"Tak terasa sudah hampir dua bulan aku bekerja disini. Aku senang bisa mendapatkan suasana baru setelah apa yang terjadi padaku," gumam Erina.
Erina memang sangat shock dengan berakhirnya hubungan dia dengan Bima, bukan karna sudah tidak cinta Bima memutuskan Erina. Tapi karena orangtua Bima tidak merestui hubungan mereka berdua dan berencana untuk menjodohkan Bima dengan wanita pilihan keluarganya.
Dari awal memang Erina dan Bima menjalani hubungan Backstreet dari keluarga Bima. Bima berasal dari keluarga orang terpandang, sedangkan Erina hanya dari keluarga yang cukup bukan dari golongan orang kaya. Karena hal itulah keluarga Bima merasa mereka tak sepadan.
"Hayo ngelamunin apa?" suara Tika membuyarkan lamunan Erina.
"Nggak ... nggak nglamun kok," jawab Erina dengan raut wajah datar.
"Hmm ... bohong. Bengong aja dari tadi kamu Rin, tapi ya sudah lah. Smoga kamu bisa cepet move on ya!" Tika menjeda kalimat nya.
"Yuk cari makan Rin, aku laper," ajak Tika, gadis itu memang sudah tahu semua masalah Erina, karena Tika lah orang pertama yang dekat dengan Erina di tempat kerja nya.
Dengan suara lemah hanya gadis itu mengiyakan ajakan Tika.
Erina yang suasana hatinya masih tak karuan memikirkan Bima memilih untuk tak banyak bicara ketika makan siang bersama Tika.
"Kok diem aja sih dari tadi kamu Rin? Sudahlah memang menyakitkan melihat orang yang kita cintai harus berdampingan dengan orang lain. Tapi namanya juga gak jodoh mau gimana lagi kita! Kawin lari? Gak mungkin kan?" tutur Tika yang mencoba menghibur sekaligus menasihati Erina.
"Lima tahun bukan waktu yang sebentar, dulu Bima selalu meyakinkan kalau dia akan terus mencoba meyakinkan orangtuanya. Dan bodohnya aku percaya akan hal itu, berharap dengan kekuatan cinta kita. Kita akan mendapatkan restu dari orangtua Bima." Erina menundukan wajah dengan memejamkan mata berharap semua akan berlalu secepatnya.
"Aku percaya kamu pasti bisa melewati semua ini dan melupakan Bima, dan pastinya kamu akan mendapatkan jodoh yang keluarga nya bisa menerima mu dengan tulus." Sahabatnya itu segera memeluknya dari samping untuk menenangkannya.
"Kamu benar Tika, semua pasti akan baik-baik saja. Semoga," jawab Erina seraya menghela napas panjang.
Drrrttt ... drrrrttt ... drrrrrtt ....
Dering ponsel Erina terdengar jelas, gadis itu dengan malas meraih ponsel yang berada di atas meja. Ia melirik nama sang penelpon. Terlihat nama Bima muncul di layar ponselnya, Erina menghela napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan. Ada apa lagi Bima menghubungi ku," gumam Erina.
Tika melirik sesaat ke arah ponsel Erina, gadis itu kembali memberikan semangat untuk sahabatnya.
"Angkat saja Rin, tunjukan kalau kamu baik-baik saja. Oke!" ucap Tika memberi semangat.
Dengan lesu Erina menggeser layar ponsel tersebut, dan meletakkan ponselnya di telinga kirinya.
"Halo!" suara lirih Erina menjawab telpon dari Bima.
"Rin, kamu baik-baik saja kan? Beberapa hari ini aku sangat cemas mikirin kamu," jawab Bima yang kelihatan sangat khawatir dengan Erina.
"Aku baik Bim, kamu gak usah mikirin aku lagi, hubungan kita sudah berakhir. Aku tak mau lagi menjadi bayanganmu. Semua ini untuk kebaikan kita Bim. jadi aku mohon jangan hubungi aku lagi," ucap Erina seraya menutup telpon.
"Tapi Rin, aku masih sayang sama kamu. Rin... Rin?" suara Bima yang masih mencoba menjelaskan kepada Erina.
Huuufth
"sabar ya Rin, aku tahu posisi kamu sekarang sangat sulit dan berat. Dan bagi Bima memang ini sangat tidak adil. tapi keputusanmu Sangat bijak untuk dia. Karena jika Bima masih terus-terusan hubungi kamu. aku yakin orang tuanya Bima gak bakal tinggal diam," kata Tika mencoba meyakinkan Erina.
"Iya, kamu bener Tika. Bima harus bisa menerima semua ini dan tentunya dia harus segera menikah dengan gadis pilihan orangtuanya," Erina mulai menitikan airmata nya ketika mengingat orang yang sangat dicintainya akan menikah dengan orang lain.
Bersambung ....
Hari ini, aku ingin pergi jalan-jalan. Aku sangat ingin membuang jauh-jauh kenanganku, sungguh aku sangat tersiksa karenanya. Oh Tuhan, aku ingin semua ingatanku tentang Bima hilang lenyap seperti debu tertiup angin.
Erina bersiap-siap untuk pergi ke luar kota, dia ingin menghabiskan weekend nya sendirian. Dia sudah mem-booking tiket kereta dan Hotel untuk dua hari.
Lima jam perjalanan dilewatkan Erina tanpa ada sesuatu yang istimewa. Melakukan traveling seorang diri memang butuh keberanian khusus untuk seorang gadis seperti Erina. Dia bukan gadis yang suka keluyuran sendirian, tapi kali ini dia benar-benar ingin liburan seorang diri. Dan juga ingin menghindar dari berita tentang Bima. Karna tepat hari ini orang tua Bima menggelar acara lamaran untuknya. Dan itu sungguh membuat sesak dada Erina.
Bruuuuk....
Seseorang tak sengaja menabrak Erina yang sedang menunggu taksi online. Seorang laki-laki dengan wajah dingin menatap Erina lekat-lekat.
"Hmm... Kamu tidak minta maaf?" kata laki-laki dingin itu.
Apa-apaan orang ini, dia yang menabrak kenapa aku yang minta maaf.
Erina masih diam dengan sedikit melotot ke arah laki-laki itu.
"Maaf, anda yang menabrak kenapa saya yang minta maaf!" Erina meninggikan nada suaranya. Sepertinya laki-laki itu tidak suka jika dia disalahkan.
"Beraninya kamu? Kenapa laki-laki sekeren aku harus minta maaf!" ucap laki-laki itu dengan nada datar. Erina mulai kesal dengan laki-laki yang dihadapannya itu.
Masih ada ya, orang seperti ini. Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam,
gumam Erina dalam hati.
Taksi online pesenan Erina berhenti tepat di depannya.
"Nona Erina ya?" tanya sopir memastikan.
"Iya Pak, benar saya!" Karena sangat kesal dengan laki-laki itu Erina pun tak menghiraukan nya lagi. Dia segera masuk mobil dan menutup mobil nya.
"Dasa gadis kurang ajar, kamu belum tahu berhadapan dengan siapa?" Laki-laki itu kesal sendiri karna tak digubris Erina.
Erina, akan kuingat nama itu dan akan ku pastikan kita akan bertemu lagi, gumamnya dengan tersenyum smirk.
🍁🍁🍁
Erina telah sampai di hotel, Erina memang sengaja mem-booking hotel bintang lima. Dia benar-benar ingin menikmati hidupnya dan melupakan sejenak masalah yang tengah Ia alami saat ini.
Jika mama papa tau, aku menginap di hotel ini. Mungkin mereka bisa pingsan. Masa bodoh, tabunganku aku gunakan untuk menikmati hidup. Toh, nanti aku bakalan nabung lagi dan aku tak pernah lupa untuk menyisihkan uang untuk mama.
Erina sudah sampai di kamar hotel, dia merebahkan tubuh di kasur yang super empuk menurutnya.
Drrrrtttt ... drrrrttt ... drrrrttt....
Erina segera mengambil ponsel ditasnya.
Degg....
Sampai di hari pertunangannya pun Bima masih sempat-sempatntya menghubungi Erina.
Kenapa dia masih bersikeras menghubungiku, apa yang dia inginkan? Melihatku lebih hancur lagi.
Perlahan airmatanya menetes di pipi nya. Dengan ragu Ia menggeser layar ponsel nya dan mengarahkan benda pipih itu di telinga kiri nya.
"Ada apa lagi Bim? Aku kan sudah bilang jangan menghubungiku lagi. Semua demi kebaikan kita Bim!" Suara serak Erina menahan isak tangis terdengar begitu jelas.
"Rin, aku benar-benar ingin mati saja hari ini. aku tidak bisa menerima pertunangan ini, aku tak bisa hidup tanpamu Rin," ucap Bima putus asa.
"Sudahlah Bim, kamu hanya menyakiti dirimu saja. Kita tak akan bisa bersama. Itulah kenyataannya, kamu bukan jodohku. Dan mungkin inilah yang terbaik untuk kita Bim!" Erina lalu menutup telfon dan menangis sejadi-jadinya.
Toh, disini aku sendiri kan. Aku bisa menangis sepuasku tanpa ada yang tau.
🍁🍁🍁
Erina terus menangis sampai dia tertidur, hari mulai gelap. Erina terbangun dengan mata sembab dan berat. Dia bergegas mandi dan berniat untuk mencari udara segar.
Di loby, Erina melihat banyak orang berlalu lalang keluar masuk hotel.
Ya, ini kan akhir pekan jelas saja hotel ramai orang liburan. Dan aku kesini kan bukan untuk liburan tapi untuk lari dari kenyataan. Sungguh malang sekali hidupku.
Erina menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menampar-nampar pipinya pelan.
Seseorang yang dari tadi mengawasi Erina. melangkah menghampirinya. Merasa ada orang yang mendekat Erina langsung menoleh ke arah orang tersebut.
"Hah, kamu?" Erina kaget setengah mati, orang yang sok keren itu satu hotel dengannya.
"Hey gadis yang bernama Erina, kamu masih berhutang maaf padaku!" kata laki-laki itu sambil menunjuk ke Erina.
Darimana dia tahu namaku, aku kan tidak bilang apa-apa tadi. Bahkan menyebut nama saja tidak. Apa orang ini paranormal atau upnormal si? Dan seperti nya orang ini gila dengan kata maaf.
"Baiklah, walaupun aku tidak merasa bersalah sama sekali. Dengan berat hati aku akan minta maaf atas perbuatan yang tidak aku lakukan." Erina tak mau memperpanjang masalah dan berharap laki-laki itu segera pergi darinya.
"Eh, bilang apa kamu? Kenapa kamu berat hati minta maafnya, kamu gak tulus ya?" ucap laki-laki itu dengan nada kesal.
Apaan si ni orang. Ada ya manusia kayak gini,
gumam Erina dalam hati.
"Kamu gila maaf ya. Aku kan sudah minta maaf, kenapa kamu besar-besaran sih? Toh, kamu yang salah kenapa juga aku yang minta maaf. Dasar orang aneh!" Dan sekali lagi Erina meninggalkan laki-laki itu tanpa permisi.
Kali ini laki-laki itu membiarkan Erina berlalu meninggalkannya. Dia tersenyum tipis, entah apa yang direncanakannya. Tapi Erina sudah berjalan jauh meninggalkan nya dan tak menghiraukan laki-laki aneh itu.
Bersambung
Erina kembali ke hotel dengan membawa beberapa tentengan makanan yang sengaja dia beli dan dibawa ke kamar hotel. Erina merasa menjadi jomblo yang tersakiti karna disetiap sudut kota selalu ada pasangan muda mudi yang membuat dia merana.
Sebenarnya tak sulit juga untuk mencari pacar lagi, bagi Erina. Erina gadis yang cantik berkulit putih bersih, berambut panjang lurus berwarna kecoklatan, bermata coklat dengan hidung mancung. Ya, dia mewarisi kecantikan mamanya. Yang memang ada darah bulenya. Erina juga cukup tinggi untuk kalangan gadis lokal. Sejak dibangku sekolah dia selalu banyak fansnya, namun tidak pernah diladeninya.
Tapi karena Bima adalah cinta pertama Erina, dia tak dengan mudah melupakan dan mencari penggantinya. Erina bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta.
Hmm, makanan disini memang enak-enak ya. Tak heran banyak sekali pengunjung yang datang silih berganti hanya untuk menikmati kulinernya saja. Rasanya suatu hari nanti aku juga pasti akan datang lagi kesini.
Erina menghabiskan makanannya dan menyalakan TV. Erina mulai menikmati kesendiriannya.
Aku memang harus melupakan masa laluku dan berbenah untuk masa depanku. Aku harus lebih rajin bekerja, agar aku bisa memberikan orangtuaku sesuatu yang bermanfaat kelak.
Tak terasa Erina sudah tertidur dengan pulas.
Matahari mulai samar-samar masuk ke dalam kamar Erina, Erina bangun dan menggeliat. Dia merasakan badannya sudah kembali segar. Erina menyusun rencana akan pergi kemana saja hari ini, dia ingin pergi ke pantai yang berjarak dua pulu kilo meter dari hotel.
🍁🍁🍁
Erina telah bersiap dan segera memesan ojek online. Sengaja dia tak memesan taksi online karena dia ingin menikmati pemandangan kota ini. Yang memang terkenal dengan kota romantis, dan siapa yang datang kesana akan rindu untuk kesana lagi.
Erina berjalan menyusuri loby, dia teringat bahwa laki-laki aneh itu kemarin menginap di hotel yang sama. Dia berharap agar tidak bertemu lagi, karena akan runyam kalau sampai Erina bertemu dia lagi. Pikirnya.
Ojek online sudah datang, mereka berkeliling ke kota romantis itu.
Miris sekali ya kisahku, pergi ke kota romantis. Eh, keliling kotanya sama bapak ojek online.
"Baru pertama kesini mbak?" tanya pak ojek online
"Iya Pak. " jawab Erina singkat.
"Mbaknya sendirian aja?" tanya Pak ojek online sekali lagi
" Iya Pak!" seru Erina
"Kok dari tadi jawabnya iya Pak, iya Pak aja mbak. Mbaknya baru patah hati ya?" selidik bapak ojek sok tau.
"Bapak sok tau ah ... aku memang lagi pengen jalan-jalan sendiri Pak." ketus Erina sedikit kesal, karena pak sopirnya terlalu banyak tanya.
"Gak usah disembunyikan mbak, Rata-rata orang yang pergi kesini sendirian. Mereka memang lagi patah hati dan ingin menghibur diri," jelas Pak ojek online.
Erina terdiam mengasihani dirinya sendiri, membenarkan ucapan Bapak ojek barusan. Tujuannya datang ke kota ini memang sedang ingin menghibur diri dari peliknya masalah yang tengah Ia hadapi saat ini.
"Mau saya antar ke tempat yang bagus mbk? Biar sedih mbak nya sedikit berkurang," tawar Pak ojek online.
"Eh ... iya boleh pak." Erina tersenyum dan kembali melihat ke arah kiri kanan jalan yang dilewatinya.
Sejuk sekali udaranya, beda dengan di kotaku.
Tanpa sadar Erina mengangkat kedua tangannya agar tertiup angin. Jalanan tidak terlalu ramai kendaraan, karena kebanyakan para wisatawan berjalan kaki untuk menikmati pemandangan.
"Nah, kita sudah sampai mbak!" seru Pak ojek online dengan menghentikan sepeda motornya.
Dan memang benar pemandangannya sangat indah sekali, Erina tampak sangat senang. Dia bertimakasih dan memberikan uang seratus ribu ke bapak ojek online itu.
"Wah mbak, saya belum ada kembalian. mbaknya pelanggan pertama saya." Bapak itu tampak sedih.
"Buat bapak aja kembaliannya ya, semoga Bapak dilancarkan rejekinya hari ini. Aamiin." Erina tampak sangat senang berada di tempat ini, seperti menemukan sesuatu yang hilang pada dirinya.
"Terimakasih ya mbak, semoga hari mbak menyenangkan dan segera bertemu dengan jodoh mbak." Bapak ojek tampak sangat senang sekali.
Semoga mbak nya segera menemukan jodoh dan bahagia selamanya.
Doa tulus dari bapak ojek online itu dengan wajah yang tampak sangat senang karena menerima rejeki dari Erina.
Bersambung ....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!