Rumah sakit Harapan Kita. Rumah sakit terkenal di Jakarta Pusat yang mempunyai fasilitas kelas Internasional, pelayanan kesehatan yang terpadu dengan para medis yang bersertifikat Internasional. Semua pasien di layani dengan sepenuh hati dan senyum menawan dari perawat dan juga kenyamanan yang di dapat.
Seorang perempuan tengah terduduk dan menangis di temani seorang laki-laki yang juga terlihat sedih.
"Jangan menangis, aku mohon?!"
"Semua yang kita lakukan sia-sia dan itu semua karena aku!"
"Sayang aku mohon jangan seperti ini! Kamu pasti bisa hamil! Kamu pernah hamil sekali kan?"
"Tapi keguguran dan sekarang? Dokter bilang tadi program bayi tabung juga nggak mungkin. Rahim aku lemah"
Laki-laki itu memeluk Istrinya dengan erat memberikan kekuatan untuk tetap kuat melalui ini semua.
Sena Oliva dan Mario Stevano, mereka telah menikah selama lima tahun namun belum di karuniai seorang anak.
Di tahun awal pernikahan Sena pernah hamil namun provesi sebagai model membuatnya kehilangan kandungannya karena kelelahan. Mario selalu membolehkan Sena untuk melakukan apa pun yang Sena mau karena itu Mario juga merasa bersalah seharusnya dulu ia melarang Sena untuk terus berkerja.
"Sayang jangan berbicara seperti itu, aku mohon! kita bisa adopsi kan?"
Sena melepas pelukan Mario den menatap kedua matanya dalam.
"Tapi Ibu kamu? pasti tidak akan menyetujuinya dan dia pasti menyuruh mu menceraikan ku. Aku nggak mau!"
Sena nampak ketakutan terlebih lagi Ibu mertuanya yang tampak tak suka kepadanya.
"Kalau kamu nggak mau, aku mohon jangan menyerah"
Sena mengangguk. Mario menyeka air mata Istrinya dengan sangat lembut.
Di tempat lain
Seorang gadis tengah terduduk dengan kepala menunduk. Masih teringat jelas apa yang di katakan Suster tadi.
"Adik harus melunasi dulu semua pembayarannya baru Ayah adik di operasi."
Gadis ini bingung harus bagai mana terlebih dengan kondisi Ayahnya yang semakin memburuk.
"Dapet dari mana uang sebayak itu?"
Gadis ini bangkit dari duduknya dengan hati yang hancur. Gadis ini berjalan menuju ruang rawat Ayahnya untuk membicarakan ini semua dengan Ibunya walau gadis ini sudah menduga Ibunya juga tak bisa berbuat apa-apa.
Kamar no 213.
Dengan berat hati gadis ini membuka pintu kamar rawat ayahnya. Gadis itu langsung di sambut ibunya yang terlihat cemas.
"Sayang kapan Ayah di operasi?"
Gadis ini nampak bingung harus menjawab apa. Gadis ini melihat Ayahnya yang masih terlelap dalam mimpinya.
"Bu. Kita bicara di luar yah?"
Ibu menurut. Ia tahu putrinya ingin Ayah tidak mendengar semua yang di bicarakan dan membuat kondisinya semakin memburuk.
Gadis ini mulai menceritakan semua ke pada Ibunya tentang biaya operasi yang sangat mahal. Ibu nampak gelisah dan bingung mendapatkan uang sebanyak itu dari mana.
Ibu merasa tubuhnya melemas. Gadis ini membantu Ibunya duduk.
"El. Kita dapat uang sebanyak itu dari mana. Jual rumah sama warung nasi juga nggak akan cukup."
Gadis yang biasa di sapa El ini juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mencari kerjaan itu mustahil operasinya harus di laksanakan besok atau keadaan Ayahnya akan memburuk.
"Bu. Ibu tenang yah. Ayah bakal di operasi kok! El bicara lagi sama Susternya yah? kali aja pihak rumah sakit mau memberi keringanan."
Tanpa menunggu persetujuan Ibunya. El langsung pergi dengan sedikit harapan.
El terus berjalan mengikuti kakinya yang melangkah entah menuju kemana. El tahu berbicara lagi dengan pihak rumah sakit itu tidak mungkin karena uang itu harus ada sebelum operasi.
El POV
Aku harus bagai mana? uang sebanyak itu dalam waktu sehari itu mustahil. Kenapa dunia ini tidak adil? kenapa Tuhan memberikan cobaan seberat ini pada keluargaku? aku harus bagaimana?.
Angin yang berhembus membuat kertas yang aku pegang terlepas dari tanganku. Aku langsung mengejar kertas itu karena kertas itu berisi rincian biaya rumah sakit yang harus di bayar.
"Eh."
Kertas itu tergeletak di dekat kaki seorang wanita yang sangat cantik. Dia mengambil kertasku dan membacanya.
"Maaf itu punyaku."
Wanita itu melihatku dari atas ke bawah entah apa yang ia cari dari diriku.
"Ini punya mu?"
"Iya."
Wanita itu mengembalikan kertas yang ia pegang ke padaku.
"Kamu sedang butuh uang?"
Aku terkejut saat Wanita di depanku ini dapat membaca situasi ku. Wanita di depanku ini tersenyum mungkin dia tahu jawabanku.
"Kamu mau saya lunasi semua biaya rumah sakit itu?"
"Apa?"
Ini kedua kalinya aku di buar terkejut. Membiayai semua tagihan rumah sakit sebanyak itu? aku ragu wanita di depanku ini akan membantuku kalau ia pasti ada imbalan yang harus aku berikan tapi apa yang dia mau dari ku?.
"Aku bersungguh-sungguh asal kamu mau menerima syarat dari ku."
Sudah aku duga. Di dunia ini tidak ada yang gratis. Aku bingung mau menerima atau tidak mungkin aku harus tahu syaratnya dulu baru aku memutuskan menerima bantuan itu atau tidak.
"Syaratnya apa?"
"Menikah dengan Suamiku dan melahirkan seorang anak untuk kami."
"Apa?"
Tubuhku serasa tak mempunyai tenaga lagi. Tubuhku terasa lemas setelah mendengar ucapan wanita di depanku ini. Wajahnya menunjukan kalau ia sungguh-sungguh mengatakannya.
"Kamu terima atau tidak? sepertinya kamu butuh waktu. Aku tunggu kamu di sini satu jam lagi karena aku tidak punya banyak waktu begitu juga dengan mu kan?"
Kedua tanganku mengepal. Semua ini membuatku bingung. Aku butuh uang tapi haruskah aku menjual diriku dan anakku nanti. Tuhan tolong hamba mu ini.
"Maaf saya menolak tawaran anda."
"Pikirkan dulu! mencari uang sebanyak itu sulit dan rumah sakit hanya memberikan mu waktu sampai besok. Apa kamu ingin kehilangan orang yang kamu sayangi?"
Semua yang di katakan wanita itu benar. Waktunya hanya sampai besok dan Aku tidak mau kehilangan orang yang aku sayangi.
"Pikirkan dulu sebelum kamu memutuskan menolaknya! nyawa di bayar nyawa, aku tolong nyawa orang yang kamu sayangi dan kamu melahirkan nyawa untukku jadi kita impas"
"Aku pikirkan dulu"
"Oke. satu jam lagi kita bertemu disini dan tenang saja Suamiku tidak kasar dan ingat jangan coba-coba merebut hatinya! kamu juga tidak maukan di cap sebagai Pe-la-kor?"
Aku hanya mengangguk dan Wanita itu pergi meninggalkan ku. Aku bingung harus bagai mana apa aku bicarakan semua ini sama Ibu yah?.
"Aku harus bicara!"
POV end.
...
Wanita yang menemui El itu Sena. Sena terlihat sangat senang dengan rencananya ini dan pastinya Rio tidak akan menolak rencana ini toh Sena tahu Rio sangat mencintainya dan mau melakukan semua ini untuknya.
"Sayang!"
"Eh?"
Sena langsung memeluk Rio dengan eratnya. Rio tersenyum akhirnya Istri yang ia sayangi tersenyum juga.
"Kamu kok seneng banget gitu? ada apa?"
"Ummm.. Kamu sayang sama aku atau tidak?"
Pertanyaan Sena membuat Rio mengerutkan dahinya, harusnya Sena sudah tahu kalau dirinya tak bisa hidup tanpa bidadari cantik ini.
"Kamu ini! kamu itu nyawa aku dan aku tak bisa hidup tanpa mu."
Mendengar itu Sena tersenyum sangat senang. Sena melepas pelukannya dan meraih kedua tangan Rio. Rio semakin di buat bingung dengan kelakuan Istrinya ini.
"Kamu mau melakukan sesuatu untuk ku?"
"Apa itu?"
"Janji dulu kamu mau melakukannya."
"Kamu bilang dulu, aku harus apa. Baru aku mau."
"Katanya kamu sayang sama aku?"
Pandangan mata Sena yang penuh permohonan membuat hati Rio luluh. Rio menghela napas sekali lalu tersenyum sangat manis ke arah Sena.
"Iya. Aku mau."
Sena begitu sangat senangnya mendengar jawaban Rio dan itu berarti Sena tidak akan berpisah dengan Rio dan mertuanya itu tidak akan menyindirnya terus tentang dirinya yang tak kunjung hamil.
"Itu baru Suami ku yang aku sayangi."
"Sebenarnya apa yang kamu mau hingga kamu menyuruhku berjanji?"
"Aku mau kamu menikah lagi"
"Apa? sayang kamu jangan bercanda aku tidak mau!"
Rio sangat terkejut mendengarnya. Sena menyuruhnya menikah lagi?. Rio sangat mencintai Sena dan tidak akan membagi cinta ini dengan siapapun. Rio tidak habis pikir dengan jalan pikiran Istrinya ini harusnya dia tidak mau berbagi Suami dengan wanita lain.
"Dengerin aku dulu."
"Apa? kamu sudah nggak sayang lagi kepada ku? kamu sudah bosan?"
"Aku sayang sama kamu dan ini demi kebaikan kita! aku nggak mau pisah sama kamu."
"Kebaikan? kebaikan apa maksud kamu?"
Sena mulai menceritakan semuanya. Semua dari menemukan kertas itu hingga kesepakatan dengan gadis itu. Rio yang mendengar ini semua merasa ini tidak enak dengan gadis itu, seolah-olah memanfaatkan kesusahan gadis itu hanya untuk mendapatkan seorang anak yang sangat di nanti.
"Apa gadis itu mau?"
"Aku yakin gadis itu akan mau toh uang dua ratus juta itu jumlah yang tidak sedikit"
Rio merasa kasihan dengan gadis itu dan Sena terlihat sangat senang menemukan solusinya.
"Kenapa tidak menjadikan gadis itu menjadi rahim pengganti? dan aku tidak harus menikahinya"
"Maksud kamu? aku harus operasi pengambilan sel telur? ayo lah sayang lusa aku harus ke Prancis dan aku nggak punya waktu!"
Rio tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sena selalu sesuka hatinya dan tak pernah memikirkan sedikit pun perasaan Rio.
....
El duduk di bangku di depan kamar rawat Ayahnya. El tidak bisa berpikir dengan jernih, semua ini sungguh berat baginya. Di satu sisi nyawa ayah yang sangat di sayangi dan di sisi lain masa depannya yang terancam.
"El kenapa nggak masuk?"
Suara Ibunya membuyarkan lamunan El.
"Eh... Ibu. Bikin El kaget aja."
"Kamu ini malah ngelamun. Ayah sudah bangun tuh!"
"Ayah? Ayah!"
El terlihat sangat senang lalu berjalan ke dalam kamar rawat. Air mata El turun dengan sendirinya melihat Ayahnya yang tengah tersenyum ke arahnya.
"Ayah!"
El langsung berlari memeluk Ayahnya yang berbaring lemah di pembaringan.
"Ayah nggak apa-apa. Kamu jangan nangis!"
"El sayang sama Ayah! Ayah cepat sembuh!"
El berusaha untuk tegar kini ia takut kehilangan malaikat penjaganya yang selalu membuatnya menegakan kepalanya menghadapi masalah di hidupnya.
"Ayah"
"Hem"
El melepas pelukannya dan menatap wajah pucat Ayahnya. Ayah tersenyum berusaha untuk menghibur putri kecilnya agar tidak sedih lagi. El tahu kondisi Ayahnya tidak sebaik itu.
"Wajah Ayah kenapa jadi putih seperti itu? El aja yang pakai krim pemutih wajah setiap hari nggak seputih itu"
El menunjukan wajah cemberutnya dan membuat kedua orang tuanya terkekeh pelan membuat wajah El semakin kusut.
"Kamu ini ada-ada saja."
El melihat ke meja di dekat Ayah yang terdapat semangkok bubur, pasti itu punya Ayah.
"El suapi ya, Ayah pasti belum makan?"
Ayah mengangguk. El langsung mengambil mangkok berisi bubur dan menyendok kan ke mulut Ayah. Walau terasa hambar Ayah memakan bubur itu dengan senyum di bibirnya.
Ibu yang melihat El menyuapi Ayah terlihat sangat bahagia. Di lubuk hati terdalam ia berdoa agar semua ini cepat berlalu dan Suaminya akan sehat seperti semula.
Tidak ada yang bersuara hanya suara jam dinding yang berdetak. Bubur di mangkok pun telah habis dan El sangat senang Ayahnya kini lebih baik.
"Aaaww"
Tiba-tiba Ayah mencengkram dada bagian kirinya.
"Ayah! Bu. Ayah!"
El terlihat panik. Ibu langsung ke luar mencari Dokter.
...
15 menit berlalu. El dan Ibunya menunggu di luar dengan wajah cemas karena Dokter tak kunjung keluar dari kamar rawat.
"El. Ayahmu, Ibu takut dia pergi meninggalkan kita"
El mengepalkan kedua tangannya mendengar semua itu. El menatap Ibunya dengan tatapan yang tak bisa di artikan karena Ibu yang terlihat putus harapan.
"Bu"
El memeluk ibunya dengan erat dan El sekarang yakin untuk menerima tawaran dari Wanita itu.
"Bu, El pergi sebentar yah?"
El melepas pelukannya, dia ingin menemui wanita itu lagi. Hanya ini yang dapat menyelamatkan nyawa Ayahnya.
"Kamu mau ke mana?"
"Cuma sebentar kok Bu."
El langsung melangkah pergi meninggalkan Ibunya untuk bertemu dengan Wanita itu.
....
Rio menatap Sena dengan tatapan tak bisa di artikan. Wajah Sena terlihat sangat bahagia terlebih lagi semuanya telah di persiapkan dengan matang tinggal menunggu gadis itu datang.
"Kamu yakin gadis itu mau?"
Rio mengambil map hijau di sebelahnya. Rio membaca isi map itu dengan teliti sembari duduk sedangkan Sena berjalan mondar-mandir untuk mengasah kemapuan berjalannya agar terlihat semakin anggun untuk peragaan busana di Prancis. Ia ingin terlihat sempurna dan bersaing dengan model-model ternama dunia.
Rio menggelengkan kepalanya saat membaca isi perjanjian itu. Semua isinya sangat mengikat dan jelas sekali kalau gadis itu melanggar bayangan jeruji besi dan denda yang harus di bayar dua kali lipat berarti gadis itu harus membayar empat ratus juta.
Sena tersenyum senang. Gadis itu akhirnya datang juga dan dapat di lihat dari mata Sena kalau gadis akan menerima tawarannya.
"Itu dia!"
Rio menoleh kearah kanan dan terkejut melihat siapa yang datang. Gadis yang nampak masih duduk di bangku SMA dan sepertinya seumuran dengan sepupunya di Bali.
Rio bangkit dari duduknya lalu menghampiri Sena untuk menanyakan gadis itu.
"Kamu yakin? dia?"
"Kenapa?"
"Dia masih kecil!"
"Kamu ini! lihat yang jelas dong! dia itu sudah dewasa dan kamu sudah menyetujuinya!"
"Gimana? kamu sudah tahu jawaban mu?"
Tanya Sena langsung setelah gadis itu sudah di depan mereka.
"Iya"
"Jadi?"
"Aku menerima tawaranmu"
Ucap gadis itu dengan nada yakin. Sena tersenyum puas sedangkan Rio menatap gadis itu dari atas ke bawah.
"Sudah aku duga, ini Suamiku"
Gadis itu menoleh sesaat dan langung menunduk.
"Nama kamu siapa?"
"Angel"
Jawabnya dengan nada takut. Sena tersenyum miring mendengar nama itu karena menurut Sena, nama itu terlalu bagus untuk gadis yang biasa-biasa saja.
"Oke. Kamu harus tanda tangan dulu surat perjanjiannya baru aku bayar semua biaya rumah sakit itu"
Sena langsung mengambil map hijau itu dan di serahkan ke Angel. Angel membuka map itu dan membaca dengan cermat apa yang di tulis di kertas putih ini. Wajah Angel langsung pucat pasi setelah membaca semua isi perjanjian itu.
"Tanda tangan"
Angel menerima pena dari Sena. Dengan hati yang sudah yakin Angel menandatangani perjanjian itu. Sena benar-benar seperti mendapat keberuntungan dengan gadis ini ia bisa tenang melakukan apapun dan bisa dengan tenang melewati harinya sebagai model tanpa harus memikirkan kehamilan yang sungguh membuat pusing kepala.
Sena mengambil map itu dari tangan Angel. Rio menghela napasnya Sena benar-benar membuatnya pusing.
"Oke. Sayang urusin yah? aku mau siapin pernikahan kalian hari ini"
"Hari ini?"
Tanya Angel dengan nada tidak percaya. Sena menunjukan wajah tidak sukanya.
"Iya hari ini! aku tidak perduli kamu siap atau tidak!"
Sena langsung pergi meninggalkan Angel dan Rio. Angel nampak takut dan cemas itu terlihat dari wajah dan sorot matanya.
"Tidak perlu sedih seperti itu! kamu sendiri yang memutuskannya. Sekarang aku akan membayar semua biaya rumah sakit itu tapi siapa yang di rawat disini hingga kamu mau?"
Rio sangat penasaran siapa yang di rawat disini hingga gadis ini rela menerima perjanjian yang sangat mengikat seperti itu. Rio tahu gadis ini pastinya sudah tahu masa depannya yang jadi taruhan namun sepertinya gadis ini lebih takut kehilangan orang yang di rawat disini.
"Seseorang yang aku sayang"
"Siapa?"
"Ayahku"
Jawab Angel singkat. Rio sekarang tahu alasan gadis ini mau menikahinya tapi Rio masih belum puas dengan jawaban yang di berikan gadis ini.
"Tapi masa depan mu?"
"Setidaknya aku masih bisa hidup tapi Ayah? aku ragu akan melihatnya lagi, dia malaikat pelindungku dan aku tidak mau kehilangannya"
Jawaban Angel mampu membuat Rio terdiam terlebih lagi Rio juga tidak mau kehilangan Ayah yang mendidik dan mendukung selama ini.
"Baiklah. Aku akan membayar semuanya, antarkan aku!"
Angel mengantar Rio dan setelah itu semuanya berubah.
...
Sinar matahari perlahan menghilang dan lampu jalan kini mulai menyala. Angel duduk di kursi belakang mobil milik Rio dan bisa di lihat oleh Angel dua orang yang sedang berdebat Rio dan Sena.
Angel masih tidak percaya hidupnya berubah secepat ini. Hari akan segera berganti dan semuanya akan berawal dengan setatus baru yaitu Istri dari seorang pengusaha kaya Mario hingga seorang anak lahir dan itu akhir dari perjanjian ini.
Angel melamun hingga tak menyadari Rio berjalan ke arahnya.
tok..tok..
Rio mengetuk kaca mobil di samping Angel membuatnya tersadar dari lamunan. Melihat Angel yang terkejut membuat Rio tersenyum tipis.
"Iya"
Angel membuka pintu mobil dan entah kenapa aura yang terpancar dari Rio berubah tak semenyeramkan tadi.
"Pindah ke depan"
Angel menurut pindah ke depan di samping Rio. Rio langsung mengendarai mobilnya pulang ke rumah. Sesekali Rio melirik ke arah Angel yang tertunduk. Rio tahu ini pasti sangat berat untuk gadis yang baru berusia sembilan belas tahun.
"Kamu mau makan apa?"
Angel terkejut mendengar suara Rio. Angel menoleh ke Suaminya yang tengah menyetir.
"Aku tidak lapar"
Angel menatap ke luar, entah kemana Rio akan membawanya pergi. Angel menoleh ke arah Rio yang memberhentikan laju mobil.
"Kamu tunggu disini! jangan kemana-mana"
Rio langsung keluar dari mobil menuju ke apotik.
"Aku juga tidak tahu ini dimana"
Angel mengerutkan dagunya dan tidak perduli dengan yang dilakukan Rio. Angel teringat Ayahnya yang tengah di operasi dan berdoa agar Ayahnya cepat sembuh.
"Maaf. aku terpaksa berbohong"
Angel teringat saat berpamitan dengan ke dua orang tuanya. Angel mengatakan kalau dirinya akan berkerja untuk mengganti uang yang di pakai untuk membayar operasi dan mungkin tidak pulang untuk waktu yang lama.
...
Apotik
Rio membeli obat tidur dengan jumlah yang banyak dan juga alat tes ke hamilan.
"Maaf."
Lirih Rio. Setelah membayar, Rio langsung berjalan ke mobil yang terparkir tak jauh dari apotik.
"Eh?"
Rio melihat pedagang permen kapas yang usianya sudah sangat tua tapi semangatnya masih terus berkobar.
Rio memutuskan untuk membeli satu untuk Angel walau pun Rio tidak tahu Angel suka atau tidak.
"Pak. permen kapasnya berapaan?"
Tanya Rio ke pedagang itu. Pedagang itu nampak senang ada orang yang tertarik dengan jualannya.
"Murah kok mas. Cuma sepuluh ribu."
"Saya beli satu."
"Pilih aja mas, sama kok harganya."
Rio membeli permen kapas yang berwarna biru lalu membayarnya dengan uang seratus ribu.
"Kembaliannya ambil saja pak."
"Terima kasih. Semoga rezekinya tambah lancar."
"Amin."
...
Angel melihat ke arah Rio pergi tadi tapi anehnya Rio tidak ada. Entah kenapa Angel merasa takut berada di mobil ini sendiri.
Senyum Angel muncul saat Rio berjalan menuju mobil.
"Lama yah?"
Angel menggeleng. Perhatian Angel tertuju pada bungkus permen kapas yang Rio bawa.
"Buat kamu."
Angel menerima pemberian Rio dengan wajah senang. Permen kapas ini jajanan kesukaan Angel yang sering di belikan oleh Ayahnya. Angel langsung membuka ikatan pada ujungnya lalu memakannya. Rasa mains yang lumer di mulut membuat ketagihan di lidah ini.
Rio menoleh ke arah Angel yang tengah asyik memakan permen kapas, entah kenapa Rio ingin mencicipi rasa dari pernen kapas berwarna biru itu.
"Emang enak?"
"Kamu mau.. nih."
Rio mengangguk. Angel mengambil permen kapas itu lalu di suapkan ke mulut Rio. Sensasi manis yang lumer di lidah agak asing di lidah Rio maklum dia baru pertama kali mencoba permen kapas.
10 menit berlalu kini mobil Rio memasuki halaman rumah megah yang tampak sepi. Ini rumah lama Rio.
Angel mengikuti Rio dari belakang memasuki rumah yang terlihat sangat mewah dan juga ada beberapa perabotan yang tertutup kain tapi rumah ini terlihat sangat bersih.
"Ini rumah ku yang dulu. kita akan tinggal di sini."
Rio menyalakan lampu dan ruangan ini jadi lebih terang. Angel kagum dengan rumah ini. Semuanya nampak elegan.
"Ikuti aku."
Angel mengikuti Rio ke lantai dua menuju ke pintu paling pojok. Rio membuka pintu itu dan terlihat kamar yang sangat luas.
"Ayo masuk!"
Entah kenapa Angel merasa takut memasuki kamar ini. Mata Angel tak bisa lelas dari tempat tidur yang besar dan luas itu.
"Duduk gih! aku ambilin minum untuk mu."
Rio langsung ke luar kamar menuju dapur. Walau pun rumah ini tidak di tinggali oleh Rio tapi Rio selalu memperhatikan rumah ini karena rumah ini hasil keringatnya sendiri.
Rio menuangkan air mineral kedalam gelas dan juga obat tidur yang baru di belinya. Obat tidur ini memang untuk Angel.
"Maaf. Aku ingin Istriku kembali"
Rio menghela napas sesaat lalu kembali ke Angel dengan segelas air yang sudah di campur obat tidur.
Rio memasuki kamar. Terlihat jelas di mata Rio, istri keduanya yang sepantaran dengan sepupunya. Rio ingin menolak ini semua tapi demi Sena yang sangat ia cintai semuanya bisa Rio lakukan.
"Nih."
"Makasih."
Angel menerima segelas air itu. Rio kembali berjalan menuju ke kamar mandi. Rio ingin menyegarkan tubuhnya juga mendinginkan kepalanya.
Angel meminum air dalam gelas itu tanpa rasa curiga sedikit pun hingga habis karena tenggorokannya kering.
Angel merasa air itu agak pahit setelah tertelan namun Angel tak terlalu di pikirkan rasa air itu.
kamar mandi
Rio tidak langsung mandi, dia masih teringat kejadian di area parkir.
Flash back<<<<<
"Sayang kamu di Prancis cuma dua hari kan?"
"Aku pulang saat Angel sudah hamil"
jawaban Sena membuat Rio kecewa. Harusnya Sena tahu dirinya menerima Sena apa adanya dan berusaha menjadi suami yang baik untuknya namun sepertinya belum menyadari semua itu.
"Tapi."
"Tapi apa? aku mau kamu fokus ke Angel! kalau kamu sayang sama aku. Tolong cepat buat Angel hamil!"
Sena menatap kedua mata Rio dengan penuh harapan. Sena merasa semua ini juga sulit untuknya namu Sena tidak mau kehilangan Rio. Sena tidak mau terus-terusan di sindir oleh ibunya Rio yang selalu menganggapnya salah dalam segala hal.
"Aku sayang kamu"
cup
Sena mengecup sekilas pipi kanan Rio lalu masuk kedalam taxi yang sudah menunggu. Rio menatap kepergian taxi itu dengan tatapan sulit di artikan.
Flash end>>>>
Rio menghela napas beratnya, semua sudah terjadi dan ini pastinya juga berat untuk Angel.
"Maaf Angel, aku ingin istriku kembali."
10 menit berlalu. Rio keluar dari kamar mandi dan langsung mendapati Angel yang telah tertidur di sofa. Rio menghampiri Angel, di lihatnya lekat wajah Angel yang terlelap.
Di belainya wajah Angel dengan lembut. Sentuhan tangan Rio membuat senyum Angel mereka dengan sendirinya.
"Maafkan aku."
Rio mendekatkan wajahnya ke wajah Angel yang terlelap.
......***... bersambung...**
Sinar matahari menembus tirai jendela yang tipis membangunkan Angel karena silaunya. Angel perlahan membuka kelopak matanya. Inda penciuman Angel mencium bau parfum yang bukan miliknya. Angel melihat kesekeliling dan.
"Ini?"
Angel tersontak kaget lalu terduduk. Seingatnya kemarin ia tengah duduk di sofa dan kini dirinya terbangun di atas kasur dan rasa tidak nyaman di bagian bawah perut. Angel menyadari kalau pakaian yang melekat di tubuhnya ini bukan miliknya ini kemeja yang kemarin Rio pakai.
Angel memeluk tubuhnya sendiri dan perlahan air matanya turun dari pelupuk matanya yang indah. Angel menangis tanpa suara. Angel mencengkram bahunya dengan kuat. Ia tahu apa yang terjadi semalam, Rio telah?.
"Ayah.. Ibu.. maafi El!"
Angel teringat Ayahnya yang terbarng sakit dan teringat akan perjanjian itu serta Rio yang menikahinya sah secara agama walau tidak secara hukum itu berarti ini semua bukanlah dosa melainkan kewajiban melayani suami.
"El. Kamu ini seorang istri! Jangan seperti ini!"
Angel menghapus air matanya. Angel mencoba untuk tersenyum menghadapi ujian hidup yang sangat berat menikah dengan orang yang tidak ia kenal serta orang yang ia tidak cintai.
Angel menepuk-nepuk kedua pipinya lalu beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.
Dapur
Rio sedang ke bingungan memasak apa untuk Angel. Rio tidak tahu Angel suka makanan apa dan alergi yang mungkin Angel derita, Rio tidak mau Angel kenapa-napa karena ketidak tahuannya.
Rio mengacak-acak rambutnya frustasi, ini sudah mau jam sembilan mungkin Angel sudat terbangun dan merasa lapar karena dia belum makan dari kemarin.
"Bikin nasi goreng sama roti panggang aja deh, terserah dia suka yang mana"
Rio langsung melihat ke dalam kulkas dan menggambil semua yang di perlukannya. Bahan makanan di kulkas ini sisa dua hari yang lalu, Rio terkadang menginap disini saat dia malas pulang.
Rumah ini rumah yang satu tahun yang lalu di tinggalkan karena Rio sudah mempunyai rumah baru yang lebih besar dari ini. Sebenarnya Rio tidak mau pindah dari sini karena jarak dari sini ke kantor hanya butuh 15 menit sedangkan rumah yang baru butuh 30 menit terkadang lebih saat macet untuk sampai. Ini semua Rio lakukan untuk Istri kesayangannya Sena.
Tangan Rio sangat ahli menggunakan pisau, dia dengan cekatan memotong daun bawang dan juga sosis. Di lihat dari keakraban dengan peralatan dapur itu berarti Rio sering "bermain" di dapur.
Keringat Rio membasahi pelipisnya namun tidak menghalagi Rio untuk membuat masakan yang pertama untuk Angel. Rio berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan masakan yang enak untuk Angel dan membuat Angel terkesan.
Setelah selesai memotong Rio langsung mengambil teflon untuk memasak nasi goreng. Pertama Rio menumis bawang putih hingga harum kemudia sosis dan nasi. Rio menambahkan bumbu penyedap seperti garam,merica dan kecap manis.
Wajah Rio terlihat sangat serius dan juga perasaan tidak menentu jika nanti melihat Angel. Ia takut Angel akan marah karena tanpa persetujuannya ia dengan lancang menyentuhnya.
30 Menit berlalu dan dapur kini beratakan. Rio tersenyum lega akhirnya ke dua masakannya selesai.
"Akhirya"
Rio membawa nampan yang di atasnya terdapat sepiring nasi goreng, sepiring roti panggan, segelas air putih dan segelas susu ke kamar. Dalam hati Rio berharap Angel masih tidur.
Rio menghela napas sekali dan langsung membuka pintu. Rio bernapas lega melihat Angel yang tidak di atas tenpat tidur dan terdengar suara gemricik air dari kamar mandi.
Rio menaruh nampan itu di meja kecil samping tempat tidur lalu mencari kertas dan pena. Setelah mendapat secarik kertas dan pena, Rio langsung menulis rangkaian kata untuk Angel dan juga permintaan maaf karena harus meninggalkannya sendirian dirumah sebab dirinya harus berkerja di kantor.
....
Angel keluar dari kamar mandi dan hidungnya langsung mencium aroma masakan yang membuat perutnya terasa lapar.
Angel melihat ada senampan makanan yang kelihatannya lezat. Angel menghampiri makanan itu dan ia menduga bahwa Rio lah yang menyajikannya.
"Ini?"
Angel melihat secarik kertas lalu mengambil dan membacanya.
"Selamat pagi!! ini semua aku yang masak semoga kamu suka. Maaf aku tidak bisa menemanimu karena aku harus berkerja dan aku mohon kamu jangan pergi kemana-mana! Di rumah saja! selamat makan!! :) " by Rio.
Angel membaca tulisan itu berulang kali. Dia tidak percaya tulisan yang di bacanya ini, Rio perhatian kepadanya dan sedikit mengusir kecemasan di hatinya.
"Ternyata kamu perhatian. Makasih"
Angel langsung memakan nasi goreng yang Rio masak. Aroma nasi goreng ini lah yang membuat perutnya kelaparan.
Pertama menggunyah, Angel langsung menyukai masakan ini terlebih lagi nasi goreng ini dominan dengan rasa manis yang Angel suka.
"Enak banget! ini kak Rio yang masak? wah hebat banget!!
....
Angel Pov
Setelah makan aku mengelilingi rumah untuk mencari alat-alat kebersihan untuk membersihkan rumah ini. Kak Rio memang tidak menyuruhku untuk membersihkan rumah ini tapi aku tidak enak hanya berdiam diri melihat rumah yang berantakan ini.
Aku tak henti-hentinya berdecak kagum menganggumi isi rumah ini. Rumah ini sangat mewah dan juga luas kalau di bandingkan dengan rumah gubung milik keluargaku pastinya sangat berbeda jauh sekali.
Aku melihat bingkai foto yang membuatku penasaran. Aku hampiri bingkai foto yang ada di lemari TV itu ternyata itu foto kak Rio dan kak Sena.
Soal panggilan kakak untuk mereka berdua aku sendiri ragu mereka berdua akan menerimanya.
"Mereka serasi banget!"
Aku ikut tersenyum saat melihat mereka yang tersenyum bahagia dan apa yang aku lakukan sekarang? apa aku duri di hubungan mereka? aku bingung dengan setatusku ini. Kemarin aku memang butuh sekali uang untuk oprasi Ayah tapi apa caraku ini buruk? aku menyusup masuk ke dalam kehidupan rumah tangga mereka walau aku sudah mendapat ijin untuk singgah tapi aku masih ragu dengan ini semua.
Belum satu hari aku sudah merasa berat. Aku kangen orang tua ku, aku ingin tahu kabar Ayah dan kondisinya sekarang.Aku ingin pulang.
"Aku kangen kalian"
Dari pada aku termenung seperti ini lebih baik aku mulai membersihkan rumah ini itung-itung akan membuatku subuk dan mengalihkan pikiranku.
.....
JJ GRUP
Rio keluar dari mobilnya berjalan menuju ruangan kerjanya yang di lantai 7. Pancaran aura karismatik dari Rio yang sangat kuat membuat dirinya selalu jadi idola di antara kariwan wanitanya yang bermimpi menjadi istrinya.
Seorang wanita berpakaian rapi menghampiri Rio. Dia adalah sekertaris Rio yang baru. Rio sering gonta-ganti sekertaris karena Sena tidak mau Rio bersama wanita yang menurut Sena berpotensi membuat Rio berpaling darinya dan sekertasis ini yang di pilihkan langsung oleh Sena. Rio tidak keberatan karena Sena tidak asal memilih hanya saja Sena masih cemburu tidak beralasan dan itu yang membuat dirinya bahkan sekertarisnya tidak nyaman bahkan ada yang mengundurkan diri.
"Selamat pagi Pak. Hari ini ada rapat jam sebelas"
"Apa bisa di undur? saya ada urusan"
"Saya akan usahakan. Nanti saya akan memberitahukan kepada Bapak"
Wanita itu langsung membukakan pintu untuk Rio. Wanita itu membungkuk memberi hormat. Rio memasuki ruangannya yang luas. Ruangan ini memiliki semua yang Rio butuhkan, ini rumah kedua Rio. Semua yang ada di sini lengkap dari dapur hingga kamar tidur yang nyaman.
"Hari yang seperti biasa.. eehhh tapi sekarang aku punya dua istri. Mimpi apa aku ini?"
Rio tersenyum tipis saat mengingat wajah Angel yang tertidur, dia sangat lucu. Rio mulai berkerja dengan wajahnya yang mulai serius.
Rio dulu bercita-cita menjadi dokter karena dengan profesinya bisa membantu orang banyak tapi sepertinya Tuhan berkehendak lain sekarang dia harus meneruskan apa yang sudah di bangun Ayahnya.
"Sampai kapan aku seperti ini terus? hanya menatap layar komputer yang itu-itu saja. Huufff.. kalau ada anak kecil pasti hidupku lebih berwarna"
Rio menghela napas. Perasaan ini muncul lagi. Keinginan untuk mempunyai seorang anak yang akan selalu mengganggunya saat berkerja dan panggilan Papa untuknya dari suara yang imut semakin tak terbendung lagi.
Tak disadari Rio. Dirinya mulai melamun membayangkan dirinya yang tengah menimang bayi mungil nan lucu.
Drrttt
Drrttt
Rio tersadar dari lamunannya saat ponselnya bergetar. Rio langsung meraih ponselnya melihat telefon dari siapa. Senyum Rio mengembang saat mengetahui kalau itu panggillan masuk dari istri tersayangnya. Sena. Tanpa buang waktu, Rio langsung menjawabnya takut Sena akan marah kalau lama menunggu.
"Hallo sayang. Gimana di Prancis?"
"Aku kangen kamu"
"Aku juga. Kamu pulang yah?"
Rio masih berharap Sena pulang walau pun dirinya harus membagi waktu yang adil untuk kedua istrinya.
"Aku kan sudah bilang. Kalau kamu mau aku pulang, buat gadis itu menggandung anakmu"
"Kalau Angel hamil, kamu mau apa?"
Rio penasaran akan jawaban pertanyaannya ini dan juga perasaan Sena kepadanya hingga dia mau berbagi cinta dengan orang lain.
"Aku akan berpura-pura hamil di depan semuanya dan kamu harus dukung aku. Aku nggak mau Ibu kamu tahu kita gunain cara ini untuk dapat seorang bayi"
"Iya sayang. Aku akan selalu dukung kamu. Kamu baik-baik di sana yah?"
"Iya dan makasih aku tadi habis beli tas baru"
Rio tahu apa maksud tersembunyi di balik ucapan ini. Sena ingin dirinya mentransfer uang lagi kerekeningnya karena uangnya sudah habis untuk beli tas. Sena selalu tidak bilang ingin membeli sesuatu, dia langsung membelinya tanpa persetujuan dari Rio bahkan dulu Rio sangat di buat pusing oleh Sena yang mengkeredit mobil BMW yang lumayan memeras kantong padahal di garasi juga sudah berderet mobil-mobil mewah.
"Aku nanti transfer lagi. Kamu tenang saja. Emm.. sayang kita batalin saja ini semua yah? aku nggak bisa lakuin ini lagi"
"Loh kenapa? harusnya kamu senang punya dua istri sekarang?"
"Kamu jangan ngelucu! aku beneran!"
"Terus? kita relain uang sebanyak itu?"
"Uang itu nggak seberapa. Kita ikhlasin buat amal toh kita masih di beri rezeki melimpah"
"Mending kamu jadi penceramah saja nggak usah jadi pengusaha! jangan buat aku marah! kalau kamu nggak bisa anggap saja Angel itu aku. Mengerti!"
"Ta-. Isshhh"
Rio berdecak kesal belum sempat berbicara Sena malah memutus jaringan teleponnya.
Rio selalu lembut menghadapi Sena dan Rio cenderung mengalah. Sena selalu ingin permintaan yang ia minta di penuhi dan tidak memikirkan perasaan Rio.
"Aku sayang kamu tapi kenapa kamu seperti tidak menyayangiku? apa kamu selama ini hanya mau uang ku?"
Kalimat itu meluncur dengan bebasnya dari mulut Rio. Rio jatuh cinta pandangan pertama kepada Sena waktu masih duduk di bangku SMA dan di bangku kuliah mereka berpacaran hingga saat ini membina hubungan pernikahan yang suci.
Rio menepis pikiran buruk tentang Istrinya dikepalanya ini. Rio memfokuskan pikirannya hanya untuk berkerja bukan untuk mempikirkan hal konyol seperti ini.
"Aku harus selesaikan ini semua sebelum jam makan siang"
....
Rumah
Angel tengah menyapu halaman depan di bawah teriknya matahari. Keringat Angel bercucuran walau sekarang masih jam sembilan tapi ini sudah sangat panas.
"Panas"
Angel menyeka keringat yang ada di keningnya. Wajah Angel kusut saat melihat yang di sapunya belum sampai separuh dari luas halaman ini.
"Semangat El!"
Angel menyemangati dirinya sendiri lalu melanjutkan menyapu lagi. Dengan semangat 45 Angel menyapu dedaunan kering yang berserakan ini.
Setelah menyapu Angel melanjutkan dengan menyiram tanaman yang ada disini. Angel tersenyum senang saat melihat bunga mawar pink yang bermekaran seakan menyambutnya di rumah ini.
"Minum yang banyak! nih aku siram lagi, pasti seger kan?"
Angel terus menyiram sampai tanaman di luar pagar. Angel tidak bisa keluar pagar ini karena terkunci dan dia tidak tahu dimana Rio meletakannya. Angel paham betul kenapa Rio tidak memberikannya kunci gerbang karena ia takut dirinya akan kabur. Angel tidak pernah sedikit pun berpikiran untuk kabur dari sini karena dirinya orang yang memegang teguh sebuah janji.
"Akhirnya selesai juga! ini halaman apa lapangan sepak bola? luas banget! tinggal beresin di dalam. Semangat El!"
...
JJ GRUP | Ruang kerja Rio
Rio melirik jam dinding. Jam itu menunjukan pukul 11:00. Rio menyudahi berkerjanya dan pulang kerumah untuk membawakan makan siang untuk Angel.
"Angel mau makan apa yah? andai aku punya nomer teleponnya"
Rio tak ambil pusing, ia langsung beranjak dari kantornya mencari makan untuk Angel.
....
Rumah
Angel menunjukan wajah senangnya setelah mendengar suara Ayahnya. Angel tengah melepas rindu dengan orang tuanya walau oun cuma lewat suara dan tidak bertatap muka langsung.
"Syukurlah kalau kalian baik-baik saja"
"Keadaan kamu bagai mana sayang? kamu sehat kan?"
Angel kangen dengan mereka dan ingin pulang tapi perjanjian itu jelas tertulis bahwa dirinya tidak boleh bertemu dengan siapapun kecuali yang di hendaki oleh Rio dan Sena dan juga perjanjian ini akan selesai kalau dirinya sudah melahirkan seorang anak.
"El sehat kok Yah! tidur Angel juga nyenyak"
"Syukurlah. Di sini kita juga bantu buat nyicil uang yang kita pinjam jadi kamu minta rekening bos kamu yah?"
"Hah? eh iya.. iya Yah! nanti Angel SMS. Ayah Ibu maaf yah sampai di sini dulu. Bos manggil"
"Iya sayang"
Angel menutup sambungan telepon. Air matanya turun dengan sendirinya. Rasa bersalah dan juga sesak di dadanya kian membuatnya khawatir kalau-kalau mereka berdua mengetahui semua yang telah terjadi.
"Maafin El"
Angel terduduk di lantai. Pandangannya kosong. Angel memeluk lututnya dengan erat untuk menetralkan rasa sesak di dadanya, Angel tahu semua sudah terjadi dan tak mungkin bisa di ulang kembali.
"Jangan sedih El! ini keputusamu sendiri dan Rio itu orangnya baik! hapus air mata ini El!"
Angel memotivasi dirinya sendiri untuk tegar menjalani cobaan ini. Semua akan baik-baik saja tidak perlu ada yang di khawatirkan.
"Mending aku lanjut beres-beres lagi"
..
Mobil Rio memasuki halaman rumah. Rio turun dari mobil dengan membawa sekantong kresek makanan untuk Angel. Rio melihat kesekeliling halaman yang telah bersih dan masih ada bekas menyiram tanaman.
"Eh?"
Rio melihat pintu rumah yang terbuka. Entah kenapa Rio berpikiran kalau Angel kabur dari rumah. Rio bergegas masuk kedalam rumah. Dilihatnya ke penjuru rumah tidak ada Angel.
Wajah Rio kini berrubah kesal kalau benar Angel menggingkari janji.
"Ang.. eh?"
Rio yang ingin meneriakan nama Angel tertahan karena kedua matanya melihat yang di cari tengah tertidur pulas di sofa sambil memeluk kemoceng?.
Rio meletakan kantong keresek itu di atas meja lalu berbalik pergi namum baru satu langkah Rio berbalik.
"Bangunin nggak yah?"
Rio bingung antara membangunkan Angel apa tidak. Kalau nggak di bangunin nanti makanannya dingin kalau di bangunin kasihan Angel sepertinya sangat lelah.
Rio tersenyum melihat wajah polos Angel yang sangat lucu kalau sedang tertidur. Rio membelai lembut wajah Angel namun sepertinya belaian itu malah membangunkan Angel.
"Aku membangunkanmu yah?"
Angel hanya tersenyum lalu mendudukan tubuhnya. Rio merasa bersalah telah membangunkan Angel.
"Nggak kok"
"Aku beliin makanan untuk kamu. Makanyah!"
Angel meneluarkan kotak makanan dari dalam kantong keresek. Di dalam hanya ada satu kotak makanan.
"Kak Rio nggak makan?"
"Kakak?"
"Eh, maaf. Aku harus panggil apa?"
"Panggil kakak juga nggak apa-apa. Kamu saja yang makan, aku tidak lapar"
Jawab Rio jujur. Angel mengerutkan dagunya masa hanya dirinya yang makan dan Angel tahu Rio juga belum makan.
Angel membuka tutup kotak itu. Angel menyendokan nasi lalu menyuapkannya ke Rio. Rio hanya terdiam.
"Ayo. Aku nggak mau makan kalau kamu nggak mau"
Rio tersenyum lalu membuka mulutnya. Angel menyuapi Rio walau awalnya ragu Rio akan mau.
"Sekarang tinggal kamu"
Angel tidak terlalu menyukai apa yang Rio belikan untuknya namun dia juga tidak boleh menolak pemberian Rio takut Rio akan tersinggung. Angel pun mulai menyuapkan makanan itu kedalam mulutnya namun rasanya lebih enak masakan Rio tadi pagi.
"Kak"
"Kenapa kamu nggak suka?"
"Emm.. lebih suka makanan yang kakak buat tadi pagi"
"Hah? kamu mau aku yang masak sekarang buat kamu?"
"Nggak. Ini aja"
Angel mengerutuki apa yang ia telah katakan. Pasti sekarang Rio kesal karena dirinya nawar makanan yang telah di belinya.
"Ya udah aku masakin"
Rio langsung beranjak dari duduknya. Angel semakin merasa tidak enak dengan Rio.
"Nggak usah! beneran"
"Nggak apa-apa. Masih ada sayur kok di kulkas"
"Tapi akunya nggak mau. Lagian kakak pasti capek"
"Ya sudah kalau nggak mau, aku balik kekantor lagi dan di kulkas ada cemilan buat kamu"
Angel mengangguk. Rio langsung meraih kunci mobilnya lalu berlalu pergi kembali lagi ke kantor karena ada rapat.
Setelah Rio pergi, Angel tidak melanjutkan lagi makannya. Ia teringat masakan Ibunya yang selalu membuatnya berselera makan.
"Aku nggak tahu sampai kapan harus bertahan seperti ini? ini sangat menyiksa aku kangen orang tua ku"
Perlahan air mata Angel membasahi kedua pipinya. Sangat berat terasa bagi Angel saat berjauhan dengan orang tuanya terlebih Angel tipe anak yang manja dengan kedua orang tuanya.
...
18:00
Rio melepas jas dan kemeja yang ia pakai dan sepertinya ia lupa kalau ada Angel di kamar ini.
Pandangan Angel tak bisa berpaling dari Rio. Rio sadar dirinya tengah di awasi langsung menoleh.
"Kenapa?"
"Eh? enggak!"
Angel langsung bergegas keluar kamar. Rio terkekeh melihat tingkah Angel yang menurutnya lucu.
"Dasar anak itu!"
Rio memilih untuk mandi setelah itu memasak makanan untuknya dan juga Angel.
Angel duduk di sofa dan masih terbayang saat di kamar tadi.
"Aku nggak pernah bayangi punya suami ganteng kek kak Rio"
Lekuk bibir tersenyum di wajah Angel entah kenapa ia mulai menyukai setatusnya ini.
Tak lama Rio menuruni tangga dan entah kenapa jantung Angel berdekup kencang.
"Kamu sudah lapar yah?"
Tanya Rio ke Angel. Angel menjawab seadanya tapi tanpa menatap mata Rio.
"Dikit"
"Aku buatin dulu yah"
Rio langsung berjalan menuju dapur. Angel menghela napasnya kenapa ini semakin membuatnya canggung.
Angel yang merasa jadi Istri yang tidak berguna masa iya suami masak untuknya. Angel memutuskan untuk membantu Rio di dapur.
"Aku bantu apa?"
Rio menoleh ke arah Angel. Senyuman Rio membuat Angel salting. Rio tidak membutuhkan bantuan Angel, dia bisa melakukan ini semua sendiri.
"Duduk aja!"
"Tapi"
"Nurut! atau aku nggak akan masakin!"
Angel menggembungkan kedua pipinya dengan terpaksa Angel menuruti perintah suaminya.
Melihat Rio yang sepertinya sudah akrab dengan dapur dan semua peralatan itu membuat Angel kagum.
Rio melirik ke arah Angel sepertinya dia bosan. Rio mengeluarkan ponselnya lalu mencari aplikasi game yang menarik untuk Angel mainkan.
"Nih"
Angel kebingung saat Rio menyodorkan ponsel miliknya kehadapanya. Angel menatap ke arah Rio.
"Permainan biar nggak bosan"
Angel tersenyum sekilas lalu meraih ponsel pemberian Rio. Angel mulai memainkan game di ponselnya Rio dengan penuh semangat.
Rio kembali melanjutkan memasaknya. Rio merasa ada sesuatu yang aneh di hatinya, apa ini rasanya punya adik?. Dari awal bertemu dengan Angel, Rio merasa kalau Angel tidak pantas menjadi istrinya melainkan seorang adik.
30 menit berlalu akhirnya capchay buatan Rio jadi dan aromanya kini menggelitik hidung Angel.
"Udah siap. Ayo makan!"
Angel menoleh dan melihat sepiring capchai yang sangat menggoda apa lagi dengan warna-warni kombinasi sayuran yang sangat cantik.
"Cobain!"
Angel mengangguk lalu menyendokkan capchai itu kemulutnya. Rio menatap cemas Angel. Dia takut Angel tidak suka.
Lekuk senyum di bibir Angel membuat Rio bernapas lega.
"Enak! ini buat aku semua!"
"Eh? aku makan apa dong?"
"Kak Rio makan di resto aja!"
Angel seakan memaksa. Sepertinya Angel kelaparan hingga ingin menyantap sepiring nasi berserta sepiring capchai ini. Rio sudah sangat lapar dan dia ingin makan bersama Angel.
"Jangan serakah! aku lapar!"
Rio langsung menyendokkan capchai itu kemulutnya. Raut wajah Rio berubah saat mengunyah masakannya ini.
"Ja-.. yah"
"Asin banget!!"
Rio langsung meneguk segelas air sampai habis. Angel menghela napasnya. Rio menatap Angel dengan penuh bersalah, sekarang dia tahu kenapa Angel tidak mau dirinya menyantap makanan buatanya sendiri.
"Makan di resto aja yah? ini nggak bisa di makan"
"Nggak mau! kak Rio kan udah capek-capek masak. Ini pasti habis kok"
"Ini nggak bisa di makan"
"Bisa kalau pake nasi. Rasa asinnya jadi pas"
Angel menunjukan senyumnya lalu kembali menyantap makanan yang menurut Rio tidak bisa di makan.
"Maaf"
Lirih Rio namun bisa di dengar oleh Angel. Angel menoleh ke arah Rio yang sepertinya masih sedih karena masakannya kali ini gagal.
"Kok nggak di makan? mau di suapin?"
"Iya"
Entah kenapa Rio mengiyakan perkataan Angel. Angel yang tadinya duduk di depan Rio kini pindah di samping Rio. Angel mulai menyuapi Rio.
Rio merasa perhatian Angel itu lebih dari Sena. Sena terkadang menjadikannya seorang raja dan menuruti semua yang ia mau tapi ujung-ujungnya Sena meminta imbalan.
"Angel"
"Panggil El saja"
"El?"
"Iya. Biar nggak kepanjangan"
Rio menatap kedua mata Angel dengan dalam. Angel sebisa mungkin bersikap biasa dan menatap balik Rio.
Perlahan tangan Rio mulai membelai pipi kiri Angel. Angel sendiri bingung dengan apa yang di lakukan Rio, di hati kecil Angel menduga kalau Rio tengah rindu dengan Sena.
Rio meraba bibir mungil Angel. Angel merasa jantungnya berdetak dengan cepat. Rio perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Angel. Angel menutup matanya, dapat dirasakan Angel napas hangat Rio dan sedetik itu Angel merasakan sesuatu yang lembut menempel di bibirnya. Rio mencium Angel tepat di bibirnya.
....
20:30
Rio menoleh kearah Angel yang berbaring di sampinya, sepertinya Angel sudah tertidur.
Rio mendengus kesal karena Angel memunggunginya.
"Masa aku di punggungin sih? hay lihat aku"
Tidak ada respon dari Angel mungkin Angel sudah tidur.
"Kamu sudah tidur?"
Angel belum tidur hanya saja dia malu karena kejadian di dapur tadi dan jujur baru kali ini ia mendapat kecupan dari seorang cowok.
Angel merasa Rio mendekatinya dan benar saja tangan Rio memeluknya dari belakang. Angel buru-buru menutup matanya berpura-pura tidur.
"Tidur yang nyenyak sayang"
Bisik Rio tepat di telinga Angel. Dekapan Rio dirasa Angel sangat hangat dan nyaman. Tanpa disadari Angel mulai terbawa ke dalam mimpinya.
Rio memeluk Angel erat tapi di mata Rio ini Sena buka Angel.
....***.....***....
Rio terbangun dari tidurnya dan menyadari kalau Angel tidak ada di sampingnya. Seingatnya saat ia terbangun untuk ke kamar mandi Angel masih terlelap di sampingnya.
"El kemana?"
Rio memutuskan untuk mandi karena ia harus segera kekantor karena ada rapat pagi denga orang penting.
Setelah Rio ke kamar mandi. Angel memasuki kamar dengan membawa pakaian Rio yang sudah di setrika.
Angel menaruh kemeja, jas dan celana panjang Rio ke atas kasur. Angel menyadari ada yang kurang.
"Ada yang kurang tapi apa? sepatu udah ada kaos kakinya juga ada terus apa yah?"
Angel mengingat lagi apa yang kurang sebelum Rio selesai mandi.
"Oh ya! dasinya ketinggalan!"
Angel bergegas kembali ke tempat setrikaan untuk menggambil dasi yang tertinggal.
....
Rio keluar dari kamar mandi. Kedua matanya langsung melihat pakaiannya yang sudah di siapkan.
"Ini?"
Senyum Rio menggembang dengan sempurna melihat ini semua bahkan Sena belum pernah sekali pun menyiapkan pakaiannya.
Dengan perasaan senang Rio memakai pakaian yang sudah Angel siapkan. Rio mencium bau harum dari kemeja yang tengah ia pakai.
Semua sudah Rio pakai tapi Rio mencari sesuatu yang penting, sesuatu yang tidak boleh ia lewatkan.
Rio mendengar suara pintu dibukan Rio langsung menoleh ternyata itu Angel dengan dasi yang Rio cari.
"Cari dasi yah? duh maaf abis ketinggalan tadi. Aku pakaikan yah?"
"Boleh"
Angel mendekati Rio untuk memakaikan dasi ini. Angel menyadari kalau Rio itu tinggi dan tangannya tidak bisa menjangkau leher Rio hanya melihatka tatapan polosnya. Rio yang menyadari Angel yang tidak bisa meraih lehernya pun merendahkan tubuhnya agar Angel bisa memakaikan dasi di lehernya.
Angel tersenyum lalu memasangkan dasi ke dalam lipatan kerah kemeja Rio. Rio dapat mencium aroma harum dari Angel. Wajah serius Angel membuat Rio tertawa dalam hati dan juga perasaan nyaman ini.
Cup
"Eh"
Kecupan tiba-tiba dari Rio di pipi kanannya membuat Angel terkejut dan membuat Rio terkekeh pelan. Angel mengerutkan dagunya sedangkan tangannya masih merapikan dasi yang kini telah terpasang di leher Rio.
"Selesai"
"Makasih sayang"
"Hemm. Nggak usah panggil sayang panggil El saja"
"Loh kenapa?"
Rio bingung dengan yang Angel mau padahal dirinya hanya ingin membuat Angel merasa nyaman dan tidak canggung dengannya. Angel hanya tidak mau dirinya menaruh hati kepada Rio yang sudah beristri. Angel sadar pernikahan ini hanya sementara dan dirinya akan bercerai dengan Rio karena itu Angel ingin segera melupakan Rio saat semua perjanjian ini berakhir.
"Kamu tahu sendiri"
Rio teringat sekarang perjanjian itu jelas tertera larangan-larangan yang pasti membuat Angel terbebani dan Rio tidak mau Angel semakin terbebani.
"Ya sudah kalau itu yang kamu mau dan berarti kamu nggak usah nyiapin pakaian aku"
Angel sepertinya tidak setuju dengan yang Rio katakan. Masa dirinya hanya duduk-duduk saja di sini dan tidak melakukan apa pun setidaknya dirinya membantu yang bisa dilakukan olehnya.
"Ih kok gitu! masa aku cuma tiduran aja!"
"Terus? kamu mau apa? kamu itu istri aku"
"Istri kak Rio itu Sena bukan aku. Aku ini hanya istri sementara kamu dan ini semua akan berakhir saat aku melahirkan bayi"
Rio menatap dalam kedua mata Angel tersirat keperihan di dalamnya. Rio tahu pasti dan dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa semuanya sudah terjadi serta sifat Sena yang tidak bisa di tebak bisa membuat Angel dalam masalah.
"Iya aku tahu dan sekarang kamu mau apa?"
"Aku akan siapin semuanya keperluan mu sebisa ku tapi bukan sebagai istrimu anggap saja aku berkerja disini"
"Emm"
Rio seakan sedang berbikir padahal dia sudah tahu keputusannya. Angel menatap cemas berharap Rio mau menerima permintaannya.
"Oke. Aku setuju tapi di kamar ini kamu istriku"
"Eh?"
Rio menarik Angel kedalam pelukannya. Angel merasa nyaman di dalam pelukan Rio dan telinganya dapat mendengar detak jantung Rio. Rio semakin mengeratkan pelukannya ini semua hanya untuk menenangkan Angel yang masih tidak nyaman berada di rumah ini dan juga belum bisa menerima kenyataan bahwa Angel sekarang bukan lagi remaja yang bebas melainkan seorang istri.
Entah kenapa perlahan kedua tangan Angel bergerak naik lalu memeluk Rio. Angel membalas pelukan Rio. Rio yang menyadari Angel membalas pelukannya tersenyum tipis. Rio sendiri tidak memiliki perasaan apa pun terhadap Angel yang Rio mau Angel cepat hamil dan Sena akan kempali lagi ke pelukannya.
Rio melepaskan pelukanya begitu juga Angel. Rio mengacak-acak poni Angel dengan lembutnya mempuat kedua pipi Angel memerah.
"Roti tawar di dapur masih ada nggak yah?" tanya Rio dengan khawatir karena Rio pastinya tak sempat membuat sarapan untuk Angel.
"Nggak usah panik gitu, aku sudah masak untuk kamu tapi kamunya bakal suka atau tidak"
Rio mengerutkan keningnya, apa karena masakannya kemarin keasinan jadinya Angel tidak mau lagi memakan masakannya.
"Apa karena masakkan ku yang nggak enak kemarin yah?"
Melihat wajah kekecewaan Rio membuat Angel merasa bersalah padahal dirinya hanya ingin menyiapkan sarapan untuk Rio saja dan Angel tidak mau merepotkan Rio terus yang pastinya banyak pekerjaan di kantor.
"Bukan itu, aku hanya ingin menyiapkan sarapan untuk kamu saja. Aku tahu kamu pasti sangat sibuk. Maaf kalau aku menyinggung perasaanmu"
Lontaran rangkain kata-kata yang tulus dari hati terdalam Angel membuat Rio tersenyum. Angel menundukan kepalanya, dia takut Rio marah kepadanya. Sedetik itu pun Angel merasakan sentuhan lembut di pipi kanannya, sentuhan itu perlahan turun ke dagunya. Rio mendongakan dagu Angel dengan pelan agar Angel mau menatap wajahnya.
"Tidak perlu meminta maaf karena kamu tidak berbuat salah"
Senyuman Rio mampu membuat Angel kembali merasa tenang. Perlahan Rio mencondongkan tubuhnya ke Angel serta mendekatkan wajahnya ke wajah Angel. Angel memundurkan kepalanya, ia tahu Rio akan menciumnya. Rio yang menyadari kalau istrinya ini tidak mau di cium menunjukan wajah cemberutnya.
"Kamu ini!"
Rio membenarkan posisi tubuhnya sedangkan Angel hanya tersenyum membuat Rio kesal.
"Kamu marah?" tanya Angel dengan polosnya membuat Rio semakin menekuk wajahnya.
"Iya" jawab Rio singkat membuat Angel merasa tidak enak terlebih Rio bilang kalau di kamar ini dirinya sebagai seorang istri dan berarti harus melakukan semua kewajiban seorang istri kepada suami.
"Aku minta maaf?"
"Nggak mau maafin! cium dulu baru di maafin!"
Rio seakan menjadi anak kecil yang suka ngambek dan juga ingin di penuhi permintaannya. Rio memalingkan wajahnya seakan tidak mau melihat Angel. Angel terkekeh pelan. Seorang Mario bisa ngambek seperti ini.
Mau tidak mau Angel harus melakukan yang Rio mau, dengan kaki berjinjit Angel mencium pipi kiri Rio sekilas. Setelah kecupan itu Rio langsung menoleh menatap Angel.
"Sudah"
Tapi sepertinya Rio belum puas. Ia sekarang malah mengetuk-ngetukan jari telunjuk tangan kanannya di bibirnya sendiri seakan menyuruh Angel untuk mengecup bibirnya. Angel terdiam cukup lama. Rio tahu Angel tidak mau melakukannya dan itu tidak jadi masalah untuknya.
Rio yang ingin berbicara langsung terbungkam saat Angel mengecup bibirnya. Mata Angel terpejam. Rio merasa kecupan ini sangat tulus ikut memejamkan matanya. Entah kenapa perasaan nyaman ini kembali muncul.
....
Halaman Rumah
Rio yang ingin membuka pintu mobilnya teringgat kalau kunci mobilnya tertinggal di meja makan. Rio nampak kesal sebab dirinya bisa terlambat ke kantor.
"Ada-ada saja!"
Rio menggerutu lalu berjalan kembali ke dalam rumah. Angel yang tengah merapikan meja makan melihat kunci mobil Rio.
"Itu kan kunci mobil kak Rio"
Angel langsung meraih kunci mobi itu lalu berlari ke luar rumah. Angel berpapasan dengan Rio di teras. Dahi Rio nampak mengkerut melihat tingkah Angel yang berlari dari dalam rumah.
"Kunci mobil"
Angel menyodorkan kunci mobil itu ke Rio. Rio nampak senang menerimanya.
"Makasih. Aku berangkat yah"
"Iya"
Rio berbalik berjalan menuju mobilnya sebelum masuk kedalam mobil, Rio melambaikan tangannya ke arah Angel. Angel membalas lambaian tangan Rio.
Angel teringat kalau gerbang di kunci dan pastinya repot kalau Rio harus turun dari mobil. Angel yang ingin merlari ke gerbang mengurungkan niatnya karena sudah ada saptam yang membukakan gerbang untuk Rio.
"Sejak kapan ada saptam?"
Angel tidak ambil pusing dengan keberadaan saptam itu. Angel kembali masuk kedalam rumah untuk menyelesaikan pekerjaannya di dapur.
Setelah mencuci piring, Angel meneruskan menyapu dengan semangat 45. Rumah sebesar ini butuh dua jam lebih untuk menyapu keseluruhhan lantai rumah.
"Dari lantai atas dulu baru lantai bawah"
Dengan membawa seprangkat alat kebersihan Angel mulai menaiki tangga.
Sejujurnya Angel takut sendirian di rumah besar ini tapi mau bagaimana lagi dia harus tinggal disini dan menghilangkan pikiran buruknya tentang rumah ini berhantu terlebih saat datang ke rumah ini terasa dingin dan sepertinya rumah ini jarang di huni.
Angel memasuki ruangan yang nampak "menyeramkan" karena deretan kain putih yang menutupi sesuatu. Angel merasa takut sekaligus penasaran sebenarnya apa yang tersembunyi di balik kain itu.
"Lihat nggak yah?"
Angel berjalan mendekati salah satu kain itu. Dengan perasaan was-was juga takut tangan Angel perlahan meraih kain putih itu. Angel meneguk ludahnya paksa setelah itu Angel menghitung dalam hati.
1..
2..
3..
Angel langsung menarik kain itu dan entah sejak kapan kedua mata Angel menutup. Angel mengintip di selah-selah jari tangan kirinya yang menutup wajahnya. Angel bernapas lega karena yang di tutupi kain putih itu hanya sebuah lukisan.
"Aku parno banget sih"
Angel kini sudah biasa saja tanpa ada rasa takut di dirinya. Setelah di amati lukisan di depannya ini sangat bagus terlebih lukisan wajah ini mirip.
"Ini kak Sena? apa kak Rio bisa ngelukis"
Angel kini dengan keponya melihat lukisan-lukisan yang tertutup kain putih. Kurang lebih ada 20 lukisan yang semuanya lukisan Sena dan ada nama Rio di sudut bawah lukisan.
Angel menghela napas. Semua lukisan ini sungguh membuatnya merasa tidak enak sebab semua lukisan ini seperti mencurahkan isi hati Rio yang terdalam untuk Sena.
"Apa aku ini duri dalam hubungan mereka? aku bingung, Tuhan tolong aku"
.......
Kantor
Setelah rapat pekerjaan Rio semakin banyak dan mungkin ia kan melewatkan jam makan siangnya. Rio melihat jam tangannya. Rio menghena napas pasti Angel menunggunya.
"Aku nggak punya nomer ponsel El lagi. Biarlah dia juga sudah besar"
Rio berusah untuk fokus dengan pekerjaan yang kini menumpuk serta dokumen-dokumen yang harus ia baca satu persatu dengan teliti karena ini sangat penting untuk dirinya dan juga untuk semua kariyawannya.
13:30
Angel sedang menunggu Rio pulang namun sudah lama menunggu tapi Rio tak kunjung pulang.
"Apa kak Rio makan siang di luar yah?"
Angel memutuskan untuk makan siang sendiri tanpa di temani Rio. Entah kenapa Angel merasa kalau Rio masih marah kepadanya.
Waktu terus berlalu dan senja pun tiba. Angel terus saja memandang ke arah jendela yang menghadap langsung kegerbang. Senyum Angel menggembang saat mobil hitam milik Rio memasuki halaman.
Rio turun dari mobilnya dengan wajah yang sepertinya sangat capek. Angel membukakan pintu untuk Rio.
"Kak Rio sini aku bawain tasnya"
Rio tersenyum tipis kearah Angel. Sebenarnya Rio lupa kalau ada seorang yang menunggunya di rumah ini.
"Nih"
Angel menerima tas jinjing Rio dengan senyum di bibirnya lalu berjalan mendahului Rio. Di dalam hati terdalam Rio ingin Sena lah yang berada di sini menemaninya bukan Angel.
Rio yang merasa sangat lelah langsung duduk di sofa ruang tengah sedangkan Angel menaruh tas Rio di kamar.
Angel menuruni tangga. Kedua matanya melihat Rio yang menyandarkan punggunya sembari memejamkan mata.
"Kak Rio pasti capek"
Angel mempercepat langkahnya menghampiri Rio. Angel menuju ke belakang sofa yang Rio tengah diduduki.
"Eh?"
Rio merasakan pijatan di kedua bahunya. Angel memijat bahu Rio sepertinya Angel sudah terbiasa memijat. Rio merasa nyaman dan pijatan Angel membuat rasa pedal di bahunya perlahan menghilang.
Tangan kanan Rio meraih tangan kanan Angel. Rio mencium punggung tangan Angel cukup lama. Bagi Angel perlakuan Rio ini membuatnya tidak nyaman.
"Tadi siang kamu nggak nungguin aku kan?"
"Nungguin. Tadi siang kak Rio makan siang di mana? jangan bilang nggak makan siang"
Rio tersenyum. Sepertinya Angel mengkhawatikkannya.
"Kamu khawatir?"
"Iya. Ayo makan atau kak Rio mau mandi dulu?"
Rio menoleh ke belakang. Angel menatap Rio dengan penuh kecemasan entah kenapa hatinya gelisah saat Rio tidak pulang siang tadi.
"Aku mau mandi. Kamu makan dulu jangan tungguin aku yah?"
Mendengar perkataan Rio membuat Angel menggembungkan kedua pipinya menandakan kalau di tidak setuju.
"Kenapa?"
"Mau nunggu kak Rio aja!"
"Nurut sama suami!"
Rio langsung beranjak dari duduknya meninggalkan Angel yang nampak kesal.
"Dasar nyebelin!"
Mau tidak mau Angel menurut. Bukannya Angel manja atau apa hanya saja Angel merasa tidak enak makan sebelum yang punya rumah.
Angel sudah selesai makan tapi Rio belum juga turun. Angel memutuskan untuk memanggil Rio untuk makan.
Angel berjalan menuju kamar. Pintu kamar terbuka dan tidak ada Rio di dalam.
"Kak Rio di mana?"
Angel mencari keberadaan Rio. Angel sendiri belum hafal rumah ini.
Ruang kerja
Sehabis mandi Rio langsung menuju kemari dan mungkin dirinya akan lembur. Pekerjaan ini sangat menyita waktu, tenanga dan juga pikiran. Rio selalu ingin tidur nyenyak dan tak memikul beban yang berat ini.
"Kenapa aku mau meneruskan semua ini?"
Andai waktu bisa di ulang pasti Rio akan melimpahkan semua tanggung jawab ini ke adiknya Arfan. Arfan sendiri sosok yang sama hebatnya dengan Rio hanya saja Rio selalu menganggap Arfan adik kecil yang manja dan belum bisa memegang amanah ini. Arfan dan Rio tidak punya ikatan darah. Keluarga Rio mengadopsi Arfan sejak usia Arfan lima tahun.
Rio memijat pelipisnya dengan kedua tangannya. Kepalanya terasa pusing dan berat bersamaan dengan itu Angel yang tengah mencarinya melihat yang ia lakukan. Angel buru-buru mendekati Rio lalu memijit pelipisnya.
"Biar aku saja"
"Terima kasih"
Perhatian Angel kepadanya melebihi Sena yang telah lama menjadi istrinya. Rio teringat akan Sena. Sena yang selalu ada maunya bahkan tadi siang Rio mendapat pemberitahuan transaksi pembelian parfum mewah seharga 30 juta dari Prancis dan pastinya Sena yang membeli parfum itu. Rio tidak keberatan dengan semua uang-uang itu tapi seharusnya Sena membeli yang perlu saja terlebih uang itu juga nantinya digunakan untuk anak yang nantinya harus di penuhi kebutuhan dan pendidikannya kalau tidak dari sekarang mungkin akan lebih berat karena hari esok tidak pasti.
"Sudah dirumah masih kerja saja"
Angel merasa kasihan kepada Rio. Melihat ini semua mematahkan semua anggapan Angel tentang orang kaya yang suka menghambur-hamburkan uang saja ternyata di balik itu semua ada perjuangan dan pengorbanan.
"Masih ada yang belum selesai"
"Oh. Ternyata jadi orang kaya itu melelahkan"
"Maksud kamu?"
"Ya. Lihat saja kak Rio sekarang seperti tidak ada waktu untuk istirahat. Lebih enakan kerjaan Ayah sama Ibu aku di banding kerjaan kamu"
"Memangnya kerjaan orang tua kamu apa?"
Angel tidak langsung menjawab. Ia fokus memijat dahi dan kepala Rio dan Rio nampak menikmati pijatan di kepalanya ini bahkan kedua matanya terpejam.
"Ayah kerjanya jadi supir angkot. Ibu jualan nasi uduk"
"Apa istimewanya? bukannya penghasilannya sedikit?"
"Iya sih tapi Ayah sama Ibu nggak pernah mengeluh dan saat mereka pulang mereka tidak membawa beban pekerjaan tidur mereka juga nyenyak"
"Kamu lagi nyindir aku"
"Iya. Sekarang kak makan! aku bawain ke sini! awas kalau nggak dimakan!"
Angel langsung berlalu pergi untuk mengambil makanan untuk Rio. Rio menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal sembari mencerna yang baru saja Angel katakan.
"Tuh bocah marah? entahlah"
Rio meneruskan lagi pekerjaannya. Lima menit berlalu. Angel memasuki ruang kerja Rio dengan membawa baki yang diatasnya terdapat makanan untuk Rio.
"Ayo makam"
"Taruh saja nanti aku makan" ucap Rio tanpa menoleh ke arah Angel. Kedua mata Rio hanya fokus ke layar laptopnya dengan jari-jemari yang lincah mengetik keyboard kalau seperti ini pasti Rio akan melupakan perutnya yang kosong dan bisa-bisa Rio sakit.
Angel tahu ini tanggung jawabnya sebagai seorang istri untuk memastikan suaminya tidak telat makan yang bisa membuatnya sakit.
"Kamu ini!"
Rio menoleh dan mendapati tatapan kesal Angel.
"Aku suapin. Kamu juga pastinya nggak perduliin diri kamu sendiri"
Angel menyered kursi yang tak jauh dari tempatnya berdiri ke samping Rio. Rio hanya menatap Angel dengan tatapan tak bisa diartikan.
Angel duduk disamping Rio lalu meraih piring. Disuapkannya makanan itu ke mulut Rio. Angel tersenyum akhirnya kecemasannya hilang.
"Nah gitu! Susah banget sih di suruh makan!"
Sena tidak pernah memperlakukannya seperti ini kalau pun pernah Sena akan meminta imbalan. Rio bekerja seperti biasa hanya saja sekarang sembari makan disuapi istri barunya.
"Laper tapi nggak mau makan dasar kamu ini! uang bisa dicari tapi kesehatan kamu? jangan sampai kamu banyak uang tapi pernyakitan sama saja bohong! uang yang kamu kumpulkan cuma buat berobat dan itu pun kalau bisa sembuh!"
Angel menunjukan sifat aslinya yang bawel seperti Ibunya. Walau pun Rio hanya terdiam saat di omelin Angel namun di hati Rio terucap syukur mempunyai istri seperti Angel dan andai saja dirinya menolak permintaan Sena pasti sekarang tidak ada yang memperhatikannya.
"Mau minum?"
"Iya"
"Nih"
Rio menerima segelas air dari Angel lalu meminumnya. Nasi dipiring tinggal sedikit mungkin tinggal dua suapan lagi.
"Sudah kenyang"
"Kenyang? tinggal sedikit, habiskan yah?"
"Perut aku sudah penuh sayang"
"Kak Rio diluar sana itu masih banyak orang yang kelaparan dan para petani juga nggak gampang buat nanam padi jadi sekarang kak Rio habiskan nasinya yah, dua suapan lagi kok!"
"Ya sudah. Aaaa"
Angel tersenyum. Akhirnya nasi di piring habis. Angel melihat keseluruhan ruangan ini hanya terdapat rak-rak buku dan sofa panjang berserta bantal. Angel menduga kalau Rio sering tidur disofa itu.
"Hooaaamm"
Angel menoleh mendengar suara Rio yang menguap ngantuk sepertinya Rio kekenyangan hingga membuatnya mengantuk.
"Kalau ngantuk tidur!"
"Kerjaan masih banyak"
Rio tidak bisa tidur kalau kerjaannya masih menumpuk kalau pun bisa tidurnya tidak akan nyenyak. Angel memutar otak agar Rio bisa tidur walau pun sebentar.
"Kak Rio tidur dulu dua jam nanti aku bangunin"
Sepertinya Angel mulai mengatur Rio. Angel tidak perduli nantinya Rio marah atau apa terlebih lagi ini hanya untuk ke baikannya serta kesehatannya.
"Tapi sayang"
"Nurut atau aku tutup laptopnya biar kamu ngulang lagi dari awal?" Ancam Angel dengan penuh keseriusan. Rio yang tidak mau mengerjakan semua ini dari awal memilih menurut.
"Iya istriku yang paling bawel!"
Rio beranjak dari duduknya menuju sofa lalu berbaring. Mata Rio perlahan menutup sangking sudah ngantuknya. Angel tersenyum Rio mau menurutinya.
Angel melihat ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 20:30 berarti dia harus membangunkan Rio pukul 22:30.
Angel melihat-lihat buku yang tersusun di rak berharap ada buku yang ia baca agat tidak menggantuk.
"Sepertinya ini menarik"
Sebelum membaca buku, Angel memakaikan selimut di tubuh Rio.
Angel duduk lesehan di lantai, punggungnya bersandar di sofa yang Rio gunakan untuk merebahkan tubuhnya. Angel mulai membaca buku yang sepertinya menarik.
Jam dinding terus berdetak memejah kesunyian di ruangan ini. Angel membaca tiap lembarnya dengan semangat sepertinya Angel tertarik dengan buku ini. Sudah 30 menit membaca Angel menutup bukunya.Rasa kantuk kini menyerang, Angel melihat jam dinding ternyata sudah jam sembilan lebih sepuluh menit.
"Sebaiknya aku melemaskan otot kaki ku ini biar nggak ngantuk"
Angel berjalan mengitari ruangan ini sembari merapikan ruangan ini tapi Angel tidak berani merapikan meja kerja Rio.
"Hoamm"
Angel merasa kepalanya mulai berat dan kelopak matanya ingin menutup.
"Ngantuk"
Angel mengucek matanya lalu kembali duduk lesehan di dekat sofa.
Senyum Angel menggembang saat melihat wajah lucu Rio yang tertidur seakan wajah galaknya hilang entah kemana. Perlahan tangan kanan Angel membelai lembut rambut kepala Rio. Angel merasa kalau Sena wanita yang beruntung karena mempunyai suami seperti Rio.
"Hoaamm"
Angel melirik ke arah jam dinding dan mendengus kesal karena baru satu jam tapi rasanya sudah dua jam lebih.
Dengan mata yang sudah sangat "sepat" untuk melihat dan tubuh ini terasa lelah, Angel masih berusaha untuk tetap menahan kantuk.
Satu jam berlalu
Angel tersenyum sudah dua jam Rio tertidur tapi Angel bingung harus membangunkan Rio dengan cara apa.
Angel menepuk pipi kiri Rio pelan tapi Rio tidak bangun.
"Kak.. kak Rio!!"
Angel memanggil nama Rio dengan suara yang agak keras tapi Rio masih tertidur pulas.
"Kak Rio ayo bangun!"
Masih tidak ada respon dari Rio. Angel mendengus kesal lalu dengan jari jempol dan telunjuknya Angel menjepit kedua lubang hidung Rio dan tak butuh waktu lama Rio terbangun dengan napas terengah-engah.
"Kamu ini!!"
"Abis kamunya nggak bangun-bangun sih"
Bela Angel dengan nada polosnya. Rio merasa kesal tapi dia juga tidak bisa marah karena dia juga harus meneruskan pekerjaannya. Angel nampak ngantuk berat.
"Kamu ngantuk?"
"Iya"
"Kenapa nggak tidur?"
"Aku kan sudah janji mau bangunin kak Rio kalau sudah dua jam.. hoamm"
Rio tidak tega melihat Angel seperti ini langsung menyuruhnya tidur.
"Tidur gih sudah malam"
"Aku mau buati kamu kopi dulu"
"Ya sudah terima kasih"
"Sama-sama"
...
Rio memasuki kamar, kedua mata Rio langsung melihat Angel yang terlelap. Rio menghampiri Angel, ia duduk di tepian kasur.
Rio melihat ponsel jadul yang hanya bisa menelefon dan mengirim pesan. Rio tahu ponsel itu milik Angel.
"Besok aku beliin yang baru"
Tangan kanan Rio membelai lembut wajah Angel. Melihat wajah Angel yang polos saat tertidur membuat Rio tersenyum. Perhatian yang Angel berikan seakan tahu yang dirinya butuhkan namun Rio tidak mau terus-terusan bersama dengan Angel. Rio ingin Sena cepat kembali serta berharap Sena berubah dan menjadi istri yang lebih baik lagi.
"Sorry El. Kamu jadi seperti ini, pasti kamu kangen orang tua mu yah? Kamu crpat hamil agar kamu cepat kembali ke orang tuamu dan aku bisa memeluk istri ku lagi"
Rio mengecup kening Angel angak lama. Kecupan dari Rio membuat Angel semakin terlelap dalam tidurnya.
...Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!