Di sebuah Restoran A*****,salah satu Restoran terbaik di kota Jakarta,di mana seorang pria muda yang baru saja berusia 23 tahun sedang berkerja keras untuk bisa membantu masalah ekonomi di dalam keluarga kecilnya.
Setiap malam ia berkerja sebagai manager di Restoran tersebut,bahkan kadang ia rela tidak memiliki waktu santai ataupun waktu lebih untuk bersama keluarga kecilnya,kalau Restoran tempat ia berkerja itu sedang ramai-ramainya.
Dan berkat kegigihan,kesabarannya dan kerja kerasnya selama hampir 2 tahun dari 3 tahun yang lalu. Dari menjadi karyawan di Restoran kecil dan berpindah beberapa kali ke Restoran yang lebih besar dari Restoran sebelumnya yang telah ia tempati.
Hingga akhirnya,ia berhasil mendapatkan posisi yang tinggi saat ini di salah satu Restoran yang terbaik di kota ini.Ia sudah berhasil mendapatkan posisi manager di Restoran tersebut,dari setahun yang lalu.
Pria muda itu bernama Sebastian Sachdev Rendra yang memiliki arti \= Anak laki laki yang jujur, cerdas, selalu hidup dalam keberuntungan dan memiliki sifat yang patut dimuliakan dan dihargai.
Keberhasilannya itu juga tidak lepas dari doa dan dukungan penuh dari keluarga kecilnya yang terdiri dari seorang adik perempuan dan kedua orang tua yang sangat ia sayangi.
Walaupun kedua orang tuanya tahu,kalau dengan posisi putranya mereka yang sekarang sudah semakin tinggi itu.Putra mereka pasti tidak akan punya banyak waktu di rumah lagi,tapi kedua orang tuanya masih mampu memakluminya,hanya adik perempuannya saja yang menjadi agak sedikit suka merajuk karena waktunya bersama adiknya jadi berkurang.
Dan ia juga memiliki seorang kekasih hati yang sangat ia cintai,seorang kekasih yang derajatnya agak sedikit lebih tinggi dari dirinya dan juga hubungan kekasih yang sudah terjalin selama setahun ini.
Kekasih yang selalu mengejar dan merayunya,ketika profesinya baru saja berubah menjadi Restoran Manager.Hingga akhirnya ia mulai jatuh cinta pada wanita yang sudah menjadi kekasihnya itu,dan sejak hari itu mereka berduapun mulai menjalin hubungan hingga saat ini.
Walaupun selama setahun ke belakang ini,kekasihnya selalu saja menuntutnya dengan berbagai macam hal,tapi ia tetap berusaha untuk bisa memenuhi segala permintaan kekasihnya itu.
Karena ia merasa kalau selagi ia mampu,itu tidak jadi masalah.Tanpa ia tahu,kalau ke depan akan permintaannya kekasihnya semakin lama semakin tidak terkendali.
Dan satu lagi,majikannya dan berserta rekan-rekan kerjanya sangat baik terhadap dirinya dan menyukainya karena mereka semua telah melihat ketekunan,kejujuran dan juga kebaikan yang sudah Sebastian perlihatkan pada mereka semua.Terutama Pemilik Restoran tersebut yang selalu menghargai setiap kerja kerasnya dari awal hingga sekarang,hingga membuat Pemilik Restoran tersebut sudah menganggap dirinya seperti anak sendiri.
***
(Anggap saja malam tahun baru ya)😁😊.
Di suatu malam...
"Bas,sudah jam 11 malam.Apa kamu tidak pulang merayakan malam tahun baru bersama kedua orang tua dan adikmu?" tanya salah satu dari rekan terakrab dari rekan-rekan kerja lainnya Sebastian yang baru saja selesai melayani para pengunjung,sambil menghampiri Sebastian yang sedang duduk tenang di sudut meja bar sana dan sedang memperhatikan para karyawan lainnya yang sedang berkerja.
"Belum,nanti saja.Aku harus memperhatikan para karyawan dulu" jawab Sebastian dengan nada pelannya,sambil menyesap seminum kopi yang sudah ia buat sendiri tadi,sedikit demi sedikit.
"Mungkin,aku akan pulang jam 11 malam saja.Malam ini aku akan pulang lebih awal,karena aku sudah berjanji sama adikku untuk merayakan acara tahun baru malam ini bersamanya" lanjut Sebastian lagi,sambil menghela napas dengan pelan.
Tahun lalu adiknya merajuk sama dirinya dan tidak mau bicara samanya selama seminggu karena ia lebih mementingkan perkerjaannya dari pada menemani adiknya untuk melewati malam tahun baru.
Bukan tanpa alasan,ia tidak mau menemani adiknya,karena ia harus bertanggung jawab sama perkerjaannya.Apa lagi waktu itu,pemilik Restoran tersebut sudah mulai mempercayainya dan ingin memberi tanggung jawab yang lebih besar dari yang sebelum-sebelumnya pada dirinya.
Maka dari itu,ia tidak mau menuruti kemauan dari adiknya yang baru saja tamatan SMA pada waktu itu,karena ia tidak mau mengecewakan pemilik Restoran tersebut.
Tapi tahun ini,sepertinya ia harus menemani adiknya itu untuk melewati malam tahun baru ini.Ia juga tidak akan tega melihat wajah merajuknya adiknya lagi.Lagi pula,ia sudah meminta izin,walaupun merasa agak segan karena ia baru saja menduduki posisi Restoran manager tersebut 1 tahun yang lalu.Dan untung saja,pemilik Restoran tersebut tidak mempermasalahkan permintaan kecilnya itu.
Padahal biasanya ia selalu pulang jam 12 malam,karena harus menunggu yang lainnya berganti shift dan pulang terlebih dahulu,baru ia akan pulang.Kecuali,kalau ia mendapatkan Restoran tersebut kurang pengunjung,tapi rata-rata selalu ramai pengunjung.
"Bagaimana denganmu?" tanya Bastian pada pria yang bernama Erik yang berprofesi sebagai Restoran Supervisor tersebut dan bertanggung jawab untuk membantu Sebastian dalam mengatur para karyawan dan juga melayani para pengunjung Restoran.
Erik masih berada di bawah posisinya 1 tingkat,tapi begitulah Sebastian,ia tidak pernah membeda-bedakan derajat di antara mereka semua.
Ia selalu berusaha untuk bersahabat dengan semua rekan-rekan kerjanya di tempat tersebut,termasuk semua para karyawan.Hanya saja,masih banyak karyawan yang masih merasa segan sama dirinya dan tetap memanggil formal,walaupun ia sudah mengatakan tidak apa-apa.
"Aku? Aku sebentar lagi baru akan pulang.Aku ingin merayakan malam tahun baru bersama keluargaku dan juga kekasihku.Aku tidak mau seperti pria muda yang lainnya,yang hanya mementingkan perkerjaannya saja dari pada keluarga" jawab Erik dengan nada menyindirnya yang bercampur canda, setelah ia sudah duduk di sampingnya Sebastian,sambil menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam lewat 30 menit,sedangkan jam kerjanya hari ini hingga jam 10 malam.
Dan ia harus menunggu 30 menit lagi,baru ia bisa pulang,kalau tidak ingin gajinya di potong oleh Sebastian.Walaupun mereka berteman,Sebastian tetap menerapkan kedisplinan dan tanggung jawab pada mereka semua,kecuali hal tersebut terdesak.
Sedangkan Sebastian,ia hanya mampu mendengkus kesal saja saat ia mendengar nada sindiran dari sahabatnya yang baru berusia 22 tahun itu,hanya jarak 1 tahun sama dirinya.
Mau bagaimana lagi.Ia harus berkerja keras,supaya ia mampu memberi hidup yang lebih baik pada kedua orang tuanya dan juga adiknya.
Walaupun ia harus tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang bersama sahabat ataupun rekan-rekan kerjanya,ia rela melakukan semua itu demi keluarga kecilnya.
"Lalu bagaimana dengan kekasihmu? Apa kamu masih berhubungan dengannya?" tanya Erik dengan nada seriusnya,sambil menatap ke arah Bastian yang langsung menjadi semakin kesal.
"Aku peringatkan,jangan sia-siakan waktumu untuk wanita itu" lanjut Erik lagi,masih dengan nada seriusnya,sambil menatap ke arah depan kembali.
Karena selama setahun Bastian menjalin hubungan bersama wanita yang bernama Siska itu,secara tidak sengaja selama 6 bulan belakangan ini ia sudah beberapa kali melihat wanita tersebut sedang bersama pria lain di saat Bastian sedang sibuk berkerja di Restoran.
Hanya saja,ia belum mengatakan apa-apa pada Bastian.Bahkan ia masih belum mengatakan sedikitpun pada rekan-rekan kerja mereka yang lainnya,karena ia takut kalau ia dan rekan-rekannya akan membuat Bastian menjadi sedih.
Bahkan ia sudah memiliki bukti,sudah ada 2 video di dalam HP miliknya,video yang berisi tentang Siska yang sedang berc**m*n singkat bersama pria lain,tapi sayangnya ia tidak tega untuk memperlihatkan 2 video tersebut sama Sebastian.
"Sudah berapa kali,aku bilang...Kalau itu bukan urusanmu...Apa kamu tidak mengerti?" tanya Bastian dengan nada malasnya,sambil menatap kesal ke arah wajah santainya Erik.
Ia juga merasa bingung dengan peringatan dan kalimat yang sama dari mulutnya Erik yang sudah ke 4 kalinya itu.Padahal ketika dirinya dan Siska sudah resmi berpacaran dulu,Erik terlihat sangat mendukung hubungan mereka berdua.Tapi kenapa selama 6 bulan ini,ia merasakan kalau Erik seperti sedang berusaha memisahkan mereka berdua.
"Tapi apa yang di katakan oleh Erik memang benar,Bas.Kamu harus memikirkan ulang tentang peringatan dari Erik barusan" timpal Elvan dengan nada santainya,sambil membersihkan gelas-gelas yang sudah hampir kering itu dengan menggunakan kain bersih.
Sebastian yang sedang menatap kesal ke arah Erik tadi,tatapan kesalnya langsung beralih ke arah wajah santainya Elvan.
Pria yang berprofesi sebagai Barista itu,memang dari pertama melihat Siskapun,dia sudah tidak suka dan tidak mendukung hubungannya bersama Siska.Karena menurut penilaiannya dia,Siska adalah wanita yang tidak baik.Tapi ia tidak mau mempercayainya,sebelum ada bukti.
"Kalian berdua ini,kenapa sih? Biasanya kalian berdua suka berdebat,kenapa hari ini kalian berdua terdengar sependapat?" tanya Sebastian dengan nada kesalnya,sambil menatap ke arah Elvan dan Erik secara bersamaan.Karena biasanya,mereka berdua selalu berdebat karena berbeda pendapat,tapi saat ini mereka berdua malah sama-sama menyerang dirinya.
Kemudian ia mengeluarkan HP miliknya yang dari tadi ntah sudah berapa kali ia keluar masukkan untuk mengecek,apakah sudah ada balasan chat WA dari kekasihnya.
Lalu ia langsung menghela napas dengan berat,saat ia melihat kalau kekasihnya tidak juga membalas chat WA darinya yang sudah ia kirim dari 2 jam yang lalu.
Ia malah melihat chat WA dari adiknya yang berisi pesan tentang malam tahun baru,supaya dirinya tidak melupakan janjinya pada adiknya semalam.
Walaupun ia juga bisa merasakan kalau kekasihnya dari baru berpacaran 3 bulan saja,kekasihnya sudah mulai berubah.Dari kata-kata sayang yang perlahan-lahan mengurang,chat-chat WA yang sudah jarang di balas dan kekasihnya juga mencarinya kalau sedang ada maunya saja,yaitu meminta uang untuk shopping.
Hanya saja,ia mengabaikan semua itu karena ia tidak mau terjadi keributan di dalam hubungan mereka nanti.Begitulah dirinya,jika sudah menjalin sebuah hubungan,ia akan serius untuk menjalani hubungan tersebut hingga kejenjang yang lebih serius lagi.Jadi,ia tidak mau kalau hanya gara-gara masalah kecil,hubungan mereka akan menjadi berantakan.
"Karena mulai hari ini,saat ini,kami sehati dan juga sejiwa.Bukankah begitu,sobat " jawab Erik dengan nada semangatnya,sambil menaik-turunkan kedua alisnya ke arah Elvan yang langsung menatap jijik ke arahnya.
"Berhentilah menganggu mereka,sayang" timpal seorang waiter wanita yang bernama Elisa,sambil berjalan pelan mendekati mereka ber 3.
"Aku tidak menganggu mereka,sayang.Mereka saja yang terlalu sensitif jadi pria" ucap Erik dengan wajah tidak bersalahnya,lalu ia segera berdiri dari duduknya dan segera menyambut pelukan dari Elisa yang memang sudah berstatus kekasihnya dari 2 bulan yang lalu.Kekasih yang berprofesi sebagai waiter di Restoran tersebut,profesi yang bertanggung jawab tentang semua belanja dan kebutuhan untuk Restoran tersebut.
"Menyebalkan" gumam Sebastian dengan nada pelan dan juga kesal,tapi masih tetap bisa di dengar oleh mereka ber 3.
Elvan,Erik dan Elisapun langsung serentak tertawa kecil bersama-sama,saat mereka ber 3 mendengar gumaman dan melihat wajah kesalnya Sebastian.
"Apa kekasihku ini,menganggumu lagi Bas?" tanya Elisa dengan sengaja,sambil tersenyum lucu dan menatap secara bergantian wajah kesalnya Erik dan wajahnya Elvan yang sudah santai kembali karena melihat wajah kesalnya Sebastian tadi.
"Tidak.Kekasihmu tidak pernah mengangguku,dia hanya duduk diam saja dari tadi.Aku saja yang bosan melihat wajahnya.Apa kamu ke sini untuk membawanya pulang? Kalau iya,cepatlah bawa dia pulang,supaya dia tidak menjadi seperti nyamuk kelaparan di sini dan terus bernyanyi di sekitarku" jawab Sebastian dengan nada menyindirnya dan panjang lebar,sambil menatap ke arah wajah tersenyumnya Eliska.
"Sepertinya,shift kalian berdua juga sudah selesai" lanjut Sebastian lagi,sambil menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan tepat pukul 22.00.
"Apakah sekarang,bapak sedang mengusir kami?" tanya Erik dengan nada candanya,sambil tersenyum lucu karena ia melihat wajah kesalnya Sebastian yang tidak mengurang sedikitpun.
"Apakah kamu merasakan begitu? Jika iya,ya anggap saja begitu" jawab Sebastian sambil meminum sisa kopinya tadi,tanpa menatap ke arah Erik dan juga Elisa.
"Baiklah, baiklah, sudah tidak ada yang menginginkan kita berada di sini lagi,sayang" ucap Erik,masih dengan nada candanya.
"Apakah perkerjaanmu sudah selesai,sayang?" tanya Erik dengan wajah yang tersenyum,sambil menatap wajah tersenyum kekasihnya.
"Sudah,semuanya sudah selesai" jawab Elisa dengan wajah yang tersenyum lucu,sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan karena ia melihat tingkah kekasihnya yang memang selalu suka menganggu Sebastian.
"Kalau begitu,ayo kita pulang sekarang.Dan sebentar lagi,aku pasti akan membuat kita melewati malam tahun baru ini dengan sangat romantis,sayang" ucap Erik dengan wajah yang tersenyum puas,ia sengaja ingin memanas-manaskan Sebastian yang masih sedang kesal itu.
Sedangkan Sebastian,lagi-lagi ia hanya mampu mendengkus kesal saja,karena malas mau berdebat dengan Erik.Elvan yang baru saja selesai mengelap gelas bersih itu,hanya tetap berwajah santai saja dan sedikit tersenyum karena ia sudah terbiasa melihat permandangan seperti ini.
"Sampai jumpa lagi,sobat.Ayo..."lanjut Erik lagi,sambil merengkuh pinggulnya Elisa dengan pelan.
"Tunggu dulu,sayang.Aku belum mengucapkan selamat malam tahun baru pada mereka berdua" ucap Elisa,sambil menahan langkah kakinya Erik dengan cepat.
"Selamat malam tahun baru untuk kalian berdua ya,semoga kalian berdua semakin sukses dan sehat selalu ya.Dan terutama kamu,semoga cepat mendapatkan wanita,jangan suka memilih" lanjut Elisa lagi dengan cepat,saat ia melihat Erik yang kembali ingin memanas-manaskan Sebastian lagi.
"Terima kasih Elis" jawab Sebastian dan Elvan secara bersamaan,dengan wajah yang tersenyum ke arah Elisa.
"Oke.Bye-bye,sampai jumpa besok lagi ya.Ayo,sayang" ucap Elisa lagi,dengan wajah yang tersenyum kesal,sambil menarik tubuh tingginya Erik dengan cepat,sebelum kekasihnya itu sempat berkata apa-apa.
"Hey,sayang...Apa kamu tidak bisa berjalan sedikit pelan?" tanya Erik dengan wajah yang tersenyum lucu saat ia melihat kekasihnya yang sedang menariknya dan melangkah dengan cepat,dan ia tahu betul apa penyebab kekasihnya menjadi seperti itu.
"Sobat,selamat malam tahun baru ya.Semoga malam kalian berdua lebih menyenangkan dari tahun-tahun sebelumnya" lanjut Erik lagi,dengan sedikit berteriak saat ia sudah hampir mencapai ambang pintu keluar Restoran tersebut.
Sedangkan para karyawan yang sedang berkerja dan chef dan juga rekan yang lainnya,hanya tetap mengerjakan perkerjaan mereka saja,sambil tersenyum lucu.Karena mereka semua sama seperti Elvan,sudah terbiasa melihat permandangan yang mampu membuat mereka semua terhibur seperti ini.
"Dasar.Jika saja,dia tidak aku anggap sahabat.Pasti dia sudah aku pecat,dari setahun yang lalu" ucap Sebastian dengan nada kesalnya,sambil menatap punggung lebarnya Erik dan juga punggung langsingnya Elisa.
"Kamu ini,seperti baru mengenal dia saja" ucap Elvan dengan wajah yang tertawa kecil,sambil duduk di hadapannya Sebastian.
"Rasanya,aku tidak ingin mengenalnya lagi" ucap Sebastian,masih dengan nada kesalnya tapi ia tidak serius sama perkataannya barusan,dan Elvan tahu itu.
"Kamu sendiri bagaimana? Malam tahun baru ini,kamu akan kemana?" tanya Sebastian dengan wajah santainya kembali,sambil mengalihkan pandangannya ke arah Elvan yang sudah duduk berhadapan dengannya.
"Seperti biasa" jawab Elvan dengan nada santainya,sambil menatap keluar jendela kaca Restoran tersebut.
"Bagaimana kalau malam ini,kamu ikut kami untuk merayakan malam tahun baru saja?" tanya Sebastian dengan nada seriusnya,sambil menatap jam tangannya yang sudah hampir menunjukkan pukul 23.00.
Ia sangat tahu kalau Elvan memiliki status anaknya broken home,ia juga sangat tahu kalau Elvan akan berada di Apartemennya saja malam tahun baru ini.Karena begitulah yang ia lihat selama 3 tahun ini.
"Don't worry, I'm fine.(Jangan khawatir,aku tidak apa-apa.).Lagi pula,aku sudah terbiasa" jawab Elvan dengan wajah yang tersenyum pasrah,saat ia memikirkan nasib dirinya selama ini.
Ia sudah memiliki status anak broken home dari umur 8 tahun hingga umurnya 22 tahun saat ini.Walaupun kedua orang tuanya selalu memberinya uang yang cukup dan tempat kuliah yang bagus di kota ini,tidak seperti Sebastian yang harus kuliah sambil berkerja.
Tapi nyatanya ia tidak hidup dengan bahagia,karena kedua orang tuanya hanya mementingkan diri mereka sendiri hingga dirinya harus kekurangan kasih sayang dan juga perhatian dari orang tuanya.Untung saja,selama ia berkerja di sini,ia mendapatkan beberapa rekan kerja yang baik dan seperti saudara sendiri.
"Baiklah,terserahmu saja.Tapi kamu harus ingat,kalau kamu memerlukan tempat curhat, pintu rumah kecil kami,selalu terbuka untukmu" ucap Sebastian dengan wajah seriusnya,sambil menatap ke arah Elvan.
"Baik,bro" jawab Elvan dengan wajah yang tersenyum senang ke arah Sebastian yang juga langsung tersenyum ke arahnya.
"Tentang kekasihmu......" ucapannya Elvan langsung terhenti,karena langsung di sela oleh Sebastian.
"Jangan ikut-ikutan seperti Erik lagi,dan merusak suasana hatiku lagi" sela Sebastian dengan nada malasnya,karena ia tahu apa yang akan di katakan oleh Elvan.
"Aku akan mengecek yang lainnya dulu" lanjut Sebastian lagi,dengan wajah datarnya kembali,sambil berdiri dari duduknya dan pergi dari hadapannya Elvan begitu saja.
"Aku kan hanya bermaksud baik saja,kenapa dia tidak mau mendengarku" gumam Elvan dengan nada pelan dan wajah pasrahnya yang bercampur kesal,sambil menatap punggung lebarnya Sebastian yang sudah menjauh dari pandangannya.
30 menit kemudian...
"Ayo,kita pulang" ajak Sebastian dengan wajah datarnya setelah ia sudah selesai mengatur dan juga mengecek para karyawan yang sedang sibuk bertukar shift tadi.Ia berbicara,sambil berjalan ke arah Elvan yang baru saja menyelesaikan perkerjaannya.
"Ayo" jawab Elvan dengan wajah yang tersenyum,sambil melepaskan celemek miliknya.Kemudian ia segera mengambil kunci mobilnya dan jaketnya,lalu ia sedikit berlari untuk mengejar langkah lebarnya Sebastian.
Sebenarnya malam ini ia harus lembur,ia memang akan selalu lembur pada saat hari-hari besar seperti ini dan juga pada saat Restoran tersebut di sewa untuk acara-acara tertentu.Tapi karena berkat sedikit bantuan dan belas kasihannya Sebastian,jadi malam ini ia bisa pulang untuk beristirahat lebih awal.
Tapi ia tidak meninggalkan perkerjaanya begitu saja,karena ia sudah mengerjakan dan menyediakan semua minumannya dengan baik,jadi yang lainnya hanya perlu melanjutkan apa yang sudah ia kerjakan tadi.
"Bagaimana dengan Apartemen barumu?" tanya Sebastian dengan nada santainya sambil terus berjalan ke arah motornya, dengan Elvan yang sedang merangkul pundaknya.
"Lebih nyaman,dari pada di rumah" jawab Elvan dengan wajah yang tersenyum lepas,sambil terus berjalan dan merangkul pundaknya Sebastian.
"Ya,aku rasa juga begitu" ucap Sebastian dengan wajah yang tersenyum,sambil menatap sekilas ke arah wajahnya Elvan yang berada tidak jauh dari wajahnya.
Elvan,rekan kerjanya itu baru-baru ini sudah berhasil membeli sebuah Apartemen yang berharga lebih kurang 300 juta,setelah ia sudah berhasil menjual Apartemen kecilnya yang lama itu.Dan itu semua adalah hasil dari jerih payahnya sendiri selama beberapa tahun ini.Kecuali mobil yang ia pakai tersebut,karena mobil itu hasil dari pemberian uang perbulan dari kedua orang tuanya yang telah ia kumpul selama beberapa tahun ini.
Hidupnya memang terbilang mewah,tidak seperti Sebastin yang harus membanting tulang untuk memenuhi segala kebutuhan.Tapi karena ia kekurangan kasih sayang dan perhatian di dalam rumah besar tersebut,maka dari itu ia lebih memilih untuk keluar dari dalam rumah besar itu.Dan hasil dari keputusannya itu,ia mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari para sahabatnya.
Lalu mereka berduapun langsung tertawa kecil,sambil sedikit mengobrol ringan.
"Sampai jumpa lagi" ucap Elvan dengan sedikit menepuk-nepuk pelan pundaknya Sebastian.
"Hm" jawab Sebastiam dengan nada pelan,sambil terus berjalan ke arah motornya tanpa menatap ke arah Elvan yang baru saja melepaskan rangkulan tangannya dan sedikit berlari ke arah mobilnya.
Setelah sampai di parkiran motornya,Sebastianpun langsung menaiki motornya.Lalu iapun segera melajukan motornya dengan berlawanan arah sama Elvan yang baru saja membunyikan klakson yang di tujukan untuknya.
Sebastian melajukan motornya sambil memikirkan kekasihnya yang sampai saat ini tidak juga membalas chat darinya.Ia jadi berpikir untuk mengunjungi Apartemen kekasihnya dulu,saat ini.
Tapi belum sempat ia membelokkan setang motornya,tiba-tiba saja ia harus mengerem mendadak karena matanya menangkap sesuatu di depan jalan sana...
"Ciiittttt" terdengar suara decitan keras dari ban motornya Sebastian karena ia mengerem mendadak di saat laju motornya mencapai 60 km/jam.
"Hey,apa kamu mau mati?" tanya Sebastian dengan wajah emosinya yang bercampur rasa kesal,sambil menahan motornya yang akan tumbang.
Untung saja,ia berhasil mengendalikan dan menahan motornya.Jika saja ia terlambat sedikit saja mengeremnya,ia pasti sudah melindas pria yang sedang tergeletak pasrah di tengah jalan tersebut.
"Uhuk uhuk uhuk....Anak muda,tolong aku" jawab Pria tersebut dengan nada lemahnya dan terbatuk-batuk dengan mulut yang sudah di penuhi darah,sambil memegang dadanya yang sedang terus mengeluarkan darah karena tertembak oleh salah satu musuhnya tadi.
"Apakah kamu sedang mencoba menjebakku?" tanya Sebastian dengan kedua mata yang menatap waspada ke arah pria tersebut,sambil menatap ke sekitar mereka,apakah ada orang lain selain mereka.Lalu ia kembali menelisik ke seluruh tubuh pria tua yang menurut penilaiannya sudah berumur 50 an itu.
Ia takut kalau pria tua tersebut sengaja menjebaknya dan ingin merampoknya,mana tahu saja setelah ia menolong pria tua tersebut,lalu teman-teman sekutunya akan langsung keluar dari pepohonan sana dan menyerangnya.Karena tempat mereka berdua berada saat ini,jalannya memang agak sepi dan tepi-tepi jalannya di penuhi oleh pepohonan.
Tapi kalau di lihat-lihat lagi,pria tua tersebut memang terlihat seperti sedang kesakitan dan darah yang mengalir di sekitar dadanyapun terlihat sangat nyata.
"Apa aku terlihat seperti sedang berbohong? Uhuk uhuk uhuk" tanya pria tua tersebut dengan nada lemah yang bercampur kesal,sambil mencoba untuk berdiri dari terbaring lemahnya.
"Kamu memang tidak terlihat seperti berbohong,tapi wajahmu terlihat seperti seorang penjahat,pak tua" jawab Sebastian dengan jujur,karena memang wajah pria tua tersebut seperti seorang mafia yang ada di film-film yang sering ia nonton itu.
Walaupun begitu,ia tetap turun dari atas motornya,saat ia melihat tubuh lemahnya pria tua tersebut kembali tergeletak ke atas aspal.Iapun jadi merasa tidak tega,lalu ia segera berjalan mendekat ke arah pak tua tersebut dengan pelan dan penuh waspada tehadap pria tua tersebut.
"Uhuk uhuk uhuk" pria tua tersebut hanya mampu menggerutu kesal di dalam hatinya dan kembali terbatuk pelan.Karena darahnya tidak mau berhenti mengalir dari tadi,hingga membuat tubuhnya menjadi semakin lemah.
"Baiklah,kali ini aku pasrah saja kalau akan terjadi apa-apa sama diriku" gumam Sebastian dengan wajah pasrahnya,sambil membantu pria tua tersebut untuk berdiri dan membawanya ke atas motornya.
Tadinya ia jadi serba salah,antara mau pergi saja atau menolong pria tua tersebut Tapi karena ia melihat darah yang terus keluar dari dadanya pria tua tersebut,ia langsung memutuskan untuk menolong pria tua tersebut,walaupun agak ragu-ragu.
Sedangkan pria tua tersebut,ia harus kembali menggerutu kesal di dalam hati.Ia jadi bertanya-tanya di dalam hati,apakah wajahnya memang sangat menakutkan,sampai anak muda tersebut terlihat ragu-ragu dan takut padanya.
"Apa yang telah terjadi denganmu,pak tua?" tanya Sebastian dengan nada penasarannya dan juga sedikit rasa takut,sambil menarik dasinya dan mengikat tubuh lemahnya pria tua tersebut ke tubuhnya dengan menggunakan dasinya tadi,dengan bertujuan supaya tubuh lemah pak tua tersebut tidak akan jatuh ke aspal lagi saat ia melajukan motornya nanti.
Lalu iapun segera melajukan motornya dengan kecepatan sedang dan berbalik arah,karena ia berniat untuk membawa pria tua tersebut ke rumah sakit terdekat.
Ia sempat memerhatikan dada pria tua tersebut yang seperti terkena tembakan,walaupun ia jarang berurusan dengan para penjahat.Tapi berkat Ayahnya,ia bisa tahu bagaimana tubuh yang sedang terkena tembakan.
"Pak tua,apakah kamu sudah mati?" tanya Sebastian dengan wajah khawatirnya saat ia tidak mendengar jawaban apapun dari pria tua tersebut,sambil terus melajukan motornya.
Tapi kedua matanya tidak sengaja melihat kaca spion motornya yang sedang menampilkan beberapa pria yang baru saja sampai di lokasi pak tua tersebut tergeletak lemah tadi,bahkan beberapa pria tersebut membawa senjata di tangan mereka masing-masing dan sedang sibuk mencari-cari sesuatu di kejauhan sana.
"Apa kamu sedang mendoakan,supaya aku cepat mati?" tanya balik pria tua tersebut,dengan nada kesalnya tapi terdengar sangat pelan dan Sebastian masih mampu mendengarnya karena wajah pria tua tersebut hanya berada di atas pundaknya saja.
"Aku tidak bermaksud begitu pak tua,habisnya kamu tidak menjawabku tadi" jawab Sebastian dengan ekspresi bersalah di wajahnya,sambil terus melajukan motornya dan juga fokus ke arah kaca spionnya.
Sepertinya ia sudah bisa menebak,apa yang sedang di cari oleh beberapa pria bersenjata tersebut.
Kemudian ia langsung menghela napas lega,saat ia melihat kalau beberapa pria tersebut tidak menyadari kalau dirinya telah membawa pria tua tersebut dari sana.
"Pak tua,siapa pria-pria bersenjata yang ada di belakang kita itu? Musuhmu atau sahabat-sahabatmu?" lanjut Sebastian lagi dengan beberapa pertanyaan,karena rasa penasarannya.
"Musuh" jawab pria tersebut dengan singkat dan suara lemahnya yang hampir tidak terdengar.Ia langsung mengerti dengan pertanyaannya pria muda tersebut,saat ia mendengar kata bersenjata dari mulutnya pria muda itu.
"Apakah kamu memang selalu berbicara singkat seperti itu,pak tua?" tanya Sebastian dengan nada kesalnya,karena tidak puas sama jawabannya pak tua tersebut yang masih belum mampu menghilangkan rasa penasarannya.
"Baiklah,baiklah,aku yang salah.Sepertinya kamu harus segera tiba di rumah sakit,karena kamu sudah kekurangan banyak darah saat ini" lanjut Sebastian lagi,dengan wajah khawatirnya dan rasa bersalahnya kembali saat ia baru menyadari kesalahannya.
"Aku mohon,jangan membawaku ke rumah sakit" ucap Pria tua tersebut dengan cepat dan berusaha meninggikan suaranya,bahkan kedua tangannya sudah tidak berdaya dan tergeleletak di udara begitu saja karena sudah terlalu banyak darah yang keluar dari dalam tubuhnya.
"Tapi pak tua,darahmu......" ucapannya Sebastianpun langsung di sela oleh pria tua tersebut dengan cepat,hingga mampu membuat dirinya menjadi semakin bingung sama tingkah anehnya pak tua tersebut.
"Aku mohon,anak muda" sela pria tua tersebut dengan suara yang terdengar semakin lemah.Ia takut kalau musuhnya akan mencarinya sampai ke rumah sakit terdekat di sekitar sini,bisa-bisa ia tidak akan memiliki harapan untuk hidup lagi kalau ia lebih dulu di temukan oleh musuhnya dari pada anak buahnya.
"Baiklah,baiklah,terserahmu saja.Tapi jika nanti kamu mati,kamu jangan menyalahkan aku" ucap Sebastian dengan wajah pasrahnya yang bercampur rasa kesal,lalu ia segera membelokkan motornya ke arah jalan pintas yang akan membawa mereka berdua menuju ke rumahnya sendiri.
Ia sudah bingung,mau di bawa kemana pak tua ini.Mau tidak mau,iapun harus membawa pak tua tersebut ke rumahnya,karena hanya itu yang ada di benaknya saat ini.Biarlah kedua orang tuanya menjadi urusan kendian saja.
Tapi sepertinya,di benaknya juga hanya ada 1 nama yang mampu membantunya untuk menolong pria tua tersebut, ia akan meminta bantuan Ayahnya saja.Karena Ayahnya adalah mantan dari seorang Dokter medis,jadi ia yakin kalau Ayahnya dan dirinya berkerja sama,mereka berdua pasti akan mampu menyelamatkan pria tua tersebut.
Setelah 10 menit ia melaju dengan kecepatan 70,80 km/ jam,supaya mereka bisa cepat sampai dan kebetulan jalan pintas tersebut lagi sepi.Akhirnya perjalanan ke rumahnya yang harus selama 20 menit dengan melaju santai itu, mereka berduapun sampai juga di halaman depan rumahnya Sebastian.
"Pak tua,apakah kamu masih sadar?" tanya Sebastian dengan wajah khawatirnya,sambil melepaskan ikatan dasinya.
"Hm" jawab pak tua tersebut dengan singkat dan nada pelannya,karena tenaganya terus mengurang.
"Syukurlah" ucap Sebastian dengan nada senangnya,tapi wajahnya tetap menampilkan ekspresi khawatir.Lalu ia segera membopong tubuh pria tua tersebut ke teras rumahnya.
Sedangkan pak tua tersebut,langsung tersenyum di dalam hatinya saat ia mendengar perkataan syukur dari pria muda tersebut.Malam ini ia sangat sial karena sudah di serang secara tiba-tiba dan tertembak oleh musuhnya,tapi ia juga merasa sangat beruntung karena telah berjumpa sama pria muda baik hati tersebut yang mau menolongnya itu.
"Tok tok tok " terdengar suara ketukan pintu yang di ketuk oleh Sebastian dari luar rumah.
"Ceklek" terdengar suara pintu rumah yang langsung di buka oleh Ayah dan Ibunya Sebastian yang memang sedang menunggu putranya pulang.
"Bastian,apa yang telah terjadi nak? Siapa pria ini?" tanya Ayahnya Sebastian dari ambang pintu dengan wajah kagetnya,setelah ia sudah membuka lebar pintu rumahnya itu.
"Iya,siapa pria ini nak? Kenapa tubuhnya di penuhi sama darah?" timpal Ibunya Sebastian dengan wajah kaget dan juga takut.
"Kakak,siapa yang kamu bawa? Kena....." ucapan adiknya Sebastian yang baru saja muncul dari belakang tubuh Ayahnya Sebastian itu langsung di sela oleh Sebastian dengan cepat.
"Ayah,Ibu,Stella,sekarang aku belum bisa menjawab semua pertanyaan kalian bertiga tadi.Aku harus segera menolong pak tua ini,jika tidak nyawanya tidak akan tertolong lagi" sela Sebastian dengan cepat dan wajah seriusnya,sambil berjalan cepat masuk ke dalam rumahnya.
"Ayah,cepat bantu aku.Nyawa pak tua ini,sudah hampir menghilang" teriak Sebastian dari depan pintu kamar miliknya dengan wajah kesalnya,saat ia melihat Ayahnya yang hanya berdiri terbengong saja di ujung pintu sana.
Sedangkan pak tua tersebut,lagi-lagi ia harus menahan kesal yang ntah sudah hitung ke berapa kali di dalam hatinya.Karena ia harus terus mendengar kata-kata dari mulutnya pria muda tersebut yang terdengar seperti sedang mengejek dirinya.
"Ya Tuhan,anak ini.Apa yang sudah kamu makan bu,kenapa putramu selalu merepotkan kita dengan kebaikannya itu?" tanya Ayah dengan nada kesalnya,sambil memijit pangkal hidungnya dengan pelan.
Putra mereka itu kalau tidak membawa anak kucing yang terluka,pasti akan membawa anak anjing yang terluka,kadang juga suka memberi sedikit sembako pada beberapa orang yang membutuhkan.
Tapi yang di bawa oleh putra mereka kali ini,sangat berbeda dari yang sebelum-sebelumnya.Sejujurnya,ia memang sangat bangga karena memiliki seorang putra yang baik hati dan suka menolong,tapi tidak seperti ini juga kan.
Membawa pria yang sedang berlumuran darah,belum lagi pada saat tengah malam seperti ini.
"Stella,kamu lap darah-darah yang ada di lantai itu.Lalu kamu tunggu di ruang tamu saja dulu.Jangan masuk ke dalam kamar kakakmu,kalau ingin merayakan malam tahun baru bersama kakakmu" perintah Ayah,masih dengan nada kesalnya,sambil menatap darah-darah yang berceceran di lantai sepanjang langkah kakinya pria tua tersebut.
"What,apa Ayah sedang bercanda?" tanya Stella dengan wajah kagetnya,sambil menatap tidak percaya ke arah Ayahnya.
Kalau biasanya ia di suruh oleh kakak atau Ibunya untuk mengelap darah anjing atau kucing,ia tidak akan protes.Tapi kali ini,yang benar saja,ia harus mengelap darahnya manusia.
"Ibu,kamu pergi ambil sebaskom air bersih dan kain bersih" lanjut Ayah lagi,lalu ia langsung berjalan ke arah kamar milik putra mereka dengan langkah lebarnya dan mengabaikan protes putrinya mereka.
"Baik,Yah" jawab Ibu dengan wajah bingungnya,sambil menatap punggung suaminya dan wajah kaget,takut dan kesal putri mereka yang sudah bercampur menjadi satu itu.
"Ibu" panggil Stella dengan wajah memelasnya,karena ingin meminta bantuan dari Ibunya.
"Jangan memanggil Ibu.Apa kamu tidak lihat,Ibu juga sedang bingung saat ini.Kerjakan saja apa yang di katakan oleh Ayahmu tadi,kalau kamu ingin merayakan malam tahun baru bersama kakakmu" jawab Ibu dengan wajah bingungnya,lalu ia segera pergi mengambil apa yang di suruh oleh suaminya tadi.
Stella yang mendapatkan jawaban yang hampir sama dengan apa yang di katakan oleh Ayahnya itupun hanya mampu mendengkus kesal saja.
"Kakak,awas kamu " ucap Stella dengan sedikit berteriak kesal,sambil berjalan ke arah dapur untuk mengambil seember air dan juga kain pel dengan sedikit menghentak-hentakkan kedua kakinya karena merasa kesal.
Di dalam kamar miliknya Sebastian...
"Bas,kenapa kamu selalu merepotkanku?" tanya Ayah dengan wajah kesalnya,sambil membuka kancing baju pria tua tersebut dengan gerakan pelan,setelah ia sudah berada di dalam kamar putranya itu dan putranya itu juga sudah meletakkan pria tua tersebut ke atas kasur
Sebastian yang mendengar keluhan Ayahnya itu,ia hanya tersenyum santai saja,karena ia memang sudah terbiasa mendengar keluhan Ayahnya itu setiap harinya.
"Tok tok tok" terdengar ketukan pintu dari luar.
"Bas,cepat buka pintunya,ambil baskom airnya dan suruh Ibumu tunggu di ruang tamu dulu" lanjut Ayah lagi dengan nada tegasnya,sambil memeriksa dada pria tua tersebut.
Ia tidak mungkin menyuruh istrinya untuk membantunya,karena yang sedang ingin di tolong itu adalah seorang pria.
"Baik Yah" jawab Sebastian dengan cepat,lalu segera membuka pintu.
"Ibu,Ayah bilang,Ibu tunggu di luar dulu ya" ucap Sebastian dengan nada lembutnya,sambil mengambil beberapa kain bersih dan baskom air tersebut dari tangannya Ibu.
"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Ibu dengan nada khawatirnya dan juga bingung yang masih belum berkurang dari tadi.
"Baik Bu.Ada Ayah yang bersamaku,semuanya pasti akan baik-baik saja" jawab sebastian dengan wajah yang tersenyum ke arah Ibunya,padahal diirnya sendiri juga tidak yakin.Hanya saja dari tadi,ia terus berdoa di dalam hati supaya pria tua tersebut akan bisa mereka selamatkan.
"Baiklah" ucap Ibu dengan wajah yang tersenyum sambil melirik suaminya sebentar,lalu iapun segera berlalu dari hadapannya Sebastian dan berjalan ke arah putri mereka berada.
"Bas....." belum sempat Ayah menyelesaikan kalimatnya,Sebastian sudah lebih dulu menyelanya.
"Aku tahu,Ayah" sela Sebastian dengan cepat,setelah ia sudah meletakkan baskom air tersebut di sampingnya kasur dan juga samping Ayahnya.Lalu ia segera keluar dari dalam kamarnya,untuk pergi mengambil peralatan jahit medis milik Ayahnya.
Ayah yang melihat tingkah putranya itu,ia hanya mampu menghela napas dengan pelan,sambil mengambil pisau kecil yang memang sudah ada di kamarnya Sebastian,karena Sebastian memang selalu meletakkan pisau kecil di dalam kamarnya.
"Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu bisa tertembak? " tanya Ayah pada pria tua tersebut yang sedang sibuk menatap punggung putranya itu hingga pintu kamar tersebut tertutup.
"Kalau aku tidak salah tebak,kamu pasti seorang mafia" lanjut Ayah lagi,dengan wajah tenangnya,sambil menatap tato seekor elang yang berukuran kecil,yang terletak tepat di atas tempat tertembaknya pria tua tersebut.
Karena setahu pengalamanannya selama menjadi Dokter di salah satu rumah sakit besar dulu,ia selalu menemui pasien yang memilik tato-tato seperti ini.Tato-tato yang berbagai bentuk,menurut kelompok-kelompok mereka masing-masing,dan kenyataan yang ia ketahui,pasien tersebut adalah mafia yang terkena tembakan dari para musuh mereka masing-masing.
'Ternyata Ayah dan putranya sama saja' batin Pria tua tersebut dengan wajah malasnya,sambil mengalihkan pandangannya dan memperhatikan pergerakan Ayahnya pria muda tersebut.
"Gigit ini" ucap Ayah dengan nada santainya,sambil mendekatkan sehelai kain bersih yang di bawa oleh istrinya tadi dan sudah ia lipat kecil ke arah mulutnya pria tua tersebut.
Pria tua yang sudah bisa langsung mengerti itupun,langsung mengigitnya dengan kuat.
"Bersiap-siaplah." ucap Ayahnya Sebastian dengan wajah seriusnya,sambil menentukan tempat mana yang harus ia tekan dan ia belah sedikit untuk bisa mengeluarkan peluru yang hanya ada 1 buah saja di dalam dada pria tersebut,tapi yang membuatnya agak kesulitan adalah kedalaman peluru tersebut berada.
Dan bertepatan dengan Sebastian yang sudah masuk kembali sama peralatan jahit medisnya.
"Argghh" terdengar suara pekikan sakit yang tertahan dari mulutnya pria tua tersebut yang sudah di penuh oleh kain itu.
"Sudah,sekarang bagaimana caranya aku menjahitnya.Kenapa kamu tidak berpikir 2 kali terlebih dahulu,sebelum membawa pria ini ke rumah kita.Bukan hanya peralatan medis yang tidak lengkap,tanganku juga bermasalah.Seperti tidak ada rumah sakit saja di kota ini..." ucap Ayah dengan nada kesalnya sambil menahan rasa nyeri di pergelangan tangan dan juga di telapak tangannya,setelah ia sudah berhasil mengeluarkan peluru tersebut dari dalam tubuhnya pria tua tersebut.
"Dan pria ini termasuk beruntung karena masih selamat.Karena tembakannya terlalu dalam,hampir saja terkena jantungnya" lanjut Ayah lagi,sambil menahan darah pria tua tersebut dengan menggunakan kain yang lainnya lagi.
"Pria tua ini yang tidak mau di antar ke rumah sakit Yah,jadi aku bawa saja ke rumah kita" ucap Sebastian dengan nada kesalnya saat ia memikirkan tingkah anehnya pria tua tersebut tadi,sambil memeras kain yang ada di dalam baskom air tersebut,lalu ia segera mengelap darah yang ada di sekitar bekas tembakan tersebut.
"Lalu,siapa yang akan menjahitnya?" tanya Ayah dengan wajah bingungnya,sambil menatap sedih ke arah bekas jahitan di pergelangan tangannya.
Sudah 5 tahun ia pensiun dari posisinya yang menjadi salah satu Dokter terhandal di dunia medis.Tapi karena sebuah kecelakaan mobil,hingga membuat tangan kanannya yang selalu ia gunakan untuk melakukan segala macam operasi itu,tidak bisa ia gunakan lagi karena telah mengalami retak tulang di seluruh telapak tangan dan juga pergelangan tangannya.
Karena kecelakaan yang menimpanya itu,juga berhasil membuat ekonomi di dalam keluarganya menjadi mengalami sedikit kesulitan.Karena ia hanya bisa mendapatkan uang pensiunannya saja selama beberapa tahun ini.Maka dari itu,putra mereka mulai mencari perkerjaan sejak hari itu.
Bahkan tadi saja,ia harus mengeluarkan seluruh tenaganya untuk bisa mengeluarkan peluru tersebut,walaupun sudah melakukan operasi penyambungan tulang,tetap saja tangannya tidak bisa kembali secara normal lagi.
"Aku yang akan melakukannya,Yah" jawab Sebastian dengan cepat dan ekspresi yakin di wajahnya.Ia juga sudah mulai bersiap-siap dengan peralatan medis milik Ayahnya.
"Apa kamu yakin?" tanya Ayah dengan wajah kagetnya,sambil menatap putranya yang sudah berada di dekat mereka berdua.
"Apa Ayah sedang meremehkan kemampuanku saat ini?" tanya Sebastian dengan wajah santainya,sambil menahan rasa khawatir di dalam hatinya.Kalau saja ia tidak berhasil menjahit dengan benar dan sampainmengakibatkan pria tua tersebut kehilangan nyawa.
"Tidak juga" jawab Ayah dengan wajah tenangnya kembali,sambil berpindah posisi sama putranya itu.
"Ayah tenang saja,aku kan sudah pernah mempraktekkannya sama kucing dan anjing yang sedang mengalami kecelakaan kemaren itu,Yah.Ayah juga sudah melihat kan,kalau jahitanku kemaren berhasil dan sangat rapi" lanjut Sebastian lagi dengan wajah yang berpura-pura tenang,sambil mulai menjahitnya.
'What?' batin Pria tua tersebut dengan wajah tegangnya,kedua matanya yang tertutup rapat tadi langsung terbuka perlahan-lahan saat mendengar perkataannya pria muda tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!