NovelToon NovelToon

Perjuangan Emely

BAB 1

"Ayah jangan tinggalkan kami."

Seorang gadis dengan airmata menumpah dipipi kanan dan kirinya, sambil tangannya memeluk erat kaki ayahnya yang beranjak keluar rumah dengan menarik koper berwarna coklat miliknya.

"Tolong ayah jangan pergi." Ucapnya lirih masih menahan langkah kaki ayahnya.

"Emely lepaskan kaki ayah. Ayah sudah tidak tahan tinggal bersama kalian. Ibumu sakit - sakitan dan sudah tidak bisa mengurus ayah lagi."

"Kalau ibu sakit, Emely yang akan menggantikan ibu mengurus ayah. Tapi Emely mohon ayah jangan pergi." Emely masih berusaha menahan kaki ayahnya yang berusaha keluar dari rumah mereka. Walaupun tubuhnya tertarik dengan langkah kaki ayahnya namun Emely tidak melepaskan tangannya dari pergelangan kaki ayahnya, memohon agar ayahnya berbelas kasihan padanya. Karena Emely tahu ayahnya sangat menyayanginya.

Ibunya yang terbaring lemah dikamar karena sakit yang dideritanya, tidak bisa berbuat apa - apa. Ibunya menangis dalam diam, menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi dalam keluarganya.

"Sayang cepatlah, aku sudah kepanasan." Muncul seorang wanita dengan memakai dress brukat tosca dibalik pintu rumah Emely. Emely menatap nanar wanita itu, ia kembali memandang ayahnya seakan bertanya siapa wanita itu.

Seakan bisa menangkap pertanyaan Emely, ayahnya pun berkata " Ayah akan pergi bersamanya, dia yang akan menggantikan Elisa ibumu."

Degg. Bagaikan disambar petir diwaktu siang tanpa hujan. Tangan Emely terlepas dari kaki ayahnya. Ayahnya telah menghianati ibunya selama ini pikir Emely. Lihat saja wanita itu bahkan memanggil ayahnya dengan mesra.

"Kenapa ayah jahat sama ibu? Bukankah selama ini ibu begitu menyayangi ayah? Ibu bahkan telah dibuang keluarganya hanya untuk bersama ayah tapi sekarang apa yang coba ayah lakukan? Meninggalkan ibu demi wanita penggoda itu? " Tunjuk Emely kepada wanita yang memandangnya tidak suka.

"Jaga ucapanmu, anak kurang ajar. " Teriak wanita itu tampak geram menatap Emely.

Emely berusaha menyulutkan emosi dikepalanya. Mungkin satu - satunya jalan memohon kepada wanita itu untuk melepaskan atau meninggalkan ayahnya. Emely mendekati wanita itu, bersujud dibawah kakinya sambil mengatupkan kedua tangannya seperti memohon.

"Tante tolong jangan bawah ayah pergi. Kami butuh ayah, Emely mohon tante." Wanita itu terlihat cuek dan tidak perduli. Ayahnya tidak tega melihat anaknya, namun hidup berkecukupan dengan wanita itu membuatnya menutup mata dan hatinya.

"Tadi kau mengataiku, sekarang kau memohon. Tidak tahu malu. Ayo sayang." Wanita itu menatap Emely kemudian menarik tangan ayah Emely. Emely berdiri dan kembali berusaha menahan pergelangan tangan ayahnya. Namun ayahnya menghempaskan kasar tangan Emely dan alhasil Emely tersungkur dilantai.

Emely kembali bangun dan mengejar ayahnya yang sudah menaiki mobil wanita itu. Dengan tertatih Emely menghampiri mobil itu, mengetuk kaca jendela dimana ayahnya duduk. Mobil telah menyalah mesinnya, mulai meninggalkan halaman rumah Emely. Emely masih berusaha mengejar, mensejajarkan langkahnya dengan laju mobil yang membawa ayahnya pergi. Hingga akhirnya dia kembali harus menelan kekecewaan karena mobil yang membawa ayahnya sudah berlalu meninggalkannya. Emely bersimpuh masih menatap mobil yang membawa ayahnya.

"Kak Emely " Teriak Eduar yang baru saja pulang kampus. Langkahnya terhenti masuk kedalam rumah ketika melihat sosok kakaknya bersimpuh dengan memar dibagian lutut kakinya.

"Kak Emely, apa yang kakak lakukan disini? " Tanya Eduar yang tidak mengerti apa yang terjadi. Eduar menuntun kakaknya untuk berdiri.

"Ayah dek. " Lirih Emely berucap menunjuk mobil yang hanya terlihat seperti titik noda yang perlahan - lahan mulai menghilang dibalik jalan raya.

"Ada apa dengan ayah? " Tanya Eduar menatap kearah yang ditunjuk Emely.

"Ayah pergi meninggalkan kita. " Emely kembali menangis, membenamkan wajahnya di dada adiknya. Eduar masih berusaha mencerna apa yang dikatakan kakaknya.

"Apa maksud kakak? " Tanya Eduar mengangkat wajah Emely agar menatapnya. Walaupun Emely anak tertua dikeluarganya, namun yang bisa berpikir bijak dan dewasa adalah Eduar adiknya.

"Ayah pergi membawa semua pakaiannya, ayah pergi dengan seorang wanita." Emely kembali membenamkan wajahnya, menangis sesegukan didada adiknya.

" Biar Eduar yang berbicara dengan ayah. " Kemudian Eduar mengajak kakak perempuannya masuk kedalam rumah.

"Jangan beritahu ibu jika ayah pergi bersama seorang wanita. Ibu akan tambah sakit. " Eduar mengangguk mendengar ucapan kakaknya. Emely tidak tahu bahwa ibunya sudah mendengar jelas apa yang terjadi tadi.

"Makanlah, kakak akan menemui ibu." Emely membasuh wajahnya dikamar mandi sebelum menemui ibunya yang tengah memanggilnya dari tadi.

Emely memasang wajah ceria seperti biasanya, sebelum ia masuk menemui ibunya.

"Ada apa bu? Apa ibu butuh sesuatu? " Tanyanya dengan tersenyum secerah mentari pagi. Ibunya hanya menggeleng dan membalas senyuman putrinya.

"Emely maafkan ibu. " Ibunya mengusap lembut pipi Emely. Ada kesedihan yang mendalam dimata wanita itu. Walaupun dengan sekuat tenaga dia menyembunyikannya.

"Kenapa ibu minta maaf? " Emely memegang tangan ibunya yang masih mengusap pipinya, sesekali mencium tangan yang sudah berjuang membesarkan dirinya dan juga adiknya.

"Maaf ibu belum bisa membahagiakan kalian." Ucap ibunya lirih, menahan sesak didada.

Emely menggelengkan kepala, mengatakan tidak lewat bahasa tubuhnya.

" Emely bahagia selama Emely masih bisa melihat ibu. Ibu sumber kebahagiaan Emely." Emely tidur disamping ibunya menahan tangisan yang sebentar lagi mungkin akan pecah.

"Oh yah bu, Emely ke dapur dulu. Emely lupa memanaskan makanan untuk Eduar." Emely beranjak tanpa menunggu jawaban ibunya. Emely masuk kedalam kamarnya. Air mata yang dia tahan didepan ibunya akhirnya tumpah bagai air yang jatuh dari pegunungan.Eduar hanya membuang nafas kasar melihat kakaknya.

BAB 2

" Eduar katakan kepada ibu kalau kakak sudah pergi bekerja." Emely terlihat rapi dengan baju kerjanya. Setelah memutuskan untuk berhenti kuliah karena terbentur dengan biaya kuliah, Emely memilih bekerja membantu ekonomi keluarganya dan membiarkan adiknya meneruskan kuliah. Walaupun keduanya kuliah karena beasiswa atas prestasi mereka namun biaya lain seperti buku, fotocopy tugas dan lainnya yang tidak termasuk dalam beasiswa membuat Emely lebih memilih berhenti.

Emely bekerja disalah satu restoran milik keluarga salah satu sahabat baiknya yang bernama Sisilia. Sisilialah yang merekomendasikan Emely kepada tantenya pemilik restoran yang sehari hari menjadi tempat Emely mengais rejeki. Emely juga memiliki seorang sahabat bernama Ana yang berasal dari keluarga kalangan atas. Karena kepintarannya Emely selalu membantu kedua sahabatnya tersebut dalam membuat tugas dikampus waktu Emely kuliah hingga sekarang.

"Emely kemarilah nak." Ucap Tante Nia pemilik restoran dimana Emely bekerja. Tante Nia menyayangi Emely seperti menyayangi Sisilia keponakannya. Mendengar cerita Sisilia tentang kehidupan dan perjuangan Emely membuat tante Nia bersimpati padanya. Ditambah Emely yang selalu bekerja dengan baik direstoran membuat tante Nia semakin menyayangi Emely. Walaupun Emely bekerja dari sore hingga malam hari, namun tante Nia tetap memperkerjakannya. Karena sebelum Eduar pulang kuliah, tidak ada yang menjaga ibunya dirumah. Itulah sebabnya Emely selalu pergi, setelah Eduar pulang kuliah.

"Ada apa tante?" Emely duduk di kursi berhadapan dengan tante Nia yang duduk dikursi kerjanya.

"Emely maafkan tente." Kalimat pertama yang diucapkan tante Nia membuat Emely bingung. Seperti bertanya tante Nia minta maaf untuk apa.

Karena ada kebingungan diwajah Emely, tante Nia pun meneruskan ucapannya.

"Tante harus pindah ke Australia, Suami tante dipindah tugaskan disana jadi tante harus ikut. Jadi restoran ini udah tante jual. " Emely sudah bisa menangkap arah pembicaraan tante Nia.

"Jadi Emely dipecat tante?" Tanya Emely.

"Maafkan tante Emely, sebenarnya ini bukan pemecatan tapi pemberhentian." Mungkin itu kata yang tepat menurut tante Nia karena dia harus memberhentikan seluruh karyawan di restorannya termasuk Emely. Karena restoran ini akan dijadikan gudang pakaian oleh pemilik barunya, begitu kira - kira informasi yang tante Nia dapatkan dari pemiliknya.

"Tidak apa - apa tante. Terima kasih sudah menerima Emely bekerja disini." Tante Nia mendekati Emely dan memeluknya.

"Jaga dirimu baik - baik Nak. Sering - seringlah menghubungi tante jika tante sudah di Australia." Menepuk pundak Emely dengan lembut.

"Biaya panggilan keluar negeri itu mahal tante. Emely tidak bisa menjanjikan kalau Emely akan sering menghubungi tante. " Emely tersenyum mengatakannya, membuat tante Nia tertawa.

"Ini gaji sekaligus pesangon buat Emely." Tante Nia mengambil amplop putih panjang dari dalam tas dan menyerahkannya pada Emely.

"Ini banyak sekali tante. Apa ini tidak kelebihan." Ucap Emely membuka amplop dan melihat jumlah uang didalamnya.

"Ambillah, ibumu pasti memerlukan obat setiap saatnya. Pakailah uang itu untuk membeli obat ibumu, selama kamu mencari pekerjaan yang baru." Tante Nia memang tahu kondisi ibu Emely yang sudah hampir setahun ini mengidap penyakit leukimia.

"Terima kasih tante." Emely memeluk tante Nia dan diiyakan wanita itu.

***

"Kenapa sudah pulang jam segini kak? " Tanya Eduar karena biasanya Emely akan pulang jam sepuluh malam. Sedangkan sekarang jam baru menunjukkan pukul tujuh malam.

"Kakak sudah berhenti bekerja. " Emely mengambil sebotol air mineral, menuangkannya dalam gelas kaca dan meminumnya hingga habis.

"Kakak dipecat? " Tanya Eduar penuh selidik.

Emely menggeleng.

"Bos kakak akan pindah ke Australia, biasa ikut suami. Jadi restonya di jual. Ibu sudah makan malam dek? " Berusaha mengganti topik karena Emely pun merasa sedih dengan kehilangan pekerjaan yang selama ini bisa sedikit membantu perekonomian keluarganya.

"Sudah kak. Tapi kakak tahu sendiri ibu pasti akan memuntahkan makanannya kembali." Semenjak sakit Leukimia, ibunya memang sering terasa mual akibat kemo yang dijalaninya beberapa bulan terakhir.

"Kasihan ibu, ibu harus menanggung semua ini sendiri. Sedangkan ayah.... entahlah." Emely tidak melanjutkan kalimatnya, membuat Eduar menghampirinya dan mengelus pundak kakak perempuannya.

"Eduar akan menemui ayah besok. " Sedikit harapan dihati kedua kakak beradik tersebut, bahwa ayahnya masih menyayangi mereka.

"Baiklah kakak mandi dulu, setelah ini kakak akan menemui ibu. Kerjakan tugas kampusmu." Emely berlalu meninggalkan adiknya yang sementara mengerjakan tugas kampus diruang tengah rumah mereka.

***

" Aku akan menjemputmu sepulang kerja. " Pesan yang dikirimkan Rayhan Mahendra kekasih Emely, setahun terakhir ini. Emely membaca pesan itu sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

" Tidak usah Jelek, aku udah dirumah." Pria itu tampak bingung menerima balasan pesan kekasihnya. Sama seperti Eduar, setahunya Emely pulang jam sepuluh.

" Kamu tidak pergi bekerja?" Emely belum membalas karena harus ganti baju setelah ritual mandinya tadi. Karena lama menunggu balasan pesan dari kekasihnya, Rayhan pun menghubungi Emely.

Dering kedua ponselnya Emely pun mengangkat panggilan telpon dari seseorang yang diberi nama Jelek . Panggilan kesayangan Emely pada kekasihnya.

" Onta kenapa tidak dibalas pesanku? " Cerca Rayhan yang memanggil Onta panggilan kesayangannya kepada Emely.

"Aku baru selesai mandi dan tadi sedang ganti baju. " Emely menjelaskan kenapa dirinya tidak membalas pesan Rayhan padanya.

"Yah sayang sekali." Ucap Rayhan membuat Emely bingung.

"Sayang sekali apa? " Tanya Emely.

"Sayang sekali aku tidak video call dari tadi." Rayhan tertawa diujung sana. Dia memang senang menggoda Emely. Emely selalu terhibur dengan lawakan yang dibuat Rayhan untuk menghibur dirinya jika berada dalam masalah.

"Kalaupun kamu video call, emang aku bakalan angkat? Nggak kan. " Bertanya dan menjawab sendiri, membuat Rayhan terkekeh sendiri.

"Kenapa jam segini udah pulang kerja? " Pertanyaan yang hendak ditanyakan sedari tadi.

"Aku berhenti kerja jelek. " Emely kemudian menjelaskan kenapa sampai dirinya dan juga karyawan lain diberhentikan kerja dari restoran milik tante Nia.

"Besok sepulang kuliah aku temani dan bantu cari kerjaan baru." Ucap Rayhan membuat Emely berbinar senang.

"Benarkah ? " Tanya Emely memastikan.

"Iya Onta. Sudah makan?" Tanya Rayhan yang selalu perhatian pada Emely.

" Sebentar lagi." Sahut Emely yang sudah keluar dari kamarnya

" Makan Onta, ini udah lewat jam makan malam. " Masih perhatian.

"Bagaimana aku bisa makan, kamu masih mengoceh. " Emely berbicara ketus membuat Rayhan terkekeh.

"Iya, iya... Selamat makan Onta. Ingat banyakin di sayurannya. Karena Onta makan rumput hijau bukan daging." Emely tersenyum mendengar ucapan kekasihnya.

"Iya bawel." Rayhan masih terkekeh mendengar jawaban kesal kekasihnya.

"See you again." Pungkas Rayhan.

"Iya, see you. " Baru saja ingin mematikan sambungan telpon. Rayhan masih berteriak diujung telpon.

"Kabari aku kalau udah mau tidur." Emely mematikan sambungan telpon tanpa menjawab Rayhan.

"Dasar Onta, kebiasaan." Gerutu Rayhan menatap ponselnya. Namun sebelum tidur Emely tetap mengabari kekasihnya.

BAB 3

"Kak Emely, Eduar berangkat ngampus dulu."

Sebelum berlalu, Emely berteriak kepada adiknya tersebut "Jangan lupa temui ayah dan cepat pulang. Kakak akan mencari pekerjaan baru hari ini. " Eduar berbalik mengangkat jari jempolnya dan berlaru meninggalkan Emely yang masih berdiri memandang punggung adiknya.

"Muda - mudahan Eduar bisa membujuk ayah pulang." Berdoa dalam hati sambil melangkah kearah dapur.

***

" Pak apakah ayah saya ada didalam? " Tanya Eduar pada salah satu rekan kerja ayahnya yang Eduar kenal dulu waktu ayahnya sempat mengajaknya ke pabrik ini.

"Loh nak, ayahmu sudah berhenti sejak tiga hari yang lalu. Ayahmu bilang, dia sudah mendapat pekerjaan yang lebih baik." Ucap rekan ayahnya membingungkan Eduar.

"Apa bapak tahu dimana tempat kerja ayah saya yang baru? " Eduar berharap masih bisa menemukan dimana saat ini ayahnya berada.

"Maaf nak, bapak tidak tahu. Ayahmu juga tidak menyebutkan tempat kerjanya yang baru." Ada segurat kekecewaan diwajah Eduar.

"Baiklah pak, terima kasih atas informasinya."

"Sama - sama nak. " Eduar pun pamitan kepada pria yang seumuran ayahnya tersebut. Dia memilih pulang mengingat harus berganti menjaga ibunya karena hari ini Emely akan mencari pekerjaan baru.

***

" Ini udah beberapa toko, tempat laundry, restoran yang aku lamar, tapi kenapa tidak ada satupun yang membutuhkan karyawan part time. " Emely terlihat sedih, sudah duduk didalam mobil disamping Rayhan.

"Sabar yah." Rayhan mengelus pucuk kepala Emely dan menyodorkan air mineral dingin yang tadi sempat dibelinya dalam toko.

"Kita kemana sekarang?" Tanya Rayhan belum menghidupkan mesin mobilnya.

"Kita pulang saja. Besok kita lanjut lagi. Kamu pasti lelah. Besok juga kamu ada kuliah pagi kan? " Rayhan mengangguk. Rayhan memang masih kuliah dan masih semester VII. Awal pertemuannya dengan Emely dikampus itu saat Emely masih menjadi calon mahasiswa baru dan Rayhan yang masih semester V menjadi salah satu Senat Mahasiswa dan menjadi mentor dalam kelompok Emely. Emely terlihat lucu dengan kunciran rambutnya, menggemaskan menurut Rayhan dan setelah selesai masa orientasi untuk mahasiswa baru Rayhan pun menyatakan perasaannya namun ditolak oleh Emely.

Rayhan berusaha dan tidak pernah berhenti mengejar Emely dan buah kesabarannya berhasil membuat gadis itu menerimanya setahun yang lalu.

***

"Bagaimana apakah kamu sudah bicara dengan ayah dek? " Tanya Emely kepada Eduar disaat mereka sedang menonton tv diruang tengah rumah kecil mereka.

"Eduar tidak ketemu ayah kak. " Emely memicingkan matanya menuntut penjelasan lebih adiknya.

"Ayah sudah berhenti dari pabrik itu kak, tiga hari yang lalu. " Ucapnya menunduk.

"Kita kehilangan jejak ayah kak." tambahnya lirih. Karena pabrik itu satu - satunya petunjuk keberadaan ayahnya. Namun rekan kerja ayahnya dipabrik itupun tidak tahu keberadaan ayahnya.

"Kita akan menemukan ayah. Kakak berjanji." Emely merangkul adiknya.

***

Hari ini Emely kembali mencari pekerjaan. Emely tidak ditemani Rayhan yang harus mengantar ibunya pergi arisan bersama kelompok sosialitanya.

"Maafkan aku Onta, aku tidak bisa menemanimu hari ini." Pesan yang diterima Emely yang tadinya masih menunggu Rayhan didepan rumahnya. Setelah mendapat pesan itu Emely pun berangkat menaiki bis kota. Kembali ia masuk keluar toko, rumah makan dan tempat yang bisa menggunakan ijasah terakhirnya sebagai syarat lamaran. Namun hasilnya tetap sama, mereka membutuhkan karyawan full time bukan part time.

Emely linglung, panas sore juga mulai menusuk kulit putihnya. Langit terlihat sangat terik padahal waktu sebentar lagi magrib. Emely baru akan berjalan kepembatas jalan menuju halte bis, namun ada mobil yang hampir menabraknya dan membuat Emely terduduk dijalan raya.

"Apa kau tidak memiliki mata? " Teriak wanita yang Emely pernah ingat wajahnya. Emely mengumpulkan kesadarannya karena syok hampir tertabrak tadi.

"Benar dia wanita itu" Emely berdiri dengan sedikit sakit dibagian kakinya. Emely sekarang ingat siapa wanita itu.

"Dimana ayahku? " Emely mendekati wanita yang waktu itu datang kerumahnya membawa ayahnya pergi. Menggenggam erat kedua lengan wanita itu.

"Dimana ayahku? " Sekali lagi dia bertanya. Semua mata yang menunggu kedatangan bis dihalte tersebut melihat kearah Emely dan wanita itu. Ada yang tertarik dengan pertikaian kedua orang itu, ada yang memilih cuek dan menaiki bis yang membawa mereka ke tempat tujuan mereka.

"Ayahmu siapa?" Teriak wanita itu berusaha melepaskan cengkraman tangan Emely namun tidak berhasil. Emely menahannya sangat kuat karena wanita ini harapan satu - satunya yang tahu keberadaan ayahnya.

Seorang polisi lalu lintas datang merelai pertikaian dua wanita itu. Namun percuma Emely tetap tidak melepaskan tangan wanita itu.

"Nona bicarakan baik - baik, jika ada masalah dengan wanita ini. " Bujuk pak polisi, namun Emely tetap bertahan, bayangan ibunya yang sakit tanpa didampingi ayahnya membuat keberaniannya berkali kali lipat. Dia bahkan tidak menghiraukan kata polisi itu.

" Tolong saya, dia berani kurang ajar kepada saya. Dia bilang saya membawa kabur ayahnya." Wanita itu berakting sangat baik, walaupun lengannya memang sudah terasa sakit.

"Nona tolong. Nona bisa ditahan karena dengan tuduhan melakukan kekerasan fisik pada wanita ini." Pak polisi masih berusaha menarik tangan Emely.

"Sial gadis itu kuat juga" Gumam pak polisi.

Sampai akhirnya ada seseorang yang membuka pintu mobil dan menghempaskan tangan Emely kasar.

"Ayah " Ucap Emely mulai mendekati ayahnya.

"Aku bukan ayahmu. Aku tidak memiliki anak yang tidak punya etika sepertimu, bertengkar dengan orang yang lebih dewasa darimu. Ditengah jalan pula."

Degg. Kata - kata ayahnya menghujam jantung Emely. Rasanya seperti tertusuk pedang belati. Sakit namun tak berdarah. Ayahnya menyangkalinya sebagai anak, hanya karena membela wanita yang baru beberapa bulan dikenalnya, dibanding anaknya yang sudah hampir 21 tahun bersamanya.

"Ayah, Emely janji tidak akan bertengkar dengan siapapun lagi, Emely akan menjadi anak yang lebih baik lagi. Asalkan ayah pulang sama Emely, Ibu membutuhkan ayah."

Sepertinya semua yang menyaksikan kejadian dari tadi sudah mendapat jawaban dari pertanyaan yang ada di kepala mereka masing - masing, termasuk pak polisi tadi. Dia sudah mengerti masalah yang dihadapi gadis ini.

"Oh jadi dia selingkuhan ayahnya." Suara seseorang wanita yang terdengar pelan namun bisa didengar Emely, ayahnya dan juga wanita yang sudah sangat kesal, menatap Emely.

"Sayang ayo kita pergi. " Ajak wanita itu kepada ayah Emely.

"Ayah " Emely masih mengejar dan menahan pintu mobil dimana ayahnya masuk. Setengah tangan Emely menghadang pintu mobil berharap ayahnya tidak akan menutup pintu karena tangannya akan terjepit. Namun ayahnya tetap menarik pintu, membuat Emely meringis dan terpaksa menarik tangannya yang sudah memerah. Emely terduduk dijalan raya, menangis seperti orang bodoh. Semua yang melihatnya sedari tadi merasa iba.

"Mengharukan " Kata pria yang sedari tadi memperhatikan dari balik kemudi mobilnya yang terparkir tidak jauh dari Emely saat ini.

Setelah merasa tenang, pak polisi tadi membantu Emely berdiri dan mengantarnya sampai dalam bis, bis tujuannya untuk pulang ke rumah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!