NovelToon NovelToon

MARRY YOU, MY ENEMY

Kedatangan Gibran

Pengenalan Tokoh

ALMAYRA AZKIA ATMAJAYA (22 Tahun)

Anak kedua dari pasangan Prayoga Atmajaya dan Natasha Alexandria. Gadis tomboy yang hidup dalam limpahan kasih sayang kedua orang tuanya, namun karena suatu peristiwa mengharuskan dia hidup dengan pria yang selama ini selalu memusuhinya.

ANANDA RAFFASYA (26 Tahun)

Akibat perceraian yang terjadi terhadap orang tuanya saat Raffasya masih kecil, membuat Raffasya tumbuh menjadi anak yang sudah diatur, selalu mencari masalah di sekolahnya, tak terkecuali dengan Azkia yang sudah dimusuhinya sejak gadis kecil itu duduk di bangku kelas 1 SD

GIBRAN WISNUWARDANA ( 26 tahun )

Kakak kelas Azkia saat SD, pria yang ditolong Azkia saat dibully oleh Raffasya dan temannya karena body shaming, yang akhirnya membuat mereka bersahabat dan saat mereka sama-sama dewasa memiliki ketertarikan satu sama lain.

Prolog

Azkia dan Gibran menjalin persahabatan saat mereka sama-sama duduk di bangku sekolah dasar. Azkia yang terpaut usia empat tahun dengan Gibran tak membuatnya canggung bersahabat dengan kakak kelasnya itu. Sifat Azkia yang humble dan periang membuat Gibran menyukai gadis cilik adik kelasnya itu.

Persahabatan mereka sempat terjeda saat akhirnya Gibran harus pindah ke luar pulau dan setelah itu seperti menghilang tak pernah ada kabarnya. Namun saat Gibran pindah kuliah ke Jakarta mereka akhirnya bertemu kembali.

Sementara Raffasya, si trouble maker di sekolahnya sudah menanam kebencian terhadap Azkia. Karena untuknya, dikalahkan oleh anak perempuan apalagi perempuan itu berusia empat tahun di bawah usianya adalah hal yang memalukan. Hingga akhirnya Raffasya selalu bersikap tidak bersahabat dengan Azkia. Apalagi saat Azkia menjadi penghalang rencananya untuk mendapatkan Rayya sepupu Azkia. Raffasya semakin tidak menyukai putri pasangan Yoga dan Natasha itu.

Namun sebuah peristiwa mengharuskan Raffasya bersama dengan Azkia. Lalu akan kah terjadi cinta segitiga di antara Raffasya, Azkia dan Gibran?

_________________________________

Seorang wanita dewasa berusia empat puluh lima tahun melangkah menaiki anak tangga. Meskipun usianya tidak muda lagi dan sudah kepala empat, namun kecantikan dan bentuk tubuh wanita itu masih tetap cantik dan terawat hingga tidak kalah dengan wanita-wanita muda kebanyakan.

" Kia ...!! Ada yang datang mencari kamu tuh di luar!" Natasha, wanita dewasa itu berteriak memanggil anaknya yang sedang berada di dalam kamarnya.

" Kia ...!!" Natasha kembali memanggil nama anaknya seraya mengetuk pintu kamar Azkia. Namun karena tak juga ada jawaban dari anaknya, akhirnya membuat dia membuka pintu kamar yang memang tidak terkunci.

Natasha melihat putrinya yang kini berusia belum genap tujuh belas tahun itu sedang berbaring dengan posisi tengkurap sementara matanya menatap layar laptop dengan headphone di telinganya.

" Ya ampun, pantas saja dari tadi Mama panggil-panggil ga ada jawaban, rupanya sedang asyik sama headphone nya." Natasha menggelengkan kepala.

" Mama?" Azkia yang melihat Natasha masuk ke dalam kamarnya langsung melepas headphone yang melingkar di kepalanya itu. " Ada apa, Ma?"

" Ada yang cari kamu di luar, cepat sana temui. Kamu pasti akan kaget melihat siapa yang datang." Natasha tersenyum,. karena dia menduga anaknya itu pasti akan senang sekali jika bertemu dengan orang yang datang ke rumahnya itu.

" Siapa memangnya, Ma?" Azkia kemudian mematikan laptopnya lalu beranjak mendekat ke arah Natasha

" Kamu lihat sendiri saja," Natasha mengulur tangannya untuk meraih dan menggenggam putrinya itu menuju ruang tamu.

Sesampainya di ruang tamu ...

" Coba kamu lihat itu siapa?" Natasha menunjuk seorang pria yang sedang duduk berbincang dengan Alden.

Azkia menyipitkan matanya hingga membuat keningnya berkerut menatap pria yang saat ini sedang memandangnya dengan sebuah senyuman mengembang di bibir pria itu.

" Siapa sih, Ma? Teman Kak Alden, ya?" bisik Azkia bertanya kepada Natasha namun arah pandangannya masih tertuju pada pria itu.

" Hai, Kia. Apa kabar? " Pria itu menyapa Azkia membuat Azkia menautkan kedua alisnya.

" Siapa, ya? Kok Kakak kenal aku?" Azkia mendekat ke arah Alden lalu duduk di samping kakaknya.

" Memang Kia nggak ingat siapa ini? Padahal hadiahnya masih disimpan sampai sekarang, kadang masih disetel juga, tuh," Alden mengacak rambut Azkia.

" Hadiah?" Azkia langsung membelalakkan matanya. " Kak Gibran? Ini Kak Gibran? Beneran Kak Gibran? Kok beda banget sih sekarang? Jadi langsing sampai Kia nggak mengenali. Kak Gibran apa kabar? Kak Gibran ke mana saja nggak pernah kasih kabar sejak pindah?" Azkia berpindah tempat kini sudah duduk di samping Gibran.

" Waduh pertanyaannya beruntun gini, Kakak mesti jawab yang mana dulu, ya?" Gibran nampak mengerutkan keningnya berlaga sedang berpikir kelas seraya terkekeh.

" Jawab saja dulu kenapa nggak pernah kasih kabar ke Kia atau Kak Alden?" selidik Azkia. " Kak Gibran sudah nggak ingin berteman dengan kami lagi, ya?!" tuduh Azkia dengan bibir mengerucut.

" Kalau Kakak nggak ingin berteman lagi dengan kamu untuk apa Kakak datang kemari sekarang ini?" tepis Gibran.

" Terus kenapa dong alasannya?" Azkia masih nampak penasaran dengan Gibran yang menghilang hampir delapan tahun lamanya.

" Iya, Kakak sibuk ngurusin badan biar bikin Kia pangling sama Kak Gibran." Gibran berkelakar membuat yang ada di ruang tamu itu tertawa.

" Iiihh, Kak Gibran! Kia tanya serius juga." Kembali Azkia memberengut.

" Gibran, Tante masuk ke dalam dulu, ya! Silahkan dilanjut mengonbrolnya." Natasha pamit hendak meninggalkan Gibran dan kedua anaknya.

" Aku juga ya, Kak. Mau tanding futsal soalnya." Alden pun berpamitan karena dia memang punya kegiatan bermain futsal dengan beberapa teman sekolahnya.

" Oh iya, silahkan, Tan." Gibran mempersilahkan Natasha dan Alden meninggalkan Kia berdua dengan Azkia.

" Kak Gibran kok bisa kurus gini, sih? Tapi keren, sih. Semakin ganteng jadinya." Tanpa rasa canggung Azkia memuji penampilan Gibran yang kali ini memang nampak berbeda di matanya.

Ucapan Azkia membuat Gibran mengulum senyuman.

" Kamu juga makin terlihat cantik, Kia." Kini Gibran memuji Azkia.

" Iiihh, Kak Gibran. Kia mah cantik sudah dari orok kali." Azkia terkikik dengan percaya diri berucap seperti itu.

" Hahaha ..." Gibran tertawa seraya mengacak rambut Azkia. " Pasti sudah punya pacar dong kalau begitu?"

" Kalau itu belum dikasih ijin sama Mama dan Papa, Kak. Ya ... nunggu Kia lulus SMA baru dikasih ijin sama Papa buat pacaran," jawab Azkia.

" Kakak setuju sama Om dan Tante soal itu, setidaknya sampai kamu lulus SMA. Kalau kamu sudah kuliah sih usia kamu sudah matang, bisa memilah mana yang baik dan tidak. Kakak cuma pesan jika cari pacar nanti, carilah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab, sayang sama kamu dan keluarga kamu juga." Gibran mencoba menasehati.

" Siap, Kak! Nanti aku turuti nasehat dari Kak Gibran, deh!" Azkia mengembangkan senyuman ke arah Gibran membuat pria itu cukup menikmati kecantikan gadis itu.

***

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading ❤️

Like Mother Like Daughter

" Mas, Mas tahu nggak siapa yang tadi siang datang ke rumah ini?" Natasha mengambil pakaian untuk Yoga saat melihat suaminya itu baru selesai keluar dari kamar mandi.

" Siapa memangnya yang datang ke sini sampai membuat istriku ini terlihat gembira sekali?" Yoga mendekat ke arah Natasha yang sedang mengambilkan pakaian untuknya dan memeluk dari belakang wanita yang sudah sembilan belas tahun menikah dengannya itu.

" Astaga, Mas. Baju aku ikutan basah ini," protes Natasha terhadap tindakan suaminya itu.

" Kalau basah tinggal ganti saja yang baru. Mau aku yang gantikan bajumu, hemm?" Yoga kini mulai membenamkan kecupan di ceruk leher Natasha hingga wanita itu menggeliat.

" Mas, iihhh ... jangan mulai, deh! Ini masih sore ..." Natasha meminta suaminya itu melepaskan pelukannya.

Yoga terkekeh mendapati penolakan istrinya itu.

" Memangnya kenapa kalau masih sore? Memangnya pelukan seperti ini nggak boleh kalau sore hari? Pikiran kamu ini pasti yang sudah traveling ke mana-mana." Yoga kemudian mengurai pelukannya lalu mengambil pakaian yang sudah dipilihkan oleh Natasha.

" Kalau dekat Mas itu otomatis isi otakku pasti mengarah ke sana." Natasha terkelit seraya terkikik.

" Oh ya, siapa yang tadi kamu bilang datang kemari itu?" Yoga kembali ke pembicaraan awal.

" Gibran, Mas Yoga ingat 'kan teman Azkia sama Alden waktu SD dulu?" Natasha mencoba mengingatkan tentang sosok Gibran kepada suaminya.

" Oh, dia sudah kemari, ya?"

Natasha mengeryitkan keningnya karena melihat suaminya itu nampak tak terkejut dengan sosok yang berkunjung ke rumahnya siang tadi.

" Kok Mas biasa saja responnya? Apa Mas sudah tahu Gibran ke sini? Siapa yang kasih tahu? Kia?" tanya Natasha penasaran.

" Gibran sendiri yang bilang ke aku kalau dia akan main ke sini," sahut Yoga.

" Gibran bilang ke Mas Yoga? Memang Mas Yoga sudah ketemu Gibran sebelumnya? Di mana?" Natasha semakin dibuat penasaran oleh ucapan suaminya itu.

" Tadi di kampus, dia bilang mau main ke sini."

" Di kampus? Dia main ke kampus Mas Yoga?"

" Dia mahasiswa di kampus aku sekarang ini."

" Hahh? Yang bener, Mas? Sejak kapan? Kok Mas Yoga nggak cerita sama aku kalau Gibran kuliah di sana?"

" Iya karena dia yang meminta merahasiakan ini dari Kia. Dia pindah kuliah sekitar satu Minggu ini." Setelah mengenakan pakaiannya Yoga kemudian mendudukkan tubuhnya di sofa seraya menyesap secangkir kopi yang sudah disediakan Natasha.

" Disembunyikan dari Kia, kan? Bukan dari aku? Tapi kenapa Mas nggak cerita juga soal ini ke aku?" Natasha menggerutu karena suaminya itu sudah menyembunyikan kembalinya Gibran ke Jakarta.

" Karena kalau sudah cerita ke kamu, aku nggak yakin ceritanya akan aman." Yoga terkekeh melihat istrinya yang langsung memberengut mendengar ucapannya yang menganggap jika istrinya itu tidak dapat menjaga rahasia.

" Kemarilah ..." Yoga menepuk sisi kosong di sofa yang dia duduki, meminta Natasha untuk duduk di sampingnya.

Natasha lalu mendekat ke arah suaminya, namun dia tidak memilih duduk di samping Yoga, melainkan duduk di pangkuan pria pujaan hatinya itu seraya melingkarkan lengannya di leher sang suami.

Yoga tersenyum mendapati istrinya itu masih membuatnya selalu tergoda untuk selalu menyentuhnya.

" Kamu nggak pernah berubah, Yank." Yoga mengecup pipi Natasha.

" Nggak berubah apanya?" Natasha mengusap rahang suaminya yang ditumbuhi rambut halus.

" Nggak berubah cerewetnya." Yoga terkekeh.

" Cerewet juga Mas Yoga cinta, kan?" Dengan penuh percaya diri Natasha berucap.

" Nggak usah diragukan lagi untuk hal itu." Yoga kemudian mendekatkan bibirnya ke bibir Natasha, wanita yang sudah memberikan lima orang anak untuknya. Dan apa yang dilakukan oleh Yoga disambut baik oleh Natasha hingga kedua bibir sepasang suami istri itu saling bertautan dan saling mengecap.

" Pa ..." Suara Azkia dibarengi suara pintu terbuka membuat Yoga dan Natasha seketika menghentikan aktivitasnya.

" Ya ampun, Kia nggak lihat ..." Azkia langsung membalikan tubuhnya karena ketahuan memergoki momen kemesraan kedua orang tuanya.

" Kalau nggak lihat kenapa balik badan?" Natasha langsung bangkit dari pangkuan Yoga kemudian duduk di samping suaminya itu.

" Hehe ... lihat sedikit sih, Ma." Azkia kembali membalikan tubuhnya dan berjalan mendekati orang tuanya.

" Lagian kamu kebiasaan masuk kamar nggak mau ketuk pintu dulu," protes Natasha.

" Kia pikir ini 'kan masih sore, Ma. Nggak kepikiran kalau Papa sama Mama lagi mesra-mesraan," sahut Azkia terkikik.

" Papa sama Mama sudah tua masih romantis saja, deh." lanjut Azkia.

" Eh, Mama sama Papa ini kamu belum tua-tua amat, ya!" Natasha dengan cepat memprotes ucapan anaknya itu. Sementara Yoga hanya menggelengkan kepala melihat perdebatan antara Natasha dan jiplakan dari istrinya itu.

" Kamu ada apa ke kamar ini, Kia?" Yoga mengalihkan perdebatan antara ibu dan anak yang tidak akan berujung jika tidak segera dilerai.

" Kia mau kasih tahu Papa kalau tadi siang ada Kak Gibran datang ke sini lho, Pa. Papa masih ingat Kak Gibran, nggak?" tanya Azkia.

" Telat kamu, Kia. Papa kamu sudah tahu dari awal, karena Gibran itu sudah seminggu ini pindah ke Jakarta dan kuliah di kampus Papamu mengajar." Natasha menjelaskan kepada Azkia.

" Hahh?? Kak Gibran kuliah di kampus Papa?? Iiihh ... Papa ngeprank Kia, ya?" Tak berbeda jauh dengan Mamanya, Azkia pun langsung memberengut saat tahu jika Papanya itu menyembunyikan berita tentang Gibran.

" Like mother like daughter, sama-sama tukang ngambek," sindir Yoga menanggapi sikap istri dan anak perempuannya.

" Yang suka ngambek itu Mama kali, Pa. Kia sih biasa saja, deh." Azkia menepis anggapan Yoga yang menganggapnya suka ngambek seperti Natasha membuat Natasha mencibir.

" Tapi kalau pintar sama cantiknya memang mirip Mama, sih." lanjut Azkia terkikik.

" Boleh Papa tambahin?" tanya Yoga.

" Apa, Pa?"

" Narsisnya juga sama persis, deh." ucap Yoga terkekeh.

" Kalau itu bukan cuma mirip aku saja ya, Mas. Tapi dari Mas Yoga juga," sanggah Natasha memutar bola matanya lalu bangkit dan beranjak menuju pintu kamar.

" Sudah ayo kita makan dulu." Natasha meminta Yoga dan Azkia keluar dari kamar untuk menuju arah ruang makan.

***

Pagi ini Azkia dan Rayya pergi sekolah diantar Pak Hasan, supir pribadi yang sangat setia bekerja bersama Yoga. Sementara Alden yang sudah mempunyai SIM lebih suka memakai motor sport yang diberikan Gavin di ulang tahunnya beberapa bulan lalu.

" Ray, coba tebak siapa yang datang ke rumah Kia kemarin siang?" Azkia menyuruh Rayya menebak siapa tamu yang datang ke rumahnya karena kemarin itu Rayya dan keluarganya sedang berada di rumah Dad David.

" Memang siapa, Kia?" tanya Rayya penasaran.

" Clue nya cowok dan ganteng," ujar Azkia memberi petunjuk.

" Nggak tahu, deh. Rayya nyerah kalau disuruh ingat-ingat soal cowok." Rayya menyerah karena tidak tahu siapa orang yang dimaksud oleh Rayya.

" Hmmm, iya Kia tahu, Rayya nggak bisa ingat cowok lain, soalnya yang ada di otak sama di hati Rayya 'kan cuma Kak Rama seorang," sindir Azkia membuat Rayya mendelik.

" Sudah, deh! Kenapa bawa-bawa Kak Rama, sih? Memangnya siapa yang kemarin ke rumah Kia?" tanya Rayya kembali ke inti pembicaraan yang sesungguhnya.

" Yang datang ke rumah kemarin itu Kak Gibran, Ray." Dengan wajah berbinar Azkia menyebutkan nama orang yang berkunjung ke rumahnya.

" Kak Gibran? Kak Gibran teman Kia dulu?" Rayya nampak terkejut mendengar jika Gibran, teman sekaligus kakak kelas mereka berdua yang menghilang hampir beberapa tahun tak pernah ada kabarnya itu kini muncul kembali.

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading❤️

Suami Yang Istimewa

Gibran duduk di sofa ruang tamu rumah Yoga. Sabtu malam ini dia berkunjung kembali ke rumah Azkia. Tentu saja kedatangan pria itu disambut hangat oleh keluarga Yoga.

" Om, Gibran mau ajak Kia keluar boleh, nggak?" Gibran meminta ijin kepada Yoga.

" Kamu mau ajak Kia ke mana, Gibran?" tanya Natasha yang membawakan minuman dan beberapa toples cookies di atas nampan.

" Jalan-jalan sambil makan di luar, Tan." Gibran menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Natasha.

" Silahkan saja kalau mau ajak Kia, tapi Om titip Kia, jangan bawa dia ke tempat yang tidak pantas dia kunjungi." Yoga memberikan ijin kepada Gibran membawa Azkia jalan-jalan.

" Tentu saja, Om. Saya hanya akan ajak Kia makan di mall saja kok, Om." Gibran menyahuti.

" Kamu sudah panggil Kia tadi, Yank?" tanya Yoga saat Natasha mendudukkan tubuhnya di samping Yoga.

" Sudah, Mas. Sedang ganti baju kayaknya," Natasha menyahuti.

" Hai, Kak Gibran ..." Suara Azkia terdengar dari atas tangga, dan tak lama diikuti dengan hentakan kaki berlari menuruni anak tangga.

" Kalau di tangga itu jangan lari-lari, Kia!" Yoga menegur anaknya itu.

" Hehe ... sudah terlanjur sampai bawah, Pa." Azkia terkikik. " Kita berangkat sekarang, Kak?" tanya Azkia kepada Gibran.

" Siap-siap mau ke mana memangnya?" tanya Natasha seolah tak tahu menahu rencana kepergian Azkia dan Gibran.

Azkia menoleh ke arah Gibran.

" Memang Kak Gibran belum bilang sama Papa mau ajak aku keluar, ya?" tanya Azkia menatap Gibran dan Yoga bergantian.

" Sudah." Gibran menjawab dengan nada lemas.

" Terus?" Dari nada bicara Gibran, Azkia bisa menduga jika Gibran tidak mendapatkan ijin dari Papanya.

" Papa kamu nggak kasih ijin." Natasha menyahuti ucapan Azkia hingga membuat wajah Azkia seketika memberengut.

" Pa ..." Azkia mendekat ke arah Yoga lalu duduk di bahu sofa seraya merangkul Papanya. " Papa Kia yang baik, yang tampan ...."

" Hmmm, pasti ada maunya tuh, Pa!" Natasha langsung menyindir kelakuan anaknya yang bergelayut manja sambil memuji Yoga.

" Pa, ijinin, dong. Kak Gibran cuma mau ajak Kia makan di mall, kok. Iya kan, Kak?"

Yoga terkekeh melihat kelakuan putrinya itu.

" Seperti ini nih, kelakuannya persis kayak Mamanya," ucap Yoga seraya menepuk-nepuk lengan Azkia yang merangkulnya.

" Ya persis Mama lah, Pa. Masa persis tetangga, orang netas nya juga dari Mama, kok." Azkia terkikik.

" Memangnya kamu ayam dikata menetas?" Kali Natasha menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan putrinya itu.

" Boleh kan, Pa?" bujuk Azkia kembali.

" Ya sudah, tapi jangan malam-malam pulangnya. Jam sembilan harus sudah sampai di rumah." Yoga yang sebelumnya memang sudah mengijinkan Gibran kini mengajukan syarat yang harus mereka patuhi.

" Makasih, Pa. Papa memang the best, deh." Azkia langsung mencium pipi Yoga juga mencium punggung tangan Papanya itu. Kemudian Kia menyalami dan mencium punggung tangan Natasha.

" Kia pergi dulu ya, Pa, Ma." pamit Azkia.

" Kok Mama nggak dikasih cium juga?" protes Natasha karena anaknya itu tidak melakukan hal yang sama kepadanya seperti yang Azkia lakukan kepada Yoga.

" Hehe ... Mama mau dicium Kia juga? Kirain cuma maunya dicium sama Papa doang." Azkia kemudian menempelkan bibirnya ke pipi Natasha. " Emuuuaacchh ...."

" Saya ajak Kia keluar dulu ya, Om, Tante." Kini giliran Gibran yang meminta ijin kepada Yoga dan Natasha.

" Iya, hati-hati di jalan ya, Gibran!" Yoga kembali mengingatkan.

" Jangan lupa waktu, ya! Jam sembilan Kia harus sudah sampai rumah." Natasha menambahkan.

" Siap Tante, Om. Kami pergi dulu. Assalamualikum ..." pamit Gibran kepada Yoga dan Natasha.

" Waalaikumsalam ..." Yoga dan Natasha pun menyahuti bersamaan. Mereka pun mengantar sampai ke teras rumah hingga mobil yang dikendarai oleh Gibran menjauh dan menghilang dari pandangan mereka.

" Mas kok tumben kasih ijin Kia pergi malam hari berdua saja sama teman cowok? Biasanya Mas nggak pernah kasih ijin Kia pergi kalau nggak banyakan atau nggak ada Alden yang menemani." Natasha merasa heran karena suaminya itu nampak tidak merasa keberatan dengan permintaan Gibran. Dia lalu menutup pintu rumahnya setelah dia dan suaminya masuk ke dalam rumah.

" Karena kita sudah kenal baik sama dia, Yank." jawaban Yoga membuat mata Natasha menyipit.

" Tapi kita kenal hanya sebentar lho, Mas. Lalu dia menghilang nggak pernah ada kabar. Setelah bertahun-tahun, siapa yang tahu sifatnya masih sama seperti dulu atau nggak kan, Mas?" Wajar jika Natasha merasa sedikit ragu karena walaupun dia senang melihat Gibran kembali, namun dia beranggapan jika ada sesuatu yang diinginkan Gibran dari putrinya.

" Dibilang nggak ada kabar? Nggak juga sih, Yank. Hampir lima tahun ini dia selalu rutin komunikasi sama aku, kok. Kadang dia tanya soal materi mata kuliah, kadang dia tanya soal anak-anak. Tanya tentang kesibukan Alden, tanya soal Kia dan masih banyaklah yang sering kita obrolkan."

" Lima tahun? Ya ampun, Mas. Mas niat banget ya, bohongin kita-kita?" Natasha menyebut dia dan anak-anaknya yang merasa ditipu oleh Yoga.

" Bohong apa, sih? Bohong itu kalau kamu tanya aku gini, Mas, kalau Gibran itu sekarang tinggal di mana, ya? Kok nggak pernah ada kabar? Terus aku jawab, aku nggak tahu, Yank. Nah, itu baru namanya berbohong." Yoga berdalih membuat Natasha memutar bola matanya ke atas. Sejak pertama kali kenal dengan Yoga, dia tidak akan pernah bisa menang jika harus berdebat dengan suaminya itu. Pria yang sekarang ini berprofesi sebagai dosen itu memang pandai bicara dan selalu membuat Natasha mati kutu.

" Hmmm, apa Mas merasa kalau Gibran itu sebenarnya suka sama Kia?" tanya Natasha kemudian saat mereka kembali duduk di sofa.

" Iya, memang aku lihat juga seperti itu. Tapi aku sudah bilang ke Gibran, kalau aku baru kasih ijin Kia pacaran kalau dia sudah lulus SMA."

" Jadi Gibran sudah bilang ke Mas kalau dia suka sama Kia?" tanya Natasha penasaran.

" Nggak, sih. Waktu itu dia pernah tanya apa Alden sudah punya pacar? Apa Kia sudah pacaran? Ya aku jelaskanlah apa-apa saja yang harus mereka penuhi agar mendapat lampu hijau dari kita jika mereka ingin menjalin hubungan dengan lawan jenis."

" Tapi Alden 'kan sudah kita jodohkan dengan Falisha, Mas." Natasha langsung menginterupsi ucapan suaminya.

" Iya, aku tahu. Intinya aku tetap memberi batasan waktu kapan mereka bisa mulai pacaran." Yoga menjelaskan.

" Tapi Mas setuju nggak kalau Kia sama Gibran?" Natasha penasaran akan pendapat suaminya soal kedekatan Gibran dan Azkia.

" Gibran anaknya baik, kalem, santun, tenang pembawaannya dan berpikiran dewasa. Aku rasa sangat cocok untuk Kia yang aktif, ceplas ceplos dan tomboy. Aku rasa Gibran bisa mengendalikan Azkia yang sedikit keras kepala sepertinya Mamanya. Cup ..." Sebuah kecupan mendarat di pipi Natasha membuat Natasha langsung menoleh ke arah Yoga.

" Apa Mas memikirkan sesuatu?" Natasha merasakan sesuatu yang ada di pikiran suaminya itu.

Yoga menganggukkan kepala dengan senyum terkulum di bibirnya. Kemudian dia merangkulkan tangannya di pundak sang istri membuat Natasha menyandarkan kepalanya ke bahu pria yang sudah belasan tahun itu memberikan rasa nyaman untuknya.

" Akan ada kisah Tata dan Yoga chapter dua," bisik Yoga di telinga Natasha membuat Natasha ikut tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Tentu saja sebagai seorang ibu dan istri yang mempunyai suami seistimewa Yoga, dia pun berharap putri-putrinya kelak akan mendapatkan pendamping hidup yang sifat dan sikapnya menyamai suaminya atau kalau bisa melebihi dari apa yang dia dapatkan dan rasakan selama sembilan belas tahun hidup bersama suaminya itu.

*

*

*

Bersambung ...

Ada yang belum bisa move on dari karakter Yoga di MSI?

Jangan lupa tinggalkan jejak jempol dan likenya, makasih🙏

Happy Reading❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!