HaI... semua yang sempat baca...Ini cerita Fiktif ya...Murni khayal penulis, ngak ada Niat nyinggung siapapun. Jika ada kesamaan nama, tokoh dan tempat, itu hanya kebetulan belaka.
Bagi yang merasa ada hikmah boleh diambil, yang ngak merasa ada tak apa- apa juga.
Ini novel bertema pertualangan seseorang menemukan Cinta yang sebenarnya, bukan novel bertema Agama, walau agama tak bisa dijauhkan dari cerita ini. Karna penulisnya bukan Sekular juga!
Namaku Syafira dalam dunia Cica.
Mama dan papa memanggilku Syafir. Nama lengkapku Syafir Ahmad. Aku putra bungsu dari Tayong Chen yang berganti nama dengan Azizan Ahmad dengan Carolina Rahman.
Aku kesayangan Ayahku, dimanja dan diperlakukan bak seorang putri membuat
langkahku tidak setegap para abangku.
Abang yang pertama, seorang polisi yang bertugas di Polda Kota P. Putra sulung itu Bernama Lettu Zahran Ahmad. Ia seorang polisi yang rajin, bertubuh tegap dan memiliki suara keras, kuat dan berkarakter, bak Auman sibelang puncak Sigamai- gamai. Ditempat tugas ia sangat ditakuti, tapi dirumah ia tempat bermanja istrinya dan mama kami.
Kalau sudah dirumah, senyumnya akan secerah mentari pagi, tak akan ada yang mengira ia seorang polisi yang gagah, ia tidak akan segan membantu istri atau mama kami didapur. Bahkan cuci mencuci, sampai perkara yang kecil pun ia mau melakukannya. Membuat mama dan istrinya memujanya. Pendek katanya
ia kebanggaan mamaku.
Yang paling tengah bernama Elang Cahya Ahmad. Pria ini juga kebanggaan mama karna ia berhasil menamatkan sekolah tinggi Ilmu pemerintahan dan sekarang bekerja diSekretariat kabupaten S.
Aku selalu tersenyum pahit setiap mengingat posisiku dalam keluarga.
Aku hampir tak pernah dipandang oleh ibuku selain dengan tatapan sinis.
" Ih...Syafir...perbaiki jalanmu! jangan melenggok begitu, kau laki- laki! tirulah para abangmu, mereka gagah dan jantan.
Awas kalau kau belum bisa jalan yang tegap sampai besar dan papamu meninggal. Mama pasti akan mencoret mu dari daftar pewaris harta keluarga." Ancam mamaku hampir setiap kali melihat tingkahku yang memang agak sedikit lemah dari para abangku.
" Jangan begitu ma...ajarkan anak itu pelan- pelan...Kalau ngegas terus ntar otaknya buntu, yang ada ia malah makin salah tingkah." Nasehat Papa setiap mendapati aku yang kena semprotan mama Carolina.
" Emang dirimu yang lembut- lembut kayak Tape busuk! Lihat tuh hasilnya anak jadi lenggang- lenggok memalukan.
Aku tak suka anak lelaki berasa bak perempuan! Kalau berbagi warisan nanti tak kasih dia, soalnya dalam agama, anak
yang ngak jelas kelaminnya ngak dapat harta warisan! " Geram mama Carolina.
Aku dengan polosnya membuka celanaku, menghadapkannya pada kedua
orang tuaku.
" Ini Syafir punya jelas kok ma...Bahkan lebih besar dari punya para Abang. " Ujarku polos. Membuat mamaku kian melorotkan matanya.
Sedang papaku tertawa terpingkal- pingkal sampai mata sipitnya berair.
" Kalau kau merasa punyamu normal dan baik- baik saja, maka bertingkah layaknya anak lelaki sejati! " Tegas mama yang membuat papa menghentikan tawanya.
" Jangan suruh Syafir menunjukkan sikap lelaki sejatinya sekarang dong ma, nanti malah kita keduluan dapat cucu dari sibungsu. " Seloroh sang papa.
Mama yang kesal menghentak- hentakkan kakinya, lalu berlalu menuju dapur.
Rumah Orang tuaku besar, walau tidak semewah orang kaya dikota besar. Rumah kami termasuk paling berkelas diibu kota kabupaten ini.
Rumah besar berlantai dua, menghadap jalan raya Lintas S, memiliki lima belas ruang, 8 dibawah, tujuh diatas.
Rumah yang didesain gaya Eropa, dengan luas halaman 50x 30. Sebagian untuk taman dan separohnya parkiran mobil.
Sebagai keturunan Tiongkok berjiwa bisnis, papa termasuk pedagang terkaya
dan paling terkenal dikota ini. Mulai dari toke karet , minyak Nilam, dan berbagai hasil bumi masyarakat sini, ayah menampungnya. Untuk bisnisnya, ia punya rumah besar yang lain merangkap gudang, sebagai tempat menampung barang dagangannya, juga tempat tinggal para karyawan kepercayaannya.
Sebenarnya papa agak kecewa dengan keputusan para abangku yang memilih menjadi pegawai negri ketimbang melanjutkan bisnis papa. Tapi apa boleh baut, istrinya malah lebih bangga dengan keputusan anak- anak jeniusnya yang memang lulus dengan mudah sekolah kepolisian dan satunya Sekolah ilmu pemerintahan serta seperti keinginan mereka dengan mama.
Walau kecewa, papa orangnya murah senyum. Bahkan ia banyak mengangkat anak dan menjadikan mereka orang kepercayaan untuk mengelola usahanya.
Sejak aku kelas satu SMA, abangku kesatu menamatkan akademi kepolisiannya, setelah bertugas, ia menikahi gadis Melayu.
Sedang bang Elang baru lulus setelah mengikuti berbagai rangkaian tes, berpindah- pindah tempat dan berbagai tantangan.
*****
" Lihatlah Syafir...Abang Zahran jadi polisi, Abang Elang jadi calon PNS pemerintahan. Kau nanti mau jadi apa dengan gaya norakmu ini? " tanya Mama masih dengan seringai ejekan. Sepertinya setiap prestasi para abangku,
adalah tambahan daftar cercaan untukku. Tapi aku hanya menyambut semua perlakuan mama dengan senyuman. Begitu yang ayahku ajarkan padaku.
Aku memang anak papa...Tapi kayak tak berguna buat mama.
Setelah tersenyum aku berucap lirih pada
mama.
" Syafir akan mencari Syurga dari mama dan papa. Tak perlu menjadi pegawai. Setelah tamat SMA Syafir akan mulai usaha yang Syafir suka.
Kalau jadi pegawai, nantinya ada tugas berpindah- pindah wilayah. Kalau papa sakit siapa yang jaga, kalau mama butuh siapa yang bantu."
Mamaku terdiam, kali ini ia tak mencak- mencak lagi, entah kata- kataku sudah berhasil menghipnotisnya aku tak faham juga. Padahal selama ini ia tidak akan mudah terpengaruh dengan ucapan orang. Bahkan pernah ada dulu maling masuk rumah waktu pengamanan rumah belum seperti sekarang, ibuku cicerewet yang tak gampang dihipnotis. Ia bahkan berhasil membekuk maling tersebut dengan bantuan alat- alat dapur, disaat kami sudah pada terlena dengan perampok yang menggunakan ilmu hipnotis itu.
Menurut Dr. Dafit Sieges, orang yang susah konsentrasi seperti mama memang susah dipengaruhi ( dihipnotis).
Itulah yang membuat seorang Syafir tidak pernah mengeluhkan kelancangan bibir mamanya, serta sikap cerewetnya, karna menurut Syafir dan papanya, semua harus bisa diambil segi positifnya.
" Disenyumin aja sayang...Kalau mama ngak gitu, ya ngak rame rumah kita!" bujuk Papa setiap senyumku mulai memudar ketika banyak umpatan yang tertuju padaku dari Noni bermulut setajam silet itu..
Ya...semua harus diambil hikmahnya. Juga ketika aku diusir dari rumah oleh mama, setelah aku terkena razia bersama para banci dan buci yang kebetulan kami sedang nongkrong diwarung kafe temanku, ditahun pertama aku menyelesaikan SMA ku.
Dari kejadian yang cukup memalukan itu.
Tatkala aku harus berada diantara para tran Gender itu. Aku tersadar siapa diriku. Ketika seorang Polwan Cantik dengan seenak undelnya memenceti setiap bagian dari tubuh kami, aku jadi Sadar, kalau aku harus bisa seperti yang mamaku inginkan.
" Memalukan! anak tak tahu diri! untung abangmu berpangkat tinggi, kalau tidak wajah jelekmu itu pasti sudah jadi tontonan media seluruh dunia. Dasar anak salah pasang! Sudah jelas kau tahu anumu besar, malah berkawan dan menongkrong dengan orang hunian itu! Rutuk ibuku.
" Aku tak jelek kok ma...Aku cantik kalau jadi cewek. Kalau jadi cowok malah tampan benar. " Ucapku enteng yang malah dapat tamparan keras dari mamaku.
Tamparan sekaligus usiran aku terima hari itu.
Kuusap pipiku yang merah bekas tamparan mama. Anehnya aku tidak menangis. Malah dadaku berdebar,
senyum simpul terlukis dibibir manisku.
Aku mulai mengenal diriku sejak hari itu.
Dunia Cica ( Dunia Banci )
Gimana? Suka?
Kalau suka tinggalkan jejak ya
Like
Fote
Komen
Dan Tekan Love.
Kalau belum faham. Kita lanjutnya say...
Aku melangkah dengan Cap stempel merah dipipi. Wajah bening bersinar milikku, kini bergambar bekas tangan dan rasa perih didaerah bekas itu tentu sedikit menyiksa.
Aku juga diusir oleh mama yang melahirkanku dari rumahku.
Tapi aku tak mau menyebut semua ini kesialan, karna
menurut papaku, bagaimanapun pahit yang kita rasakan dalam suatu masa yang kita hadapi. Tetaplah berbaik sangka pada yang Kuasa, anggaplah ini sebagai awal sebuah keberuntunganmu. " Nasehat Papa yang tak pernah kulupa.
Ya...Setiap kata adalah doa, aku mengatakan hari itu hari baik bagiku.
Dan Alhamdulillah itulah hari dimana aku
memulai usahaku yang sekarang sudah aku Jalani selama 4 tahun.
Papa meninggal ketika Aku kelas tiga SMA. Meninggalkan banyak harta tentu nya. Kepergian sosok pahlawan dirumah itulah yang membuatku lebih sering menghabiskan waktu diluar rumah. Nongkrong bersama teman- teman Hanya sekedar tempat nebeng menghilangkan polusi suara yang selalu merusak genderang telingaku.
Sejak kepergian papa, mamaku makin cerewet, apalagi sejak istri bang Zahran kak Mia dititip dirumah karna Abang ada dinas setahun ke Aceh Singkil.
Mama semakin malu melihat penampilanmu Syafir! Kau tidak Malu apa pada kak Miamu, yang setiap hari harus bertemu dengan penampilan anehmu itu, bikin rusak reputasi haji tujuhkali mama dan Almarhum papamu saja! punya anak laki- laki kok salah asuhan." cerocos mama setiap aku menunjukkan wajahku dirumah besar itu.
Kalau mama sudah membawa papa dalam cerepetannya, Seorang Syafir akan
merasakan sakit yang dalam akibat rindu
pada papa yang selalu berkata baik kepada kami anak- anaknya. Aku pasti tidak tahan lagi lama- lama dirumah.
Itulah sebabnya Syafir sering nongkrong dimana saja tempat yang nyaman dirasa. Sampai pada malam razia itu.
Seperti yang kita ketahui, bukan lagi rahasia, setiap ada perkumpulan, disana akan ada minuman, obat- obatan dan pergaulan tidak baik.
Tapi sejauh ini Syafir tak pernah menyentuh barang seperti itu, walau dalam lingkungan orang seperti itu. Sehingga mungkin kalau Syafir tidak ada dilokasi dan ikut terkena razia, mungkin Zafir adalah orang yang tertuduh melaporkan kegiatan itu, karna bukan munafik, bagaimanapun mereka merayu, tak sempat Syafir tergoda untuk meneguk barang itu. Juga minuman yang
tidak sesuai dikonsumsi dinegara kita yang beriklim tropis ini.
****
Aku takkan pernah melupakan hari Keberuntunganku itu. Kalaulah tidak karna hari itu, belumlah tentu seorang Syafir bisa memiliki semua ini, dengan hasil jerih payah sendiri.
Lebih dari 3000 pesta pernikahan, sunatan atau Aqiqahan besar di seluruh propinsi ini diatur dibawah IO yang kumiliki, selama empat tahun ini.
" Bang...Syafir...Ini Kartu ATM yang ditinggalkan Almarhum bapak untuk Bang Syafir, nomor PINnya tahun rahasia kalian berdua kata bapak. "kata Amin salah satu anak angkat papa yang bekerja mengelola bisnisnya.
Aku menerima kotak yang berisi kartu ATM itu. Walau tidak menggunakannya aku menyimpannya baik- baik.
Mencari manfaat dan hikmah dari setiap
masalah, itu prinsip yang ditanamkan papa padaku.
Aku sendiri heran mengapa papaku begitu mencintai mama yang jauh dari ciri lembut seorang perempuan. Tapi mungkin prinsinya itulah yang membuat ia bertahan dan tidak pernah menyeleweng barang sekalipun dari mama. Kalau difikir - fikir mamaku adalah
wanita terhebat didunia. Ia membuat papa jatuh cinta padanya, menjadi muslim, mencintainya setiap waktu, bahkan sudah membawanya naik haji tujuh kali, sesuai dengan apa yang ia sering kata, bahkan papa benar- benar meninggal Lebih dulu, meninggalkan kekayaan yang membuat hidup mama bergelimpangan harta dihari tua.
Pertama yang kubeli untuk memulai hidupku adalah mobil Damtruk yang baru seharga 150 juta rupiah.
" Hey...Bang.. Capek kali menghitung uangmu ini. " keluh kasir dealer itu berkeringat karna menghitung ulang uang 150 juta sebagai pembayar mobil itu. Keringat kasir itu bercucuran, urat dahinya menonjol karna kelelahan, sedang menagernya terus meminta mereka lanjut menghitung.
Ketika gadis yang ketiga sudah mau pingsan, akupun berucap.
" Sudahlah.. percaya aja! uangnya cukup kok...Sudah aku hitung sejak sepuluh tahun ini, dan kuulang semalaman, semua cukup 150 juta. Ngak usah maksain juga ngitungnya, toh kalau uangnya tak cukup, pihak dealer bisa menahan BPKB mobil ini. Kan belum langsung keluar sekarang kan? " tanyaku pada manager dealer itu.
Tup....pria itu menampar jidatnya.
" Iya kak eh bang...aku tak kefikiran kesitu! " Ujar manager J sembari tersenyum gugup.
" Aku juga salah, ngak bilang dari tadi. Kalau aku ingat dari tadi, tentu karyawan anda tidak susah menghitungnya. " Ucapku dengan tatapan penuh sesal.
" Abang sih, bikin capek orang aja! Beli mobil pake uang segala ragam, banyakan
recehannya pula. " Gerutu kasir yang tadi kondisinya sudah begitu drop.
" Oke deh...aku traktir ntar makan sore sebagai ganti energinya. Pokoknya semua aku traktir deh. "Bujukku kemudian.
Ih...paling dimobil rongsokan Abang itu uang kecil lima karung lagi. Ntar macet pula ngitung ditempat makan! " Sanggah kasir yang satu lagi.
Aku menyerahkan 10 lembar uang anti basah pada Linlin temanku.
" Lin... tolong hitung semua karyawan yang kerja disorum hari ini, dan pesankan
makanan kewarung kak N, yang dekat dari sini. " titahku kemudian.
" Baik nona Syafira...Ayo dis temani Kika kesana! " Ajaknya pada seorang kasir.
" Tuh ada duit besar, ngapain beli mobil pake recehan. " timpal cewek yang satu lagi.
" Yang ini kan cuma satu Jiti yang...Sedangkan yang teman kika mau bayar 150 Jiti. Dan itu duitnya rupiah asli, ia tabung selama sepuluh tahun lebih. " Timpal Lilian membelaku, Lalu aku kemudian tersenyum. " Sekali lagi maafkan Abang ya! Itu yang ada yang bisa Abang belikan untuk mobil dam Ini." Ucapku sembari memgecup mobil baruku.
" Untuk apa sih bang mobilnya? mending mobil pribadi,bisa untuk mejeng sana- sini. "
" Mobil pribadi dari usaha sendiri nanti, sekarang ini dulu, buat membantu usahaku berkeliling kota. "
" Emang usaha apa? tanyanya penasaran.
IVen Organizer, ini mobil buat mindahin pelaminan, pentas, keyboard dan yang lainnya. " Jelasku.
" Oh ya...Abang ngak marah dipanggil Abang, kayak Cica yang lainkan pengennya dipanggil kakak, mbak, uni atau Cece! " ujarnya.
" Kalau Abang terserah orang manggil saja, pada kenyataannya Abang laki- laki.
Hanya dandan dikit biar meyakinkan saja sebagai Juru rias. Ntar kalau Abang sudah bisa menggaji perias wanita yang frofesional, baru Abang pensiun merias, tinggal memantau saja. " Jelasku kemudian.
" O...Kalau begitu aku boleh ngak kursus sama Abang, ntar Kalau dah bisa, biar jadi anggota tim rias IO bang Syafir. Aku capek dan kapok jadi kasir Sorum, takut nanti ada yang beli mobil pake uang kecil sekarung pula! Seloroh gadis itu.
He...He..." Abang adalah satu diantara seribu yang model gini. Ucapku setelah kami menghabiskan tawa kami.
" Mudah- mudahan setelah ini tak ada lagi, Orang seaneh bang Syafir. " Ucapnya Lirih. Kemudian pembicaraan kami terhenti karna Lilian telah datang dengan becak membawa nasi bungkus itu.
Aku mengucapkan Bismillah, lalu menghidupkan mobil Damtruk baru itu.
Setelah makan bersama disorum itu, Lilian membawa mobil kijang Eskudo 98 itu.
Sedang aku membawa Damtruk itu. Semua mata terpana melihatku dengan santainya membelokkan mobil truk baruku.
" Bang...Kalau diatas itu kau tampak Macho, tak terlihat lagi cica nya ! " teriak Ella kasir Tiga.
Aku tersenyum melambaikan tangan sebentar, lalu mulai melaju membelah jalan menuju rumah Lilian, tempat tinggalku sementara.
Kika ( Aku )
Gimana?
Masih puyeng? tekan like, fote , komen dan love dulu. Baru intip kelanjutannya.
Aku mengumpulkan uang jajanku sejak Kelas Tiga Sekolah Dasar dalam Karung yang aku simpan didalam gulungan karpet usang. Sejak SMP aku mulai menghitungnya, mengganti dan menukarkan uang yang rasanya akan berganti.
Mamaku memberikan uang jajan paling kecil bagianku diantara kami bertiga. Karna merasa tak adil, aku tak memakai uang itu. Setiap pagi, aku akan menyiapkan bekal sendiri dari dapur kami, sehingga aku tak perlu berjajan lagi. Menyimpan semua pemberian mama. Papaku tentu tak tinggal diam, ia memberikan uang besar padaku, tapi aku
tabung semuanya. Sedang untuk keperluan Alat tulis, aku tinggal minta saja sama bang Udin, penjaga toko sekalian apotek papaku.
Begitulah kulakukan bertahun- tahun. Hingga aku punya Seratus juta diBank, Dan 150 juta uang tabungan dalam bentuk Celengan karung. Modal Awal membangun usahaku.
Uang satu Milyar dalam tabungan yang dititip Papa untukku di ATM yang diberikan Amin, sampai hari ini belum pernah kucairkan. Paling hanya cek rekening berkala saja kulakukan untuk kartu itu.
Sekarang ini.... Entah ini memang bidangku, atau Rizki sedang berpihak padaku. Aku sudah memiliki rumah sendiri, mobil pribadi, berikut 40 Hektak kebun kelapa sawit dari keuntungan Usahaku. Hingga Corona melanda aku tak perlu khawatir, Bila libur dipesta, aku berpetualang kekebun sawitku Yang ada di kawasan A .R, 12 Km dari kotaku.
Di WO juga, aku sudah memiliki Karyawan sebanyak 100 Orang. Sepuluh orang diantaranya adalah Juru rias. Sedang yang lainnya, penghias dan pendiri tenda, pelaminan, pentas berikut Sopir juga.
Sudah Tujuh set pelaminan yang aku punya, yang berbeda Clas dengan bagetnya.
" Ini Adalah pesta ke 3001 yang akan diatur oleh IO / WO ku ( Syafira Wedding Organizer ) Sekaligus pesta penutup untuk tahun ini, karna Pemerintah sudah menetapkan PPKM, untuk mengatasi wabah Corona yang aku sendiri belum faham, walau sudah berkali menonton berita dan membaca di Internet tentang Covid 19 itu.
" Hatiku Tah mengapa tak hentinya berdebar- debar sejak mendapat Job ini Lin. " Kataku mencurahkan perasaanku pada sahabatku Lilian.
Lilian adalah janda beranak dua yang ditinggal selingkuh oleh suaminya.
Ibunya sangat baik. Ibu Meiwa menampungku dirumah sederhananya, memberikan kamar paling depan untuk penompanganku sementara waktu aku tersisih dari rumah besar itu. Bapaknya Lilian sudah meninggal juga, hampir setahunan dengan kepergian papaku.
" Mungkin karna ini pesta terakhir, kau terlalu mengkhawatirkan nasip para karyawanmu kalau usahamu tutup sementara, makanya berdebar- debar. " Tebak Lilian.
" Kurasa bukan itu masalahnya Lin...Aku..
" Kenapa? teruskan saja! bukankah selama ini kita sudah bersaudara, kenapa
meski ragu dan malu curhat padaku. " Ucap Lilian menatapku dengan tatapan penuh ketulusan.
" Apa kau tidak ada rasa padaku andai aku lelaki sejati Lin? " tanyaku kemudian.
" Ih...Bagiku kau Syafir atau Syafira sama saja! Aku sudah menganggapmu saudara
dari awal. Kalaupun aku ada niat untuk menikah lagi, takkan pula aku bermimpi untuk orang muda, dan sempurna sepertimu ! Aku mau cari yang sederhana saja, yang sederajat denganku! " ujarnya terdengar tegas.
Kutatap matanya dalam- dalam. Setelah kutemukan tak ada yang disembunyikan
dari tatapan mata hitam yang tak terlihat jernih lagi itu, karna mungkin kebanyakan menangis habis lahiran si Raka yang paling kecil yang ditinggal dalam perut oleh ayah yang tergoda rumput tetangga
yang lebih hijau.
Beberapa tahun yang lalu aku pernah merasakan debaran seperti ini Lin. Saat itu aku sedang diperiksa oleh polwan Cantik waktu aku terkena razia pas nongkrong di kafe Andini.
Penangkapan penertiban itu kau ikut terjaring Syafir? Kok aku tak pernah lihat fotomu di koran Wilayah kita?" tanyanya dengan dahi mengernyit.
" Kau lupa aku anak terbuang dari keluarga Itu Lin? Kakakku seorang letnan yang bertugas di Polda Waktu itu.
Aku berhasil dikeluarkan lebih dulu, sebelum para waria dan Buci lainnya.
Sebelum wartawan datang aku lebih dulu
diselamatkan. Wajahku selamat dari berita, tapi tidak hatiku...
" Kenapa hatimu? Kurasa baik- baik saja! Buktinya sekarang kau masih bernyawa. " Seloroh Lilian.
" Kau ini! Giliran aku serius mau curhat, kamunya menggoda pula. " Sanggah ku dengan senyum kecut.
" Ya udah...Katakan ada apa dengan hatimu? " tanyanya sambil mengorek kuping.
" Ih...Jorok kali kau jadi cewek! pantas ditilang tetangga kampung! " Ujarku sembari menimpuknya dengan bantal sofa.
" Biar kubuangi dulu penghalang kuping yang sudah sebongkah ini, biar jelas kudengar curhatanmu. " katanya sembari menunjukkan taik kupingnya.
Huek....Kau jorok sekali Lin! Ih...jadi ilfil buat curhat. " Ujarku seraya berlari kekamar mandi.
He...He....Itu aja jijik! Gimana kalau istrimu nanti lahiran, kau yang akan mengurusnya, bisa - bisa kau muntah mencret! " Sarkasnya dengan berteriak.
Akhirnya waktu Asharpun tiba, aku memutuskan langsung beruduk setelah menghabiskan isi perutku diwastafel.
*****
Bukan karna bakal non Job sementara, yang membuatku berdebar akan menyelenggarakan pesta terakhir ini.
Tapi calon pengantin wanitanya, kemaren datang kerumah, meminta aku sendiri yang akan mendandaninya dimulai dari
malam nikah.
Sejak punya sepuluh Make Up over ( Penata rias ) Perempuan sebanyak sepuluh orang, yang bisa aku utus untuk menghias pengantin dilokasi pesta yang sedang diselenggarakan dibawah pengaturan IO ku, tak pernah lagi aku menghias pengantin wanita sekarang.
Aku berpetualang dari pesta kepesta hanya sebagai pemantau, dan penilai, seraya memburu makan gratis, minum gratis dan hiburan gratis juga. He...He...
Me...me...Mengapa harus aku nona? Bukankah ayah nona seorang Ustadz. Apa ia tak keberatan kalau anak perempuannya didandani oleh lelaki? " Ucapku gugup, namun aku berusaha berkilah dan menghindar dari sorotan mata tajam dan centil gadis itu.
" Aku anak ustadz memang Safir, tapi aku
seorang polisi, aku sudah biasa berkumpul dengan lelaki, mana aku akan takut sama pria, apalagi pria setengah- setengah sepertimu. Plis....dandani aku ya...Jadi saja Syafira lagi untuk Dua hari itu, kau selain tampan kan Cantiknya k juga, jadi mau jadi apa tetap bagus. Tolong ya...aku ingin calon suamiku pangling ketika menatapku setiap kali pergantian kostum nanti. Aku sudah mengumpulkan Empat tahun ini hasil make over WO mu. Dan dari gambar yang kukoleksi, tetap saja sentuhan tanganmu yang paling ajaib. " Katanya dengan pandangan memohon.
Aku tak tahu siapa calon wanita ini yang. begitu ia istimewakan. Aku tak sempat melihat undangan yang ia berikan, karna buru - buru kuremas, saat ia menyentuh tubuhku.
" Iya ya...Syafir...Plis dirimu yang dandani Syafana ya...Ini kan pesta penutupan tahun ini, berikan yang terbaik, kalau PPKM berakhir, aku janji akan bantu promosi lebih gencar lagi tentang WO mu ini. " Ucapnya lirih sembari bersandar didadaku.
" Ni cewek pasti dah jebol kayaknya.Ngak ada takutnya menyentuh lelaki. " Sangka Batinku sok macho.
Setelah kepergian Syafana, aku seperti tergana, sampai undangannya terlemparku keparit dekat jalan.
" Syafir! Kok buang sampah sembarangan! " tegurku pada diri sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!