"Pah, papah bangun.."
"Eughhh.."
"Papah bangun, katanya jalan jalan.."
Suara bocah laki laki berusia hampir lima tahun itu setia menepuk nepuk dada bidang ayahnya. Hal ini adalah kebiasaan yang dia lakukan jika tidur bersama sang ayah.
Sekilas senyum tersungging dari pria yang baru membuka matanya sedikit.
"Pagi sayang, papah kesiangan yah?" Sesalnya dalam suara khas orang bangun tidur.
"Dari tadi Tegar bangunin juga?" Rajuk anak itu sembari bangkit dan merebahkan badannya di samping sang Ayah.
Sang papah pun merengkuh anaknya dan memdekapnya dalam pelukan.
Namanya Tegar Attariq, putra dari Indar Attariq. Pengusaha di bidang jasa transportasi, dari bus pariwisita atau lintas pulau dan propinsi, kereta api, kapal pesiar, dan maskapai penerbangan.
Lalu siapakah ibunya? Sejak bayi, Tegar tumbuh hanya dengan satu orang tua yaitu ayahnya. Ibunya pergi meninggalkannya begitu dia lahir.
Anak malang tanpa dosa, yang lahir karena kesalahan ayahnya. Kesalahan seorang anak laki laki dalam menikmati masa mudanya. Anak malang yang lahir karena keisengan sang ayah dan teman temannya hanya demi ambisi dan permainan konyol yang justru menghancurkan hidup ibu dari anak itu.
Ya. Ibunya pergi menahan dendam dan kecewanya pada sang ayah. Ibunya hanya mengandungnya, namun setelah lahir ibunya menaruh anak itu ke dalam kardus dan diletakkan di depan gerbang rumahnya. Setelah itu ibunya menghilang entah kemana.
Gemparlah keluarga Indar. Dengan bukti bukti yang ada serta melakukan tes DNA, murka lah orangtua Indar. di ajukannya dua pilihan, merawat anak itu atau pergi dari rumah dan menghapus jejaknya dari nama keluarga.
Hancurlah rencana pernikahan Indar yang sudah di depan mata. Calon istrinya tak mau menerima keberadaan anaknya. Indar pun kembali di hadapkan dengan dua pilihan, anak atau calon istri. Dan karena nalurinya sebagai ayah yang kuat, dia memilih anaknya.
Meski di awal kehadiran anak itu, Indar menolaknya dengan kejam, namun saat dirinya merengkuh tubuh kecil dalam gendongannya, kehangatan dan rasa haru menelusup relung hatinya. Rasa salah pun menghampirinya.
Sementara ibu kandung Tegar menghilang entah kemana. Keluarganya pun tak ada yang mengetahuinya, berbagai cara mereka lakukan demi menemukannya. Namun sama sekali tak ada petunjuk yang mereka dapat. dan mereka menyalahkan Indar. Karena Indarlah yang menyebabkan kemalangan putri mereka. Hingga dalam waktu hampir satu tahun pencarian tak mendapatkan hasil, keluarga perempuan yang melahirkan Tegar memutuskan kalau ibunya Tegar telah meninggal dunia.
Ibu tiri mungkin memang tak pernah setulus ibu kandung. Indar beberapa kali mencoba menjalin hubungan namun harus kandas karena tak ada satupun yang tulus sayang pada putranya hingga dia memutuskan tak akan pernah menikah dan akan membesarkan putranya seorang diri meski kedua kakek dan nenek Tegar masih ada.
Anak kecil tetaplah anak kecil. Dia juga merindukan kasih sayang seorang ibu, meski dia di kelilingi orang orang yang menyayanginya namun di hati kecilnya tetap merindukan belaian dari perempuan yang melahirkannya. Hanya dari foto, dia bisa melihat wajah ibunya. Foto foto yang dia dapat dari keluarga dan sahabat ibunya.
"Hari ini acaranya kita kemana sayang?"
"Kalau ke pantai bagaimana pah?"
"Ide bagus, tapi kita cari Mall dulu yah, papah nggak bawa baju banyak.."
"Hahha, kasian papah, tapi Tegar beliin ya?"
"Yah, udah ngeledek papah malah minta di beliin.."
"Hehhee, kan uang papah, uang Tegar juga.."
"huu anak papah ini, makin pinter kalau ngeles, ya udah sekarang kita mandi, sarapan trus berangkat. ayo.."
"Siap pah.." Dan meraka pun segera beranjak.
Itulah kegiatan Indar. Dia selalu meluangkan waktu lebih untuk putra tercinta. Dia sadar, anaknya sangat membutuhkan kasih sayang, terutama kasih sayang seorang ibu. Maka itu dia selalu meluangkan waktunya demi sang anak di tengah kesibukannya sebagai pengusaha.
Dan seperti hari ini, mereka ada di kota jogja, sedang liburan berdua, anaknya yang merengek ingin pergi ke tempat ini. Hanya karena ingin foto di sebuah candi, kata Tegar
Tak lama kemudian bapak dan anak itu terlihat sudah bersiap untuk memulai acara pikniknya. Ini adalah hari kedua mereka berada di kota gudeg. Setelah kemarin mereka puas menjelajah wisata candi, hari ini mereka akan menjelajah wisata laut. Sesuai rencana, mereka pun pergi kepusat perbelanjaan yang terkenal di kota ini.
Tak butuh waktu lama, mereka sudah tiba di salah satu lantai di mall besar ni dimana banyak memajang koleksi koleksi baju dari brand ternama. Tentu saja kehadiran bapak dan anak ini menjadi daya tarik tersendiri. Tampan yang rupawan serta sikap kebapakan yang ditujukan Indar benar benar menyedot mata para wanita di setiap area yang mereka tapaki.
"Pah, kita kesana yuk?" tunjuk Tegar. Sang papah mengikuti arah tangan anaknya.
"Dasar bocah, selalu mainan yang di cari.."
dengan tak sabar Tegar berlari menuju ke pusat penjualan mainan ditempat itu.
"Jangan lari lari sayang, entar jatuh!!" peringat sang papah. dan baru saja Indar mengakhiri ucapannya tiba tiba
Brraakk!!!
"Aduh" pekik seorang wanita bersaman dengan seorang yang menabrak belanjaannya.
"Tegar..!!" teriak sang papah begitu melihat anaknya terjatuh karena menabrak seorang perempuan yang tiba tiba muncul dari arah yang berlawanan.
"Kamu nggak apa apa nak?" tanya perempuan itu merasa bersalah. Dia langsung berjongkok meraih bocah yang tengkurap itu.
Indar segera meraih tubuh anaknya namun, saat bocah dan Indar menatap wajah perempuan itu, mata mereka membulat seketika.
"Shalu.!!"
"mamah.!!" ucap bapak dan anak bersamaan.
Perempuan itu pun tercengang saat mulut mereka berkata.
"Maaf pak, Bapak mengenal saya?"
Pertanyaan yang tentu saja membuat Indar syok.
"kamu nggak ingat saya shalu? Saya Indar, tentu saja saya mengenal kamu.."
"Tapi maaf pak, serius, saya tidak mengenal bapak.."
Sedangkan si anak, langsung mendekap kaki perempuan itu.
"Mamah?" perempuan itu pun tersentak. Dia kaget ada seorang anak kecil memanggilnya mamah. Meski ada perasaan aneh tapi perempuan itu tak merasa kenal dengan kedua orang dihadapannya iini.
"Kamu serius ngga kenal aku shal?" Sekali lagi Indar bertanya
"Maaf pak tapi sungguh saya tidak mengenal anda,.." Dan perempuan itu tetap menyangkalnya.
Ada raut kecewa di wajah Indar. Bagaimana perempuan ini tak mengenalnya. Bahkan wajah dan postur tubuhnya benar benar mirip dengan ibu dari anaknya.
"Maaf mungkin saya salah orang, tapi bisakah kita ngobrol sejenak, sepertinya anak saya menyukai anda karena wajah anda benar benar mirip dengan ibunya.."
"Tapi.." jawab perempuan itu ragu. perempuan itu menatap wajah iba sang bocah. Hatinya merasa tak tega.
"Baiklah, sekalian saya juga sedang menungu seseorang.."
"Terimakasih.." ucap Indar lega.
"kita duduk disebelah sana tuan, soalnya disana saya biasa menunggu seseorang." tunjuk perempuan itu Dan disetujui oleh Indar.
"Apa benar dia orang yang berbeda? Tapi kenapa nama dan wajahnya sangat mirip?"
@@@@
Mereka kini duduk di salah satu sudut cafe yang berada di mall ini. Bocah kecil itu terus melekat pada perempuan yang disangkanya adalah ibunya. Tatapan mata Indar juga tak lepas dari wajah yang sama persis tanpa cela dari wanita yang telah melahirkan anaknya. Sedangkan wanita itu telihat canggung dengan tatapan dari pria tampan dihadapannya hingga dia mengalihkan fokus ke seorang bocah yang berada dalam pangkuannya.
Ada perasaan hangat di kedua orang dewasa tersebut. Indar merasakan kehangatan dan haru saat matanya menangkap pemandangan betapa anaknya sangat merindukan sosok ibunya. sedangkan perempuan itu merasakan kehangatan yang aneh, dia merasa getaran getaran aneh dan rasa yang tak bisa dia ucapkan dengan kata kata.
"Maaf, apakah bapak benar benar kenal saya? darimana anda tahu nama saya sedangkan saya tidak pernah merasa kenal dengan bapak?"
"Mungkin karena anda betul mirip dengan orang yang saya cari, bukan hanya nama, wajah kalian pun mirip.." balas Indar sembari menyeruput kopi pesenannya.
"Benarkah? dan Indar mengangguk.
"Apakah wajah saya mirip dengan ibu dari anak bapak?" tanyanya nampak penasaran.
"Iya, dia ibu dari anakku. dia menghilang setelah melahirkan." Ada gurat kesedihan yang Indar pancarkan.
"Hilang setelah melahirkan? maksudnya?"
"Ceritanya panjang, maaf saya belum bisa cerita banyak.."
"Yah, sayang sekali, padahal anak ini sangat tampan.." Jawab perempuan sambil mencubit cubit pipi anak itu sedangkan si anak hanya terkekeh.
"Apakah aku boleh memanggilmu mamah?" tanya Tegar tiba tiba sontak membuat kedua orang itu terkejut.
"Tegar?" Sela Indar sambil memberi kode dengan gelengan kepala. dan Tegar langsung cemberut. Namun sikap itu justru membuat perempuan itu tak tega menolaknya.
"Boleh dong nak, panggil aja aku mamah Shalu, oke.." ucapnya sembari tersenyum. dan si bocah seketika mengangguk senang.
"Terimakasih.." ucap Indar tulus.
"Nggak apa apa pak, anak seusia dia pasti sangat merindukan ibunya.." Ujar Shalu dan sejenak dia minum coklat hangat dihadapannya.
"Yah, begitulah, tapi susah mencari yang benar benar tulus sayang sama dia.."
"Sabar, mungkin belum jodoh. ya nak ya.." si anak mengangguk angguk seakan akan mengerti pembicaraan orang dewasa.
"Kalau boleh tahu, anda tinggal dimana nona Shalu?" Tanya Indar penasaran.
"Sebenarnya saya tinggal di Bantul pak, cuma saya kesini belanja buat keperluan toko. Dan ada janji juga bertemu dengan orang.."
"Oh ketemuan? sama temen atau?"
"Tunangan saya pak"
Indar hanya manggut mangyut, hatinya sedikit kecewa. Seandainya wanita ini belum punya pasangan, sudah pasti Indar akan mengejarnya. Apalagi melihat sikap dia kepada anaknya, meski baru beberapa menit yang lalu, nampak seperti sudah dekat cukup lama.
"Apakah tunangan anda orang sini juga?" Rasa penasaran pun menyerang diri Indar.
"Bukan, dia orang Jakarta, cuma dia sering kesini dua minggu sekali. Disana dia punya pekerjaan.."
"Oh, saya juga orang jakarta, tuh si anak lagi minta liburan kesini. Apa saya boleh tahu nama tunangan anda? maaf loh bukannya saya menyediki atau apa, soalnya saya bingung mau tanya apaan.."
Mendengar pertanyaann itu perempuan bernama Shalu pun tergelak. Indar terperangarah, bahkan gaya tertawanya pun sama persis dengan ibu dari anaknya.
"Ya tentu boleh dong pak. namanya Soni, Soni Kuncoro,"
"Soni kuncoro? ." ucap Indar sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Iya pak, apa anda kenal?" Tanya Shalu memastikan.
"Kayaknya nggak deh, emang dia kerja atau bagaimana di Jakarta?"
"Dia punya usaha katanya pak, tapi dia nggak pernah cerita usahanya apa, saya nggak tahu?"
"Apa? kamu dan dia bertunangan namun kamu nggak tahu pekerjaan dia?"
"Iya pak, tiap saya tanya malah marah, kaya ada yang disembunyiin gitu, padahal kita berhubungan sudah lima tahun.."
Indar kembali terperangah, mana mungkin berhubungan lima tahun tapi pihak perempuan tidak mengetahui tentang calon suaminya, berbagai spekulasi pun muncul dibenak pria itu.
"Kalian lima tahun berhubungan tapi nggak tahu apa apa tentang calon suami kamu? kok aneh? terus kalian pacaran berapa tahun? apa kenal langsung tunangan?"
"Aku sendiri lupa pak kapan jadiannya.."
Lagi lagi pria itu terkesiap. Apa ini? hubungan seperti apa yang sedang perempuan ini jalani? apa perempuan ini selingkuhan seseorang? Batin Indar berkecamuk.
"Maka itu pak, tadi saat anda menyebut nama saya, saya kaget, soalnya selama ini saya merasa tidak ada yang mengenali saya, saya bahkan dirumah."
"Apa? nggak ada yang mengenali kamu? masa sih? kamu bukan warga asli sini apa gimana? masa sampai nggak punya teman?"
"Iya saya pindahan, dari luar pulau.." Indar kembali tercengang.
"Kata Mas Soni, saya hanya harus bertanggung jawab atas apa yang telah saya lakukan kepadanya.."
"Memang apa yang telah kamu lakukan?"
"Katanya saya penyebab dia lumpuh, dia selalu menyalahkan saya terutama ibunya. katanya jika dulu saya nggak selingkuh mungkin kecelakaan itu tidak pernah kita alami pak."
"Tunggu dulu, kamu pernah kecelakaan sama dia? kapan?"
"Lima tahun yang lalu, itu sih kata dia, ya memang pak, sejak lima tahun ini aku berusaha patuh sama dia, karena dia juga bilang jika bukan karena dia, aku sudah meninggal karena banyak mengeluarkan darah pas kecelakaan."
Entah sudah keberapa kali Indar terperangah dengan semua fakta yang dia dengar. Lima tahun lalu juga wanita bernama Shalu menghilang entah kemana, dan sekarang dihadapan dia, ada wanita yang wajah dan tingkahnya mirip. bahkan namanya juga sama, bercerita tentang kejadian lima tahun yang lalu yang dia alami.
"Dia nggak cerita kenapa bisa sampai terjadi kecelakaan?"
"Katanya kita lagi bertengkar, aku selingkuh, maka itu, dia selalu menyalahkan aku, apa lagi ibunya. tiap aku ingin tahu siapa selingkuhanku dia malah marah marah.." Keluhnya sembari sesekali mengusap kepala bocah yang anteng dengan es coklatnya.
"Jujur sih, aku sendiri merasa ini aneh, mana ada hubungan lima tahun tapi pihak laki laki misterius begitu, jangan jangan dia sudah punya istri lagi.." celetuk Indar dan membuat perempuan itu tersenyum masam, dan sejenak mereka pun terdiam
"aku juga merasa aneh pak, kata mas Soni aku nggak sadar cukup lama, dan kehilangan ingatan masa lalu saya"
"Apa?"
Namun obrolan itu tiba tiba terpotong.
"Mamah Shalu, Tegar boleh nggak minta foto bareng?"
"boleh dong, buat anak setampan kamu, siapa yang bisa nolak sih?" lagi lagi Indar tersentuh dengan interaksi keduanya. Ada semburat penyesalan dalam hatinya. Seandainya dulu dia mau mengakui kesalahannya mungkin anaknya saat ini sedang sangat bahagia bersama dirinya dan ibunya.
"Pah fotoin kita dong? yang banyak?"
"Oke, siap yah." dan Indar pun mengambil beberapa foto dengan berbagai gaya yang sangat kompak seperti ibu dan anak. Lagi lagi hatinya menghangat.
Tanpa mereka sadari tak jauh dari sana, ada sepasang mata yang merasa sangat terkejut dengan apa yang dia lihat. Berkali kali, pria yang duduk dikursi roda itu mengucek matanya dan berharap ini tidak nyata. Namun sayang sekali, apa yang dilihatnya adalah sebuah kenyataan yang harus dia hadapi.
"Shalu? Dia..." Dan hatinya merasa tersayat.
@@@@@
...Makasih yang sudah mengikuti kisah ini. Mohon dukungannya ya Reader. Kritik dan saran juga loh. Terima kasih....
Tiga orang beda usia itu masih nampak bersama hingga membuat seseorang yang sedari tadi mengawasinya nampak gusar dan penuh amarah. Rasa takut pun menderanya. entah kenapa dia harus takut melihat pemadangan yang ada tak jauh dari hadapannya.
Sementara di tempat yang sedang diawasi, obroaln ringan antara perempuan dan laki laki dewasa juga masih berlangsung. Malah kian menghangat. Seorang anak yang masih bergelayut di pangkuan perempuan itu sama sekali tak menunjukkan kebosannannya. Biasanya anak itu kalau ikut orang yang tak dikenalnya tidak pernha langsung sedekat itu. Namun kali ini berbeda, bahkan dengan beraninya dia meminta diri ke perempuan itu memanggilnya mama.
"Apa kamu mau telfon tunanganmu? kamu bisa memakai ponselku.." ujar Indar memberi saran dan nampaknya perempuan itu dengan segera mempertimbangkannya.
"Kalau bapak saja bagaimana?"
"Ya terserah kamu, tapi apa nanti dia nggak marah? ntar dia salah paham bagaimana?"
"Iya juga yah? tapi kalau aku yang menelfonnya juga apa nanti dia nggak salah paham? soalnya kan aku jarang bersama orang lain."
"Lah terus nanti gimana? apa kamu akan tetap menunggunya? kalau dia nggak jadi datang gimana?"
"Itu juga yang saya takutkan bak, bingung aku.."
Dahi Indar mengernyit. Jujur dia sangat mencurigai keanehan keanehan yang terjadi yang dia dapatkan hari ini. Dari awal hati kecilnya mengatakan kalau wanita di hadapannya ini adalah ibu dari anaknya. Namun yang membuat dia penasaran adalah tentang sosok Soni Kuncoro. dari cerita yang Indar dengar, sosok Soni seakan akan menyembunyikan sesuatu. Bagaimana bisa ada hubungan lima tahun tapi pihak perempuan kaya terpenjara. Tidak tahu apa apa dan seperti tidak mengenal siapa siapa.
"Kalau dia tidak datang? bagaimana nanti kamu pulang?"
"Naik bis pak, sudah biasa."
"Naik bis mah? kenapa nggak minta anter papah? papah mau kan nganterin?" Tanya Tegar yang masih setia dengan cup es coklatnya.
"Nggak usah nak, nanti papahmu repot, kan dia mau main sama kamu.."
"Ya nggak apa apa, kan cuma nganterin doang sekalian jalan jalan, iya kan pah?" Indar sekilas tersenyum mendengar permintaan putranya.
"Baiklah, aku bisa kok, tenang saja,"
"Nggak ngerepotin pak?"
"Nggak, aku juga kan lagi liburan sama anakku, aku juga nggak pernah tuh ke daerah Bantul." Ujar Indar beralasan.
"Sepertinya anda sayang banget sama anak anda pak.."
"Namanya juga sama anak kandung, apa lagi dia nggak ada ibunya. kamu sendiri bagiimana? Tunangan lima tahun kok belum nikah juga?"
"Nggak tahu pak, aku sendiri juga bingung, katanya dia nunggu sesuatu yang berhubungan denganku, tapi tiap aku tanya dia malah marah.." Tutur Shalu nampak begitu sedih.
"Jujur sih, ini aneh, bukannya memprovokasi loh ya, tapi calon suami kamu tuh bener bener aneh, pasti banyak yang dia sembunyikan, ngga mungkin lah kalau nggak ada apa apa dia marah.."
"Maka itu pak, tiap aku ngeluh yang ada aku pasti kena marah dan di ingatkan kalau aku tuh harus balas budi dan belajar menerima dia apa adanya, tapi dianya tertutup ya saya bingung, maaf pak, saya jadi banyak bercerita yang tidak tidak"
"Haha nggak apa apa, santai aja, tapi apa kalian saling cinta? bukankah bertunangan seharusnya sudah saling cinta?"
"Harusnya, tapi aku merasa beda sama dia pak. Dia selalu melarangg aku ini itu, aku ke Jakarta aja tidak pernah boleh, katanya cinta tapi seperti mengekang.."
Sementara itu, pria yang dari tadi mengawasi tiga manusia, semakin nampak geram.
"Apa yang mereka bicarakan? sial aku tak bisa melakukan apa apa. " umpatnya. Dan dia mengambil telfonnya langsung melakukan panggilan. Sepertinya dia merencanakan sesuatu.
"Hallo."
"Beresi semua barang barang kalian dan Shalu."
"Kita akan pergi, tempat ini sudah tak aman untuk Shalu.."
"Biar nanti Shalu aku yang urus.."
klik..
Matanya kembali menatap tajam ke arah tiga orang yang terlihat sedang berbagi senyum. Dia kembali menyalakan ponselnya dan melakukan panggilan.
"Ah Sial.!! Apa Shalu nggak denger ada telfon masuk?" Tanya orang itu pada diri sendiri.
Sepertinya dia kesulitan menghubungi nomer perempuan yang kini terlihat sedang bersama laki laki dan anaknya. Entah kenapa orang itu tak ada keberanian untuk mendekati mereka.
"Maaf Shalu, sepertinya aku harus diam diam membawamu pergi jauh lagi.." Tiba tiba orang itu bangkit dari kursi rodanya dan melangkah menarik kursi roda menjauh dari keberadaan tiga orang itu.
Di lain sisi, Indar dalam diamnya terus memikirkan keanehan keanehan dari obrolan dengan seorang perempuan yang ada di hadapannya. Hati kecilnya mengatakan kalau perempuan ini adalah Shalu yang selama ini dia cari. Jika benar dia adalah shalu, tentu saja dia akan sangat bahagia, setidaknya anaknya tak akan kesepian lagi mencari ibunya. Indar terus berpikir mencari cara untuk mengobati rasa penasarannya.
"Mah, apa mamah mau, maen kerumah Tegar? nanti mamah kenalin sama eyang?" Tanya bocah yang sedari tadi asyik dengan es coklatnya
"Ya kapan kapan ya nak, kalau ada kesempatan pasti mamah maen.." Balas Shalu.
"Oke mah, eh tapi, hari ini boleh nggak Tegar maen kerumah mamah?"
"Boleh sih tapi kan mamah Shalu lagi nunggu orang, nanti mamah coba tanya orangnya yah?"
"Ini udah siang banget loh, kok Soni belum datang juga?" Tanya Indar.
"Mungkin dia nggak jadi datang kali yah? salah aku sendiri, ponsel ku ketinggalan.."
"Ya daripada Keluargamu khawatir mending kamu pulang, biar saya yang antar.."
"Tapi rumahku jauh loh, hampir satu jam dari sini?"
"Nggak apa apa, nanti aku ambil barang dulu di hotel, ntar kalau kita kemalaman bisa nyari hotel disana.."
"Apa nggak ngerepotin?"
Ya ampun, ya enggalah, mau jalan sekarang?"
"Boleh pak, biar nggak kemaleman.."
Dan merekapun memutuskan beranjak.
###
Seperti yang telah direncanakan, kini sampailah mereka di tempat tujuan saat petang sudah datang. Di depan rumah sederhana, mobil Indar berhenti.
"Kok gelap ya?" Ujar Shalu tercengang begitu sampai rumah.
"Mungkin orangtuamu lagi pergi.."
"Saya sudah tidak memiliki orangtua pak. saya tinggal dengan paman dan bibi.."
"Apa? maaf Shalu saya nggak tau." balas Indar kaget
"Ngga papa pak, saya masuk dulu ya pak, kali aja nggak di kunci.."
Shalu pun beranjak menuju rumah, sedangkan Indar hanya berdiri dekat pintu mobil sekalian mengawasi Tegar yang tertidur selama perjalanan tadi.
Rumah yang Shalu tinggali kebetulan letaknya agak jauh dari rumah sekitar dan lagi ada tembok yang mengelilinginya.
"Loh nggak di kunci.." ucap Shalu begitu tangannya memegang gagang pintu. Dia menekan dan membukanya. Shalu masuk dan mencari saklar hendak menyalakan lampu, namun tiba tiba
"Aaaakkhh..!!!"
Indar terkejut, ada teriakan dari dalam rumah. Dia bergegas masuk. Matanya membelalak begitu melihat Shalu sedang di papah seseorang, meski gelap, gerakan orang itu tetap terlihat karena cahaya remang remang dari luar.
"Shalu!!!" Orang yang memapah tubuh Shalu kaget dan menjatuhkan tubuh perempuan itu. Indar segera saja menerjang dan perkelahian pun tak terelakkan.
Indar dengan mudah memukul menendang menghantam orang itu hingga orang itu kewalahan dan terbirit birit melarikan diri.
Shalu..!!!" Tubuh Shalu segera Indar rengkuh dan mengangkatnya ke dalam mobil dan dia bergegas melajukan mobilnya mencari rumah sakit terdekat. dalam benak rasa penasaran Indar semakin menyeruak.
"Aku benar benar harus menyelidikinya.."
@@@@@
...Hai sobat Reader, gimana kisahnya? makin seru nih. Jangan lupa kasih dukungannya yah. Biar Author semangat ngetiknya....
...^^^Sambil nunggu episode berikutnya, tak salah dong kita baca yang lainnya dan ini bacaan lagi seru serunya loh, kunjungi yuk ^^^...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!