IG AUTHOR: @Itsridzdmned
"Oke Fine-Fine, Aku tahu kamu kerja keras buat aku dan Raya, Thanks you! Tapi yakin cuma buat aku?"
"Juminen Binti Sueb, itu siapa Mas? Namanya ada dimana-mana lo? Kamu transferin dia Go-Pay. Ovo, dan Shoppepay. Pakai akun yang aku sendiri gak tahu kalau kamu punya akun itu,"
"Oh iya satu lagi, Kamu beliin dia Bakso seharga lima ribu, pakai saldo Shoppepay aku. This Fu*king Bakso! Dan kamu bawa dia ke Bekasi! This My Dream! Not Her! My Dream!"
Sebuah adegan tercetak jelas di layar monitor laptop seorang gadis dengan setelan kaos putih dengan celana Chino dan rambut coklat yang digerai lurus, Nanas Amanda Afdarianto. Sosok Mahasiswa jurusan hukum yang menempuh pendidikan di sebuah Universitas ternama di kota tersebut.
Jurusannya memang hukum tapi kalau di tanya tentang pasal negara percayalah isi kepalanya hanya ada drakor, drakor dan drakor.
Contohnya saat ini dia mulai mengembangkan sayapnya ke drama indonesia. Jika kebanyakan orang mengembangkan sayap dibidang prestasi. Dia lebih memilih mengembangkan sayapnya di bidang rebahan.
Series "Layangan Potek" sangat mencuri waktunya akhir-akhir ini, jadi bukan hanya tugas yang numpuk tapi dosa semakin menggunung tapi dia ingat satu kata-kata legend dari instagram. "Jika kau merasa berbuat dosa. Maka goyang-goyangkan pundak mu, maka malaikat yang mencatat akan salah tulis."
"Gila! Genius banget gue!" setidaknya begitulah isi hati gadis bernama buah ini ketika selesai menggoyangkan bahunya.
"Woi!" teriak seorang gadis lainnya berjalan ke arah Nanas.
Rambut tergerai layaknya Anya Geraldine dengan dan setelah baju merah seksi yang menjadi ikoniknya, itulah sahabat Nanas, sebut saja Terasi.
"Terasi, Tumben lo kesini? Mau numpang wifi juga?" tanya Nanas menyedot gelas berisi jus mangga disampingnya.
Terasi mengambil posisi duduk disamping Nanas, dengan gaya cool baknya artis model papan atas, membuat siapapun terpesona melihatnya, namun di pandangan Nanas, dia tetap saja Terasi.
Namanya Asih Tianingsih, tapi menurutnya Terasi adalah nama yang keren, padahal menurut Nanas nama Asih sudah sangat cukup untuk menggambarkan kepribadian bobrok sahabatnya itu.
"Cape gue, lo tahu Pak Guna? Si Dosen baru itu? Muka gak seberapa galaknya luar biasa, gue tadi ke ciduk make up pas ada kelas, dan lihat Lipstik gue yang mahal mampus dipotekin sama dia." celoteh Terasi.
Nanas memandang sahabatnya itu dengan tatapan maklum. "Emang salah lo juga sih, ngapain juga lo make up pas ada kelas."
"Yah gue mana tahu, kalau Pak Guna sesadis itu," jawab Terasi. "Betewe siang nanti, ada mata kuliah Bu Pete, katanya ada presentasi mengenai hukum apalah gitu, lo udah siap belum materi presentasinya?"
Nanas menutup laptopnya. "Udah dong!"
"Judulnya apa? Spill dong Spill, kepo gue bok." antusias Terasi memangku dagu nya dengan kedua tangannya.
Nanas terdiam sejenak mencoba memikirkan judul yang pas karena pada dasarnya dia belum menyiapkan judul untuk materi tersebut. "Hmm, I See,"
"Apa?" tanya Terasi kembali.
"Judulnya, Tingkah-Tingkah Membangongkan Para Calon Duda Dalam Sidang Agama Perceraian, Genius kan gue?"
Terasi tercengang menatap Nanas yang baru saja mengeluarkan kalimat entah darimana inspirasinya. "Udahlah Nas, Revisi lu."
"Gue gak bakal Remedial, kalau lo gak gangguin." jawab Nanas mengemas laptop dan menyedot habis jusnya.
"Mau kemana lo?" tanya Terasi yang melihat Nanas berdiri.
"Mau masuk kelas Bu Pete, Lo pikir ini udah jam berapa." Nanas berkacak pinggang dan menunjukkan jam yang dia pakai kepada Terasi.
"Buset, Terlalu cepat sekali woi," heboh Terasi.
Terasi ikut berdiri dan menyusul Nanas yang sudah berjalan menuju kelas mereka, sesampainya didalam kelas mata kuliah presentasi sudah dimulai, Nanas dan Terasi mengambil posisi sembunyi dibelakang mahasiswa yang badannya lebih tinggi dari mereka.
"Nanas Amanda Afdarianto." sahut Bu Pete memanggil nama Nanas. "Silakan Presentasi."
"Mampus lu Nas," bisik Terasi pada Nanas sebelum Nanas naik ke atas podium yang disediakan di depan kelas.
"Berisik!" jawab Nanas berjalan santai naik keatas Podium.
"Baik Nanas, silakan." ujar Bu Pete mempersilahkan Nanas mengambil tempat dan waktu disana.
Nanas mengambil napas panjang dan menghembuskannya kemudian fokus kepada lembaran kertas ditangannya, karena jika dia melihat kedepan wajah laknat Terasi yang sedang menahan tawa membuat fokus Nanas terganggu.
"Baiklah teman-teman saya akan membawakan Opini Presentasi, tentang Tingkah-Tingkah Membangongkan Para Calon Duda Di Pengadilan Agama." Nanas menahan tawa karena geli sendiri dengan judulnya ditambah Terasi yang mati-matian menahan tawannya diujung sana
Tidak ada yang bisa mengerti kenapa kedua bestie ini bisa tertawa begitu saja padahal hampir semua Mahasiswa disana bersikap biasa saja.
Nanas terdiam sejenak mengatur napas dan tawanya agar tidak kelepasan di ruang kelas tersebut.
"Kenapa diam? Lanjut." ujar Bu Pete yang membuat Nanas tersadar dan melanjutkan presentasinya.
"BAB Satu, Apa sih itu Calon Duda?" lanjut Nanas. "Calon Duda adalah suami-suami yang kehidupannya sudah diujung tanduk perceraiaan, bisa karena drama token listrik yang berbit-bit, drama sandal rebutan, dan rebutan bantal yang menjadi faktor utama tercetaknya generasi Duda di negara kita ini."
"Hahaha!" Suara keras dari Tawa terasi membuat Nanas dan yang lainnya menengok ke arah Terasi yang langsung cengo dengan tatapan itu.
"M-Maaf, Bu, Silakan dilanjutkan." Interupsi Terasi yang membuat Nanas melanjutkan presentasinya.
"BAB Kedua, Apasih itu membangongkan?" ujar Nanas. "Membangongkan adalah Bagong."
"Buahahahahaha." Kali ini suara keras dari Nanas dan Terasi bersahutan mana kala Nanas tidak bisa melanjutkan kalimat terakhirnya dikarenakan tidak bisa menahan tawanya begitupun dengan Terasi.
Bu Pete yang sudah muak langsung memukul meja. "Jangan main-main kalian!"
"Buset! Ngamuk woi." balas Terasi.
"Nanas, Terasi, Keluar dari Kelas saya!" teriak Bu Pete.
"Buset, diusir dong." balas Terasi sekali lagi kemudian berjalan keluar bersama Nanas.
Di koridor kelas mereka saling mengatur napas kemudian melempar pandangan yang berakhir pada kegiatan tertawa bengek ala bestie yang kurang Vaksinasi ini.
- TBC
Nanas:
Terasi:
"Gara-gara lo nih, kan gue harus ngulang minggu depan." protes Nanas membuka laptopnya dan mencari drama yang akan dia tonton bermodalkan Wifi Kampus.
"Lagian lo buat presentasi kok gitu, dah tahu gue gampang bengek." jawab Terasi duduk dan memesan jus alpukat pada penjaga kantin.
"Udahlah mumet gue sama Duda." ujar Nanas pada Terasi.
"Lah kok mumet? Biasanya lu paling gercep kalau masalah Duda, bukannya Duda bagi lo itu, Hmmm It's your Dream Mas! It's your Dream!" ujar Terasi sesaat sebelum menyedot jusnya yang sudah tersaji didepannya.
"Kebanyakan nonton Kinan lo, Oke Fine-Fine Duda itu memang mimpi gue, Thanks you, tapi yakin kalau jodoh gue Duda?" Nanas menerawang jauh pikirannya sendiri. "Optimis aja sih,"
"Lagipula kenapa sih lo ngebet sama Duda?" tanya Terasi pada Nanas. "Bukannya Duda itu imagenya jelek yah, dia kan gagal dalam pernikahan makanya jadi Duda."
Plak!
Nanas memukul kan laptopnya ke kepala Terasi sesaat setelah Terasi menyelesaikan kalimatnya. "Enak aja lo tahu istilah Jodoh kedua gak? Mungkin tuhan jadiin dia Duda karena istri dia dulu itu bukan jodohnya."
Terasi mengusap kepalanya yang sedikit sakit. "Buset woi! Udah di fitrah nih kepala gue tiap tahun yah pakai beras se-liter."
"Bodo amat," jawab Nanas membuka kembali laptopnya.
Terasi memajukan bibirnya setengah senti akibat kelakuan bestie-nya itu sampai sebuah ide gila terbersit di otak nya yang benar-benar diluar pemikirannya. "Nas? Gue mau ngajak lo taruhan."
"Taruhan apa sih? Lo jangan aneh-aneh napa. Gue lagi pengen baca Noveltoon ini, semalam eror gabisa baca Novel gue." jawab Nanas menutup laptopnya untuk kesekian kali nya.
"Taruhannya Lo harus tidur dikamar hotel selama dua puluh empat jam tanpa ngunci pintunya, gak dua puluh empat jam juga sih, minimal lo ngabisin waktu semalam lah disana." ujar Terasi antusias.
"Gila lo yah, Tapi kalau menang hadiahnya apa?" tanya Nanas mulai tertarik
Terasi mengeluarkan sebuah kunci mobil dari dalam tasnya kemudian memperlihatkannya kepada Nanas dengan dagunya menunjuk sebuah Aston Martin yang ada diparkiran.
"Buset lo bawa Aston Martin ke kampus? Nyolong dimana lo?" tanya Nanas kaget.
"Enak aja nyolong, itu punya bapak gue, kalau lo berhasil dengan taruhannya Aston itu bakal jadi milik lo, Deal?" jawab Terasi mengajak Nanas bersalam untuk tanda Deal.
"Boleh sih, asal biaya hotel lo yang bayar, gimana?" usul Nanas.
"Okey siap!" jawab Terasi setuju. "Deal?"
"Deal!" Nanas menyambut jabatan tangan Terasi.
•••••
Kini Nanas dan Terasi sudah berdiri disebuah bangunan hotel ternama dikota tersebut, jam menunjukkan pukul delapan Malam, dan Nanas pamit kepada orang tuanya untuk menginap di rumah Terasi, sehingga kini dia dan Terasi bisa berada dihadapan bangunan dengan banyak pria dewasa dan wanita bayaran berlalu lalang.
"Masih mau terima taruhan gue?" tanya Terasi berusaha menggoyahkan Nanas. "Aston Martin lo,"
"Gue siap kok, sini Kuncinya." jawab Nanas meyakinkan dirinya.
"Nih, Kamar 03, Lantai dua yah, okey Have Fun, gue jemput besok pagi, ingat kalau diajak main sama Om-Om pake pengaman biar gak hamil." ujar Terasi naik ke mobil nya dan tertawa sembari melajukan meninggalkan Nanas ditempat itu.
Nanas hanya bisa mengacungkan jari tengahnya sembari mempersiapkan mental untuk menghadapinya taruhan ini.
Nanas masuk kedalam hotel tersebut dengan langkah penuh keyakinan dan tas ditangan kirinya, penampilannya tak ubahlah seperti Ani-Ani yang sedang ingin menemui sugar daddy mereka.
"Napa hotel Segede ini masih pake kunci yah? bukannya kartu Pass aja biar enak gitu." batin Nanas.
Nanas menghitung setiap nomor kamar dilantai dua dan mendapati kamarnya bernomor tiga, setelah mengetahui kamarnya, Nanas segera masuk kedalam kamar tersebut.
Kamar tersebut lumayan luas dengan ranjang king size, Nanas segera mengganti bajunya kemudian makan malam sembari menonton televisi, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, Nanas sudah mengantuk dia hendak berjalan mengunci pintu tersebut namun tidak jadi atas taruhan yang dia lakukan, Nanas melepas jaket tidurnya dan tidur dengan piyama tipis berselimutkan kain tebal, perlahan tapi pasti Nanas sudah berkutat dengan alam mimpinya itu.
Sementara di lain tempat seorang pria dewasa dengan kisaran usia tiga puluh tahunan berjalan dengan sempoyongan dikoridor hotel, dia memakai kemeja putih dan celana hitam panjang, tiga kancing atas kemejanya terbuka menjelaskan lebih lanjut bahwa mulutnya jika sudah penuh dengan bau alkohol.
Dia tengah mabuk.
Anthony Gilbert Chow, begitulah orang mengenalnya seorang arsitek berpangkat Duda, dia baru saja bercerai dengan istrinya seminggu yang lalu dikarenakan istrinya berselingkuh dengan adiknya sendiri. Sehingga pelampiasan nya kini adalah minuman keras.
Hari ini Anthony memilih menginap dihotel namun dikarenakan daya kesadaran dan kewarasannya menurun akibat mabuk ia salah membaca kamar dan berakhir dikamar Nanas.
Anthony yang sudah mabuk berat menganggap Nanas adalah mantan istrinya, ia segera menindih Nanas dan melepaskan kemejanya.
Nanas yang merasa risih segera bangkit dari tidurnya dan mendapati pria asing sedang menindihnya. "Lo siapa?"
"Dina, kenapa kamu selingkuh dari aku." racau Anthony menciumi leher Nanas dengan brutal.
Nanas yang semakin risih segera mendorong tubuh Anthony namun gagal yang berakhir dengan wajah mereka yang saling bertatapan.
"Kok tampan woi? Astaga setan-setan masih sempat-sempatnya, harga diri gue mau direnggut ini." batin Nanas. "Apa gue kasih aja kali yah?"
Nanas yang sibuk dengan batin nya sudah tidak sadar bahwa Anthony kini tengah telanjang bulat sempurna dan siap menerjang Nanas sebelum Nanas menghentikannya.
"Wohhh Woles! Jadi ceritanya lo salah kamar nih? Terus lo ngira gue Dina? Dia siapa istri lo? Alamat jadi orang ketiga dah gue." ujar Nanas menahan Anthony. "Berhubung lo Tampan, gue mau deh dinganu-nganu tapi jangan hardcore yah, mau gaya apa gue bisa, WOT? Missionary? Atau apa?"
Anthony tidak menggubrisnya dikarenakan sudah sangat mabuk dan bersiap kembali menerkam Nanas namun kembali dihentikan.
"Stop!" Nanas mengguncangkan bahunya kekiri dan kekanan. "Biar malaikat ke coret pas nyatat dosa gue, yaudah skuy."
Akhirnya malam itu Nanas dan Anthony melakukan hubungan terlarang tentunya tanpa kesadaran dari Anthony itu sendiri.
"Ah!" Anthony melenguh saat juniornya benar-benar sudah masuk milik Nanas. "Masih rapat."
"Gue sangat tersanjung, Om!" jawab Nanas mengalungkan tangannya dileher Anthony.
Entah setan apa yang merasuki Nanas, sampai akhirnya dia benar-benar merelakan keperawanannya kepada Anthony yang baru dia temui malam itu juga.
- TBC
Dudanya Bilek:
"Pelan, Om! Masih segel soalnya," pinta Nanas disaat Anthony mulai melancarkan aksinya.
Anthony tidak menggubrisnya karena dia dalam keadaan sadar dan tidak sadar melakukan itu tetapi Nanas jelas-jelas sangat sadar namun dia malah merasa tersanjung karena diperlakukan begitu.
"Hardcore juga lo ya, Om, encok-encok dah gue." erang Nanas mengacak rambut Anthony sebagai pegangan.
Hampir setengah jam Anthony dan Nanas terlibat dalam pergumulan berasaskan permainan yang hebat sampai Anthony sampai pada puncaknya dan mengeluarkan semua cairan miliknya didalam milik Nanas.
Nanas yang melihat itu langsung mendorong Anthony namun sudah terlambat untuk itu. "Kok keluar didalam sih? Ntar gue hamil gimana."
Bukannya dijawab, Nanas hanya mendengar suara dengkuran kasar dari Anthony yang tertidur lelap disampingnya.
Nanas hanya menatap cengo Anthony, yang sudah lelap disampingnya, Nanas berdiri dari posisinya dan mengambil piyamanya dan berjalan ke kamar mandi, ia membersihkan tubuhnya dan memakai kembali pakaiannya dan beranjak untuk kembali tidur.
Nanas berjalan sedikit mengangkang dikarenakan bagian sensitifnya sedikit sakit akibat permainan Anthony. "Untung tampan. Andai gak udah gue banting dari tadi."
Nanas menggoyangkan pundaknya ke kiri dan ke kanan sejenak sebelum mengambil posisi untuk tidur. "Maaf yah Malaikat kalau ke coret, habisnya ntar dosa gue dicatat."
Setelahnya Nanas tidur dengan wajah menghadap ke Anthony yang tertidur dengan posisi tengkurap, bau alkohol tercium jelas dari mulutnya, tubuh Anthony yang masih full nakef tanpa busana dengan wajah tampan yang membuat Nanas semakin terpesona dibuatnya.
Wajah mulus dengan bekas cukuran disana dan teduh tertidur lelap membuat Nanas gemas karenanya. Dia tidak tau nama Anthony yang dia tahu Anthony baru saja menanamkan benih kedalam tubuhnya.
Puas memandang wajah Anthony, Nanas akhirnya tertidur di samping Anthony dengan posisi menatap wajah pria yang bahkan baru dia temui.
•••••
"Hah!"
Brukk!
Nanas terjatuh dari ranjang di karenakan tendangan dari Anthony, Nanas yang sebelumnya larut dalam mimpinya terbangun dalam keadaan linglung.
"Siapa sih yang ganggu tidur gue! Gatau apa gue tadi mimpi ke kunci ditoilet yang ada di Cappadocia! It's My Dream! Not Her!" keluh Nanas mengusap keningnya yang terbentur dilantai.
"Kamu siapa?" tanya Anthony meringkuk disudut ranjang. "Ngapain kamu dikamar, saya?"
Nanas memicingkan matanya memandang Anthony yang membuat Anthony panik. "Kamar lo? Hello pak! Bangun, udah pagi, ini kamar gue, harusnya gue yang nanya, kenapa Om kemarin nyasar disini?"
"Mana Om nganuin gue lagi, kan gue ketagihan," lanjut Nanas. "Untung tampan."
"Hah? Kamu gak ngapa-ngapain saya kan?" tanya Anthony yang sadar bahwa dia sedang tidak berpakaian.
"Gak kok Om, gue cewek baik-baik, justru Om yang nganuin gue," jawab Nanas santai. "Lagipula kan gue yang diperkaos sama Om, kok Om pula yang takut?"
"Kamu gila yah!" teriak Anthony menyelimuti dirinya dengan selimut. "Saya. Gak mungkin ngelakuin itu."
Nanas melipat kedua tangannya kesal kemudian menatap Anthony tajam. "Udah gak mau ngaku, Flaying Victim lagi, justru Om yang ketagihan semalam, gaya apa itu? WoT, terus doggy apa gitu yah yang kayak gerakan tektok itu loh, Om."
Nanas memijit keningnya pusing memikirkan apa kalimat yang pas untuk men dekripsikan maksudnya. "Gerakan tektok itu. Yang kita lakuin semalam, Gue lupa namanya."
"Hah, I See, ubur-ubur. Hmmm Maju Mundur nyungsep? Gitu deh Om intinya." lanjut Nanas.
Anthony terperangah mendengar ucapan Nanas yang polos namun mengandung makna frontal. "Wah kamu gila sih!"
"Kamu yang gila. Gue yang gila, kamu yang gila!" balas Nanas. "Eh sorry Om, kebawa sama series Layangan Potek."
"S-saya gak mungkin-"
"Kenapa gak mungkin Om, semalam kita berdua udah One Night Stand, gamau gitu One Morning Stand. Lumayan buat Olahraga pagi." jawab Nanas cengengesan.
Sementara Nanas sibuk cengengesan, Anthony segera mengambil baju dan celananya kemudian memakainya. "Berapapun yang kamu minta akan saya bayar, asal kamu mau melupakan kejadian tadi malam."
"Enak aja, gak semudah itu Om, benih Om udah ada dalam diri gue, kalau gue hamil gimana?" tolak Nanas pada Anthony. "Om kira, buat anak gitu gampang apa, bagian bawah gue sampai sakit karena rudal Om semalam."
Anthony mengacak-acak rambutnya, ia mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang ratusan ribu kemudian menyerahkannya ke Nanas. "Ini karena ketidaksengajaan, jadi lupakan kejadian tadi malam, kita hanya melakukannya sekali, kamu gak bakal mungkin hamil."
Setelah menyerahkan semua uang tersebut kepada Nanas, Anthony segera keluar dari kamar itu meninggalkan Nanas dengan tatapan cengo seolah tidak terjadi apapun diantara mereka.
"Gila aja tuh orang, gaada tanggung jawabnya sama sekali, Bodo amatlah kalau jodohpun, mau cewek satu kabupaten yang deketin dia tapi kalau tuh Om jodoh gue, cewek sekabupaten itu bisa apa," Nanas berjalan pelan kearah ranjang dikarenakan daerah sensitifnya yang masih sakit.
- TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!