"Raila, aku tahu, aku bukan manusia yang sempurna, masih banyak kekurangan yang kumiliki, aku tahu banyak yang mengatakan jika hubungan kita ini ibarat langit dan bumi, tapi aku tidak ingin mendengar perkataan orang-orang itu, yang aku tahu aku hanya cinta dan sayang sama kamu, banyak hal yang kita lewati karena hubungan kita ini terjalin bukan hanya satu atau dua hari, lebih dari 3 tahun kita kenal dan menjalin hubungan, awalnya mustahil karena aku yang hanya kacung kampus menjadi kekasih dari bidadari kampus, tapi aku tidak peduli itu, aku tetap berjuang agar kisah kita menjadi happy ending, dan saat ini aku benar-benar memberanikan diri untuk membuat tujuan kita tercapai, Raila will you marry me," ucap Farel melalui voice note. Raila yang mendengar lamaran dari Farel melalui voice note pun terkejut dan tersenyum cerah.
Belum sempat Raila membalasnya, Farel terlebih dahulu mengirimkan voice note kembali, "Kalau kamu terima, kamu bisa melihat keluar dari jendela kantor kamu dan lihat ke gang sebelah kantor kamu, tapi kalau kamu menolak kamu bisa telepon aku dan mengatakannya secara langsung," ucap Farel melalui voice note.
"Ck, dasar cowok aneh," gumam Raila.
Saat ini Raila sedang berada di kantornya, ia bekerja sebagai editor di salah satu penerbitan buku di Jakarta, "Siapa, Rai?" tanya Vanya saat melihat Raila tersenyum sendirian.
"Farel," ucap Raila.
"Astaga, Rai, cuma karena Farel doang, lo itu harusnya menata masa depan lo Rai," ucap Vanya.
"Maksudnya?" tanya Raila.
"Ada Indra, dia salah satu pengusaha ternama, dia kelihatan banget kalau suka sama lo, harusnya lo jangan jual mahal ke dia, lo lupain Farel deh terus pilih Indra, gue jamin hidup lo tenang soalnya lo mau apa-apa dia pasti sanggup nurutin, lah kalau si Farel mah gak yakin gue," ucap Vanya.
Vanya adalah salah satu teman Raila sejak SMA dan ia tahu mengenai hubungan Raila dan Farel. Vanya sangat tidak menyukai Farel sejak kabar Raila menjalin hubungan dengan Farel, seringkali Vanya menjodohkan Raila kepada teman cowoknya yang tentunya kaya, tapi Raila sering menolaknya karena Raila masih sadar jika ada Farel yang sudah menjadi kekasihnya.
"Van, gue tahu kok niat lo baik banget sama gue, tapi thanks, gue tahu mana yang tepat buat hati dan perasaan gue," ucap Raila lalu keluar kantor dan mengambil ponselnya untuk menghubungi Farel.
"Halo," ucap Raila.
"Halo juga, ini artinya kamu nolak lamaran aku, Rai?" tanya Farel.
"Coba kamu lihat dibelakang kamu, Rel," ucap Raila.
Farel yang awalnya menghadap tembok pun langsung membalikkan badannya dan melihat kekasih cantiknya itu, "Kamu kok disini?" tanya Farel.
"Kamu mah gak peka," ucap Raila.
"Tunggu jadi ini kamu nolak aku atau nerima aku?" tanya Farel.
"Menurut kamu?" tanya Raila dengan menahan senyumnya saat melihat ekspresi Farel.
"Ck, cepet pasangin," ucap Raila dan mengulurkan tangannya yang siap memakai cincin lamaran dari sang kekasih.
"Pasangin apa?" tanya Farel.
"Kamu kan ngelamar aku," ucap Raila.
"Iya, ini aku ceritanya lagi melamar kamu," ucap Farel.
"Astaga, Farel, ini aku terima lamaran kamu jadi sekarang kamu pasangin aku cincinnya," ucap Raila.
"Kamu beneran nerima lamaran aku?" tanya Farel.
"Iya, Gifarel," ucap Raila.
"Makasih sayang," ucap Farel lalu memeluk erat Raila dan Raila pun tak kalah membalas pelukan Farel.
"Oke, sekarang kamu pasangin cincinnya biar bisa aku lihatin ke temen-temen sama keluargaku," ucap Raila dan kembali mengulurkan tangannya.
"Emang kalau ngajak lamaran itu harus pake cincin ya?" tanya Farel yang membuat Raila terkejut.
"Kamu gak bawa cincinnya?" tanya Raila.
"Iya, aku cuma bawa ini doang," ucap Farel dan memberikan sebuah coklat ke Raila.
"Hah! kamu cuma ngasih coklat," ucap Raila.
"Iya, katanya Gio kalau kita mau ngelamar harus sesuai dengan kondisi keuangan kita, makanya aku cuma bisa ngasih ini, uangku harus aku tabung buat pernikahan kita, maaf ya, aku gak bisa buat kamu seperti perempuan lainnya yang bisa ngerasain cincin lamaran," ucap Farel.
"Gapapa kok, aku gak masalah yang pentingkan niat kamu buat jadiin aku istri kamu," ucap Raila.
"Masa ngelamar cuma ngasih coklat, mana harganya aja gak sampe 50 ribu, malu banget sih kalau gue jadi lo, Rai," ucap Vanya.
"Gue gak malu kok, gue malah seneng walaupun Gue cuma dikasih coklat," ucap Raila.
"Ck, dasar Raila bucin akut, lo itu harusnya mikir masa depan lo, kalau lo bareng nih kacung, lo gak bakal dapet apa-apa yang ada hidup lo bakal sengsara selamanya udah deh percaya sama gue," ucap Vanya.
"Aku percaya sama tuhan bukan sama kamu, Van, udah ah, aku mau masuk ambil tas dulu ya terus kita pergi dari sini," ucap Raila dan diangguki Farel.
"Eh, lo jadi cowok gak ada romantis-romantisnya banget ya, gue cuma saranin aja deh mending lo gak usah lagi deketin sahabat gue, dia itu udah punya calon yang lebih cocok bersanding dengan dia daripada manusia modelan lo ini," ucap Vanya.
"Van, gue kenal lo karena lo sahabat calon istri gue, bohong kalau gue gak pernah marah sama lo, gue cuma bisa diam karena Raila sendiri yang nyuruh gue untuk gak ngeladenin lo, jadi gue harap lo gak ngelakuin hal yang kelewat batas, apalagi lo mau jodohin Raila lagi, inget Van, Raila udah milih gue, jadi sekuat apapun lo misahin gue sama Raila semuanya akan sia-sia," ucap Farel.
"Lo lihat aja gue bakal buat kalian pisah, gue gak mau sahabat gue dapet cowok kayak lo, cowok yang gak berguna, apa kata orang kalau mereka tahu suami dari Raila salah satu editor terbaik, itu lo yang kerjanya cuma nganterin makanan, bahkan gaji lo aja gak nyampe setengah gaji Raila," ejek Vanya.
"Vanya, lo gak boleh ngomong kayak gitu, gue gak pernah ngelihat Farel dari gaji ataupun hartanya, gue tulus sama Farel, lo tahu kan hubungan gue sama Farel itu udah ditentang keluarga besar gue, setidaknya lo sebagai sahabat gue ngedukung gue sama Farel, tapi Lo malah ngejelekin Farel, asal lo tahu, Van, gue selama ini selalu belain lo kalau Farel marah dan ingin datengin lo, tapi apa lo malah ngejelekin dia, jujur gue kecewa sama lo, tapi gue juga gak bisa benci lo, lo itu salah satu sahabat terbaik gue. Gue pergi dulu ya, sorry kalau omongan gue kasar, tapi gue gak akan benci ke lo kok," ucap Raila lalu menghampiri Farel dan menggenggam erat tangan sang kekasih.
"Kita duluan, Van," pamit Raila.
"Gue itu cuma pengen yang terbaik buat lo, Rai, Farel itu cowok gak berguna!" teriak Vanya. Raila mendengar semua hinaan dari Vanya, namun ia diam dan tidak ingin membalasnya.
"Aku tahu kok kalau semua yang dibilang Vanya emang bener adanya, kalau kamu ingin berpikir lagi masalah lamaran tadi, aku gapapa kok, Rai, benar kata Vanya tadi, kamu juga harus mikirin soal masa depan kamu," ucap Farel dan mendapat tatapan tajam dari Raila.
"Apa aku harus berpikir lagi buat nerima lamaran kamu?" tanya Raila.
"Kalau memang kamu mau berpikir lagi gapapa, aku akan menunggunya kok," ucap Farel.
.
.
.
Tbc.
*Hai semuanya, selamat datang di karya pertamaku semoga kalian suka, masih banyak kesalahan dalam penulisan, author sangat mengharapkan kritik dan saran supaya author lebih baik lagi. terima kasih🥰
"Kata siapa aku perlu berpikir lagi, aku gak perlu berpikir lagi, aku sudah percaya sama kamu dan yang harus kamu tahu aku gak peduli soal penghasilan yang kamu dapatkan, kita udah lama menjalin hubungan ini, kalau aku butuh berpikir lagi untuk apa aku bertahan sama kamu, Farel," ucap Raila.
"Makasih, Rai. Selama ini kamu udah mau bareng aku terus dan maaf," ucap Farel.
"Maaf untuk apa?" tanya Raila.
"Maaf karena aku, kamu jadi sering dihina sama temen-temen kamu," ucap Farel.
"Rel, kayaknya kita udah bahas ini pas awal kita pacaran deh, jadi gak usah bahas ini lagi ya," ucap Raila.
"Yaudah, kalau gitu kamu mau makan apa?" tanya Farel.
"Kita makan soto mang Andi aja," ucap Raila.
"Baik tuan putri, silahkan naik," ucap Farel yang terlebih dahulu mengendarai sepeda motor sederhana miliknya.
Farel pun mengendarai sepeda motornya menuju tempat soto mang Andi, sesampainya di sana Farel dan Raila segera turun dari sepeda motor milik Farel, "Mang Andi," sapa Raila saat memasuki warung sederhana tersebut.
"Eh ada neng Raila, apa kabar neng?" tanya Mang Andi pemilik warung soto tersebut.
"Baik Mang," ucap Raila.
"Mang sotonya dua ya," ucap Farel, yang memberhentikan kekasihnya itu karena jika tidak maka ia harus menunggu berjam-jam untuk makan. Bagaimana tidak, jika Raila dan Mang Andi sudah bertemu maka Raila akan membahas apapun yang terjadi di luaran sana dengan Mang Andi.
"Siap den," ucap Mang Andi.
Farel dan Raila pun duduk di salah satu kursi yang ada disana, "Rai," panggil Farel.
"Iya, ada apa?" tanya Raila.
"Kira-kira kamu siap aku ke rumah kamu kapan?" tanya Farel.
"Hah, kamu kan sering ke rumah aku, kenapa tanya gitu? ya aku siap kapan ajalah," tanya Raila.
"Maksud aku bukan itu, maksud aku itu aku ke rumah kamu bawa keluargaku buat ngelamar kamu," ucap Farel.
"Kamu beneran Rel pengen nikah sama aku?" tanya Raila.
"Kalau aku gak mau nikah sama kamu, aku udah pergi ninggalin kamu dan aku juga gak bakal mau ngelamar kamu kayak tadi," ucap Farel.
"Kalau gitu aku bicara sama Papa, Mama dulu ya, gimanapun mereka juga harus tahu soal ini kan," ucap Raila.
"Iya, kamu bilang ke Papa sama Mama kamu dulu, aku siap kok dengan jawaban apapun yang akan Papa dan Mama kamu berikan ke aku," ucap Farel.
"Nanti kalau orangtuaku gak ngerestuin kita berdua, gimana kalau kita kawin lari aja," ucap Raila lalu mendapatkan pukulan sangat pelan di keningnya.
"Awsh, sakit tau Farel," rengek Raila dengan memegang keningnya.
"Maaf sayang, sini," ucap Farel dan mengecup kening Raila yang tadi ia pukul.
"Kamu mah gak berperikepacaran," ucap Raila.
"Apa itu berperikepacaran?" tanya Farel.
"Ya, gak tau, aku kan asal ceplos aja," ucap Raila.
"Ini sotonya, silahkan dinikmati," ucap Mang Andi.
"Makasih, mang," ucap farel dan diangguki Mang Andi.
.
Saat ini Raila Sudah berada di rumah, ia bersiap untuk memberitahukan niat baik Farel kepada Papa dan Mamanya. Raila pun keluar dari kamarnya dan menuju ruang tamu, disana sudah ada Papa Alvan dan Mama Sena.
"Ma, Pa," panggil Raila.
"Ada apa?" tanya Mama Sena dengan jutek.
"Huh, ada yang yang mau Raila bicarain ke Mama sama Papa," ucap Raila.
"Apa?" tanya Papa Alvan yang tak kalah juteknya dengan Mama Sena.
"Farel udah lamar Raila secara pribadi dan dia pengen bawa orangtuanya ke rumah kita buat melamar Raila kira-kira Papa sama Mama gimana?" tanya Raila.
"Kamu itu ya masih saja berhubungan dengan pria miskin itu, Raila banyak yang mau sama kamu, kenapa kamu harus milih dia sih sampe mau nikah lagi, ogah ya Mama punya menantu miskin dan kere kayak dia, bukannya Vanya udah ngedeketin kamu sama Indra si pengusaha itu kan, kenapa kamu malah sama si miskin itu sih?" tanya Mama Sena.
"Bener kata Mama kamu," ucap Papa Alvan.
"Pa, Ma, Raila itu mau cari pasangan yang buat Raila nyaman dan itu Raila dapatin di farel," ucap Raila.
"Kamu kalau sama Indra juga bakal nyaman malah nyaman banget kalau menurut Mama, semua yang kamu butuhin pasti ada dan yang terpenting Indra bisa bantu keluarga kita, kamu tahukan kalau kamu nikah sama si miskin itu nama keluarga kita semakin dipandang rendah dalam perkumpulan keluarga besar nantinya," ucap Mama Sena.
"Ma, kenapa sih Mama selalu aja bahas itu terus, yang ngejalanin hidup Raila itu ya Raila bukan Mama, Papa ataupun Vanya, Raila tahu mana yang baik buat Raila, Raila tahu yang buat Raila bahagia dan uang gak masuk didalamnya, Raila tahu semuanya butuh uang, tapi bukan nomor satu bagi Raila," ucap Raila.
"Jadi gimana?" tanya Raila.
"Kamu pasti tahulah apa jawaban Mama, Mama gak akan sudi nerima si miskin itu untuk lamar kamu ke rumah, apalagi bawa orangtuanya yang sama-sama miskin, asal kamu tahu ya Raila, orangtua terburuk di dunia itu adalah orangtuanya si miskin kamu tahu kenapa karena mereka gak sadar derajat mereka dengan keluarga Laksani," ucap Mama Sena.
"Ma, stop, lebih baik Mama ngerendahin Raila daripada ngerendahin orangtuanya Farel, mereka tidak tau apa-apa bahkan mereka tidak tahu kalau anak mereka direndahkan oleh orangtua pacarnya sendiri," ucap Raila.
"Bagus, biar mereka tahu terus mereka batalin lamarannya," ucap Mama Sena.
"Papa setuju kalau si miskin itu mau lamar kamu ke rumah," ucap Papa Alvan yang mengejutkan Mama Sena dan Raila.
"Maksud Papa apa? gak Lexa gak mau punya Kakak ipar miskin," tanya Lexa adik dari Raila.
"Maksud Papa apa ngebolehin si miskin itu ke rumah?" tanya Mama Sena dengan meninggikan suaranya.
"Huh, kamu boleh bawa si miskin itu, tapi dengan satu syarat," ucap Papa Alvan.
"Syarat? kenapa harus pakai syarat?" tanya Raila.
"Kalau kamu gak mau yaudah," ucap Papa Alvan.
"Apa memang syaratnya, Pa?" tanya Raila.
"Belikan pakaian bermerek untuk Papa, Mama, Lexa dan juga Keanu, sama perhiasan dan aksesoris lainnya, semuanya harus dari mereka terkenal," ucap Papa Alvan yang membuat Raila terkejut. Sedangkan, Mama Sena dan lexa tersenyum karena akan mendapat barang yang mereka impikan.
Meskipun keluarga Raila termasuk kedalam keluarga terkaya di Indonesia, bahkan masuk kedalam sepuluh besar, tapi itu hanya untuk keluarga besar. Sedangkan, untuk keluarga Raila belum mampu jika untuk membeli merek-merek terkenal. Keluarga Raila selalu di pandang rendah oleh keluarga Laksani lainnya karena didalam keluarga Raila tidak ada yang berhasil mendapatkan proyek-proyek yang dapat menguntungkan bagi keluarga besar Laksani.
"Bagaimana?" tanya Papa Alvan.
"Raila, akan bilang ke Farel terlebih dahulu, Pa, karena dia harus tahu masalah ini," ucap Raila.
"Oke, Papa kasih waktu sampai besok sore," ucap Papa Alvan.
"Bukannya itu terlalu cepat, Pa," ucap Raila.
"No, itu malah sangat lambat," ucap Papa Alvan lalu pergi meninggalkan Raila, begitu juga dengan Mama Sena.
"Kak, cari kayak gue dong, gue bisa dapetin Kak Tama yang bahkan gak ada apa-apanya daripada calon lo itu," ejek Lexa lalu pergi meninggalkan Raila.
.
.
.
Tbc.
Raila saat ini berada didalam kamarnya, "Aku harus kasih tahu Farel, tapi gimana kalau dia gak sanggup," gumam Raila lalu menghubungi Farel.
"Halo gimana, Rai?" tanya Farel.
"Hem, Papa ngebolehin kamu sama keluarga kamu dateng buat ngelamar aku ke rumah," ucap Raila.
"Syukurlah, kalau begitu secepatnya aku akan ajak keluargaku ke rumah kamu," ucap Farel.
"Tapi, Papa ngasih satu syarat, Rel. Kalau kamu mau ke rumah," ucap Raila dengan pelan, namun masih dapat di dengar jelas oleh Farel.
"Syarat apa, Rai?" tanya Farel.
"Hem i - itu, kata Papaku kalau kamu mau ke rumah harus bawa pakaian, perhiasan sama aksesoris bermerek, Rel. Ka - kalau kamu mau batalin gapapa kok, Rel. Aku tahu kondisi keuangan kamu," ucap Raila.
"Rai, saat aku bilang aku mau nikahin kamu, itu artinya aku udah siapin semuanya. Aku tahu gimana keluarga kamu jadi gak mungkin aku gegabah ngajak kamu nikah. Aku pastinya punya persiapan buat ngehadapin calon mertuaku," ucap Farel.
"Tapi, Papa bilang kamu ngasihnya bukan cuma untuk Papa sama Mama, tapi juga Lexa sama Kak Keanu, itu pasti membutuhkan uang yang gak sedikit, Rel. Aku gak mau kamu jadi susah cuma untuk nurutin kemauan keluargaku," ucap Raila.
"Rai, asal kamu tahu, semua yang berhubungan dengan kamu itu gak pernah bikin aku susah justru sebaliknya, aku seneng banget karena aku bisa buktiin ke kamu dan keluarga kamu kalau aku benar-benar sayang sama kamu. Aku rela ngasih apapun selama itu ada hubungannya dengan hubungan kita berdua jadi kamu gak perlu khawatir ya," ucap Farel.
"Kalau gitu nanti aku bantu supaya kamu gak terlalu ngeluarin uang banyak," ucap Raila.
"Ga perlu, Rai. Aku masih sanggup kok , seandainya kamu nyuruh aku buat beli tiket liburan ke menara Eiffel pun aku masih sanggup," ucap Farel.
"Apa sih lebay," ucap Raila.
"Ya, kamu sih, pokoknya itu semua urusan aku, tugas kamu cuma nungguin aku calon suami kamu ya dan jangan pindah ke lain hati," ucap Farel.
"Emang kamu pernah lihat aku ke lain hati, walaupun ada cowok yang lebih ganteng dan lebih memiliki segalanya dari kamu, aku juga bakal tetep milih kamu kali," omel Raila.
"Udah ah, males ngomong sama kamu," lanjut Raila lalu memutuskan sambungan telepon tersebut.
.
Pagi harinya Raila sudah bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Saat Raila turun, ia melihat seorang pria yang tak ia kenal, "Rai, sini dulu deh," ucap Mama Sena dengan raut wajah yang terlihat bahagia.
"Ada apa, Ma?" tanya Raila.
"Ini kenalin anaknya temen Mama, namanya Steve dan Steve kenalin ini anak Tante namanya Raila," ucap Mama Sena.
"Hai, Raila," sapa Steve dengan lembut.
"Oh, hai juga Steve, Raila harus berangkat, Ma takut telat," ucap Raila.
"Kamu berangkat bareng Steve aja, Rai. Mumpung tadi dia bawa mobil daripada kamu naik taksi kan," ucap Mama Sena.
"Iya, sama aku aja, kalau begitu ayok kita berangkat takutnya kamu telat," ajak Steve.
"Mama kata siapa aku naik taksi, aku udah dijemput sama calon suamiku kok, oh iya, Ma. Farel udah menyetujui persyaratan yang dikasih Papa jadi secepatnya dia bakal datang buat melamar aku," ucap Raila dengan senyum lebarnya dan menandakan bahwa dia saat ini sedang bahagia.
"Alah, mending kamu sama Steve aja, kalau kamu sama si miskin itu cuma pake sepeda motor," ucap Mama Sena.
"Gapapa kok, Ma, Raila gak masalah. Malah kalau pake sepeda motor lebih romantis, Raila pergi dulu kasihan calon suami yang Raila cintai nunggu diluar," ucap Raila lalu keluar dari rumah dan menuju kearah Farel.
"Halo sayang," sapa Farel.
"Kenapa kamu kok aneh hari ini?" tanya Raila.
"Aneh kenapa?" tanya Farel.
"Kamu gak salah makan kan?" tanya Raila.
"Gak sayang, ayo kita ke berangkat nanti kamu telat lagi," ucap Farel dan diangguki Raila.
Raila pun menaiki sepeda motor matic milik Farel, "Rel, kamu kira-kira kapan jadinya ke rumah?" tanya Raila.
"Rencananya aku mau ke rumah kamu Minggu depan, tapi aku gak tahu orangtuaku bisa atau gak," ucap Farel.
"Kalau gitu nunggu orangtua kamu aja, selama kita pacaran aku cuma dua kali loh ketemu sama orangtua kamu, nanti kalau aku dibilang menantu yang sombong gimana," ucap Raila.
"Gak bakal sayang," ucap Farel.
"Hem, Rel," panggil Raila.
"Iya, ada apa sayang?" tanya Farel.
"Ini soal syarat Papaku," ucap Raila.
Kenapa memangnya?" tanya Farel.
"Aku bakal bantu kamu terserah kamu mau nerima bantuan aku atau gak. Aku kemarin sempat tanya Gio katanya kamu itu udah lembur bulan ini, aku gak mau pernikahan kita nanti malah jadi beban buat kamu," ucap Raila.
"Rai, aku udah pernah bilang, aku gak pernah merasa kamu itu beban, aku malah merasa kamu itu semangatku," ucap Farel.
"Tapi, tetap aja, Rel. Barang-barang yang diminta keluargaku itu bukan 1 atau 2 juta, kamu harus punya dana sekitar puluhan juta dan asal kamu tahu mereka gak akan puas walaupun kamu kasih mereka barang mahal pun," ucap Raila.
Farel pun memberhentikan sepeda motornya bertepatan dengan lampu berwarna merah, "Aku kemarin bilang apa ke kamu, sebelum aku melamar kamu secara pribadi, aku udah siapin semua kemungkinan yang bakal terjadi jadi aku bisa atasi sendiri, jadi aku minta tolong banget sama kamu jangan ikut andil apapun untuk syarat dari Papa kamu ya," ucap Farel dengan mengusap lembut tangan Raila yang melingkar di perutnya.
"Yaudah, aku diem aja deh, tapi kalau kamu butuh bantuan, kamu harus cepet kabari aku loh ya," ucap Raila.
"Pasti itu sayang," ucap Farel.
Sepeda motor Farel pun membelah jalan menuju kantor Raila, beberapa saat kemudian sepeda motor tersebut berhenti didepan kantor Raila, "Makasih ya," ucap Raila setelah turun dari sepeda motor tersebut.
"Iya, kamu semangat ya kerjanya," ucap Farel.
"Kamu juga hati-hati," ucap Raila dan diangguki Farel.
"Aku pergi dulu dah," pamit Farel lalu meninggalkan Raila.
"Yaelah, pacaran terus," goda Isna, salah satu editor di tempat penerbitan yang sama dengan Raila.
"Apa sih, ngomong-ngomong Vanya udah dateng belum?" tanya Raila.
"Kayaknya belum deh soalnya dari tadi gue gak ngelihat Vanya," ucap Isna.
"Kemana tuh anak, oh iya, Na, lo udah nyelesain blurb yang penulisnya black ocean belum?" tanya Raila.
"Itu kan bagiannya Aldo," ucap Isna.
"Kan Aldo cuti karena istrinya lagi lahiran," ucap Raila.
"Di gue gak ada sih, Rai. Gue gak pegang yang punya black ocean, dia penulis cowok kan," ucap Isna.
"Iya, coba nanti gue tanyain ke Dandi aja kalau gitu," ucap Raila.
"Iya, mending lo tanyain langsung ke Dandi aja, atau gak editor cowok karena kan penulisnya juga cowok jadi gak mungkin di editor cewek sih," ucap Sarah.
"Bisa aja sih masuk ke editor cewek, lo gak inget Vanya pernah ambil naskah salah satu penulis gara-gara penulisnya cakep," ucap Raila.
"Emang cuma dia yang gak normal disini, dia mah rela ngelakuin apa aja biar dapet sumber uang," ucap Isna.
"Gue setuju sama yang lo bilang," ucap Raila.
"Tapi, emangnya Vanya masih suka ngejodohin lo ya?" tanya Isna.
"Ya, gitu deh, menurut gue dia gak bakal berhenti sih, mungkin juga bakal berhenti sih. Tapi, gak tahu kapan, lo tahu sendiri gimana Vanya," ucap Raila.
.
.
.
Tbc.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!