Cinta adalah sebuah kata menjijikan bagi seorang Arsenio Raymond. Ia tak pernah percaya akan hal itu, bukan karena ia pernah di tinggal oleh kekasihnya ataupun pernah patah hati karena urusan cinta.
Namun ada hal lain yang membuat Arsen tak percaya yang namanya Cinta, apalagi dengan perempuan ia paling membenci makhluk itu.
Akan tetapi kali ini Arsen tak bisa menolak untuk segera menikah, sang Kakek sudah memberinya pilihan, jika dalam waktu dekat ia tak juga menikah maka seluruh harta peninggalan sang Ayah akan berpindah tangan kepada paman nya. Tentu saja Arsen tak terima akan hal itu.
"Kau carikan aku perempuan yang pantas untuk ku dan mau menjadi istriku dalam setahun" perintah Arsen dingin. Tatapan nya yang nyalang selalu berhasil membuat siapa saja menunduk takut padanya tak terkecuali sang Asisten yang memang teman masa kecilnya.
"Baik Tuan, akan saya carikan apa yang Tuan pinta" Robert mengangguk patuh walau sebenarnya ia tau permintaan tuan nya itu adalah sebuah permintaan tersulit yang harus ia jalankan.
"Bagus, sekarang lakukan tugas itu sekarang karena kakek hanya memberiku waktu seminggu !" Arsen berdiri ia berjalan kearah jendela kaca, kedua tangannya ia letakkan di kedua saku celana.
Robert pergi, sepertinya ia harus memasang papan pengumuman untuk mencari seorang wanita yang di inginkan Arsen.
"Kenapa Tuan Raymond ingin sekali melihat Tuan muda Arsen menikah ? padahalkan umur Tuan Arsen masih 24 tahun" gumam Robert tak percaya.
***********
"Mama" Teriak bocah laki-laki yang baru berumur 2 tahun, membuat Rena yang sedang memasak sayur langsung berlari kearah teras depan.
"El, kamu kenapa Nak ?" tanya Rena pada putra semata wayangnya itu. Ia berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya pada tubuh Elvan.
"Au obilan Ma (Mau Mobilan) "
Untuk yang kesekian kalinya hati Rena teriris benda tajam, mendengar permintaan sang anak yang sampai sekarang tak kunjung ia turuti. Kehidupannya sangat tak seberuntung orang lain semenjak di tinggal meninggalkan oleh sang suami saat ia sedang mengandung Elvan 8 bulan. Rena hanya bisa menjadi tukang cuci pakaian dari rumah kerumah.
Bagaimana mungkin dengan uang hasil mencuci ia dapat membelikan anaknya mainan, untuk makan sehari-hari saja itu tak cukup. Air mata Rena jatuh dengan sendirinya namun dengan cepat ia mengelap menggunakan ujung hijabnya yang sudah lusuh.
"Sabar ya Nak, nanti kalau Mama ada uang lebih Mama beliin El mainan" ucap Rena walau hampir setiap hari ia mengatakan semua itu pada anaknya.
Elvan mengangguk mantap "Yang becar (Besar) ya Ma"
"Iya Nak, tapi sekarang El udah ya nangisnya kita masuk kedalam sebentar lagi kita makan siang, Mama udah masak yang enak untuk El"
Elvan adalah anak yang pintar, mendengar kata masakan yang enak sudah membuat Elvan bahagia, namun sebelum masuk kedalam rumah seorang ibu-ibu berteriak memanggil Rena.
"Hei Rena berhenti kau !" ucap Ibu Tanti tetangga dekat Rena.
Rena menoleh ia berusaha tersenyum ramah "Iya Bu ada apa ?"
Praangggg.
Bu Tanti melemparkan sebuah mobilan ke depan Rena sehingga membuat Rena kaget.
"Ada apa Bu ? kenapa mobilan ini di lempar ?"
"Kau harus ganti mobilan anak ku karena sudah di rusak oleh El, sekarang anak ku nangis"
Rena menatap Elvan walau tak ada isyarat akan marah tapi tetap membuat Elvan takut, ia bersembunyi di ceruk leher Rena.
"Maafkan El Bu !!" ucap Rena
"Maaf-maaf, makanya sesekali beliin anak kamu tuh mainan biar gak merebut mainan anak ku terus"
"Iya Bu, insya Allah kalau saya ada uang"
"Makanya kamu tuh jangan jual mahal Rena, kamu terima saja lamaran Pak Rt walau jadi istri ke empat setidaknya kehidupan kamu akan berubah, kamu gak kasian sama anak kamu Hah ?"
Rena menunduk tak berani menjawab apa-apa. Ia memang sudah sering di lamar Pak Rt yang terkenal mata keranjang, namun Rena lebih baik menjanda dari pada harus menjadi istri ke empat, lagian rasa cinta nya pada sang suami begitu besar.
"Ya sudah saya mau pulang, dan besok kau harus ganti mobilan anakku !" Bu Tanti pergi dengan sombongnya.
Untuk kesekian kalinya Rena menangis, ia memunguti pecahan mobilan itu sembari menggendong Elvan. Kehidupannya teramat menyedihkan memang, kedua orang tua telah tiada dan keluarga dari pihak suaminya dari dulu memang tak peduli.
"Ya Allah beri kesabaran lebih pada hambamu ini ! jangan biarkan hamba mengeluh akan takdirmu !"
**********
"Bisa-bisanya Kakek memberiku pilihan seperti ini ! dia kira menikah itu perkara gampang apa" gerutu Arsen dengan kesal.
"Lagian kenapa di dunia ini harus ada yang namanya menikah ! menjijikan tau gak"
Arsen kembali duduk di kursi kebesarannya, kepalanya mendadak pusing akibat memikirkan ucapan sang Kakek semalam. Kalau saja bukan karena ingin mempertahankan perusahaan yang sudah di bangun sang Papa, Arsen gak bakalan mau menuruti keinginan kakeknya.
"Awas saja kalau Robert tak mencarikan aku wanita yang pas"
*******
Mencari seorang perempuan yang pas untuk Arsen bukanlah perkara mudah, Robert harus benar-benar memastikan wanita itu mau menuruti keinginan Arsen dan siap menjanda karena Arsen hanya menginginkan pernikahan ini selama setahun.
"Kemana aku harus mencari wanita yang mau jadi istri kontrak Tuan Arsen, sebenarnya ada banyak wanita yang mau dengannya tapi bagiku semua itu tak cocok untuk menjadi istri Tuan Arsen"
Robert terus melajukan mobilnya entah kemana tujuan nya sekarang, Hingga tiba-tiba matanya menangkap seorang wanita sedang berjalan dengan cepat sembari menggendong anaknya.
"Masa iya wanita itu, dia sudah gendong anak dan kemungkinan dia sudah menjadi istri orang lain"
Tapi tatapan mata Robert tak bisa berpaling pada wanita mengenakan gamis berwarna hitam dan hijab berwarna merah, walaupun terlihat lusuh tapi sangat cantik di kenakan oleh wanita itu.
Wanita yang di lihat oleh Robert adalah Rena, ia ke toko mainan dengan membawa uang sejumlah 25 ribu, padahal uang itu akan ia gunakan untuk membeli sarapan besok pagi tapi Rena tak suka ada kebencian makanya ia langsung berniat untuk mengganti mainan anaknya Bu Tanti.
Dengan menahan malu Rena masuk ke toko mainan tak lupa ia membawa mainan yang di lempar Bu Tanti untuk di jadikan Contoh.
"Permisi Mas, saya mau nanya apa mobilan seperti ini ada disini ?" tanya Rena
"Oh ada banyak Mbak, sebentar saya ambilkan"
"Hmmm, tunggu dulu Mas" Rena tampak ragu mengatakan nya "Kira-kira berapa ya harganya ?"
"Cuman 60 ribu mbak, gak mahal kok" ucap sang penjual dengan ramah.
Rena langsung terdiam, bagi Rena harga segitu terhitung mahal, apalagi ia hanya membawa uang 25 ribu, setengahnya aja gak ada.
---
HAI - HAI AKU MAU MENGENALKAN NOVEL BARU KU YANG BERJUDUL MARRIAGE CONTRACK SEMOGA PADA SUKA YA !!
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN
ADD FAVORIT
DAN KASIH HADIA YANG BANYAK
"Bagaimana mbak, jadi apa enggak beli mobilan nya ?" Penjual kembali bertanya seperti tak sabaran.
"Maaf Mas uang saya gak cukup, lain kali saya akan kembali" Rena menunduk lalu berbalik badan, tak ada niatnya untuk menawar karena baginya uangnya tidak akan cukup untuk membayar mobilan itu
"Berikan apa saja yang wanita ini butuhkan" teriak Robert menggema membuat Rena maupun penjual mainan menatap kearah Robert dengan heran.
Siapa laki-laki ini batin Rena.
"Hei apa kau tuli ? cepatkan lakukan perintahku !" ucap Robert lagi.
"Baik Tuan akan saya lakukan" Penjual mainan langsung mengambil beberapa mainan yang tadi di tanyakan oleh Rena.
Tidak berapa lama penjual mainan membawa 7 buah mobilan dengan warna yang berbeda namun bentuknya sama. Ia meletakkan semua mobilan itu di hadapan Rena dan juga Robert.
Rena masih saja tak percaya akan semua ini, ia masih bertanya-tanya tentang laki-laki yang berdiri di hadapannya.
"Berapa totalnya ?" tanya Robert.
"Satunya 60 ribu Mas, kalau 7 jadinya 420"
Robert mengeluarkan dompetnya, lalu mengeluarkan lembaran berwarna merah yang begitu banyak, tanpa menghitung dahulu Robert langsung memberikan uang itu kepada penjual mainan.
"Ambil semuanya, tidak udah di hitung karena jumlahnya pasti lebih" ujar Robert.
"Terima kasih Tuan"
"Nona silahkan ambil semua mainan ini dan berikan kepada anakmu" pinta Robert pada Rena.
"Maaf Tuan, tapi saya tidak bisa menerima bantuan dari orang yang tidak di kenal" Rena menjawab dengan kepala menunduk, sesekali wanita itu membenari posisi anaknya agar enak dalam menggendong.
"Anda tidak perlu mengenal saya karena yang terpenting niat saya baik untuk menolong anda"
"Tapi-----"
"Ambil aja mbak, kan mbak tadi nanyain mobilan ini" sahut sang penjual mainan.
Rena tau menolak rezeki itu tidaklah baik, tapi ini sudah berlebihan ia hanya membutuhkan satu mainan untuk mengganti mainan anaknya Bu Tanti, jikalau ia punya rezeki mungkin ia membutuhkan dua karena satunya untuk Elvan agar anaknya tak merebut mainan teman nya lagi.
"Terima kasih Tuan tapi saya hanya membutuhkan satu buah mainan saja" ucap Rena.
"Ambil semuanya,karena saya tidak suka apa yang saya beri di tolak"
"Tapi saya hanya membutuhkan satu Tuan"
"Anda terlalu banyak bicara Nona, mari saya antar dimana rumah anda"
"Tidak perlu, saya bisa membawanya sendiri" Rena akhirnya menerima semua pemberian Robert, ia langsung membawa mainan itu yang sudah di masukan kedalam plastik besar. Agar susah memang membawanya karena Rena sembari menggendong Elvan.
"Terima kasih Tuan, semoga Allah membalas semua kebaikan Tuan" ucap Rena sebelum berlalu pergi.
Namun sebelum Rena melangkah lebih jauh Robert memanggilnya, membuat langkah kaki Rena terhenti.
"Ada apa lagi Tuan ?" tanya Rena tanpa membalikan badannya.
"Apa kau sudah bersuami ?" pertanyaan Robert tentu saja membuat Rena bingung.
"Iya Tuan, tapi suami saya telah meninggal dunia"
"Kesempatan yang bagus, sepertinya dia cocok menjadi istri tuan Arsen. Tapi bagaimana cara menyampaikan nya ?" batin Robert.
Karena tak ada yang ingin di tanyakan Robert lagi, Rena memutuskan untuk pergi. Akan tetapi Robert kembali memanggil membuat Rena sedikit kesal.
"Ada apa lagi Tuan ?" tanya Rena berusaha untuk tidak marah.
"Saya sedang mencari istri untuk tuan Ku, dan ku rasa kau wanita yang tepat, jadi apa kau mau menjadi istri tuan Arsen ?"
Rena tercengan mendengarnya, bisa-bisa nya laki-laki itu mengatakan hal yang menurutnya tidak wajar.
"Kau tak perlu menjawabnya sekarang, saya akan memberikan kamu waktu untuk berpikir. Ini kartu nama saya jika kau berubah pikiran maka hubungi saya langsung" sambung Robert lagi.
"Maaf Tuan saya tak membutuhkan itu" Tolak Rena.
"Simpan saja dulu ! saya yakin kau membutuhkan ini !"
Akhirnya Rena menerima kartu nama itu, walau di hatinya tak akan mau menerima semuanya.
********
"Kemana Robert kenapa dia lama sekali ? wanita apa yang akan ia berikan padaku" gumam Arsen
Arsen sudah bersiap untuk pulang, hari juga sudah semakin sore bahkan beberapa karyawan kantor sudah pulang lebih dulu, tinggal Arsen yang masih berada di kantor.
Sebenarnya ia malas untuk pulang, selain malas di tanya oleh Kakek, Arsen juga malas bertemu dengan sang paman yang pintar sekali mencari muka.
Tok-Tok-Tok
Suara pintu di ketok dari luar.
"Masuk !!" pinta Arsen
Perlahan pintu di dorong dari luar menampakan Robert yang baru saja datang.
"Kau darimana saja ? hampir seharian kau meninggalkan kantor" tanya Arsen langsung.
"Saya baru pulang dari mencari calon istri untuk Tuan"
"Lalu bagaimana ? apa kau sudah mendapatkan nya ?"
"Sudah Tuan, tapi saya belum yakin dia mau menerima pernikahan ini ?"
"Kenapa ?" tanya Arsen dengan geram, pasalnya ia tak menerima di tolak, Arsen bisa saja memilih sala satu dari wanita yang mendekatinya selama ini, tapi Arsen tidak tertarik sedikitpun.
"Tidak Tau Tuan !"
"Wanita seperti apa dia ?" tanya Arsen.
Robert mengeluarkan ponselnya, ia membuka galeri untuk memperlihatkan foto Rena yang tak sengaja ia ambil tadi.
Arsen menatap foto itu dengan seksama, wajahnya tak ada ekspresi sama sekali.
"Itu anaknya ?".
"Seperti nya begitu Tuan, tadi dia masuk ke toko mainan"
"Dia cocok untukku dan kau harus melakukan seribu cara supaya dia mau menerima pernikahan ini"
"Baik Tuan akan saya lakukan"
"Dan jangan lupa kau harus menjelaskan kalau pernikahan yang saya inginkan hanya setahun"
Robert mengangguk patuh, tanpa di jelaskan oleh Arsen ia sudah paham akan hal itu.
*********
Rena baru saja selesai melaksanakan sholat maghrib, seperti biasa selesai sholat ia akan mengadukan nasibnya pada sang pencipta, mendoakan sang suami agar di beri tempat yang layak di sisinya.
Selesai berdoa Rena mengusap kedua telapak tangannya ke wajah ! sembari menghapus buliran air mata yang sudah menetes membasahi pipinya. Di sampingnya ada Elvan yang sedang bermain dengan mobilan baru, terlihat sekali wajah bahagia Elvan membuat Rena juga ikut tersenyum.
Kemudian tatapan matanya teralih pada sebuah kartu nama yang ia letakkkan di atas meja di samping tempat tidurnya..
"Dia mencari istri untuk Tuan nya ? lalu kenapa dia memilih aku ?"
"Ya Allah, hamba memang tak akan menolak jika engkau memberikan hamba jodoh lagi, tapi hamba mohon ya Allah tolong berikan hamba sosok suami yang baik dan penyayang pada anak hamba Elvan"
Dadanya terasa sesak setiap mengingat perjalanan hidupnya, apalagi kepergian sang suami yang entah kenapa baru kemaren ia jalani. Ia masih sangat membutuhkan sosok suami apalagi Elvan yang masih kecil dan masih sangat membutuhkan peran ayahnya.
Dalam hal ini Rena harus berperan sebagai Ayah dan Ibu untuk Elvan, terkadang ia lelah dengan hal ini namun inilah tadir hidupnya.
---
...LIKE DAN KOMEN...
...ADD FAVORIT...
Arsen baru saja selesai makan malam bersama Kakek Raymond. Tak ada obrolan sama sekali hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.
Setelah makan malam Arsen hendak meninggalkan meja makan namun Kakek mencegahnya.
"Ada apa Kek ?" tanya Arsen
"Kakek mau bicara padamu !"
"Iya" jawab Arsen singkat. Ia memang tipe pria yang dingin bahkan pada siapapun. Termasuk sang Kakek yang notabenya adalah keluarga satu-satunya Arsen.
Di ruang kerja milik Arsen, sang Kakek menatap cucunya dengan seksama.
"Mau bicara apa Kek ?"
"Apa kau sudah menemukan wanita yang akan kau jadikan istri ? ingat waktumu tinggal beberapa hari lagi"
"Kakek tenang saja ! aku sudah menemukan wanita itu dan secepatnya kami akan menikah !"
"Benarkah ?" Kakek Raymond tampak terkejut "Wanita seperti apa dia ?"..
"Itu menjadi urusan ku, jadi Kakek tak perlu tau"
"Ok baiklah, dan Kakek harap secepatnya kau bawa wanita itu kehadapan kakek"
Arsen menganggukan kepalanya.
"Aku harus minta bantuan Robert supaya wanita itu mau menikah dengan ku" batin Arsen kemudian.
Tak berselang lama Kakek Raymond meninggalkan Arsen sendiri, semenjak Ayah Kandung Arsen meninggal hubungan Arsen dan sang Kakek menjadi renggang. Entah apa yang terjadi yang jelas bagi Arsen Kakek Raymond berubah secara drastis.
Di ruangan ini Arsen hanya diam saja, kedua tangannya ia letakkan didada. Tatapan mata yang nyalang selalu nampak di wajahnya.
********
Robert yang baru saja akan beristirahat harus kembali ia urungkan saat membaca perintah dari Arsen untuk mencari tau siapa Rena sebenarnya.
Tak sulit bagi seorang Robert melakukan itu, apalagi Rena hanyalah perempuan biasa. Namun yang akan menyulitkan Robert adalah permintaan Arsen yang kedua, yaitu harus menjadikan Rena istri dari seorang Arsen.
"Dia Janda berarti" gumam Robert membaca apa yang ia temukan.
"Apa Tuan Arsen mau menikah dengan Janda, apalagi dia sudah punya anak?"
"Tapi coba saja aku kirimkan data wanita ini"
Tak menunggu waktu lama Robert sudah mengirim semua informasi tentang Rena pada Arsen.
******
Triiiiing..
Ponsel mewah milik Arsen berbunyi, ia langsung mengecek ponselnya, sudut bibirnya terangkat karena membaca data yang baru saja di kirimkan oleh Asisten pribadinya itu.
"What, dia sudah janda ?" ucap Arsen terkejut.
"Astaga, masa iya seorang Arsen menikahi seorang Janda ? sudah punya anak pula"
Arsen berpikir sebentar "Tapi kan pernikahan ini hanya untuk membuat Kakek menyerahkan semua perusahaan Ayah padaku, kelak saat semua itu sudah aku dapatkan aku bisa berpisah dengannya"
Sebuah ide licik muncul di benaknya, ia akan tetap menikahi Rena hanya untuk sebuah perusahaan yang di bangun oleh Ayahnya. Ia tak akan rela jika perusahaan itu jatuh ke tangan sang Paman yang licik.
"Besok kau urus semuanya ! aku ingin secepatnya pernikahan ini terjadi !" ucap Arsen di sambungan telepon.
"Baik Tuan, akan saya lakukan saya jamin wanita itu tidak akan menolak"
"Bagus, kau memang bisa di andalkan"
"Itu sudah menjadi tugas saya Tuan"
Tak berapa lama sambungan telepon terputus, barulah Arsen beranjak dan meninggalkan ruang kerjanya. Seperti biasa sebelum tidur ia akan meminta salah-satu pelayan rumah untuk kembali mengecek keadaan kamar. Arsen tidak ingin ada satu binatang pun yang mengganggu waktu istirahatnya.
"Semuanya sudah beres Tuan, silahkan masuk kedalam" ucap Tara kepala pelayan di rumah mewah itu.
"Hmmmmm" Arsen masuk kedalam kamarnya, ia langsung merebahkan diri di atas ranjang, hingga tak berapa lama Arsen terlelap dan berkelana dalam mimpi.
*******
Suara Adzan subuh berkumandang dengan merdu, membangunkan setiap umat muslim untuk melakukan ibada sholat subuh.
Begitupun dengan Rena yang kini sudah berdiri di atas Sajadahnya, ia memang tak pernah meninggalkan sholat kecuali sedang datang bulan tentunya.
Alllah hu Akbar
Kedua tangan Rena terangkat, dengan sangat khusuk Rena menjalankan ibadah sholat subuh.
Hingga beberapa saat kemudian Rena telah selesai menjalankan ibadah sholat subuh. Ia menoleh kearah Elvan yang masih terlelap dalam tidurnya. Biasanya Rena akan membangunkan Elvan untuk mengajarinya sholat namun kali ini Rena membiarkan karena merasa kasihan.
"Masak dulu lah, sebelum El bangun" gumam Rena yang melepas mukenanya lalu menggantinya dengan kerudung instan.
Rena meninggalkan kamar dengan sangat pelan, ia menuju dapur dan memeriksa masih tersedia apa untuk menu sarapannya bersama Elvan nantinya.
"Alhamdulillah masih ada tahu dan tempe" senyum kebahagiaan terbit di bibir tipisnya. Tanpa menunggu lama kedua tangan lincah milik Rena mulai memasak untuk dirinya dan sang buah hati.
*****
Pukul 08:30 Wib.
Sebuah ketokan pintu membuat Rena terperanjat kaget, ia bergegas membuka pintu dan bertanya-tanya siapa yang datang kerumah nya.
"Anda ?" ucap Rena kaget saat melihat Robert sudah berdiri di hadapannya.
"Selamat pagi Nona Rena, apa saya boleh masuk ?"
"Maaf Tuan, di rumah saya hanya ada saya dan El anak saya, tidak ada laki-laki lain. jadi saya tidak bisa membawa anda masuk" Rena menunduk ia sangat menjaga pandangannya pada seorang laki-laki.
"Baiklah, kalau begitu anda saja yang keluar karena ada yang ingin saya bicarakan" Robert memahami ucapan Rena.
Rena mengangguk, tapi sebelum itu ia mengajak Elvan untuk menemani, ia tak ingin berbicara hanya empat mata dengan seorang laki-laki yang bukan mahramnya.
Tidak ada kursi untuk tempat duduk, membuat Rena menggelar tikar untuk alas duduk. Semua aktivitas Rena tak luput dari pandangan Arsen yang saat ini sedang berada di dalam mobil.
"Silahkan Tuan ! maaf kami tidak punya tempat yang layak untuk duduk" ucap Rena dengan sopan.
"Terima kasih Nona".Robert duduk dengan tenang.
Begitupun dengan Rena yang ikut duduk agak jauh dari Robert.
"Bagaimana dengan tawaran saya kemaren Nona ? apa anda mau menjadi istri Tuan Arsen ?" tanya Robert to the point.
Kali ini Rena mengangkat kepalanya, tak berselang lama ia kembali menunduk.
"Jika anda mau menikah dengan Tuan Arsen, saya jamin kehidupan Anda akan berubah, Saya tau semua kehidupan anda" sambung Robert lagi sebelum Rena sempat menjawab.
"Kenapa anda memilih saya ? saya ini hanyalah seorang janda dan saya bukan wanita berpendidikan ?" tanya Rena.
"Bukan saya yang memilih anda tapi Tuan Arsen sendiri" jawab Robert dengan tegas.
Rena tampak berpikir sejenak, saat ini ia sedang di lamar oleh seorang laki-laki yang sama sekali belum pernah ia temui. Seperti biasa Rena akan selalu di ambang kebingungan.
"Tuan Arsen adalah pria yang kaya raya, bahkan kekayaannya tidak akan habis tujuh turunan, ia laki-laki single dan belum pernah menikah. Jadi apa lagi yang ingin anda pikirkan bukankah lebih baik anda menerima Tuan Arsen dari pada menikah dengan Pak Rt yang sudah punya banyak istri"
Rena begitu terkejut mendengar ucapan Robert.
"Dari mana laki-laki ini tau kalau aku selalu di lamar Pak Rt ?" batin Rena bingung.
-----
...LIKE DAN KOMEN...
...ADD FAVORIT...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!