol. Biarpun ia bekerja di club' malam, Azura masih tau perbuatan boleh dan tidak boleh. Andai ada pekerjaan yang dapat menghasilkan cuan yang lebih banyak dan tidak berisiko seperti ini, tentu ia akan lebih memilih pekerjaan lain itu. Tapi mau bagaimana lagi, ia hanya bisa berusaha, demi pundi-pundi rupiah yang melimpah.

Selain bekerja sebagai pelayan di club' malam, Azura juga bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket. Penghasilannya di sana memang tidak besar, tapi cukup untuk kebutuhannya sehari-hari. Apalagi ia juga harus menanggung keperluan adik semata wayangnya yang kini sedang berkuliah di tingkat akhir. Perjuangannya masih panjang.

...***...

Langit di luar makin gelap, jalanan pun sudah mulai sepi, tapi tidak dengan tempat hiburan malam seperti club' malam. Di sana justru terlihat begitu ramai. Ada yang menari diiringi musik EDM yang menghentak, ada yang sekedar ingin bersenang-senang,dan ada juga yang hanya berbincang sembari minum-minuman beralkohol. Kata mereka minuman itu bisa membuat jiwa dan raga mereka terasa lebih relaks. Padahal efeknya bisa lebih membahayakan dari sekedar relaks. Belum lagi risiko bagi mereka yang minum sampai mabuk. Terkadang orang yang mabuk bisa berbuat sesuatu di luar kesadarannya yang bukan hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga orang lain.

"Ini minumannya, kak. Silahkan diminum." ujar Azura ramah sembari meletakkan sebotol minuman haram dan 2 buah gelas kecil.

"Sama-sama, cantik. Duduk di sini, yuk! Temani kakak." goda pelanggan pria sambil mengerlingkan sebelah matanya genit.

"Maaf kak, kalau mau ditemani, bisa minta yang lain

Saya masih sibuk soalnya." tolak Azura ramah. Padahal dalam hati ia sibuk mengumpat. 'Dasar kadal buntung mata keranjang. Nggak bisa liat cewek cantik dikit main godain.' umpatnya dalam hati, namun bibirnya justru tersungging senyum ramah.

"Yah, sayang banget. Kalau nggak sibuk lagi, mampir ke sini ya! Nih, buat kamu." ujar pelanggan yang pria itu dengan wajah penuh penyesalan. Lalu tangan kanannya mengambil beberapa lembaran uang merah dan di selipkan ke genggaman tangan Azura. Azura pun membalas pelanggan itu senyuman yang lebih manis lagi karena merasa senang bisa mendapatkan banyak duit hanya dengan berbicara sedikit manis.

"Wah, makasih banget ya Kaka! Kakak udah ganteng, baik lagi!" puji Azura padahal dalam hati ia mau muntah. Uwekk ...

Setelah sedikit berbasa-basi, Azura kembali melanjutkan pekerjaannya hingga tuntas. Jadwalnya bekerja hanya sampai pukul 2 dini hari. Selesai bekerja, ia segera berganti pakaian di ruang loker. Matanya berbinar-binar saat melihat lembaran demi lembaran uang merah yang berhasil ia dapat hari ini.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

DGGM 2. Awal pertemuan

Hiruk pikuk memang sudah biasa terjadi di rumah sakit. Namun hiruk pikuk hari ini, lebih gencar dari biasanya sebab subuh tadi telah terjadi kecelakaan beruntun di sebuah jalan tol yang menyebabkan banyak korban jiwa. Akhirnya, Radika pun yang seharusnya libur hari itu, terpaksa diminta datang ke rumah sakit untuk membantu para dokter lainnya menangani para pasien yang jumlahnya tidak sedikit. Biarpun ia seorang obgyn, tetapi ia kerap diperbantukan untuk kasus dadakan seperti ini. Hari yang seharusnya Radika manfaatkan untuk bersantai ria sambil bermanja-manja dengan sang istri pun harus tersita dan tergantikan dengan melakukan banyak pemeriksaan dan pengobatan pasien korban kecelakaan.

Begitulah tugas seorang dokter, tak peduli apapun, ia harus mengutamakan tugasnya bilamana tenaganya dibutuhkan. Jadi jangan heran terkadang seorang dokter sampai abai dengan kesehatan diri sendiri akibat terlalu fokus pada tugas dan tanggung jawabnya. Alhasil, tanpa mereka sadari, tubuh mereka telah digerogoti berbagai macam penyakit. Orang awam kadang hanya bisa mencibir, dokter kok sakit padahal dokter juga manusia. Mereka tidak kebal terhadap penyakit jadi bila otak dan tenaga mereka telah terlalu diforsir, akibatnya penyakit dengan mudah berkembang.

Belum lagi mereka kerap abai dengan lelah di tubuh mereka sendiri. Jadwal tidur berkurang, makan tak tepat waktu, semua mereka lakukan demi menepati sumpah mereka, yang salah satunya membaktikan diri mereka guna perikemanusiaan. Jadi mulai sekarang hargailah para dokter.

Radika baru saja menyelesaikan tugasnya membantu rekannya mengoperasi korban tabrakan. Lalu ia segera melepas handscoon dan membuangnya di tempat sampah. Sebelum keluar ruang UGD, ia menyempatkan diri mencuci tangannya, barulah ia keluar dan menjelaskan sedikit mengenai kondisi pasien pada pihak keluarga yang telah menunggu di depan ruangan.

Setelah itu, ia pun bergegas menuju ruangannya. Tetapi baru beberapa langkah ia menjejakkan kakinya di koridor, ia berpapasan dengan seorang dokter yang sebenarnya sangat tampan bahkan paling tampan di rumah sakit itu mengalahkan dirinya, tapi sayang sifat galaknya membuat semua orang takut menyapanya kecuali dirinya yang memang sudah mengenalnya sejak zaman putih biru.

"Hai, bro! What's up man?" tanya Radika seraya menepuk pelan pundak sang dokter.

"Biasa, lagi-lagi dokter Bekti membuat emosiku rasanya naik hingga ke ubun-ubun." tukasnya penuh kegeraman.

"Lagi?" tanya Radika memastikan.

Dokter spesialis bedah bernama Arkandra itupun mengangguk.

Radika hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan dokter satu itu. Dia selalu bersikap perfeksionis tapi saat pasiennya kritis, ia malah lempar tangan dan selalu berakhir di tangan Arkandra. Arkandra kadang dijuluki tangan malaikat sebab semua operasi yang ia lakukan selalu berakhir sukses padahal ia hanya melakukan sesuai prosedur dan yang paling utama ketelitian juga kehati-hatian. Dan tak kalah penting sebelum memulai segala hal harus mengucapkan bismillah.

Setelah sedikit berbincang, Radika pun masuk ke ruangannya, begitu pula dokter Arkandra. Belum sempurna pintu tertutup, tiba-tiba ada seorang gadis masuk begitu saja ke ruangan dokter Arkandra dan menutup pintunya dengan nafas tersengal. Dokter Arkandra menyipitkan matanya saat melihat gadis yang tak ia kenali itu masuk ke ruangannya seenaknya.

"Siapa kamu dan mau apa kamu di ruanganku?" bentak dokter Arkandra pada seorang gadis tak dikenalnya yang tengah bersembunyi di ruangannya dengan sorot mata tajam dan kedua tangan bersedekap di depan dada.

"Astaga dok, galak amat. Amat aja nggak segalak dokter deh." ujar gadis itu cengengesan. Lalu matanya beralih ke pintu dan mengintip ke arah luar melalui kaca.

"Kalau kamu tidak ada urusan, cepat keluar!" usirnya sambil berusaha ingin membuka pintu tapi gadis itu justru menghalanginya dengan menempelkan tubuhnya di depan pintu.

"Please dok, tolong saya, tolong selamatkan hidup saya atau saya akan mati sekarang. Dokter kan manusia paling baik hati, pasti nggak mau melihat seseorang mati apalagi karena ketidakpeduliannya terhadap sesama ya kan ya kan! tolong ya! Ya ya ya, please!" mohon gadis itu dengan kedua tangan tertangkup di depan dada.

Duk Duk Duk ...

Tiba-tiba pintu digedor dari luar. Diam-diam gadis itu mengintip ke arah luar tepatnya di depan pintu. Ia pun membelalakkan matanya saat melihat siapa orang-orang itu.

"Zura ... Azura, kami tau kamu pasti bersembunyi di dalam kan! Cepat keluar atau kau akan habis di tangan kami." pekik seseorang dari luar membuat nyali gadis itu ciut.

"Mampus aku!" umpatnya dengan mata melotot.

Sebelum pintu benar-benar terbuka, ia segera melompat ke arah dokter Arkandra. Lalu ia membelikan kedua kakinya di pinggang sang dokter , kemudian tangan kirinya ia rangkulan di pundak, sedangkan tangan kanannya ia letakkan di belakang tengkuk sang dokter lalu tanpa pikir panjang ia menarik tengkuk dokter Arkandra hingga bibir mereka menyatu bersamaan dengan pintu yang terbuka. Karena tubuhnya yang mungil dan posisi dokter Arkandra yang membelakangi pintu membuatnya tidak terlihat orang-orang.

Arkandra mencoba melepaskan ciuman itu, tetapi Azura justru makin mengeratkan rangkulannya membuat Arkandra akhirnya membiarkan saja gadis itu mengeksplor mulut dengan rakus.

Melihat adegan 18+ itu, membuat orang-orang yang memaksa meringsek masuk tadi tak enak hati. Apalagi saat dokter Arkandra melirik tajam ke arah mereka membuat nyali mereka ciut bagai kerupuk tersiram air. Mereka pun meminta maaf dan segera berlalu dari situ.

Saat mengetahui orang-orang yang mengejarnya tadi telah menjauh, gadis itu pun bernafas lega. Sadar posisinya sangat tidak mengenakkan untuk dilihat, gadis itu pun hendak melepaskan diri. Tapi belum sempat ia melepaskan diri, dokter Arkandra justru lebih dahulu menjatuhkannya hingga bokongnya bersinggungan dengan lantai.

Bugh ...

"Awh ... " ringis gadis itu. "Jahat amat sih dok jadi orang. Untung tampan kalau nggak ... "

"Kalau nggak apa?" potong dokter Arkandra cepat.

"Kalau nggak, rugi dong aku kasi ciuman pertama aku ke dokter." ujarnya cengengesan sambil mengusap bokongnya yang sakit.

"Ciuman pertama? Cih, bulshit! Keluar sekarang!" usirnya sambil menunjuk ke arah pintu.

"Ya ampuuun, tampannya! Jadi pingin cium lagi deh!" ujar gadis bernama Azura itu sambil terkekeh. "By the way, makasih bantuannya dok. Kau telah menyelamatkan hidupku. Dok, mau jadi pacar aku nggak?" imbuhnya lagi dengan mata mengerjap-ngerjap. Bagi orang normal pasti ekspresi Azura sungguh menggemaskan, tapi bagi dokter Arkandra yang galaknya na'udzubillah hal itu sungguh menyebalkan.

"Dasar gadis gila!" desisnya dengan mata melotot tajam.

"Ukh, makin gemes deh sama dokter!"

Cup ...

"Bye dokter galak tapi sayangnya tampan." ucap Azura cengengesan sambil melambaikan tangan seperti Miss universe yang melambaikan tangan pada penggemarnya.

Mata dokter Arkandra membulat sempurna dengan tangan mengusap kasar pipinya yang baru saja dicium Azura.

"Benar-benar gadis gila. Jangan-jangan dia kabur dari rumah sakit jiwa." omel dokter Arkandra bersungut-sungut.

Sedangkan Azura, kini ia tengah berlarian sambil mengendap-endap untuk menghindari orang-orang yang tadi mengejarnya. Setelah ia berada di luar, segera ia menaiki taksi yang kebetulan sedang berhenti di sana. Saat taksi telah melaju, barulah ia dapat bernafas lega. Lalu ia mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan kepada sahabatnya yang tengah dirawat di rumah sakit. Ia mengabarkan kalau ia tidak jadi membesuk karena ada urusan mendadak.

Sebenarnya kedatangan Azura menuju rumah sakit untuk membesuk temannya yang tengah dirawat di rumah sakit. Siapa lagi kalau bukan sahabat lucknutnya, Leon. Tetapi saat baru saja memasuki taksi, ternyata ada anak buah bandot tua, julukan yang Azura berikan kepada para penagih hutang orang tuanya. Ia benar-benar tidak menyangka, orang-orang itu mengejarnya sampai ke rumah sakit. Padahal ia jatuh tempo pembayaran masih beberapa hari lagi.

"Semua itu gara-gara anak buah si bandot sialan. Huh, ya ampun, my first kiss! Kenapa gue bisa senekat itu sih? Untung cakep, klo jelek, rugi dong gue." gumamnya sambil mengusap lembut bibirnya. Ia tersenyum geli mengingat aksi nekatnya mencium seorang dokter muda yang tampan tapi sayangnya galaknya overload. Ia juga mengingat kecupan singkat yang ia berikan di pipi sang dokter sebagai kenang-kenangan. Ia pikir, pasti ia takkan pernah berjumpa lagi dengan sang dokter, tapi ia lupa , apapun bisa saja terjadi di kemudian hari. 'Semoga gue nggak ketemu lagi sama si dokter. Mau disimpan dimana muka gue kalau ketemu lagi.' batin Azura bermonolog.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

DGGM 3. Gadis gila

Pagi ini seperti biasa Azura memulai harinya dengan penuh semangat. Jam 7 pagi ia telah tapi mengenakan celana kulot hitam panjang dan kemeja berwarna biru laut. Rambutnya di kuncir satu ke belakang menampakkan lehernya yang putih bersih. Tak lupa sepasang anting mutiara kecil peninggalan sang mama membuat tampilannya begitu cantik dan menawan. Tak salah kadang para pelanggan minimarket khususnya kaum Adam jadi terpesona dan suka berlama-lama berdiri di dekat meja kasir hanya untuk memandangi wajah cantik dan ramah Azura. Kadang juga mereka tak sungkan-sungkan mengajak berkenalan dan meminta nomor telepon, tetapi Azura hanya menanggapinya dengan senyum tipis dan menolak secara halus dengan alasan pekerjaan.

"Kak, ini nasi goreng jatah kakak." ujar Melodi seraya menyodorkan sepiring nasi goreng yang dilengkapi telur dadar dan segelas teh manis.

"Makasih, Di. Kamu ada jadwal pagi hari ini?" tanya Azura seraya menyantap nasi goreng buatan adiknya.

"Iya kak." sahut Melodi. "Oh ya kak, kemarin anak buah pak Gatot datang kemari. Katanya ... jangan sampai telat bayar hutang." lirih Melodi seraya menyantap nasi goreng miliknya.

Azura menarik nafas lelah, namun ia tetap berusaha untuk tersenyum. Ia tidak mau menunjukkan beban dan kesulitannya pada adiknya. Ia ingin adiknya tetap tetap ceria tanpa terganggu dengan masalah hutang yang tidak sedikit itu. Cukuplah ia yang menderita. Cukuplah ia yang kesulitan, tapi jangan adiknya.

"Dia nggak ngapa-ngapain kamu kan, Di?" tanya Azura. Ia sebenarnya cukup was-was sebab anak buah pak Gatot itu terkenal sangar dan kejam. Ia takut orang-orang itu menyakiti adiknya.

"Nggak kok kak. Mereka nggak ngapa-ngapain, Lodi. Tapi ya itu, mereka ngancam jangan sampai telat." ujarnya lirih. Sebenarnya sudah lama Melodi penasaran dengan nominal hutang yang harus dilunasi kakaknya itu, tapi Azura tak pernah mau jujur. Azura justru menegaskannya agar tetap fokus pada kuliahnya. Bila adiknya sukses, maka ia akan jadi kakak yang paling bahagia. Ia tidak menuntut apa-apa pada adiknya. Bisa melihat adiknya berhasil dan bahagia saja, ia sudah cukup bahagia.

"Kalau mereka nemuin kamu lagi, bilang aja nggak usah khawatir, kakak nggak akan telat bayar kok."

"Kak ... "

"Hmmm ... "

"Lodi kerja part time, boleh?"

"Tidak boleh." tegas Azura. Bahkan ia sampai menghempaskan sendok yang ada di tangannya ke atas piring hingga menimbulkan bunyi yang nyaring.

"Tapi Lodi pingin kerja kak. Lodi pingin bantu kakak. Lodi pingin ringanin beban kakak." melas Melodi dengan mata berkaca-kaca. Sebenarnya ia sungguh tak tega melihat kakaknya harus banting tulang siang dan malam untuk menghidupi dirinya dan melunasi hutang-hutang peninggalan orang tuanya. Sudah sejak lama Melodi ingin membantu, tapi Azura selalu menolaknya dengan keras.

"Sekali kakak bilang tidak, tetap tidak Lodi. Fokus saja pada kuliah kamu, dek. Kamu kan tau, kebahagiaan terbesar kakak adalah melihat kamu bahagia dan jadi orang yang sukses. Kakak nggak mau karena kamu sibuk bekerja, kamu jadi melalaikan kuliah kamu. Sebentar lagi, Lodi. Tinggal sebentar lagi, bukankah sebentar lagi kamu wisuda. Jadi bersabarlah. Kamu tenang saja, dek. Kakak masih bisa. Fokus saja pada kuliahmu." pesan Azura dengan tersenyum hangat.

...***...

"Selamat datang di Happymart. Selamat berbelanja." ujar Azura saat ada pelanggan yang masuk ke minimarket tempatnya bekerja.

"Ada lagi kak?" ujar Azura saat ada seorang wanita yang hendak membayar belanjaannya.

"Nggak kak, ini aja." sahutnya.

"Totalnya Rp 153.500,- kak."

Lalu wanita itu menyerahkan 3 lembar uang 50 ribuan dan 1 lembar uang 5 ribuan pada Azura."

"Ini kembaliannya, kak." ujar Azura seraya menyerahkan uang kembalian senilai Rp 1.500,-. "Terima kasih sudah berbelanja di Happymart." tukasnya saat pelanggan wanita itu mengambil belanjaan yang diserahkan Azura.

"Hai kak, pulsanya dong?" ujar seorang pemuda berseragam putih abu-abu.

"Pulsa yang berapa kak?" tanya Azura sopan.

"Yang seratus ribu, kak. Ini nomornya." ujar pemuda itu sambil menatap Azura dan tersenyum-senyum memandangi wajah Azura membuat Azura jengah. Tapi Azura hanya diam saja, sudah biasa.

"Sudah, kak. Harganya 102.000 ya kak." ujar Azura lalu pemuda tanggung itu pun menyerahkan uang pas.

"Terima kasi, kak."

"Kak, kan saya udah kasi nomor saya ke kakak, giliran kakak dong kasi nomor kakak ke saya, siapa tau kita bisa jadi ... "

"Maaf dek, tolong kasi tempat untuk ibu itu. Ibu itu kayaknya sedang terburu-buru." potong Azura membuat pemuda itu seketika cemberut dan menyingkir dari sana. 'Dasar anak-anak zaman sekarang, bukannya sibuk belajar, malah mau modus. Emang gue penyuka berondong? Nehi ... Mendingan sama dokter galak deh. Eh, kok malah jadi ingat si dokter galak ya!' gumam Azura hingga tanpa sadar tersenyum sendiri saat melayani pelanggan.

"Ternyata dugaan saya tempo hari benar, kamu ini memang gadis gila. Tersenyum-senyum sendiri." cibir seseorang dengan nada sinis seraya meletakkan beberapa kotak jus kemasan dan minuman isotonik membuat Azura mengerutkan keningnya dan mengalihkan pandangannya dari layar komputer ke arah seseorang itu.

Mata Azura seketika melotot saat melihat siapa yang mencibirnya itu.

'Astaga, kok bisa-bisanya gue ngayalin tu dokter galak ada di mari. Sepertinya otak gue perlu diruqiyah ni.' gumam Azura sambil menepuk kedua pipinya agar sadar dari khayalannya.

Tapi semakin kuat ia menepuk pipi, orang itu tidak kunjung hilang dari pelupuk matanya hingga Azura berinisiatif mencubit pipi si dokter galak itu.

"Hei, apa-apaan sih kamu!" tepis Arkandra saat Azura mencubit pipinya. Arkandra bahkan sampai mengambil sapu tangan dari sakunya dan mengelap pipinya yang dicubit Azura.

"Astaga, ini beneran pak dokter galak? Jadi gue nggak mimpi ini?" seru Azura dengan mata berbinar.

"Cepat hitung itu!" titah Arkandra tegas membuat Azura mengerucutkan bibirnya.

"Ish, ibu pak dokter ngidam apa sih pas hamil bapak? Kok galak bener?" cibir Azura sebodoh amat deh dibilangin kasir nggak ada sopan santun.

Arkandra hanya diam seolah mengunci mulutnya, enggan menanggapi celotehan Azura.

"Ck ... sekarang bapak dokter selain galak, ternyata bisu juga ya? Diem aja. Percuma aja punya tampang cakep, tapi ditekuk mulu, Udah kayak orang patah hati. Eh jangan-jangan emang bapak lagi patah hati ya?" cerocos Azura seenaknya sambil menghitung pesanan Arkandra. Untung saja sedang sepi, jadi tidak ada yang mendengarkan omelan unfaedahnya.

Kesal mendengar omelan Azura yang tiada henti, Arkandra membalik badan berniat meninggalkan begitu saja belanjaannya.

Tau Arkandra akan kabur begitu saja, Azura segera mengejar dan menghadangnya.

"Eh, pak dokter galak, mau kabur ya? Bayar dulu dong! Pasti pak dokter mau alasan dompetnya tinggal terus mau kabur, iya kan! Masa' pak dokter kere sih! Padahal belanjaannya nggak banyak kok, cuma 132.200 doang eh malah nggak bisa bayar. Malu tuh sama gelar." ledek Azura membuat emosi Arkandra rasanya ingin meluap-luap.

Arkandra sudah kesal setengah mati, ia mengangkat tangannya seperti ingin mencekik dengan gigi bergemeletuk.

"Kenapa? Marah? Mau cekik? Cekik nih kalau bisa? Atau pak dokter kangen saya cium lagi? Hayo ngakuuuu!"

"Aaaargh ... dasar gadis gila!" desis Arkandra yang rasanya ingin sekali berteriak.

Lalu ia segera mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang seratus ribuan 2 lembar lalu meletakkannya di tangan Azura. Tanpa kata, ia segera mengambil belanjaannya dan pergi dari hadapan Azura yang sudah tertawa terpingkal-pingkal.

"Pak dokter galak, ini ada kembaliannya." teriak Azura tapi Arkandra mengabaikannya.

Brakkk ...

Arkandra masuk ke dalam mobilnya sambil membanting pintunya dengan kasar.

"Sial banget sih! Bisa-bisanya ketemu gadis gila itu lagi. Apa katanya tadi? Kangen dicium dia? Gila. Asli gila. Bener-bener gila."

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!