NovelToon NovelToon

I Love You Om

gadis itu...

hari ini ada sebuah pesta di rumah utama keluarga Graham, Naira sudah sibuk dari pagi.

terlebih Samuel yang juga membantunya, "Naura sayang? aku tak melihat gadis ini kemana?" tanya mama Mei yang mencari sosok yang sedang akan mengadakan pesta.

tapi tak terduga malah terdengar suara teriakan dari lantai dua, suara Saga menggemparkan semua orang.

"kakak kamu mau kemana? jangan pergi woy..." teriaknya.

tapi gadis itu sudah melompat dari lantai dua rumahnya sambil memberikan ciuman jarak jauh pada adiknya.

Samuel berlari ke luar rumah dan melihat motor merah sports Ducati keluaran terbaru sudah melesat keluar dari garasi.

"tutup gerbangnya!!" teriak Samuel agar motor itu berhenti.

tapi tidak, Samuel Salah besar karena mengira motor itu berhenti, tapi malah menancap gas sambil membunyikan klaksonnya.

para security pun di buat ketakutan dan membiarkan gadis itu sudah pergi mengendarai motornya.

mama Mei menepuk bahu Putranya Samuel, "sudah tak perlu sedih, toh dia juga meniru papanya," katanya sambil tersenyum.

Samuel pun hanya bisa menepuk dahinya karena ulah putrinya yang baru berusia tujuh belas tahun.

gadis itu menembus jalanan kota Surabaya yang cukup macet siang itu. bahkan udara panas tak menghentikan dirinya.

motor itu terus di gas menuju kesebuah kawasan industrial dan perkantoran.

sedang di sebuah ruangan rapat, seorang pria terus melihat jam tangannya.

pria itu tak bisa menahannya lagi, dua tak bisa terjebak dengan rapat menyebalkan ini, terlebih dia sudah janji dengan seseorang.

Diana menyadarinya, dia tau jika Ben sedang menahan amarahnya karena pekerjaan yang lelet ini.

"kalian jangan terus berbicara, kapan bisa menyelesaikan ini, kalian kira hanya ini pekerja Presdir!" bentak Diana.

"maaf kan kami asisten Diana, ini salah kami," kata kepala pengerjaan proyek

Bentley Reagan Carter, seorang pria berusia matang, dan sudah memiliki segalanya.

mulai dari properti dan juga usaha yang tersebar dimana-mana, tapi pria itu masih tetap suka menyendiri dan tak berniat untuk menikah.

dia susah kebal dengan Omelan sang mama dan papa, karena ketiga adiknya sudah menikah, sekarang hidup bersama keluarga sendiri dan sudah bahagia.

rapat pun usai, Ben menuju ke ruangannya, dan bertepatan dengan itu.

seorang gadis sampai di lobi perusahaan, dia melemparkan kunci motornya pada satpam.

"parkirkan jangan sampai lecet," katanya yang langsung berjalan masuk.

"baik nona," jawab gadis itu.

para pengawal suruhan Diana ingin menghadang gadis muda itu, mereka bahkan mengepungnya.

tapi mereka memilih musuh yang salah, Elna pun melihat keempat pria yang lebih besar darinya itu.

Elna mengeluarkan ponselnya pada saat itu, dan menelpon seseorang, "ya!! siapa yang menghalangi aku masuk kami mau mati, turun jemput aku, atau aku ratakan lobi perusahaan ini!" bentaknya.

Mike yang kaget melihat kearah Ben dengan tatapan takut, "ada apa?" tanya Ben.

"sepertinya nona muda-" kata Mike yang terpotong, karena Ben langsung berdiri dan lari turun.

Ben pun panik saat mendengar jika Elna datang, sudah di pastikan jika gadis itu marah.

di lobi elna sudah menatap keempat pria itu, tapi tiba-tiba salah seorang maju dan langsung menyerangnya.

Elna pun menendang tepat di dadanya, kemudian menonjoknya di bagian dagu.

pria yang lain ikut maju saat teman mereka di lumpuhkan, Elna benar-benar membuktikan siapa dirinya.

dengan tangan kosong gadis itu merobohkan pengawal itu, bahkan para resepsionis di buat ketakutan saat seorang pria di tendang hingga menabrak meja resepsionis.

Elna pun berdiri dengan angkuh, "sudah ku katakan jika kalian berani aku pastikan akan ku bereskan," kata gadis itu membenarkan letak jaketnya.

Adnan tertata dari ruang tim IT, dia tak mengira gadis kecil itu kini berubah jadi seorang pembunuh mematikan persis seperti Ben dan Samuel.

lift yang membawa Ben dan kedua asistennya baru saja sampai lobi, dan dia pun kaget melihat lobi perusahaannya sudah berantakan.

"Elna!" teriak pria itu menatap keponakannya itu.

Elna pun menoleh dan langsung menatap tajam, gadis itu langsung berlari menerjang kearah Ben.

tapi bukan pria itu tujuan Elna, tapi wanita di belakang Ben. gadis itu langsung mencekik Diana dengan satu tangan dan membawanya masuk kedalam lift.

Ben pun panik kembali, karena Elna bisa melakukan apapun pada Diana, bahkan membunuh wanita itu.

"beraninya kamu meminta orang menghalangiku untuk ke ruangan om Ben, kau lupa jika kamu itu hanya asistennya, kau lupa itu,", kata Elna mendorong wanita itu sambil mencekiknya erat.

"lepas- kau membunuh- ku-" suara Diana yang berusaha menampar pipi Elna.

"wanita ******!!!" teriak elna makin geram.

Ben berhasil membuka pintu lift saat Elna ingin menonjok wajah Diana, "Elba jangan berlebihan," kata Ben.

Elna tetap melesatkan tonjokkannya pada wanita itu.

tapi sayang tak mengenai wanita itu dan malah mengenai dinding lift. bahkan dinding lift itu pecah dan rusak.

Mike dan Ben kaget melihatnya, "kau selamat, tapi berani sekali lagi kau menghalangiku untuk masuk ke perusahaan ini, kau akan ku potong-potong dan ku jadikan makanan pusy," kata Elna yang melepaskan cengkeramannya.

Ben pun langsung menarik gadis itu, tapi Ben malah kaget melihat wajah Elna yang terlihat terluka.

"siapa yang melukaimu," kata Ben marah.

Elna pun berkaca-kaca dan menunjuk Diana, "dia melukaiku dengan kukunya, jika tidak percaya lihat di kukunya," adu Elna yang langsung memeluk Ben.

"Mike! bawa Diana ke ruang hukuman, dan hukum lima kali cambukan, karena dia telah berani melukai keponakanku," perintah Ben dingin.

"ba- baik tuan," jawab Mike terkejut.

dia tak mengira jika akan ada orang yang akan menerima hukuman buruk itu lagi, sedang Ben pergi sambil mengendong Elna.

Elna pun memeluk leher Ben erat sambil tersenyum mengejek Diana, pasalnya gadis itu tau jika Diana menyimpan perasaan pada Ben.

tapi Elna tak akan diam saja saat om tersayangnya itu mau di ambil wanita seperti Diana, karena Elna mau wanita yang sempurna yang akan menjadi istri dari Ben.

"gadis sial.." gerutu Diana.

"sudah pergi, aku tak punya banyak waktu untuk menunggu mu Diana, aku sudah lama tak bermain," kata Adnan dari suara pengeras suara.

Adnan pun bersiap menuju ke ruang hukuman, sedang Mike membawa Diana ke ruang hukuman untuk melaksanakan perintah Ben.

sedang di ruangan Ben, Elba sedang beteriak karena Ben sedang mengobatinya.

"sakit om!!"

"makanya jangan berulah, kenapa tidak menelpon ku, kamu jadi harus turun tangan sendiri kan," marah Ben.

"uh ... ku kira keempat pengawal tadi cuma menghadang ku dan tak ku kira mereka malah menyerang ku," kesal Elna.

"terus ini bagaimana, nanti malam pesta ulang tahun mu, dan kamu malah seperti ini, aku bisa di bunuh oleh kak samuel jika tau putrinya terluka seperti ini," kata Ben.

Elna menyentuh bibir Ben dengan jarinya, bahkan Elna menangis mendengar ucapan Ben.

"jangan bilang begitu, aku tak ingin kehilangan om, setelah om Devan pergi," kata gadis itu.

Ben langsung memeluk Elna, dan gadis itu tenang dengan mencium aroma tubuh sang om.

Ben bahkan mencium kening dari Elna. sedang di ruang hukuman Diana menangis dan berteriak menerima lima cambukan.

Adnan begitu menikmati suara kesakitan dasi Diana, bahkan empat pengawal tadi juga menunggu giliran.

Adnan tak mengira jika kedatangan dari teman sepermainannya itu akan membuatnya bisa melakukan hal yang begitu dia sukai.

"thanks cantik ku!!!" kata Adnan tertawa.

pesta ulah tahun

Elna sudah mengendarai motornya pulang. tapi sebelumnya dia mendatangi Duana di ruang hukuman.

wanita itu nampak begitu kesakitan, "ini yang kau terima jika berani mengangguku, kau ingat jika aku adalah keponakan tercinta om Ben, jadi jangan berulah oke, terlebih ingin jadi istrinya, cih... kau itu hanya gadis yang di beli, kau pantas jadi mainan tapi tak pantas untuk jadi orang yang di cintainya," kata Elna sebelum meninggalkan Diana.

"lihat saja, aku pasti akan bisa menjadi istrinya, dan kau adalah orang pertama yang akan ku depak dari sisinya," maki Diana.

"baiklah aku tunggu itu," jawab Elna tertawa.

"hai bro, jangan lupa datang ke pesta ku, atau aku akan menghajarmu jika terlambat," kata Elna pada Adnan.

"siap Bosque," jawab pria itu yang melanjutkan pekerjaannya.

Elna sudah melihat kedua orang tuanya sudah berkacak pinggang karena ulah gadis itu.

Elna turun dari motor dan berlari masuk tanpa melepaskan helm yang di pakainya.

karena dia sadar jika dia melepas helm, maka Semuanya selesai karena gadis itu melukai wajahnya.

terlebih Naura tak akan melepaskan dirinya, apalagi sampai mereka tau jika elna terluka karena bertengkar dengan wanita dewasa yang menyukai Ben.

sedang di tempat lain, Ben sedang memilih beberapa mobil sports untuk hadiah Elna, karena tahun kemarin Ben membelikan motor Ducati Monster keluaran terbaru.

"ah gobl*k lah, bisa di bunuh papa aku jika tau wajahku seperti ini, apalagi ini pesta ulang tahun spesial menurut Saga, dan adik itu tak bisa di andalkan sekali," gerutu gadis itu.

dia pun bersiap sendiri tanpa bantuan makeup artist, "Elna buka pintunya, ayo Oma bantu nak, biar cepat selesai," panggil mama Mei.

"tak perlu Oma, aku hampir siap, lebih baik lihat saga dia akan butuh banyak waktu di banding aku," jawab Elna dari dalam kamarnya.

"baiklah, sepuluh menit lagi Oma jemput, kita turun bersama," kata mana Mei.

Elna pun bersyukur, beberapa temannya juga sudah datang dan menghubungi dirinya.

tapi Elna belum siap karena gaun yang di buatkan oleh Naura cukup menyusahkan.

Ben datang mengetuk pintu, "Elna ini om Ben, buka pintunya, mama mu sudah ngomel di bawah karena kamu tak kunjung keluar," kata Ben pada keponakannya itu.

"siap om, tunggu bentar," jawab Elna membukakan pintu pada pria itu.

Ben kaget melihat gadis itu kesulitan dengan gaunnya. Ben pun membantunya untuk menaikan resleting dan membantu mengikat tali di belakang gaun itu

"kamu dewasa sekali Elna, makin terlihat cantik tanpa cela," puji Ben yang terpesona dengan kecantikan keponakannya itu.

"terima kasih, tapi sayangnya situ om ku, jika bukan pasti aku akan menjadi pacar mu dan menghabiskan uang mu," jelas Elna sambil tertawa.

"tak perlu jadi kekasihku, sekarang kamu bisa menghabiskan semua uang ku," jawab Ben mengeluarkan kartu debit miliknya.

"ini seriusan om, ah janganlah, masak iya aku membuat bangkrut om ku sendiri," jawab Elna tertawa.

Ben pun mengambil bunga mawar dan memotong batangnya, kemudian menyangkutkan di rambut Elna.

gadis itu terlihat cantik dengan bunga di rambutnya, yang makin membuatnya sempurna.

"aku tak keberatan, selama itu membuatmu bahagia," bisik Ben di telinga Elna.

tiba-tiba detak jantung Elna berdetak begitu cepat, bahkan wajahnya merah karena malu.

Ben pun tertawa, dan memberikan tangannya, "mari tuan putri, kita turun tapi aku memiliki sesuatu," kata Ben saat melihat leher Elna kosong.

Ben memakaikan sebuah kalung berlian dengan model yang begitu indah.

bahkan anting-anting juga selaras dan makin menambah kecantikan dari Elna.

keduanya turun, semua mata tertuju pada Elna dan Ben yang nampak begitu serasi.

sesaat Samuel melihat keduanya begitu bahagia, Samuel takut jika putrinya akan memiliki perasaan khusus pada adiknya itu.

pesta pun berjalan dengan sangat baik, setelah menyuapi orang tuanya, kedua Oma opanya, serta saga.

kemudian Elna langsung menyuapi Ben dengan begitu senang, serta Ben yang juga menyuapi keponakannya itu.

"selamat ulang tahun gadis nakal ku, doa terbaik untuk mu, dan ini hadiah utama mu," kata Ben memberikan kunci mobil.

"om ini?" kata Elna dengan senang dan langsung memeluk Ben.

"sama-sama sayang, lihat di luar," kata Ben menuju ke area depan bersama Elna yang menariknya.

dan benar saja, sebuah mobil sports berwarna merah muda begitu mencolok.

tapi Elna begitu menyukai hadiah itu, terutama itu adalah mobil impiannya.

kemudian pesta di lanjutkan dengan pesta dansa, Ben menjadi rebutan para gadis di pesta itu.

terutama pria lajang itu memang begitu mencolok, tapi Ben menolak semua orang dia memilih menghampiri Mei.

"wanita cantik, bolehkah aku mengajakmu berdansa dengan ku?" tanya Ben pada Mei.

"tentu tampan," jawab mama Mei tertawa.

David mengajak Naura berdansa, kemudian Samuel mengajak putrinya untuk berdansa.

mereka bertiga pun berdansa, dan mereka juga saling bertukar pasangan.

tapi saat Ben dan Elna, keduanya nampak begitu serasi, bahkan keduanya seakan tak melihat orang lain dan hanya saling fokus.

akhirnya dansa pun berakhir, Ben menundukkan tubuhnya untuk memberi hormat pada pasangan dansanya.

kemudian Elna pun mengandeng Ben dsn mengajaknya bertemu semua teman sekolahnya.

dan para gadis itu begitu histeris saat melihat Ben yang begitu tampan, terlebih pria blasteran itu nampak muda di usianya yang matang.

"honey... aku ke sana Sebentar ya, sepertinya ada rekan Bisnisku," pamit Ben lembut.

"tentu om honey," jawab Elna tersenyum.

"Elna dia ganteng banget, aku juga mau jadi istri ketiganya jika boleh," kata Fafa.

"jangan gila ya kamu, dia itu harus memiliki istri yang sempurna, bukan gadis cengeng seperti kamu," kata Elna tertawa.

sedang Naura mengenggam tangan suaminya, dia sadar jika saat ini Samuel mungkin sedang marah.

"jangan pernah menghalangi cinta tuan besar, jika kamu tak ingin putriku hancur, kita ikuti alurnya saja, toh dia juga bukan adik kandung mu," bisik Naura tersenyum.

Samuel tak percaya jika istrinya sudah memberi lampu hijau, Samuel hanya takut jika anaknya tak kan bisa menahan semua caci maki orang-orang seandainya benar-benar menikah dengan Ben.

"aku harap itu tak terjadi," jawab Samuel.

Elna sedang bersama teman-temannya saat Samuel memanggilnya untuk menyapa beberes teman bisnisnya.

tak terduga seorang pria baru datang setelah sekian lama tinggal di luar negri.

dia tau jika mungkin kepulangannya akan menimbulkan kekacauan, telebih setelah apa yang terakhir dia lakukan.

pria itu masuk kedalam rumah, Mei yang melihat putranya pun langsung berlari memeluk tubuh pria itu.

"Devan kamu pulang nak!!" kata Mei senang.

"iya mama, aku pulang setelah semuanya," jawab pria itu

Elna mulai ketakutan, tubuhnya bergetar hebat melihat pria itu pulang, ingatan buruk pun mulai berputar di otak gadis itu.

Ben pun memeluk gadis itu, "fokus pada ku honey, ingat semua kenangan indah kita," kata Ben memeluk gadis itu.

"selamat ulang tahun Elna," suara pria itu yang kembali mengorek luka lama.

"tidak maafkan aku," kata Elna masih ketakutan.

Ben yang marah pun langsung memeluk pinggang Elna, "aku bilang fokus pada ku honey, dan kita ingat kembali kenangan indah kita," bisik Ben.

Ben nekat mencium dan ******* bibir indah Elna di depan semua orang, saat Samuel ingin memisahkan keduanya, sesuatu menahannya dan dua orang disana,

Saga dan Naura, "biarkan papa, kakak selalu tenang dengan om Ben," kata Saga datar

kalian terlalu berani.

Devan tak suka sikap Ben yang begitu posesif pada Elna, bahkan gadis itu juga terlihat begitu menikmati setiap perbuatan yang di lakukan Ben padanya.

"kamu sudah fokus pada ku honey..." kata Ben mengusap bibir indah Elna.

dan gadis itu dengan polos mengangguk, bahkan tubuhnya kini hanya di topang lengan kekar dari Ben.

"kalian keterlaluan, ini pesta bukan area pertunjukan adegan dewasa," kata Devan tak suka.

"hei anda tuan muda Devano, kenapa begitu marah dan iri, kenapa jika aku memanjakan gadis cantikku ini, aku juga bukan orang yang hanya akan merengek-rengek jika perusahaan ku akan bangkrut karena ketidak seimbangan yang tak bisa ku atasi," ejek Ben.

"tutup mulutmu Bentley," bentak Devan.

"hentikan, dan jangan buat malu, dan jangan sampai membuat ku marah," kata David yang menarik Devan.

sedang Elna tetap di pelukan dari Ben, bahkan gadis itu begitu nyaman saat ini.

"kakak ipar mau di peluk juga, aku masih sanggup loh," tawar Ben merentangkan tangannya.

"om jangan lakukan itu, om hanya boleh fokus padaku saat ada aku," kata Elna ngambek.

"tentu honey," jawab Ben

tak lama Ben menjentikkan jarinya, sebuah layar menunjukkan sebuah foto dan beberapa video.

ternyata itu adalah kenangan dari Elna semasa kecilnya, gadis itu sering mengikuti Ben, bahkan menirunya.

akhirnya pesta selesai pukul sebelas malam, dan saat ini Ben sedang dapat hukuman dari Samuel.

"kak kau menghukum ku seperti anak kecil, ini memalukan," protes pria matang itu.

"itu hukuman karena berani mencium putriku di depan umum," kesal Samuel

"ayolah kak, aku bisa mati kram kalau begini," kata Ben yang sudah tak kuat melakukan kuda-kuda dengan menjaga mangkok berisi air.

sedang Elna duduk sambil membawa sosis bakar dan menyuapi Ben di depan Samuel.

"ya!! kenapa kalian malah pamer kemesraan di depan papa!" teriak Samuel.

"ih papa gak asik nih, udah sering marah-marah, ingat darah tinggi itu tak baik,bikin cepet tua, dan papa mau jika mama di rebut pria muda," kata Elna yang tenang sambil terus menyuapi Ben.

"honey, kamu pakai cabe berapa, ini pedas sekali," protes Ben yang mulai berkeringat makin deras.

"dasar bule nih om honey, kalau gak suka pedas gak seksi om," bisik elna yang memberikan susu.

"mau minum susu dari wadahnya sendiri atau aku bantu pegangin wadahnya," tawar Elna dengan nada menggoda.

Samuel langsung merebut susu itu dan langsung memberikannya pada adiknya itu.

dia tak tahan harus melihat gombalan dan tingkah aneh dari adiknya itu dan putrinya.

"bisa gila aku melihat tingkah kalian, dan kamu pulang Ben habis ini," usir Samuel yang melepaskan pria itu dari hukuman.

"tidak boleh, aku besok mau latihan tanding dengan om Ben, jangan menyuruhnya pulang lah pa ..." mohon Elna.

"tidak, aku bisa gila jika dia menginap disini, sudah besok berangkat kerumah Ben, dan ajak Saga juga biar bocah itu juga semakin hebat dalam bertarung," perintah Samuel.

"baiklah, dan Elna pesan ini untukmu honey, jika kamu menginggat hal buruk ingat ciuman yang ku berikan sebagai kenangan indah kita," kata Ben yang langsung dapat lemparan piring dari Samuel.

beruntung pria itu sempat menghindar dan berhasil kabur. sedang Elna tertawa melihat tingkah keduanya.

sedang di rumah utama, David sedang duduk melihat putranya yang datang tanpa undangan itu.

"mau apa kamu pulang Devan, setelah semua yang kamu lakukan untuk menghancurkan gadis itu, dan saat Ben sudah berhasil menyembuhkan gadis itu kamu datang lagi," marah David.

"papa kenapa bicara seperti itu, aku juga Om yang berhak datang bukan, dan untuk masalah lama itu, aku sudah melupakannya, dan aku harus keluar sebentar, dan mama bisa istirahat dan jangan menunggu ku, aku pasti pulang," kata Devan mencium tangan mama Mei.

Devan pergi mengunakan mobil milik David, sedang Davin dan Aurora melihat raut wajah David yang khawatir.

"tenang pa, Devan tak mungkin membahayakan Elna, terlebih gadis itu memiliki Ben yang akan menghadang siapa pun yang ingin melukainya," kata David menenangkan ayahnya.

Devan menginjak gas mobilnya menuju kesebuah rumah mewah,bahkan para penjaga langsung membukakan pintu untuk pria itu.

pria itu langsung berlari masuk kedalam rumah, dan langkahnya melambat saat melihat sosok Ben duduk sambil memegang gelas minuman.

"dasar pria gila kamu berani mencium keponakan mu sendiri di depan umum," kata Devan.

"memang kenapa, aku sering melakukannya dulu kok dengan Elna, dan pria busuk seperti mu mau apa datang kemari,mau berburu wanita muda ya," kata Ben asal.

"kau mau mati huh, aku datang hanya ingin melihat kondisi Elna, aku tau jika dulu itu bukan sepenuhnya kesalahannya, dia juga masih kecil, dan itu semua sudah takdir tuhan," jawab Devan.

"tapi kamu lihat sendiri bagaimana reaksinya, jika kamu ingin minta maaf tak akan semudah itu, telebih ucapan mu dulu sangat melukainya," terang Ben yang masih kesal.

"ya makanya aku kesini untuk meminta bantuan mu, dan besok aku akan memperkenalkan seseorang yang akan menjadi nyonya Devano, dan juga putraku akan datang bersamanya," kata Devan.

"wah hebat sekali tuan Devan, tapi perempuan mana yang beruntung itu?"

"dia adalah seorang guru yang berasal dari Korea Selatan, dan aku sudah mengenalnya selama lima tahun,terlebih saat putraku masuk sekolah dan Evan juga sudah setuju dengan keputusan ku itu," jawab Devan.

"baguslah, besok aku akan mengajak gadis itu ke rumah utama, dan doakan aku segera menyusul kalian semua menikah, aku sepertinya butuh teman hidup juga," lirih Ben.

"bagaimana jika kamu melakukan pendekatan dengan senja, dia itu gadis baik loh, terlebih keluarga kita sudah mengenalnya dan dia juga membantu mama di yayasan untuk mengurus anak jalanan," usul Devan.

"boleh, tapi apa gadis sebaik itu mau dengan pria brengsek seperti ku?" tanya Ben tak yakin.

"tenang saja, karena gadis itu adalah gadis yang mengerti agama dan juga sifatnya begitu baik, jadi tak sulit untuknya menerima mu," kata Devan.

"ya tak usah di bahas, ajak saja dia ke rumah besok," jawab Ben

Keduanya pun malam ini minum-minum berdua, Devan dan Ben tertawa bersama dan tak mengira dia sudah hampir delapan tahun perang dingin.

apalagi setelah Kematian dari melati,membuat hidup Devan hancur berantakan.

terlebih melati meninggalkan Devan dengan balita berusia dua tahun putra mereka Evan.

dan yang makin membuat Devan marah dan murka, dia baru tahu jika istrinya mati dalam keadaan hamil anak kedua.

hingga dia melampiaskan semua kemarahannya pada Elna dan bahkan sempat hampir membunuh keponakannya itu.

tapi dia malah hampir mati di tangan Ben, karena berani ingin melukai Elna, saat Samuel sendiri terluka karena menyelamatkan keduanya saat itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!