"Ketika tak kau temukan jalan keluar dari permasalahanmu, tak perlu berlari hingga lelah. Duduklah dan bersimpuh, Bukankah Allah menjadikan sholat dan sabar menjadi penolongmu."
Di sebuah rumah minimalis 2 lantai, yang selama 3 tahun tlah ditempati Adinda. Menjadi saksi, pasang surut rumah tangga yang tlah di jalani.
Adinda Maura, perempuan berparas cantik dan ceria, yang sekarang berusia 22 tahun. Menikah di usianya yang 19 tahun, terbilang sangat muda. Anak dari Mahendra dan Chelsii Maura, pasangan yang hidup dalam kesederhanaan, tapi tidak juga kekurangan. Chesii Ibunda Adinda meninggal karna sakit di usia Adinda masih 11 tahun. Ayah adinda hanya seorang karyawan biasa. Tapi nasib tidak berpihak pada Adinda di usianya yang mau masuk 19 tahun. Adinda harus kehilangan ayahnya kembali, karna sakit yang di deritanya.
Di saat itulah Rudy Hermawan lelaki berusia 25 tahun. Menikahi Adinda Maura Cinta pertamanya, mereka menjalin hubungan semenjak Adinda duduk di bangku SMA. Rudy menikahi Adinda karna rasa sayangnya dan ingin melindungi, yang kini sudah tidak memiliki sesiapa.
Mama Rudy sangat menentang pernihakan itu, tetapi Rudy terus berusaha meluluhkan hati mamanya agar bisa menerima Adinda. Ya walaupun mamanya tetap tidak bisa menerima Adinda sepenuhnya, dengan Alasan tidak sebanding dengan mereka.
Satu tahun menjalani rumah tangga yang terbilang cukup harmonis, tapi suatu ketika badai datang memporak porandakan hubungan mereka.
Ketika Adinda memiliki anak lelaki yang membutuhkan bantuan medis, dan alasan lain hanya mereka yang tau. Mulai dari situ, hadirlah seorang perempuan. Sebuah pertemanan yang merujung perselingkuhan.
Tok ...
Tok ...
Tok ...
''Adinda ... !'' Pangil seorang lelaki di balik pintu.
''Cepat buka pintunya, Dasar pemalas.''
Di dalam kamar Adinda dengan cepat menyusap air matanya dan berlari membuka pintu. ''Maaf Mas Adinda lagi beberes, Mas Rudy sudah makan?
''Minggir!'' Tangan besar Rudy menghempaskan tubuh Adinda hingga jatuh .
''Tidak usah banyak tanya, cepat keluar!" Dengan Suara lantang dan sorot mata tajamnya.
Adinda berusaha berdiri dengan susah payah, meringis menahan rasa sakitnya.
''Auw ... '' Buliran air matanya tak berasa jatuh membasahi pipinya, karna banyaknya luka lebam di tubuhnya dan kakinya yang terkilir.
Rudy yang sudah berbaring diranjang, menoleh kearah Adinda dengan sorot mata tajam.
''Lambat!'' Rupanya kau tuli atau kau ingin ku seret keluar ha!'' Rudy bangun menghampiri Adinda dan langsung mencekal lengannya dengan kasar, lalu menyeretnya tubuk adinda dengan keluar.
Tidak peduli dengan rintihan Adinda, Rudy terus menyeretnya menuruni anak tangga dan melemparnya di sofa ruang tengah.
''Auw ... sakit Mas ... '' Dengan derainya air mata untuk pertama kalinya Adinda mulai berani menjawab dan melawan.
''Cukup mas!'' Suara lantang Adinda, entak keberania dari mana kini Adinda dengan suara kerasnya membentak Suaminya.
''Bunuh saja Adinda, jika harus terus mas siksa Adinda seperti ini. Tidak adakah sedikit saja rasa cinta untuk Adinda Mas?''
''Tidak adakah sedikit saja yang tersisa di hatimu rasa sayang untuku? Dua Tahun Adinda berusaha terus menerima keputusanmu dan setiap perbuatan mas.''
''Kau begitu berubah semenjak mengenal wanita ****** itu,'' ucap Ainda panjang lebar mengeluarkan isi hatinya
Plak plak
''Dasar wanita tidak tau malu!''
''Kau menghina perempuanku!'' Dengan menarik rambut Adinda dengan kasar.
''Berani sekali kau Hah ... , sepertinya kau sdah bosan hidup rupanya.'' Di cekalnya rahang adinda dengan kuat dan sudah sangat sesak tuk bernafas.
Adinda terus memberontak dengan berusaha melepaskan tangan besar suaminya.
Grep
Tiba tiba ada yang mencekal tangan kekar Rudy dengan sangat kuat.
''Lepaskan Dia! Suara keras tepat di samping telinga Rudy.
Seketika Rudy menoleh dan begitu kaget melihat siapa yang ada di sampingnya. Lelaki di sampingnya berusaha melepaa dan menghempaskan tangan Rudy, dari rahang Adinda.
Bugh bugh bugh
Sebuah pulukan melayang tepat di muka Rudy berulang kali, penuh emosi Lelaki itu trus saja menghajar Rudy tiada henti.
Rudy tidak kalah diam, dia juga terus berusaha menangkis dan melawan balik karna tidak terima tlah di pukul tiba-tiba. Bagi Rudy lelaki itu sudah terlalu ikut camput urusannya.
''Br**** loe Rud!
''Beraninya sama perempuan!'' Sorot mata penuh dengan emosi.
''Apa kurangnya Adinda hah ... !''
''Cukup ... !''
Suara keras Adinda mampu membuat kedua lelaki yang sedang di puncak emosi seketika Berhenti.
''Cukup mas Alex ... cukup ... '' Isak tangisan Adinda, tubuh lemah tak bertenaga. Menghampiri sang suami dan lelaki yang dari tadi terus saja membabibuta memukul suminya dengan wajah sendu.
Adinda menggenggam pergelangan tangan Alex, dengan berkata . ''Mas Alex , tolong cukup!'' Mata adinda yang sudah berkaca kaca
''Dia suamiku Mas, tolong pulanglah biar kami menyelesaikan permasalahan kami sendiri,'' ucapnya lirih.
''Ku muhon pulanglah!'' Tanpa menoleh ke arah alex menghampiri suaminya.
''Mas,'' panggil Adinda, tangan mungil Adinda mengusah wajah Rudy dengan mata yang berkaca kaca dan sendu.
''Maaf,'' suara lirih Adinda.
Brukk
Suara pintu terbuka dengan sangat keras. Seorang wanita dengan dres di atas lutut tanpa lengan, sedikit terbuka di bagian dadanya, berlari dan berteriak ''Mas Rudy ... !''
Sontak semua menoleh kearah suara, Adinda tidak begitu terkejut melihat siapa yang datang.
Berbeda dengan Alex, Yang begitu bingung terus memperhatikan sosok perempuan yang sama sekali tidak dia kenal. Memperhatikan setiap gerak gerik perempuan itu, apalagi saat dia menepis tangan Adinda dengan kasar dan mendorong sampai terpelanting.
''Auw ... '' Seru Adinda karna kepalanya terkena ujung meja.
Alex dengan sigapnya lansung menghampiri Adinda. ''Kamu gak apa apa?
Dinda hanya menggelengkan kepala, Alex menatap Tanjam perempuan itu.
''Hai kau!! Apa apaan kamu hah ... ?''
Perempuan itu tetap tidak menghiraukan terikan Alex. Membuat Alex geram dan mengepalkan tangannya.
''Siapa dia,'' Alex menunjuk pada perempuan yang baru datang pada Adinda.
''Emm di ... dia ... itu, ''sambil berfikir memutar otak mencari Alasan yanh tepat untuk menjawab. Tapi sebelum Adinda menjawab perempuan tersebut dengan santainya menjawab pertanyaan Alex.
''Saya kekasih Rudy, Kenapa hah,''' ucap perempuan yang berdampingan dengan Rudi saat ini
Alex meradang menahan kemarahan yang bergejolak, dengan sorot mata tajam yang sudah memerah, dan tangannya mengepal dengan erat. Adinda sadar dengan perubahan wajah Alex, lalu tangan mungilnya menggenggam tangannya.
Sontak Alex menoleh, lalu Adinda sambil menggelengkan kepalanya.
''Mas Rudy, kenapa sampai berantem seperti ini??
Tanganya mengusap ujung bibir Rudy yang sedikit berdarah.'' Pasti sakit ... ''
''Apa maksudnya Rud? Dia kekasihmu sedangkan Adinda ini Istrimu.Tega sekali loe nglakuin semua ini,
sejak kapan kalian menjalani hubungan terlarang ini? Jawab!!'' Bentak Alex.
''Bukan urusan loe Lex.''
Rudy bangun dan menghampiri Adinda, mengapai pergelangan tangannya dan menarik paksa Adinda.
Tetapi Adinda memberontak berusaha melepaskan tanganya.
''Beraninya Kau ... !'' dengan penuh kemarahan dan tanpa belas kasian.
Plak
Satu tamparan mendarat tepat di pipi Adinda, untuk kedua kalinya Alex melihat perlakuan Rudy yang sudah keterlaluan terhadap Adinda.
Alex menarik Adinda dengan kasar.
''B***** loe Rud!!
Kali ini loe udah keterlaluan!!''
''Hei siapa loe hah, berani sekali memukul, membentak mas Rudy, atau jangan-jangan loe itu selingkuhan dia?'' Sarah menunjuk ke arah Adinda,
''Wah hebat sekali kau bisa merayu lelaki tampan sepertinya? Pake apa kau merayunya?'' Sarah bertanya pada Adinda
''Hai wanita ****** '' geram Alex lalu menaparnya
Plak
''Jaga mulutmu itu, kalau tak mau gue robek, dan gak ada urusan sama loe!'' Bentak Alex dengan penuh emosi
Adinda yang sudah mulai kehilangan keseimbangannya, tapi tetap berusaha terjaga dari tubuhnya yang lemah, Adinda berkata" mas ALex, aku bisa selesaiin sendiri semuanya, lebih baik Mas pulang.''
Alex menatap tajam Adinda. Dalam hatinya Alex tidak rela melihat Adinda yang sangat dia sayangi harus di sakiti.
Melihat wajah yang penuh lebam, tangan penuh dengan memar, begitu sangat menyayat hatinya.
''Sampai kapan Din?
''Sampai kapan, harus kau tutupi hah.''
''Tolong Din ... , ku mohon ... kali ini pikirkan dirimu
Biarkan aku yang melindungimu, kamu tidak perlu takut.'' Tangan Alex mengusap buliran air mata yang terus mengalir dari tadi.
''Lex lepaskan Dinda Loe gak berhak ikut campur, Adinda Istriku. Jangan karna loe sepupu gue, loe seenaknya ikut campur urusanku!'' ucap Rudy
''Sorry Rud untuk kali ini, gue gak bakal lepasin Adinda. Apa lagi sekarang gue tau bejadnya kelakuanmu dan gue yang akan melindungi Adinda walaupun loe suaminya.'
''Gue orang pertama yang akan menghajar loe, jika loe menyakiti Adinda lagi.''
Adinda Hanya Diam menundukan dengan air mata yang masih saja terus mengalir, mengingat semua perlakuan buruk suaminya.
Rasa sakit fisik yang Adinda alami tidak sepadan Dengan rasa sakit hati dan kecewanya pada suaminya.
''Sorry Rud , kali ini gue akan bawa Dinda kerumah Mama. Gue gak percaya lagi sama loe, Adinda lebih aman di rumah Mama , ketimbang bersama loe di sini.''
''Ayo Din ikut mas,'' Alex memapah Adinda karna kondisinya yang memang tidak memungkinkan. Adinda hanya menganggukan kepala dan mengikuti kemauan Alex.
''Tunggu ... !!! Suara Rudy dengan lantang.
''Adinda Maura berani kau melangkah kan kakimu keluar dari Rumah ini kita CERAI.''
Deg
''Bagaimana Keadaan Adinda Mah?'' tanya Alex dengan berjalan menghampiri mamanya, mencium pipi mamanya dan tidak lupa menyambar roti yang ada di tangan sang mama.
''Enak hehehe ... '' Alex tersenyum menampakan deretan giginya.
''Ka Alex , itu roti punyaku ... '' ucap Sisil meraju merasa sangat kesal dan sedikit memajukan bibirnya, berglayut manja pada sang mama.
''Mah, sarapan Sisil ... '' Dengan wajah di buat sedih.
Ratih hanya bisa menggeleng kepala dengan tingkan kedua anaknya. Padahal perbedaan usia mereka cukup jauh, tapi tetap saja tidak berubah. Sama sama jail, ya walaupun mereka sangat menyayangi satu sama lain.
"Eh... Tunggu ... Tunggu ... ''
"Tadi ka Alex Bilang Apa?? "
"Mba Dinda Sakit ... ??"
"Mah ..." Dengan suara lembutnya, ''Kita tengokin Mba Dinda yach, Setelah Sisil pulang sekolah?''
Tangan wanita parubaya itu mengusap lembut kepala anaknya. Ratih tahu walau Adinda hanya kaka ipar dari sepupunya, Sisil sangat menyayangi, sama seperti kaka kandungnya sendiri bahkan begitu juga dengan Ratih.
"Sayang ... ' jawab lembut sang mama.
''Mba Adinda ada di kamar tamu, Semalam Baru dateng.'' ucap Mama Ratih.
Mendengar penuturan sang mama, wajah Sisil langsung nampak sangat berbinar. ''Mah Sisil kekamar Mba Dinda dulu yah."
Baru berapa langkah, sudah di hentikan oleh Alex. ''Duduk .... !! Habiskan Dulu sarapanmu!!
''Kaka hari ini ada banyak kerjaan dan harus berangkat pagi.''
"Ihh kaka ... '' Sisil merengek menghentakan kakinya berulang kali serta menunjukan wajah cemberutnya.
"Sayang nanti saja , pulang sekolah Sisil temui Mba Dinda yah. Kasian Mba Dindanya Lagi gak enak badan."
Ratih memberi pengertian sangat tahu jika Sisil sangat sayang dan merindukan Adinda.
''Iya Mah'' ... jawab Sisil singkat.
"Ayo ka kita berangkat." ucap sisil dengan mengambil ransel sekolahnya
"Baiklah adikku yang cerewet, bawel, tak lupa Alex mecubit kecil hidung Sisil."
"Ihh kaka ... sakitt ... " ucap sisil kesal.
"Udah ... udah sana berangkat," ucap Ratih melerai keduanya.
''Nanti kamu terlambat nak.'' ucap Ratih mengingatkan.
''Iya mah.'' jawab Sisil meraih tangan mamanya dan mencium punggung telapak tangan. Tidak lupa memberikan ciuman juga di kedua pipi mama.
Begitu juga dengan Alex melakukan hal yang sama.
''Assalamuallaikum ... " seru mereka berdua.
''Walaikumsalam ...'' jawab sang mama.
🍁🍁🍁
Jarum jam sudah menujuknan di angaka 10, Adinda yang baru saja mengerjapkan mata merasakan sakit pada bagian seluruh tubuhnya.
''Auw … " Adinda meringis menahan rasa sakitnya.
"Kamu udah bangun nak??" Ratih yang baru saja membuka pintu kamar melihat Adinda, dengan penuh rasa iba dan sesak di dalam hatinya.
Ratih sudah menganggap Adinda seperti anaknya sendiri. Menahan Air mata yang hendak jatuh karna melihat wajah dan tubuh mungil Adinda, yang penuh dengan luka dan memar.
"Sayang gimana keadaanmu?" Tanganya mengelus lembut kepala Adinda.
''Sudah lebih baik tan," jawab Adinda singkat.
Adinda menundukan kepalanya karena takut tidak bisa menguasai hatinya dan menangis di depan Tante Ratih.
"Sejak Kapan Rudy memperlakukanmu seperti ini?'' Suara Ratih membuaka kesunyian di antara keduanya.
''Tante mendengar sekilas dari Alex tadi malam. Boleh tante tau semenjak kapan Rudy memperlakukanmu seperti ini? Jangan takut, coba ceritakan semuanya."
Adinda menengadahkan kepalanga menatap Tante Ratih dengan mata yang berkaca kaca. Tetapi tetap masih membisu.
"Jangan takut nak ... " ucap Ratih meraih tubuh Adinda dan memeluknya.
''Tante memang adik dari papa Rudy, tetapi Tante juga tidak membenarkan sikap Rudy jika seperti ini? Yang Tante tahu kalian dulu sangat bahagia dan harmonis. Ya Tante juga tahu bagaimana sikap Mama Rudy terhadapmu. Tante juga perempuan dan sangat tau bagaimana perasaanmu saat ini.''
Ratih memberikan pengertian agar Adinda mau bicara dan menceritakan apa yang terjadi, karena Ratih takut akan keadaan Adinda.
Adinda memeluk erat tubuh ratih dengan isak tangis. Ratih hanya mengelus kepala Adinda menahan Air mata agar tidak jatuh.
"Mangislah nak, Tante ada selalu untukmu. Agaplah Tante sebagai pengganti ibumu.'' Adinda tetap masih terus menangis mengeluarkan beban yang di rasakn selama ini
🍁🍁🍁
''Mas Rudy beneran mau menceraikan Dinda??" Pertanyaan itu lolos dari bibir Sarah.
"Auw pelan-pelan sakit ... ''ucap Rudy
Tangan kekarnya meraih kain kecil yang tadi di genggam Sarah.
''Hemmm ... '' jawaban yang keluar dari mulut Rudy.
''Ihhh Mas .... Sarah tu serius tanya? Sarah juga ingin status hubungan kita lebih jelas.'' Dengan muka yang sengaja di bikin cemberut dan sedih.
''Apa lagi Mama selalu tanya kejelasan hubungan kita yang sudah 2 tahun ini. Mama ingin kita bisa menikah di tahun ini.''
" Sayang ... maaf yach ... ''ucap Rudy.
''Beri Mas waktu ... Mas janji akan Menyelesaikan semuanya.''
''Bener yah mas.'' Wajah Sarah sudah kembali berbinar. Serta memeluk erat dan mencium kedua pipi dan terakhir mendarat di bibir Rudy ' cup
''Owh iya mas,'' Sarah yang berglayut manja menyentuh pipi Rudy.
''Mas ... " panggil Sarah dengan manja.
''Sudah satu minggu Sarah gak kesalon. Hari ini sarah mau kesalon dan berkumpul sama temen temenku yah.''
''Hemmm Ada maunya '' ucap Rudy lalu mencium bibir Sarah sekilas.
''Nanti mas tranfer langsung ke rekenimu.''
''Makasih sayangku ....'' ucap Sarah dengan mencium pipi Rudy.
"Di lain tempat Alex sangat gelisah ingin tau bagaimana keadaan Adinda. Melihat Alrogi yang melingkar di lengan tanganya. Sudah jam 5 sore, tapi mama ataupun Adinda tidak ada satupun yang membalas chat dan mengangkat teleponku.
Haisss Alex mengusap kepalanya kasar.
''Loe kenapa hah ... ???''
Seru seorang lelaki bertubuh kekar dan tinggi wajah tampan, tegas berkarisma serta berwibawa.
Tepat di depannya dengan membawa map yang di lempar dengan kasar.
Jika di hadapan Alex Asistenya sikapnya terbilang biasa.
Mereka berteman Cukup lama dari SMA tapi tidak satu sekolah.
Dulu mereka kenal karna Alex sempat menolong '' Viky Adi Prayoga'' Anak kedua dari keluarga Prayoga.
Bruk
''Aiisss Sial loe, ngagetin gue aja'' ucap Alex kesal.
''Gue ijin pulang dulu yach ??
"Enak aja loe main ijin pulang ... " ucap Viky menolak.
''Tugas loe aja belum kelar, Semua dokumen buat rapat besok mana? '' tanya lelaki yang tepat di hadapan Alex dengan tegas.
''Cepat sini Berikan padaku. Gue mau liyat perkembangannya.''
Alex memperlihatkan deretan giginya dengan mengusap tengkuk leher yang tak gatal.
''Sorry bos belum kelar, ni goe lagi menyelesaikannya.''
Sorot mata tajam Viky terlihat jelas. Iya Alex faham betul bagaimana Viky kalau sudah menyangkut pekerjaan. Berbeda jika Viky di luar hanya berdua dengannya.
''Gue tunggu setengah Jam lagi harus beres!! Dengan sangat tegas viky memberi perintah.''
''Siap bos .......'' ucap Alex tegas.
Alex kembali sibuk dengan semua berkas berkas yang harus segera di selesaikan. Laporan demi laporan di susun rapih, tidak ingin ada kesalahan sedikitpun dari semua laporan yang ada. Alex kembali mengecek dokumen yang di minta oleh Viky. Mata Alex melotot karna menemukan adanya kejanggalan di laporan keuangan dan pembangunan.
''Ternyata Masih ada yang berani bermain main denganku.''
Alex merogol ponselnya menelepon seseorang.
''Hallo ... , Cari tau siapa yang sedang bermain main di anak perusaha di daerah xxx'.
''Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya, karna bagi beberapa manusia perpisaha adalah Awal bangkitnya diri dari keterpurukan. Melepaskan bukan hal mudah, tapi jika melepaskan itu bisa membuat batin kita lebih bisa bernafas maka itu bukan suatu kesalahan''
...'' ADINDA MAURA "...
Belum lama Alex menaruh Teleponnya di atas meja
Drt
Drt
Drt
Suara getar telepon Alex.
Alex Merogol ponselnya melihat siapa yang menelepon. Mata Alex mengerjap Sisil tumben ni anak telpon.
''Hallo ... Ada apa?'
Suata barinton terdengan nyaring di telinga Sisil.
'' Ka Alex galak banget....''
'' Ka Alex ... kenapa udah bawa ka Dinda pergi?
'' Kan Sisil belum ketemu Mba Dindanya??
''Ka Alex jahat sama Sisil '' ucap Sisil dengan banyak pertanyaan serta suara sedikit gemetar sedih
''Apa Kamu Bilang ??
''Adinda sudah tak ada di rumah ?? tanya Alex
''Lah kok ka Alex balik tanya?'' jawab sisil
''Tadi Mama yang bilang kalao ka Alex sama Mba Dinda pergi. Ya udah ah , percuma tanya sama ka Alex gak bakal di jawab juga''
Tut tut tut ... suara telepon terputus.
'' Ni bocah main mati matiin telpon tanpa permisi.'' Alex mendengus kesal.
'' Kamu kemana Din?? Kenapa mama juga gak balas chat bahkan telponku juga gak di angkat.''
Ahh.....
Alex mengusap kasar kepalanya.'' Gue harus segera selesailan ini semua.''
Tak terasa sudah 2 jam waktu berlalu. Lagi lagi Alex meraih handpone yang sedari tadi di letakan di atas meja. Tak ada pesan sama sekali dari Adinda. Alex menghempuskan nafasnya yang terasa sesak." Din kenapa tak mau balas pesanku " batin Alex
Alex bangun dari duduknya meninggalkan ruangan menuju keruangan Viky. Alex berjalan melewati meja sekertaris Viky dengan mengkerutkan kedua alisnya.
" Kenapa belum pulang Nin, ini udah lewat jam kerja ??'' ucap Alex
" Mas Alex ngagetin aja!! '' Di luar jam kerja memang Alex tidak mau terlalu formal. Alex sudah bilang pada Nindy ajar memanggil nama saja. Tetapi Nindi menolak karna tidak enak, lalu semenjak saat itu jika berada di luar kantor Nindi memanggil dengan sebutan Mas Alex.
" Biasa mas alex, Itu Singanya mulai masuk level sembilang. Sudah sangat kelaparan, semua juga karna sedikit kesalahan yang Mas Alex perbuat, Aku juga jadi kena. " Dengan wajah sedikit kesal terpampang jelas.
'' Sorry deh ... " Jawab Alex
" Huuhhhh .... Mas Alex tu , kaya gak tau saja kalau Bos udah berubah jadi singa level sembilang '' Cibir nindy .
" Kakiku sampai tak bisa berjalan karna saking gemetarnya. Tapi aku sangat suka dengan sikap bos yang tegas, tidak pandang bulu bahkan sangat bijak. Ya Mas Alex, juga pasti sangat tau stu hal yang tidak bisa di toleran, penghianatan " ucap nindy
'' Ha ha ha ...." Alex tertawa mendengan cibiran Nindy yang tertuju untuk Viky sang COE .
" Cuman kamu Nin , yang berani mencibir Viky Di kantor ini " Iya memang nindy perempuan yang apa adanya. Apa lagi Viky dan Alex sangat cocok dengan kinerji kerja Nindy. Secara tidak langsung mereka di luar pekerjaan bersahabat. Saling mengisi, melengkapi, kadang juga adu mulut.
'' Gak salah bilang kamu mas..?? ucap Nindy
'' Bukanya kamu mas yang paling parah jika mencibir Sisinga itu"
" Ha ha ha ha ha ....'' mereka berdua larut dalam tawa
" Bagus sekali, Berani mencibirku di belakang.Kupastikan dan sangat sangat pasti. bulan depan gaji kalian ku potong 30%. ''
'' Ehhh jangan gitu donk bos !! " ucap Alex dan Nindy bersamaan
" Masa mau main potong aja, kita kan bicara fakta. Trus ini di luar jam kerja loh.'' ucap nindy dengan memamerkan deretan giginya yang putih
'' Hemm ...'' jawab viky hanya dengan deheman dan muka datarnya.
*****
Sudah hampir dua minggu Adinda keluar dari kediaman Alex. Bahkan tidak menghiraukan pesan masuk ataupun panggilan masuk. Hanya sesekali mengangkat panggilan masuk dari Rudy yang masih berstatus suami, Dan tante Ratih menanyakan kabarnya.
Tapi Adinda sudah sama sekali tidak memberitahu dimana dia tinggal sekarang. Iya hanya tante Ratih dan mang ucup supir pribadi mama ratih, yang tau dimana Adinda tinggal.
Walaupun sudah hampir dua minggu , Adinda masih saja terus menangis termenung, pandangannya kosong mengurung diri.
'' Pah .... Dinda rindu papa .... Dinda cape dengan semua ini. Maafkan Dinda pah, Sudah sangat mengecewakan papa. Dinda menyerah, keputusan yang Dinda ambil bukan mudah. Dinda yakin ini yang terbaik buatku, walau kedepannya Dinda tau bukan mudah menjalaninya. Maafkan Dinda pah, tolong restui keputusan Dinda agar bisa memulai kembali lagi dari 0. '' Dinda bermonolog dengan dirinya sendiri
Dinda menghapus air matanya, '' Aku tidak boleh terus seperti ini. Semua belum berakhir, aku masih memiliki masa depan. Ya aku harus bangkit, Selesaikan permasalahanmu, bukan aku yang tak pantas bersanding dengannya. Pasti ada hal yang terbaik di luar sana . Ayo Semangat Adinda, kamu pasti bisa!! seru adinda menyemangati dirinya sendiri.
'' Eisttt tapi tunggu, Aku perlu bantuan untuk mencari pengacara. Siapa yang bisa menolongku'' Adinda terus berfikir ingin menghubungi Alex tapi adinda tidak ingin selalu melibatkan Alex. Aku tau Alex sangat sibuk dengan pekerjaannya. Jika tante Ratih, dia pasti mau membantu tapi rasa tak enak hati masih menyelimuti hati Dinda.
Drt drt drt
Suara getar handpone Adinda.
Adinda menoleh melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Terlihat jelas tertulis Alex ... Adinda tidak menanggapi panggilan itu. " Maaf Lex aku masih ingin sendiri''
Baru saja bunyi telepon adinda berhenti. Terdengan kembali suara handpone berbunyi, kali ini Adinda mengerutkan kedua alisnya. ''Mas Rudy .... kenapa dia menelponku di pagi seperti ini'' dengan menghembuskan nafasnya malas
'' iya hallo ... ''
'' Minggu depan jadwal perceraian kita, aku mengingatkanmu jangan pernah meminta harta seperserpun dariku. Dan jangan membawa barang barang yang pernah ku berikan. Semua itu tidak bukan milikmu!! '' ucap Rudy dengan penuh penekanan
'' Maaf mas Tapi Adinda juga akan menegaskan pada Mas Rudy. Bahwa Adinda tidak butuh semua itu. Dan perlu mas tau Adinda tidak pernah menyesali apa yang sudah menjadi keputusanku. Semoga Mas Rudy juga demikan, trimakasih untuk waktu 3 tahun ini. ''
'' Aku tegaskan sekali lagi, aku juga tidak menyesalinya.'' ucap tegas Rudy
tut tut tut
Suara telepon terputus ...
'' Kita lihat saja Adinda Maura, dengan ucapanmu itu. Sombong sekali kau berkata seperti itu. Aku tidak akan pernah menyesali keputusanku berpisah denganmu. Apa lagi Sarah selalu bisa memanjakanku, dia yang jauh lebih segalanya darimu. '' ucap Alex memuji kekasihnya Sarah.
''Ahh... Kenapa Aku jadi merindukan sarah. Dia selalu saja bisa membuatku senang dan gairah. Sudah tiga hari dia tidak menelponku. Kapan kamu pulang sayang .... , aku sangat merindukanmu. Mas janji sebelum kamu pulang, Semua sudah selesai urusan mas dengan Dinda ku pastikan sudah beres. Lalu kau adalah perempuan satu satunya yang jadi pendampingku, ratuku. Rudy memandang foto kebersamaannya dengan Sarah .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!