seorang pria berjalan dengan kawalan ketat, dia berjalan di apit dua orang asisten terbaiknya.
dia baru saja pulang dari luar negeri, dia adalah seorang pengusaha sukses.
tapi sayang kesuksesan miliknya berbanding terbalik dengan kisah cinta yang selalu berakhir tragis.
"tuan kita akan pulang ke rumah, oh ya saya dapat laporan dari pelayan Yun, nona kecil kemarin berhasil membuat semua di sekolahnya kagum, dengan lancar berbicara bahasa Inggris di usianya," kata asisten Wisnu.
"Hem..." jawabnya.
Wisnu pun membukakan pintu untuk bosnya itu, dan mobil mewah itu kini menuju ke perumahan mewah.
setiap rumah bahkan memiliki model tersendiri, bahkan beberapa pengusaha sukses juga tinggal di perumahan itu.
mobil pun sampai di rumah paling besar dan luas, saat sampai semua pelayan menyapanya hormat.
"selamat datang tuan," sapa kepala pelayan Yun.
"iya pak, apa ada surat atau paket untukku," tanya pria itu dingin.
"ada tuan, ada dua paket dan saya sudah menaruhnya di ruang kerja anda, dan nyonya sepuh meminta anda pulang," kata pak Yun.
"kalau begitu kirim Dewi dan Toto ke rumah utama, karena aku sibuk, dan jangan pernah menganggu waktuku," jawab pria itu yang langsung naik ke lantai dua.
seorang gadis hanya diam sambil melihat pria itu pergi begitu saja, bahkan dia hanya di temani anjingnya.
"nona apa anda butuh sesuatu?" tanya pelayan Yun.
"tidak, aku hanya mau menyapa papa," jawab gadis kecil itu.
"kalau begitu ayo, kita ke ruang kerja papa," ajak asisten Wisnu.
"tapi nanti papa marah ..." jawabnya sambil ketakutan.
"tidak sayang percaya om Wisnu, sekarang Dewi ikut om naik ke atas yuk," ajak Wisnu sambil menggendong gadis itu.
Dewi Putri Alejandro adalah gadis cantik berusia lima tahun, kehangatan dan kasih sayang miliknya hilang saat sang mama meninggal dunia.
terlebih sang papa yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, asisten Wisnu menurunkan gadis itu saat di depan pintu.
Dewi pun mengetuk pintu dengan hati-hati, "masuk ..." terdengar suara dari dalam.
gadis kecil itu masuk dan melihat sang papa sudah dengan kaca mata dan sibuk membolak-balik sebuah berkas.
"apa papa membutuhkan sesuatu?" tanya gadis kecil itu.
Arthur Alejandro Sanz, pria berusia empat puluh lima tahun, seorang duda yang di tinggal mati istrinya.
pria tampan itu melihat putri kecilnya yang terlihat berdiri jauh darinya, "kemarilah ..."
Dewi pun berjalan perlahan menuju sang papa, Arthur pun berjongkok di depan putrinya itu.
"kamu tak mau meminta hadiah dari papa? bahkan kamu tadi tak menyapa papa," tanya pria itu pada putri kecilnya.
"Dewi takut ganggu papa, Dewi tau jika papa pasti lelah," jawab gadis itu.
Arthur pun mengambil sebuah kalung bertuliskan nama dari sang anak, kemudian memakaikannya pada gadis kecil itu.
"apa kamu suka?"
"Dewi suka apapun pemberian papa, tapi Dewi lebih suka jika di peluk papa," jawab Dewi yang langsung memeluk Arthur.
"maafkan papa, kamu nanti minta pelayan Yun mengantar mu ke rumah utama, papa belum bisa datang dan kamu bisa pergi bersama Danang," kata Arthur.
"iya papa ..." jawab gadis kecil itu yang langsung keluar dengan senang setelah mendapatkan pelukan dari sang papa.
asisten Wisnu pun masuk dan meletakkan semua berkas yang tadi dia bawa.
ia pun duduk dan membantu Arthur menyelesaikan semuanya, sedang di bawah Dewi sudah siap dengan anjing Husky miliknya bernama Rio.
meski Dewi terlihat kecil dan ceria, tapi gadis yang tumbuh dalam lingkungan disiplin dan keras, akan terbiasa menghadapi semuanya.
asisten Danang yang juga orang kepercayaan dari Arthur akan mengantarkan gadis itu bersama seorang pengasuh.
"pelayan Yun, kenapa pengasuhnya ganti lagi?" tanya asisten Danang yang melihat orang baru.
"aku membuangnya karena dia salah memberikan makan pada Toto, om ..." jawab Dewi sambil tersenyum.
"apa? bukankah ada pelayan khusus yang menjaga Toto?" tanya Danang kaget.
"pelayan itu sedang libur saat itu," jawab pelayan Yun.
"sudah om, ayo kita pergi atau Oma akan marah," kata Dewi yang sudah siap duduk di belakang bersama Toto.
asisten Danang juga duduk di samping Dewi, mobil mewah itu kini menuju ke rumah utama.
asisten Danang turun dan membantu Dewi, gadis kecil itu sudah terbiasa pergi sendiri seperti ini.
pengasuh bernama Ani itu memegangi tas milik Dewi, seorang kepala pelayan wanita menyapa mereka.
"selamat datang nona besar, nyonya sepuh sudah menunggu anda, tapi Toto harus menunggu di luar," kata pelayan wanita itu
"siapa kamu berani memerintah ku, Toto akan ikut dengan ku atau aku tak mau masuk kedalam rumah ini," ancam Dewi
"silahkan masuk nona, biar saya yang memberikan pelajaran pada pelayanan ini," kata asisten Danang.
Dewi pun masuk bersama anjing miliknya itu, tuan Tjandra pun kaget melihat itu
"cucu opa!" kata pria itu yang langsung memeluk Dewi.
Dewi pun langsung melepaskan pelukan sang opa, "kenapa Dewi di suruh ke sini, papa baru saja pulang ..." gerutu gadis kecil itu.
"eh siapa yang suruh? opa kan biasanya yang main kesana," kata tuan Tjandra.
"Oma yang suruh, tapi mana papa mu sayang," kata seorang wanita cantik yang sudah berusia senja.
Dewi juga melihat seorang wanita berjalan di samping sang Oma sambil tersenyum lebar.
"apa dia Dewi Putri dari kak Arthur?" tanya nya.
"jangan memanggil nama ku, aku tak mengenalmu," marah Dewi.
bahkan Toto mengeram pada wanita itu dan bersiap melindungi Dewi
"ya ampun, Bu Anna kenapa membiarkan anjing ini masuk kedalam, bawa keluar!" panggil nyonya Farida.
"jangan ada yang berani menyentuh Toto, dan papa tak mau bertemu Oma karena lelah," jawab Dewi.
"nak kamu harus sopan pada orang tua, apa kamu tak di ajari sopan santun," kata Franda.
"maklum sayang, Dewi kehilangan ibunya saat dia masih kecil,jadi tak ada yang mengajarnya," kata nyonya Farida.
"Farida jaga bicaramu!" bentak tuan Tjandra.
"karena aku memiliki Oma yang sibuk dengan sosialitanya, bukan membesarkan atau bahkan mengasuh cucunya, ayo opa ajak aku melihat Bunga milik opa," kata Dewi yang langsung menarik tangan sang opa.
nyonya Farida terdiam, dia tak mengira jika gadis sekecil Dewi bisa membalikkan semua ucapannya.
bahkan gadis itu selalu menentang semua keinginannya, dan di situlah kesulitan tersendiri saat ingin menjodohkan Arthur.
Dewi pun berlari dengan senang bersama Toto di rumah kaca milik tuan Tjandra.
sedang asisten Danang dan pengasuh Dewi juga berdiri untuk memberikan laporan.
"apa cucuku sering menangis sendiri? apa dia bahagia? karena Arthur begitu sibuk dengan pekerjaannya," tanya tuan Tjandra.
"nona begitu baik tuan sepuh, nona jarang menangis dan setiap pagi akan ke area belakang rumah dan bercerita pada pohon nyonya, dan untuk kesepian, nona punya kami semua di sekelilingnya dan juga Toto," jawab pengasuh Ani.
"dan untuk tuan besar, meski dia sibuk dia berusaha mungkin akan duduk bersama Dewi di bawah pohon nyonya selama sepuluh menit sebelum pergi ke kantor," jawab asisten Danang.
"aku mengerti jika Arthur begitu mencintai istrinya, tapi Dewi juga butuh ibu untuk mengajarkan tentang kasih sayang, semoga tuhan akan mengirimkan orang yang tepat untuk keduanya," kata tuan Tjandra.
malam pun datang, Franda masih di rumah keluarga Sanz, dia mengira jika Arthur akan datang menjemput putrinya.
"opa aku pulang dulu, jika tidak papa tak akan bisa tidur, dan Oma aku pulang ..." pamit gadis itu yang berada di gendongan pengasuhnya.
"Dewi, kenapa tidak pamit pada Tante Franda," kata nyonya Farida.
"tidak, aku tak mengenalnya, terlebih dia wanita tidak baik karena bajunya kekecilan," jawab Dewi yang kemudian pergi bersama asisten Danang dan pengasuh Ani.
mobil Alphard itu kini membelah jalanan malam kota ini, dan saat mobil berhenti di lampu merah.
ada penjual camilan, dan Dewi melihat pun ingin membelinya, "om aku mau beli itu, cepat om!" teriaknya pada asisten Danang.
"iya sayang, tunggu..." kata asisten Danang membuka kaca mobil.
"mbak tolong donatnya satu kotak dan itu apa?" tanya asisten Danang pada gadis penjual kue kering itu.
"nastar, pia dan juga kue daging kelapa," jawab gadis itu.
"baiklah saya minta satu toples di masing-masing itu, dan donatnya satu kotak," kata asisten Danang.
"jadi semuanya delapan puluh ribu pak," jawab gadis itu.
"kembaliannya untuk mu,"
"terima kasih.." kata gadis itu senang.
Dewi pun melihat sobat yang di tata rapi itu begitu senang, pasalnya ada sepuluh donat di kotak itu.
"mbak Ani, boleh aku memakannya?" tanya Dewi memohon.
"tidak di sini nona, kira pulang dulu," jawab Ani.
"satu saja boleh ya, aku nanti gosok gigi lagi ya, please..." mohon gadis itu.
"baiklah, satu saja," jawab pengasuh Ani.
akhirnya mobil sampai di rumah, terlihat Arthur sudah berdiri bersama asisten Wisnu dan pelayan Yun.
asisten Danang membuka pintu mobil dan membantu Dewi turun, dan gadis itu langsung berlari dan memeluk sang papa.
"bagaimana kunjungan mu putri?" tanya Arthur.
"Oma membawa penyihir yang tak punya pakaian papa, dan dia sok akrab dengan ku," adu gadis itu.
"baiklah, sekarang ayo kita masuk, dan makan malam," ajaknya.
"boleh setelah makan aku makan donat lagi papa? donat itu begitu enak seperti buatan mama," mohon Dewi.
Arthur pun melihat kedua orang yang pergi bersama dengan putrinya, ternyata tak hanya donat mereka juga membeli beberapa jenis kue.
"baiklah dua saja, dan nanti biar di simpan di kulkas agar besok kamu bisa memakannya," jawab Arthur datar sambil menatap tajam keduanya.
"terima kasih papa," jawab dewi senang.
Toto sudah di bawa ke rumah anjing yang berada di samping rumah untuk beristirahat.
setelah makan malam, Arthur dan Dewi akan duduk di bawah pohon yang sengaja di taman untuk mengenang sang isteri.
"mama... tadi Dewi ke rumah opa, dan Dewi ke kebun opa, dan opa bilang mama suka sekali dengan bunga lili macan, dan aku juga menyukainya karena warnanya bagus, meski saat kuncup dia terlihat biasa, tapi pas mekar bunga itu begitu indah dan terlihat kuat," kata Dewi.
"itu benar, dan kenapa sekarang putri papa begitu pintar bicara..." goda Arthur yang memeluk putrinya.
pohon bunga wisteria berwarna ungu itu telihat cantik saat tertiup angin.
hari ini Tyas bisa tersenyum senang, pasalnya hari ini jualannya habis meski dia harus pulang cukup malam.
tapi saat sampai di depan gang rumahnya, dia di hadang beberapa pria preman di gang itu.
"kalian mu cari mati," kata Tyas.
"tentu tidak nona, silahkan lewat, bisa mati kami di bunuh mami Sasa," kata mereka membiarkan gadis itu lewat begitu saja.
dia pun mulai mengayuh sepeda miliknya dan menyapa sopan semua orang.
"selamat malam Bu..." sapa Tyas.
"malam, baru pulang jualan Tyas," kata ibu-ibu rumpi.
"iya Bu, mari ..." kata Tyas.
gadis bernama Andrea Ayuningtyas itu memang selalu berjualan kue kering yang di ambil dari tetangganya saat sudah pulang sekolah.
"selamat malam mbak Zus, ini aku mau memberikan uang hasil jualan hari ini," kata Tyas dengan senang.
"kuenya habis, wah Alhamdulillah ya," kata mbak Zus dengan senang.
"iya mbak, besok aku ambil lagi ya, sekarang aku pulang dulu, permisi," kata Tyas.
"iya Yas, hati-hati ya," jawab mbak Zus.
Tyas pun segera pulang, tapi di rumahnya tak pernah sepi apalagi saat malam hari.
Tyas langsung pergi ke lantai tiga rumahnya, dan langsung mengunci pintu kamarnya.
mami Sasa hanya melihat putrinya itu, pasalnya mereka memang melakukan pekerjaan plus-plus di rumah itu.
Seno menghampiri istrinya, dan langsung mencium pipi mami Sasa.
"putri mu makin malam pulangnya, dia kelayapan Mulu, kamu tau banyak tamu yang menanyakan dia loh," bisik Seno sambil mencium leher mami Sasa.
wanita itu berbalik, dan langsung mencengkram dagu dari suami barunya itu, "aku menjadikan mu suami bukan untuk berpikir kotor pada putriku, dan jangan pernah berani meminta dia menjadi bagian dari usaha ini, dan aku sudah melindunginya sendiri dengan kemampuanku, dan untuk mu, jika saja kamu berani menyentuhnya sedikit saja, kau mati," kata mami Sasa.
Seno tak mengira wanita mucikari seperti Sasa, begitu melindungi putrinya, bahkan dia tau jika istrinya itu mengirim seseorang untuk menjaga gadis itu.
Tyas memilih mandi dan mulai melihat pekerjaan rumah yang tadi di berikan saat di sekolah.
ya bagaimana pun dia tetap seorang murid kelas sepuluh SMK, dia mengerti rambutnya dan mulai mengerjakan semua tugas.
pukul sepuluh Tyas merasa mengantuk dan mulai tidur, gadis itu kembali lupa makan lagi.
mami Sasa masuk ke kamar putrinya itu dengan pintu rahasia, dia pun mencium kening sang putri yang makin mirip dengan sang ayah.
"Andre lihat putri kita sudah besar, apa kamu benar-benar tak ingin melihatnya, cobalah datang sekali saja, lihat putrimu yang sudah besar," lirih mami Sasa.
setelah itu dia pun pergi, Tyas terbangun dan menangis, dia tak mengira jika maminya yang terlihat begitu tegar ternyata juga bisa sedih.
Tyas pun memilih tidur dengan perasaan yang bahagia, tak lupa Tyas juga melakukan perlindungan diri saat tidur.
Tyas takut pada ayah tirinya yang masih di bilang muda itu, terlebih setiap melihat tubuh Tyas yang memang sedang dalam masa pertumbuhan.
keesokan harinya, Tyas sudah siap dengan seragam SMk miliknya, dan kebetulan hari ini ada tugas praktek jadi dia mengenakan baju keselamatan di bengkel.
Tyas pun turun dan melihat kedalam kulkas, dia pun mengambil roti, telur dan juga tomat.
dia memilih membuat sarapan roti bakar telur yang sederhana, tak lama ayah tirinya Seno juga ke dapur.
pria itu ingin mencium pipi dari Tyas, tapi gadis itu tak sebodoh itu, dia pun menempelkan sepatula panas yang dia gunakan untuk mendesak roti ke wajah ayah tirinya itu.
"kau mau mati, berani menciumku!" teriak Tyas yang langsung pergi membawa roti miliknya.
"anak tiri goblok, anj'*Ng.." marah Seno karena wajahnya yang memerah.
tanpa di duga seseorang mengarahkan wajah pria itu ke kompor yang di nyalakan.
Seno ketakutan, "tolong siapa pun kamu, jangan gila aku ini suami mami Sasa, kamu pasti akan mati," kata seno.
"aku adalah pelindung gadis itu, tidak hanya wajah mu yang ku rusak, tapi juga nyawamu bisa melayang jika berani menganggunya," ancam pria itu.
Seno pun kesakitan, pasalnya wajahnya itu sudah terluka karena panas kompor.
pria itu pun pergi untuk menjaga gadis itu, Tyas sudah menaiki sepeda miliknya menuju sekolahnya.
tapi dalam perjalanannya, Tyas melihat sebuah mobil mewah mogok di pinggir jalan, "ada apa tuan?"
"ini mobilnya mogok, sepertinya ada yang salah," kata pria yang sedang kebingungan itu.
"boleh saya melihatnya, siapa tau bisa bantu," kata Tyas mengikat rambutnya.
asisten Wisnu pun mempersilahkan, Tyas pun langsung bisa menemukan masalahnya.
gadis itu pun terlihat begitu cekatan, asisten Wisnu pun menghampiri Arthur.
"apa bisa di perbaiki," tanya pria itu yang masih sibuk dengan berkas di tangannya.
"maaf pak, bisakah anda menyalakan mobilnya, semoga bisa," kata Tyas.
Arthur melihat ke depan dan terlihat seorang gadis cantik yang memperbaiki mobilnya.
asisten Wisnu mencobanya dan ternyata bisa, terlihat dari jauh ada asisten Danang yang datang dengan mengendong Dewi.
"apa sudah bisa mobilnya, jika tidak kita semua bisa telat," kata asisten Danang
"terima kasih nona, ini ada sedikit untuk mu," kata asisten Wisnu memberikan Uang.
"tidak perlu tuan, sesama manusia kita harus saling tolong menolong, dan maaf aku harus berangkat takut telat," kata Tyas pergi begitu saja.
"eh mbak penjual donat," panggil Dewi.
"eh... benarkah? wah padahal dia masih SMA loh," kata asisten Danang masuk mobil.
"kalian mengenalnya, dan asisten Wisnu cari tau tentang gadis itu," perintah Arthur.
"kue yang papa makan, kemarin beli di mbak tadi," jawab Dewi sambil memainkan kakinya di samping Arthur.
"kamu makin pintar ya sayang papa," kata Arthur memangku Dewi.
mobil mereka pun membelah jalanan kota malam itu, sesampainya di di sekolah Dewi.
gadis itu langsung turun dan bergegas masuk, dan ada guru yang selalu menjemput gadis itu.
Dewi terlihat berjalan dengan santai, bahkan dia seperti orang yang berbeda.
Arthur menyadari tingkah polah anaknya itu, Dewi besar sebelum usianya.
bagaimana pun gadis itu tak tau harus bersikap pada semua teman di kelasnya.
Dewi akan memilih dia dan duduk di mejanya dengan tenang, bahkan gitu di sekolah itu juga bingung karena gadis itu tak pernah mengeluh sedikitpun.
sedang asisten Danang dan asisten Wisnu sudah berangkat ke perusahaan.
dan kebetulan perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor dan perkebunan itu sedang memilih beberapa bibit unggul.
"pagi, apa kita memiliki rapat, jika tidak aku ingin melihat penilaian dari beberapa sekolah yang akan kita bantu, dan lulusan terbaik mereka bisa langsung masuk di perusahaan kita," perintah Arthur.
"kebetulan hari ini kita tak ada rapat bos, hanya makan malam bersama keluarga Emanuel," jawab asisten Wahyu.
"baiklah kalau begitu, aku ingin melihat dua sekolah yang kita datangi," kata Arthur.
saat akan pergi, Franda datang dengan pakaian seksi, dan langsung mencegat Arthur di lobi.
"kak mau kemana? aku ingin membahas sesuatu dengan mu ini permintaan Tante," kata Franda.
"aduh Tante kurang baju datang," kata asisten Danang lirih.
"kau bisa ke rumah mama, dan bilang aku tak peduli dengan apapun yang dia lakukan, jadi jangan pernah berani menganggu ku, terutama dengan lancang berani ke perusahaan ku tanpa izin," kata Arthur dingin.
"kak, dia itu mama mu, dan kenapa kamu bilang seperti itu? aku hanya minta waktumu Sebentar," kata Franda yang langsung mengambil tangan dari Arthur.
asisten Wisnu dan asisten Danang kaget, Arthur bahkan langsung mendorong Franda dengan keras.
"siapa yang memperbolehkan mu menyentuhku!" teriak Arthur yang langsung mengusap tangannya dengan sapu tangan.
Franda pun terjatuh di depan tiga pria itu, "kak kenapa kamu begitu jahat padaku," kata Franda mencoba memohon.
"cih sudah tak perlu pura-pura, dan untuk kalian semua dengar ini, siapapun yang datang tanpa undangan dan janji temu jangan pernah izinkan masuk, meskipun itu orang tuaku, atau bahkan orang luar, tak di ijinkan masuk," kata Arthur dengan segala penekanan.
Franda tidak mengira jika Arthur akan seperti ini, terlebih mama Farida ingin dia menjadi menantunya.
"security, usir wanita ini!" bentak Arthur sebelum pergi.
tapi Franda mengejar pria itu ingin menahannya, tapi asisten danang menahan wanita itu, yang ingin kembali memegang tangan Arthur.
"jangan mengujiku nona, kamu tau benar jika aku bukan asisten bisa, jadi jaga tingkah mu terhadap tuan besar dan nona muda kami," kata asisten Danang dingin.
Franda pun berhenti, dia tau jika dua asisten dari Arthur memang bukan pria biasa.
mobil mewah itu pun pergi menuju ke sebuah sekolah kejuruan yang cukup terkenal di kota itu.
ternyata beberapa anak mekanik sedang praktek, bahkan mereka sedang memperbaiki beberapa mesin besar.
kepala sekolah menyambut kedatangan mereka, Arthur dan asisten Wisnu turun dan langsung bersalaman dengan kepala sekolah.
sedang asisten Danang pergi untuk menjemput Dewi yang sudah akan pulang dari sekolah.
"selamat datang di sekolah kami tuan, kebetulan ada beberapa kelas yang sedang praktek, mereka sedang memperbaiki bus sekolah," kata kepala sekolah itu.
"itu bagus,"jawab Arthur yang berjalan menuju ruang praktek, tapi sebelum itu Arthur dan asisten Wisnu di berikan dua masker agar tak menghirup cat Pilok.
benar saja, meski sudah memakai dua masker dan kaca mata, mereka tetap bisa mencium bau cat dan juga las listrik.
Wisnu mengenali salah satu postur tubuh dari para murid disana, mereka sedang mengecat body bus.
Arthur pun melihat jika seragam yang tadi pagi dia lihat di pakai murid-murid di sekolah ini, sama dengan gadis yang menolongnya.
"bisa saya bertemu dengan ketua kelas masing-masing," kata Arthur pada kepala sekolah.
"iya pak, permisi," kata kepala sekolah.
pria itu memencet sebuah tombol yang langsung menghentikan aktifitas dari semua murid.
"semua ketua kelas dari masing-masing kelas berkumpul," kata kepala sekolah itu.
benar saja yang di perkirakan oleh asisten Wisnu, gadis itu melepas semua pelindung diri.
dan kini gadis cantik di antara ratusan siswa laki-laki terlihat begitu bersinar.
Arthur sesaat terpukau oleh kecantikan gadis itu, kulit putih dan bersih di tambah rambut panjang hitam terkuncir rapi.
ada delapan orang yang berdiri di sana, dan hanya ada satu gadis disana, "ini adalah empat ketua kelas dari kelas dua belas, dan empat dari kelas sepuluh," kata kepala sekolah itu.
Tyas tersenyum saat melihat asisten Wisnu, begitupun dengan asisten Wisnu, Arthur menyapa semua ketua kelas.
"semua murid terlihat berbakat, dan yang kelas sebelas?" tanya Arthur.
"mereka sedang praktek kerja lapangan, dan kami menyebar mereka ke beberapa tempat yang sudah memiliki perjanjian dengan kami,", jawab kepala sekolah.
para ketua kelas pun di persilahkan untuk kembali bergabung dengan kelasnya.
sedang Arthur menuju ke ruangan milik kepala sekolah untuk membahas kerja sama yang akan di jalin.
"woi Mak, mereka itu siapa?" tanya Andi teman sekelas dari tyas.
"sepertinya beliau itu akan mengambil murid dari sekolah ini saat lulus nanti, kalau gak salah ingat, kemarin pak Teguh membahasnya," jelas Tyas.
"cie ... emak mainnya sama guru killer, beh itu guru tunduknya sama Mak aja nih," saut Sari yang juga teman sebangku Tyas.
"terserah kalian saja, cepat mulai mengerjakan body bus ini,jika tidak bisa ngomel tuh guru es batu," kata Farid yang juga teman Tyas.
"iya sih, bawel banget," jawab ketiganya mulai melanjutkan pekerjaannya.
tak lama ada mobil mewah yang masuk, ternyata itu asisten Danang yang datang dengan Dewi.
bertepatan dengan itu semua siswa sudah selesai, dan kini akan berganti baju.
mereka semua sudah kembali mengunakan baju sekolah abu-abu biasa.
bahkan para wanita juga mengunakan celana seperti para murid pria, dan celananya sudah di tentukan dari sekolah.
terlihat Tyas sedang sibuk memakai dasi sambil tak melihat jalan, tak sengaja dia menabrak tubuh seseorang.
"ah maaf saya sedang tak melihat," kata Tyas kaget karena ternyata itu adalah Arthur bersama Dewi.
"maaf bisakah kamu mengantarkan putriku ke toilet wanita, aku tak mungkin masuk ke toilet siswi," kata Arthur.
"tentu tuan, ayo dek," kata Tyas mengulurkan tangannya.
Dewi pun langsung berjalan pergi dan masuk ke kamar mandi itu, Tyas mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, dan membuat Dewi bingung.
sudah kamu bisa pup dulu, aku tunggu di luar, dan jangan sungkan untuk meminta tolong ya," kata Tyas pada gadis kecil itu.
"permisi aku tinggal ke ruang kepala sekolah, bolehkah titip putriku," kata Arthur.
"tentu," jawab Tyas.
"kamu masih di sana?" tanya Dewi yang takut di tinggalkan.
"iya dek, aku masih disini menunggumu," jawab Tyas yang memilih duduk di lemari setengah badan yang di sediakan di kamar mandi itu.
Dewi pun selesai dan gadis itu begitu mandiri, tapi sayang dia tak sampai saat ingin cuci tangan.
"boleh aku membantu dek?" tanya Tyas.
"tentu, aku tak mungkin tidak mencuci tangan ku," jawab Dewi dingin.
Tyas hanya bisa tersenyum menanggapi gadis kecil itu. dia pun mengendongnya dan Dewi mulai cuci tangan.
setelah itu mereka berdua akan kembali ke ruangan kepala sekolah saat Dewi melihat ke arah kantin.
"mau beli jajan?" tanya Tyas.
gadis itu melihat Tyas, dia tak boleh makan jajan sembarangan, jadi dia pun melewati begitu saja.
Tyas pun mengikuti gadis itu hingga sampai ke ruang kepala sekolah, dan saat akan masuk Dewi meminta Tyas untuk berjongkok.
gadis itu memeluk Tyas, "terima kasih, sudah mau menemani Dewi," kata gadis itu datar kemudian pergi.
Tyas pun di buat bingung, pasalnya gadis kecil itu tak bisa tersenyum, dan dia ingat jika di kantin ada donat titipan dari mbak Zus.
Tyas pun buru-buru membelinya untuk gadis kevil tadi, dan beruntung mereka berempat belum pergi.
"tunggu dek, ini buat mu, di coba ya donatnya itu sangat enak," kata Tyas sambil tersenyum.
Dewi melihat sang papa, "ambil sayang, bukankah kamu suka donat," kata Arthur pada putrinya itu.
"terima kasih kak," jawab Dewi tersenyum malu-malu.
"sama-sama sayang, aku pergi dulu ya, permisi semuanya, semoga hari kalian menyenangkan," kata Tyas yang langsung kembali ke kelasnya.
Arthur dan Dewi saling melihat ke arah gadis itu yang malah langsung dapat jeweran dari seorang guru.
kepal sekolah hanya bisa tersenyum malu melihat tingkah murid dan guru itu.
"dia murid yang berbakat," kata Arthur.
"iya tuan, dan terima kasih sudah percaya dengan sekolah kami, dan kami pasti akan mengirimkan semua murid yang terbaik," jawab kepala sekolah.
mobil itu pun sudah pergi,sedang di kelas Tyas sedang begitu heboh karena Tyas bisa berdebat dengan guru sejarah yang terkenal tegas itu.
Tyas bahkan membuat guru tak berkutik, tapi akhirnya malah mereka mengeluarkan kue ulang tahun.
ya tas menjadi eksekutor untuk drama yang di berikan karena hari ini hari ulang tahun guru yang juga wali kelas meja semua.
"happy birthday Bu Nova!!" teriak semua murid kelas Tyas.
Tyas juga langsung memeluk wali kelasnya itu yang mungkin sedang marah karena dia terus menentangnya.
"dasar kalian ini, bikin ini jantungan, terutama Tyas yang beneran tadi, ibu bahkan sudah mau memukulnya Krena begitu begini, tapi kalian," kata Bu Nova yang begitu terharu.
"maafin Tyas ya Bu..." kata gadis itu.
semua murid pun ikut senang, dan merayakan ulang tahun dengan hangat.
sedang di mobil Dewi dan Arthur malah saling berebut donat, sedang dua asisten mereka hanya mengawasi dari kursi depan saja
mereka memutuskan untuk pulang, dan Arthur akan berkerja dari rumah, meski dia begitu sibuk setidaknya dia tetap bisa mengawasi putri tunggalnya itu.
sedang di rumah utama sudah di lakukan persiapan yang bahkan Arthur saja tak tau.
ya ini ide gila mana Farida, meski sudah melarangnya papa Tjandra tak bisa membuat istrinya itu menyerah.
bagi mama Farida, ini semua dilakukan demi putranya.
ya Arthur sudah menduda setelah kelahiran Dewi, karena istrinya meninggal dunia saat itu.
itulah kenapa Dewi cenderung memiliki sifat-sifat ayahnya,karena tak ada yang memberinya pengertian dan pemahaman tentang kasih sayang.
sedang siang ini Tyas sudah pulang dan mulai berjualan berkeliling dan juga di lampu merah.
Tyas sudah memiliki pelanggan tetap yang setiap hari akan menunggu dagangannya.
bukan tak ingin bersyukur dengan uang di berikan sang ibu, tapi Tyas ingin mengunakan uang itu untuk kuliah atau membuka usaha bengkel impiannya.
karena dia tak ingin teu berada di ruang itu, terlebih dia tak mau di kenal sebagai putri dari seorang mucikari kejam.
Tyas ingin hidup normal dan dia merasa beruntung karena teman-temannya tak mempermasalahkan pekerjaan orang tuanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!