NovelToon NovelToon

Uncle Bram

1

"Kei, ini sudah siang. Cepat bangun!" titah wanita parubaya yang masih terlihat cantik walau sudah masuk kepala 4.

Dia terus menggedor pintu kamar putrinya, untuk membangunkan wanita cantik yang genap ber'usia 18 tahun. Ya siapa lagi kalau bukan si cantik Keinya Abraham.

"Mommy, aku masih mengantuk. Ijinkan aku tidur sebentar lagi." Keinya menjawab sambil berteriak.

"Kei, jika kau tak bangun dan tak turun dalam 15 menit, mommy akan membuang semua koleksi mu." Setelah mengancam putrinya Aysel kemudian turun untuk menuju dapur.

"Aishhh ... seharusnya aku menitipkan semua koleksi ku pada aunty Hana." gerutu Keinya sambil memaksakan dirinya berjalan kekamar mandi.

.

.

.

"Sayang, kau sudah membangungkan Keinya?" tanya Aska.

"Mas, kebiasaan kalau meluk suka tiba-tiba!" gerutu Aysel saat Aska memeluknya dari belakang.

"kamu tau mas? ... putrimu selalu membuatku naik darah setiap pagi."

"Sayang, biarkan Keinya bersantai dan menghabiskan waktu dikamarnya, sebelum dia pergi ke London dan memulai kuliahnya." ucap Aska. dia menenangkan istrinya yang terus menggerutu.

"Kamu selalu begitu mas, lihat! Keinya jadi gak disiplin!"

Cup. Aska mencium pipi Aysel dari samping, untuk membuat istrinya berhenti meng'gerutu.

"Buatkan mas kopi ya!" titah Aska sambil melepas pelukannya. kemudian Aska pergi ke ruang keluarga.

" Morning, dad?" sapa Raffa anak kedua Aska dan Aysel. Dia tersenyum pada Aska saat melihat Aska datang menghampiriya.

"Morning, boy." Aska pun mendudukan dirinya di sofa tunggal sebelah Raffa.

" Daddy, ini masih libur, boleh aku menjenguk granddad dan grandmom di Spanyol?" tanya Raffa penuh harap.

"Tidak Raffa, Kau selalu merepotkan grandad dan grandmom di sana." Aysel menyaut dari arah belakang sambil membawa kopi untuk Aska.

"Terimakasih, sayang," ucap Aska saat menerima kopi dari Aysel.

"Raffa, Kau tidak boleh kemana-mana. Dari kemarin kau sudah menghabiskan waktu mu untuk bermain, dan sekarang habiskan sisa liburan mu dengan belajar."

Raffa hanya mendengus mendengar perintah Aysel. Semua dirumah itu sangat mematuhi Aysel. Bahkan Aska sangat takut jika membuat Aysel marah. Walaupun Aska dan Aysel hidup bergelimang harta namun mereka tak memanjakan Raffa dan Keinya.

Bahkan semua keuangan Aska dipegang oleh Aysel, karna Aska selalu memanjakan kedua anak mereka.

"Morning?" ucap Keinya yang baru saja bergabung diruang keluarga. Dia langsung memeluk leher Aska dari belakang.

"Kei, kau sudah dewasa. Jangan terus bermanjaan dengan daddy mu!" perintah Aysel. Memang keinya lebih dekat dengan Aska, alasannya apalagi, kalau bukan karna Aska selalu memberi yang Keinya mau.

"Mommy, apa salahnya bermanjaan dengan daddy walau sudah dewasa, iya kan dad?" Jawab Keinya tak mau kalah. Aska sudah terbiasa mendengar perdebatan anak dan istrinya hingga dia lebih memilih diam.

"Tak ada bantahan, duduk yang benar!" tandas Aysel dengan nada tak ingin dibantah.

Keinya pun melepaskan pelukannya pada leher Aska. kemudian dia duduk disebelah Raffa.

"Daddy, apa kita jadi pergi hari ini?" tanya Keinya pada Aska.

"Kalian mau kemana?" tanya aysel menyelidik.

"Sayang, aku ingin mengajak Keinya dan Raffa latihan menembak."

"Tidak, tidak boleh ada yang keluar! ... Kei bereskan semua keperluanmu agar tak ada yang tertinggal. Dan ingat kau tidak boleh menyusahkan uncle Bram dan tanteu Tya disana!"

"Mommy, bisakah aku langsung tinggal di Apartemen saja." Pinta Keinya penuh harap. Keinya sama seperti Aysel dia biasa dengan kesendiriannya. Jadi saat Aysel menyuruh Keinya untuk tinggal dirumah Bram dia merasa sedikit keberatan.

"Kau baru boleh pindah ke Apartemen mu setelah kau terbiasa disana. Untuk sementara kau akan diantar jemput oleh uncle Bram dan setelah kau hapal semua rute, mommy akan membelikanmu mobil." Tandas Aysel dengam tegas.

Keinya pun hanya mendengus mendengar perintah Aysel yang sudah Final.

Sedangkan keluarga Bram di London ...

Bramantyo Aksen Hendrayan

lelaki parubaya yang kini ber usia 45 taun. Pengusaha sukses asal Indonesia yang kini menetap di London.

Semua menganggap Bram memililiki hidup sempurna, paras yang masih tampan, gagah di usia yang tak lagi muda. Harta yang berlimpah, istri yang cantik dan anak yang tak kalah cantik dari ibunya.

Namun mereka tak tau jika sebenarnya hidup nya tak sesempurna itu. Ada luka besar yang Bram simpan rapat sendiri.

Bram menikahi Mutiya April Ghaisani 12 taun silam, sebelum mereka menikah, mereka berpacaran selama 4 taun dan itu juga hanya ldr Bram di Indonesia dan Tya di Malaysia. Bram sangat mencintai Tya dan akhirnya Bram menikahi Tya. Bayangan Bram selama ini Tya adalah gadis baik lugu dan alim, tapi semua hal itu di patahkan ketika malam pertama mereka.

Dimana bram mengetahui dia bukan lah yang pertama untuk tya. Bram benar-benar kecewa pada awal nya. Namun rasa cinta yang besar pada Tya membuat Bram mau tak mau harus melupakan masa lalu Tya.

Awal nya dia seolah tak perduli tapi tetap saja sebagai pria dewasa yang normal bram benar benar kecewa pada Tya. Namun Bram tetap lah Bram dia tak menunjukan kecewanya, setiap hari dalam menjalani pernikahannya bersama Tya, Bram tetap menjadi Bram yang hangat dan penuh cinta. Dia tak menunjukan rasa kecewa nya pada istrinya apalagi diantara mereka hadir seorang putri bernama "Zalila Aksen Hendrayan"

Dua tahun setelah kehadiran Zalila putri mereka, Tya mulai berubah. Dia meminta dibuatkan perusahaan oleh bram yang bergerak di bidang perhiasan. Awal nya Bram keberatan dengan ide Tya, karna anak mereka masih membutuhkan perhatian Tya, namun Tya meyakinkan Bram bahwa dia takan lupa dengan kewajiban nya seorang istri dan seorang ibu dan akhir nya Bram pun luluh. Bram membuatkan perusahaan yang bergerak di bidang perhiasan untuk Tya di bawah naungan perusahaan nya. Awal nya Tya memang benar tak melupakannya tugasnya sebagai seorang istri dan ibu.

Namun dua tahun kemudian saat prusahaan yang di pimpin Tya maju, Tya mulai brubah. Dia selalu pulang malam, dan slalu bangun siang. Tya tak pernah lagi mengurus Zalila dan Bram, ketika Bram meminta waktu Tya untuk memperhatikan dirinya dan putrinya, Tya akan berbalik marah pada Bram dan ber ujung pada pertengakaran. Dan kini Bram menyerah membujuk Tya, dia lebih memilih mencurahkan perhatian yang lebih untuk putrinya, karna Bram tak ingin putri nya kehilangan kasih sayang sama seperti yang Bram rasakan dulu. Andai dulu tak ada Hana dan Bella di sisi nya mungkin Bram tak akan sekuat dan setegar sekarang.

Bram selalu menghidupkan suasana ketika sedang bersama Tya, Bram sadar 8 tahun ini hubungan nya terasa hambar bersama Tya. Karna Tya yang keras kepala. Tapi Bram tak ingin putrinya tumbuh dalam kelurga yang kurang kasih sayang. Sering sekali Bram menahan emosi nya karna Tya yang sudah berjanji akan pergi dengan Bram dan Lila tiba- tiba membatalkan janjinya dan tentu itu mengecewakan putrinya.Tya lebih mementingkan pekerjaannya di banding keluarganya.

Sampai suatu hari Zalila berkata.

" Papih apa mamih benci Lila ?"

Tentu itu sangat menyayat hati Bram. Penderitaan yang bram dulu rasakan karna tak ada ibu kandung di sampingnya sekarang pun harus kembali di rasakan oleh putrinya. Tanpa Bram sadari prasaannya pada Tya telah terkikis habis. Mungkin jika tak ada Lila Bram, juga tak mau repot-repot bertahan dengan tya.

.

.

.

.

.

"Lila, ini sudah jam 6 nak ayo bangun!" Perintah ayah Lila yang tak lain adalah Bram.

Bram dengan sabar membangunkan putri karna ingin mengajak nya ber'olahraga.

"Pih Lila masih ngantuk, hari ini hari Minggu. Bisa kah aku tidur lebih lama?" Pinta Lila gadis cantik 10 tahun enggan membuka matanya.

"Lila, papih akan mengajak mu ber'olahraga ayo bangun!... Papih tunggu di bawah, jika kau tidak bangun dalam 10 menit Papih akan memotong uang jajan mu!" ucap Bram, lalu keluar dari kamar Lila dan menunggu di bawah.

.

.

.

"Papih selalu saja mengancamku menggunakan uang jajan." Gerutu Lila. Mau tak mau gadis itu berjalan ke kamar mandi."

.

.

.

.

.

.

"Pagi sayang.?" Sapa Tya mengejutkan Bram yang sedang menalikan tali sepatu di sofa.

"Pagi Tya, tumben hari ini kamu dah bangun? " jawab Bram. Dan ada nada sindiran halus di dalam kalimat Bram.

"Aku akan ikut berlari bersama mu dan Lila." Jawab Tya lalu dia duduk di sebelah Bram.

Lalu tak lama pun Lila datang memakai setelan olahraga.

"Mamih ikut lari bareng kita?" tanya Lila yang merasa heran karna tak biasa nya Mamih nya ikut dan bangun pagi.

"Ya sayang ayo kita berangkat!" ucap Tya sambil merangkul pundak Lila.

Melihat pemandang itu tiba-tiba hati Bram menghangat, sudah sejak Lama mereka tidak pergi bersama.

.

.

.

.

.

"Pih, tungguin Lila!" teriak Lila yang baru saja menghentikan lari nya karna Bram berlari sangat cepat.

"Kamu cape Lila?" tanya Bram menghampiri Lila yang sedang mengatur napas nya.

"Gendong!" rengek Lila. Kemudian dia merentangkan tangan nya agar Bram menggendongnya.

"Lila kamu sudah dewasa nak, ayo jalan!" ucap Bram. Bram langsung mendahului lari. Bram tau sebenar nya Lila begitu bukan karna lelah, namun Lila kecewa karna Tya yang tadi nya pergi bersama mereka, ketika sampai di Taman malah duduk sibuk dengan handphone nya dan tak ikut berlari.

"Lila cape pih, Lila cape!" teriak Lila pada Bram yang mulai menjauh.

Mau tak mau bram pun menggendong lila.

"Lila, gak biasa nya baru 3 puteran kamu udah loyo? " Tanya Bram ketika menggendong Lila.

" Lila dah bilang pih, tadi Lila ngantuk Papih sih maksa Lila buat ikut!" jawab Lila yang membenamkan Wajah nya nya di pundak Bram.

"Kamu tunggu di mobil ya, papih mau ke Mamih dulu!" ucap Bram sambil menurunkan Lila dari gendongan nya.

"Hmmm." Jawab Lila. Anak itu langsung masuk ke dalam mobil ketika Bram sudah meninggalkan Lila. Lila pun menangis sesegukan dalam mobil.

.

.

.

.

.

"Tya?" panggil Bram sambil menepuk bahu Tya dari belakang.

"Sayang, mana Lila? kalian sudah selesai berlari?" tanya Tya sambil menaroh hape nya di saku nya.

"Tya bisa kah kamu lebih memperhatikan putri kita?... keluarga kita tak akan kekurangan walau kau tak bekerja. Dia masih sangat kecil dia butuh perhatian mu!" ucap Bram dengan nada lembut. Bram sengaja mengajak Tya berbicara di taman agar suasana nya bisa rilex, karna jika Bram mendiskusikan hal ini di rumah selanjutnya akan terjadi percekcokan antara Bram dan Tya, yang pasti akan terdengar oleh Lila .

"Bram bukan kah aku sudah bilang pada mu, aku berjanji akan mengajak Lila liburan saat waktu ku sudah senggang!" jawab Tya dengan nada ketus .

"Bram, minggu depan Keinya akan tinggal bersama kita, Lila pasti takan kesepian lagi." Tegas Tya yang langsung pergi meninggalkan Bram tanpa mendengar lagi jawaban Bram.

Bram pun hanya menghela napas kasar.

Saat di mobil hanya ada keheningan, Lila tertidur di belakang sambil memeluk boneka. Sedangkan Tya masih sibuk dengan gadget nya.

Setelah mereka sampai Bram mengajak Lila untuk sarapan.

.

.

" Maid, tolong antarkan sarapan ku kekamar!" Perintah Tya, sambil melewati Bram dan Lila yang tengah duduk di meja makan.

.

.

.

.

"Lila kak Keinya akan tinggal disini Minggu depan." Ucap Bram memecah keheningan karna Lila dari tadi hanya terdiam dan kurang bersemangat saat mengunyah makanan.

"Bener kan Pih?... kaka cantik mau tinggal disini?" Tanya lila antusias.

"Iya sayang, tapi inget ka Keinya disini sambil kuliah jadi kalau ka Keinya sibuk belajar kamu ga boleh ganggu ka Keinya ya!"

"Siap pih." Seketika Lila merasa sangat semangat dalam menghabisi sarapan nya. Terlihat jelas bahwa kehadiran Keinya sangat berpengaruh besar pada Lila.

Bram pun tersenyum lega melihat reaksi putrinya.

.

.

.

.

.

.

.

Indonesia

"Daddy aku boleh masuk?" tanya Raffa ank kedua Aska.

"Masuk lah nak!" Jawab Aska dari dalam ruang kerja nya.

.

.

.

"Daddy, mommy dan kaka sedang keluar Bukan kah daddy janji akan membelikan ku ponsel baru?" Tanya Raffa dengan nada datar. Raffa sama seperti Aska yang selalu bersikap datar dan tak pernah berbasa-basi.

"Raff, kau baru membeli ponsel keluaran terbaru dua bulan lalu. Mommy mu akan memarahi daddy jika tau Daddy membelikan mu ponsel baru lagi." Jawab Aska tegas dan fokus pada laptop nya.

.

.

.

"Bukan kah kemarin daddy berjanji padaku akan membelikan apa yang ku mau. Asal aku tak bilang pada mommy jika daddy membelikan kaka tiket konser BTS kelas Vip kemarin?" Jawab raka masih dengan wajah datar.

"Kalian merahasiakan apa dari mommy?" Tanya Aysel saat masuk ke ruangan kerja Aska. Dan menjawab perkataan Raffa sebelum Aska berbicara.

Seketika tubuh Aska dan Raffa pun menegang, ketika Aysel masuk ke ruangan kerja Aska.

Bukan hanya menegang napas, Aska bahkan seperti tercekat di tenggorokannya karna Aysel memandang mereka dengan tatapan tajam.

hallo gengs sebelum lanjut, kalian baca ini dulu ya. setelah kalian tamat baca Uncle Bram kalian baca novel ini ya. terimakasih

judulnya oh my Salsa

Hallo semua..jangan lupa vote dan komen ya. 🥰

Salsa mundar mandir di depan pintu. Rasanya, dia tidak sabar untuk menunggu suaminya kembali, ini sudah pukul 10.00 malam dan Kevin belum juga pulang, Dan rasanya Salsa ingin berteriak jika Kevin datang.

Salsa adalah tipe orang yang posesif pada suamiya, dia tidak menerima alasan apapun. Kevin harus pulang tepat waktu. H ubungan mereka baru saja membaik, karena seminggu lalu Kevin dan Salsa juga bertengkar cukup hebat, tentu saja karena Salsa yang selalu mengekang Kevin padahal Kevin ingin bertemu dengan teman-temannya.

Dan sekarang, sepertinya akan ada pertengkaran lag.

Salsa menghentikan langkahnya yang sedang mondar mandir, dia langsung membuka tirai ketika terdengar suara mobil dan benar saja itu adalah suaminya. hingga tak lama pintu terbuka muncul sosok Kevin.

Kevin sudah sangat lelah dengan pekerjaan dan dia sudah menduga Salsa akan seperti ini, rasanya dia ingin segera tidur, tapi dia tahu dia pasti harus menghadapi Salsa.

“Dari mana saja kau?” tanya Salsa yang langsung bertanya pada Kevin.

“Aku lembur Sayang," jawab Kevin, dia berusaha tersenyum ketika menatap istrinya. Sungguh Kevin tidak ada tenaga untuk menghadapi istrinya.

“Jika kau tidak percaya, kalu boleh cek CCTV kantor,” sambungnya lagi berharap Salsa tidak bertanya lagi. “Aku lelah, bolehkah aku langsung tidur?“tanya Kevin, hingga Salsa menggangguk.

Amarah yang di rasakan Salsa karena Kevin pulang terlambat hilang begitu saja saat melihat raut wajah Kevin yang lelah. Dia tidak tega untukmengintrogasi suaminya.

Kevin menghela nafas lega ketika dia tidak harus meladeni Salsa, lelaki itu langsung berjalan untuk masuk ke dalam kamar. Saat masuk ke dalam kamar, Kevin langsung membuka seluruh pakaiannya kemudian dia berjalan ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya.

Sedangkan Salsa yang juga ikut masuk ke kamar langsung melakukan aktivitasnya seperti biasa. Salsa akan mengecek semuanya, dari mulai ponsel Kevin, tas pakaian dan lain-lain.

Salsa melakukan ini bukan tanpa alasan, dulu Sebenarnya sebelum menikah dengan Kevin, dia hampir menikah dengan Nino kekasihnya. Namun sebelum menikah, tiba-tiba Nino membatalkan pernikahan mereka karena ternyata Nino sudah menghamili wanita lain.

Hancur, tentu saja Salsa sangat hancur dia mengalami trauma mendalam tentang penghianatan dan saat itu Kevin datang menggantikan Nino karena acara tidak mungkin dibatalkan, undangan sudah disebar hingga akhirnya mereka resmi menjadi suami istri.

2 tahun pernikahan, Kevin dan Salsa sama-sama acuh dalam artian kata, mereka seperti bukan suami istri karena memang pernikahan mereka tidak direncanakan. Namun seiring berjalannya waktu, cinta mulai tumbuh di hati keduanya dan ketika cinta Di hati Salsa mulai tumbuh untuk Kevin, Salsa mulai protektif pada suaminya apalagi banyak sekali wanita-wanita yang mendekati Kevin terlebih lagi Kevin menjadi pemimpin perusahaan dan bekerja sama dengan banyak rekan kerja baik itu wanita atau pun lelaki.

Beberapa kali ada wanita yang mendekati Kevin secara terang-terangan dan itu membuat Salsa semakin protektif, apalagi Kevin adalah tipe orang yang ramah dengan artian kata dia tidak pernah bersikap dingin pada lawan jenisnya, karena Kevin benar-benar menghormati rekan bisnis dan teman-temannya. Tapi Kevin selalu meyakinkan pada Salsa, bahwa dia tidak akan pernah menghianati Salsa.

Dan seminggu kemarin, mereka kembali bertengkar karena teman wanita Kevin memaksa Kevin untuk datang dan berkumpul dengan teman-temannya yang lain, dan akhirnya pertengkaran itu kembali terjadi, karena yang jadi masalah, teman-teman Kevin tidak menginginkan Salsa ataupun kedua anak mereka ikut.

Hingga pada akhirnya mereka kembali berdebat. Tapi seperti biasa, Kevin kembali mengalah.

Salsa membuka seluruh tas Kevin, kemudian dia meneliti satu persatu isi tas suaminya, tapi tidak ada yang aneh, dan tak lama dia beralih pada kemeja yang tadi dipakai oleh suaminya dan sama sekali tidak ada yang aneh dan terakhir, Salsa langsung menggeledah ponsel Kevin dan seperti biasa, tidak ada yang aneh

Dan tak lama Kevin keluar dari kamar mandi, dengan cepat Salsa melepaskan ponsel Kevin dan menyimpan di tempat semula.

“Dad, kau lapar?” tanya Salsa. Walaupun mempunyai sikap yang protektif, tapi Salsa selalu berusaha menjadi istri dan ibu yang terbaik. Dia mengurus kedua anaknya dan suaminya dengan tangannya sendiri, menyiapkan semua yang dibutuhkan suami dan kedua anaknya dengan sempurna

Kevin tersenyum kemudian menggeleng. “Tidak, Aku ingin tidur. Ayo kita tidur,” kata Kevin yang mengulurkan tangannya pada Salsa dan mereka pun langsung naik ke ranjang.

Waktu menunjukan pukul 12.00 malam, Salsa terbangun ketika mendengar suara ponsel Kevin yang berbunyi, dia pun langsung meraih ponsel tersebut kemudian mengerutkan keningnya saat ada nomor yang tidak dikenal mengirimkan pesan pada suaminya.

Lalu, Salsa pun langsung membuka pesan tersebut. ‘Tuan Kevin terima kasih atas bunganya. Aku menyukainya.’ Tulis orang itu. Mata Salsa membulat saat melihat pesan tersebut dan yang lebih membuat Salsa lebih terkejut adalah wanita itu bukan hanya mengirimkan pesan saja. Namun juga mengirimkan foto sedang memegang buket Bunga dari suaminya.

Rupanya, wanita itu adalah rekan bisnis Kevin. Kevin mengirim karangan bunga itu untuk mewakili dirinya yang tidak bisa menjenguk, sebab wanita itu sedang berada di rumah sakit.

“Kevin!” teriak Salsa. Teriakan Salsa membuat Kevin yang sedang tertidur langsung terbangun.

“Ada apa ... ada apa?” tanya Kevin, dia yang baru saja terlelap tentu saja langsung terkejut ketika mendengar suara Salsa yang berteriak.

“Apa ini!” Salsa berteriak kemudian dia melemparkan ponsel. Lalu setelah itu, Kevin langsung melihat ponselnya.

Kevin menghela nafas. Padahal dia sudah meminta untuk rekan bisnisnya ini tidak mengucapkan apapun.

”Aku hanya merasa bersalah karena tidak bisa menjenguknya. Sedangkan rekan bisnis yang lain menjenguknya di rumah sakit dan aku ....”

“Apa kau harus memberikan bunga!” teriak Salsa.

“ Oh jadi begini kelakuanmu ...." Salsa mengumpat semua umpatan keluar dari mulutnya, hingga rasanya Kevin yang masih lelah dan baru saja terlelap langsung merasakan emosi yang membara.

“Salsa!" Bentak Kevin, membuat Salsa langsung terdiam, wanita itu menatap Kevin dengan tatapan tak percaya. Selama 12 tahun pernikahannya mungkin inilah pertama kalinya Kevin membentaknya.

“Kau berani membentakku?” tanya Salsa dia masih menatap Kevin dengan tatapan menantang.

“Apa kau tidak berpikir kau sudah keterlaluan!” teriak Kevin, wajahnya menatap Salsa dengan penuh amarah.

“ Kau Yang keterlaluan!” teriak Salsa lagi, keduanya sama-sama tidak mau mengalah.

“Apa kau tidak berpikir bahwa aku tertekan hidup denganmu. Semua harus segala menurut padamu dan aku harus mengikuti perintahmu, aku seperti suami yang tidak mempunyai harga diri!” teriak Kevin lagi. “Setiap hari, aku bekerja untuk kalian dan kau masih mencurigaiku. Aku ini lelaki butuh pertemanan, butuh relasi rekan bisnisku juga tidak hanya lelaki dan kau ingin aku membatasinya juga!’

Salsa terdiam ketika melihat Kevin emosi. sejujurnya dia takut ketika Kevin seperti ini, tapi harga diri Salsa begitu tinggi.

“Lalu sekarang kau mau!” apa teriak Salsa lagi.

“ Berpisah! Ayo kita bercerai!"

Tubuh Salsa diam mematung ketika mendengar itu, nafas wanita itu mendadak tidak beraturan. Semarah-marahnya dia pada Kevin, tapi dia tidak pernah berpikir untuk bercerai. Apalagi mereka mempunyai dua anak yang berusia 10 tahun dan juga 6 tahun.

”Kenapa, kau berpikir aku takut menceraikanmu?’ tanya Kevin dengan sinis, membuat Salsa tersadar. Rasa sedih yang barusan dia yang menghinggapinya berubah Karena Kevin meledeknya seolah dia takut untuk di ceraikan.

Salsa langung merubah raut wajahnya. “Tidak, Siapa juga yang takut, jika kau ingin pergi pergi saja sana!” teriak Salsa. Tanpa pikir panjang, Kevin langsung memakai mantelnya, kemudian dia menyambar kunci mobil. Lalu keluar dari kamar dan membanting pintu, Kevin juga tidak sadar telah mengatakan cerai pada Salsa.

Bagaimana mungkin Dia bercerai dengan istrinya, ketika perusahaan yang dia kelola adalah milik keluarga Salsa. Dia hanya sedikit emosi karena sepertinya Kevin sudah mencapai titik lelehnya, dan ketika Kevin keluar tiba-tiba tubuh Salsa ambruk di lantai, kata-kata cerai itu benar-benar membuat Salsa takut. Bagaimana jika ucapan Kevin serius.

Kevin menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, rasanya ada sedikit penyesalan ketika dia mengatakan seperti itu pada Salsa, tapi di sisi lain Kevin juga ingin Salsa tidak bersikap seperti itu, dan dia berpikir dia akan memberikan pelajaran untuk Salsa agar Salsa tidak terus menekannya.

Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang akhirnya mobil yang dikendarai Kevin sampai di rumah orang tuanya, dia pun langsung turun kemudian berjalan masuk.

“ Kevin Kenapa kau kemari?” tanya Aurel yang tak lain ibu Kevin.

“Aku lelah, Mom. Apa bisa aku langsung beristirahat?” Kevin terlalu lelah untuk menjelaskan pada sang Ibu, hingga Dia pamit untuk pergi ke kamarnya.

“Apa Salsa bersikap seperti itu lagi?” tanya Aurel.

“Apa Salsa masih tidak berubah?” seharusnya kau ceraikan saja Salsa," sambungnya lagi Karena memang sedari dulu dia tidak menyukai Salsa dan selalu berpura-pura baik di hadapan menantunya. Dia tidak pakal karena melihat Salsa terlalu dominan.

Terkadang dia juga mengenalkan Kevin pada wanita lain yang sepadan dengan Salsa. Namun karena Kevin setia, Kevin tidak pernah mau menerima usulan ibunya.

“Mom, aku ingin kamar. Akh akan menjelaskan besok," kata Kevin yang tidak mau meladeni ibunya. Aurel menggangguk Karena tidak memaksa Kevin untuk bercerita.

malam berganti pagi

Salsa terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba dia merasakan tubuhnya sangat lemas, dan tak lama Salsa merasa kepalanya berputar-putar, wanita itu juga memegang perutnya yang terasa mual. Dengan pelan, Salsa berjalan ke arah kamar mandi, kemudian berusaha memuntahkan isi perutnya. Tapi tentu saja karena baru bangun tidak ada yang dia muntahkan.

Salsa menyandarkan tubuh ke belakang. Dia memegang perut yang masih terasa bergejolak, kesedihan langsung menghinggapinya teringat rencananya kemarin. Sebenarnya kemarin dia ingin memberitahukan pada Kevin bahwa dia sedang mengandung, tapi karena Kevin pulang larut dan Karena Kevin terlihat lelah, Salsa menundanya Namun ternyata mereka harus terlibat perdebatan.

“ Mommy .... Mommy.” Terdengar suara kalindra, bocah lelaki yang kini menginjak 10 tahun dan Kalindra juga anak pertama.

“Kalindra, Mommy di sini," kata Salsa hingga Kalindra pun berjalan ke arah kamar mandi.

” Mommy!” pekik Kalindra saat melihat Salsa seperti tidak berdaya. Salsa tersenyum, ketika melihat Kalindra.

“Apa Mommy baik-baik saja?” tanya Kal, ”Apa Mommy seperti ini karena Daddy?” tanyanya lagi.

“Kenapa kau bertanya seperti itu?” tanya Salsa yang bingung

“Aku semalam mendengar Daddy berteriak pada Mommy,” jawabnya.

“Tidak, itu bukan apa-apa kami hanya sedang berdebat kecil.” Semarah-marahnya Salsa pada Kevin, tapi dia tidak ingin membuat kedua anaknya membenci ayahnya.

Sebulan kemudian

Tidak terasa Ini sudah satu bulan berlalu semenjak pertengkaran itu, dan selama satu bulan ini Kevin tidak pulang. Sebulan ini pula Salsa tidak menghubungi suaminya dia masih merasa gengsi karena dia tidak mau Kevin semakin besar kepala

Namun semalam Alona, Putri bungsunya demam terus memanggil nama Kevin, hingga mau tak mau Salsa harus menyusul Kevin, karena ternyata Kevin juga memblokir nomornya.

Dan sekarang di sinilah Salsa berada, di kantor suaminya. Salsa pun masuk ke dalam hingga semua staf menyapa. Saat keluar dari lift, tiba-tiba Salsa menghentikan langkahnya saat melihat Kevin yang sedang berjalan dengan seorang wanita yang saat itu mengirimkan pesan dan berterima kasih karena telah dikirimi bunga.

Begitupun dengan Kevin yang juga menghentikan langkahnya, tidak ada raut terkejut dalam diri Kevin saat melihat Salsa, dia bahkan sengaja mendekatkan tubuhnya Davika yang tak lain rekan bisnisnya.

”Untuk apa kau kemari?" tanya Kevin dengan dingin. Rasanya, dia masih ingin memberi pelajaran pada istrinya.

Salsa tersadar. Dia berusaha menegarkan hatinya. “Alona demam, tolong pulang.”

“Aku tidak bisa, nanti saja. Ayo nona davika.” Dengan santainya, Kevin merangkul pinggang Davika. Lalu melewati tubuh Salsa begitu saja dan ketika lift tertutup, Salsa langsung memegang pinggiran dinding, karana dia tidak sanggup menahan kakinya.

Nafas Salsa memburu, dia langsung memegang pinggiran dinding. Jangan ditanyakan betapa hancurnya Salsa sekarang, yang pasti dia benar-benar merasakan hancur.

Ketika cukup lama terdiam, dengan rasa sakit yang luar biasa, Salsa memutuskan untuk pulang dan ketika berada di basement, Salsa menghentikan gerakannya ketika merasakan perutnya keram, dan tak lama Salsa melihat ke arah bawah di mana ada darah yang mengalir di pahanya, hingga ....

2

Aysel pun duduk di sofa sebelah meja Aska, dan menatap Raffa dengan tajam.

"Raffa, kembali ke kamar mu, mommy akan mengetes mu bahasa Cina nanti sore. Hapalkan semua yang belum kamu hapal!" titah Aysel dengan tajam.

"Yank kita ga ngerahasia in apa-apa ko beneran." ucap Aska yang salah tingkah lalu duduk di sebelah Aysel.

"Mas, aku kan dah bilang sama kamu, apa mau nya anak itu ga selalu harus di turutin. Kamu baru aja beli semua yang Keinya mau sebulan lalu. Terus kamu beliin lagi tiket konser. Aku tau mas uang segitu gak ada apa- apanya buat kita, tapi kamu mikir gak sih kalau kamu terus manjain anak kita, anak kita nanti gak tau apa yang namanya tanggung jawab, gak tau gimana rasanya ngejaga sesuatu dan bla bla bla," cerocos Aysel panjang lebar.

Dan ucapa Aysel sukses membuat Aska kalang kabut.

Aska pun sedikit membungkuk melepaskan sandal Aysel. Lalu membawa ke dua kaki Aysel ke paha nya, dan memijitnya dengan perlahan.

.

.

.

"Kamu habis pergi kemana sama Keinya?" tanya Aska mengalihkan pembicaraan dan tangannya terus memijat kaki Aysel.

"Aku ngajakin Keinya hang out sama Hana, Hana mau beliin sesuatu buat Lila."Jawab Aysel antusias melupakan bahwa dirinya tengah menceramahi Aska.

"Yank kamu yakin mau pake Pesawat biasa, gak akan pake jetpri?"

"Gak lah, cuman ber dua ini sama Keinya. Kamu bawa Raffa ke kantor besok, jangan biarin Raffa sendiri! " titah Aysel pada Aska.

"Tunggu aku kan belum selesai bicara sama kamu!" ucap Aysel lagi, yang baru menyadari jika dia harusnya masih marah atas kelakuan suaminya yang memanjakan anaknya.

Aska yang tadi nya senang karna Aysel melupakan amarah nya. Tiba-tniba lutut nya merasa melemah lagi. karna ternyata istrinya masih mengingatnya.

"Kamu bener-bener gak kapok mas, kamu ga pernah dengerin aku. Malam ini kamu tidur di kamar Raffa!" Ucap Aysel sambil menganggkat kaki nya dari paha Aska Lalu keluar meninggalkan Aska.

"Yank tungguin yank!" teriak Aska sambil mengejar Aysel, namun Aysel langsung menutup pintu kamarnya dengan keras dan menguncinya.

"Yank buka yank!" dengan pasrah, Aska terus menggedor pintu kamarnya.

.

.

.

"Daddy ada apa ? kenapa daddy mengetuk pintu kamar daddy sendiri?" Tanya Keinya yang baru saja datang dari bawah dan melihat heran ke arah Aska.

.

.

"Kei, mommy mu mengetahui jika daddy membelikan mu semua yang kamu mau," jawab Aska sambil terus mengetuk pintu kamarnya.

Ceklek

Pintu terbuka sebelum Keinya membalas ucapan Aska. Dengan cepat Aska pun masuk ka kamarnya sebelum di kunci lagi oleh Aysel.

Sedangkan Keinya hanya geleng-geleng melihat tingkah Aska.

.

.

.

"Sayang?" ucap Aska yang memeluk Aysel dari belakang.

"Hmm." jawab aysel.

"Udah ya jangan marah lagi, besok kan Keinya udh berangkat, kamu juga nemenin keinya disana beberapa hari jadi ..."

"Jadi apa?" tanya aysel.

Tanpa menjawab ucapan Aysel tangan Aska sudah menggerayangi tubuh Aysel.

Mereka memang sangat hobi ber olahraga, hingga mereka mempunyai gairah yang kuat walau umur mereka tak lagi muda.

"Mas, masih siang!!" Protes Aysel.

"Ga masalah sayang. Nanti kita main sampai malam." Jawab Aska sambil memangku Aysel dari belakang dan membaringkannya di ranjang.

.

.

.

.

Kesokan hari nya Keinya dan Aysel baru saja tiba di pintu kedatangan di bandara London.

Aysel langsung berlari memeluk Bram, meninggalkan keinya yang berjalan santai.

"Gimana kabar lu Bram?" Tanya Aysel saat memeluk Bram.

"Gue baik, gimana kabar lu?" Jawabnya sambil melepaskan pelukan nya pada Aysel.

"Gue baik, mana Tya sama Lila?" Tanya Aysel yang hanya melihat Bram dan tak melihat Tya dan Lila.

"Lila di mobil, Tya biasa lah"

Keinya pun mendekat ke arah Bram dan Aysel.

"Hallo, Uncle Bram?" sapa Keinya sambil menatap wajah Bram.

Bukan nya menjawab Bram malah memeluk Keinya.

"Ya ampun Kei, kamu jadi tambah cantik. Uncle jadi pangling setelah 5 Tahun Uncle ga ngeliat Keinya" Bram pun melepaskan pelukannya pada Keinya.

Walau pun Aysel dan Hana sering mengunjungi Bram, namun Aysel sama sekali tak pernah mengajak Keinya jika bertemu Bram. Dan saat ini sebagai pria normal Bram sangat mengagumi semua yang ada pada diri keinya.

Mata mereka saling mengunci

dan.

DEG

DEG

jantung Keinya berdetak dua kali lebih cepat karna ini pertama kali nya Keinya di peluk orang lain selain Aska dan Joe. Joenathan sering berkunjung ke Indonesia untuk bertemu Raffa dan Keinya dan juga Joenathan tengah berpacaran dengan wanita asal Indonesia. Jadi Keinya memang sangat dekat dengan Joe, dan tetap memanggil Joe daddy.

Bagi Keinya terasa aneh ketika Bram memeluk nya. Namun dengan cepat Keinya merubah mimik muka nya menjadi biasa saja.

3

Setelah saling menyapa, mereka pun keluar dari Bandara.

.

.

.

"Hay sayang nya aunty, apa kabar?" tanya Aysel yang baru saja bertemu Lila di depan pintu mobil Bram.

.

.

Sangat baik aunty, aunty juga apa Kabar?" tanya Lila kembali sambil memeluk Aysel.

Sdangkan Bram dan Keinya masih berjalan di belakang.

Aunty sangat baik sayang, kamu masih ingat ka Keinya kan Lila?" tanya Aysel yang menunjuk Keinya ke arah belakang.

Tentu, aku masih ingat ka Keinya."

.

.

.

Hai lila?" sapa Keinya yang baru saja menghampiri Lila dan Aysel.

"Hai ka Kei." Lila pun memeluk Keinya.

"Ayo masuk kita pulang ke rumah sekarang!" titah Bram sambil memasukan koper milik Keinya ke bagasi.

.

.

.

"Bram, lu ga pernah pake sopir?" tanya Aysel yang duduk di sebelah Bram, sedangkan Keinya dan Lila duduk di belakang.

"Gak, lu tau kan dri dulu gwe lebih suka nyupir sendiri, si Hana gak lu ajakin kesini?" tanya Bram sambil mata nya fokus mengemudi.

"Dia sih mau, cuman si Gio lagi sakit. Ga mungkin kan dia ninggalin anaknya yang sakit ...Tya tau gue sama Keinya kesini hari ini?" tanya aysel sambil memandang Bram.

"Tya tau, tapi udah dua hari dia gak pulang, katanya ada pameran perhiasan di Jepang." ucap Bram pelan dan tetep fokus mengemudi.

Sedangkan Keinya dan Lila sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.

Maafin gwe Bram, harus nya dulu gwe ceritain semua ke elu, harus nya dulu gwe ambil resiko elu benci gwe, dari pada sekarang ngeliat lu sama Lila kaya gini. " ucap aysel dalam hati, aysel benar-benar merasa bersalah tak memberi tau Bram yang sesungguhnya.

.

.

.

Akhir nya mereka pun sampai di kediaman Bram.

.

.

Kei kamu mau langsung istrahat atau mau makan dulu?" tanya Bram saat masuk rumah. "Kalau kamu mau langsung istirahat Uncle anterin ke kamar mu?" tanya Bram lagi.

Sedangkan Aysel dan Lila masih brada di luar rumah.

"Uncle, aku akan beristirahat, setelah istirahat aku akan makan." jawab keinya sambil memandang Bram.

"Baiklah Uncle akan mengantarkan mu ke kamar mu." Bram pun mengacak gemas rambut Keinya.

Keinya yang kaget atas perlakuan Bram langsung memandang intens Bram, dan Bram pun memandang Keinya.

Tatapan mereka terkunci dalam beberapa detik.

DEG

DEG

DEG

Ada getaran aneh di hati Bram saat memandang mata hazel milk Keinya, namun dengan cepet Bram memutus pandangannya dan menuntun koper Keinya untuk ke kamarnya.

.

.

.

.

.

Malam hari

"Ka Keinya." Panggil Lila saat masuk ke kamar Keinya.

Ada apa Lila?" tanya keinya sambil tersenyum

"Kaka, Papih dan Aunty sedang menunggu di meja makan, ayo kita makam malam!" jawab lila sambil menarik tangan Keinya.

Keinya pun tersenyum ketika Lila menarik tangannya, dia sangat bahagia ketika Lila bisa akrab dengan nya. Mungkin karna di rumah dia selalu bertengkar dengan Raffa dan sekarang dia merasa Lila bisa menjadi adik nya menggantikan Raffa yang selalu berdebat dengannya.

.

.

.

.

Ketika sampai di meja makan, mata keinya membulat sempurna. Makanan di meja adalah makanan sehat semua. Bahkan selama hidupnya Keinya jarang sekali makan sayur dan sekarang dia harus membiasakan mengikuti aturan makanan Bram.

"Kei, kenapa terus memandang makanannya, ayo makan!" titah Bram yang melihat Keinya hanya memandang makanan tanpa minat.

"bram dia gak pernah makan sayur." jawab

aysel sambil mengunyah makanannya.

"Harusnya lu ngajarin Keinya makan sayur Bel dari kecil," ujar Bram.

"Keinya kau ingin makan sesuatu biar maid yang buatkan sekarang.

"Nasi goreng aja pih, iya kan ka Kei." Timpal Lila yang juga merasa sangat bosan akan makanan yang didepannya.

Keinya pun peka dengan apa yang di ucapkan Lila dan apa yang diinginkan Lila.

" Iya aku ingin makan nasi goreng uncle."

"Baiklah, Uncle akan menyuruh maid memasakan nya." Bram pun berniat bangkit dari duduknya untuk memanggil maid.

"Uncle, bolehkah aku memasak nasi goreng sendiri?" ucap keinya menghentikan bram yang akan bangkit dari duduknya.

"Bell?" Panggil Bram pada Aysel.Dia menatap Aysel seolah menanyakan apa Keinya boleh memasak sendiri.

"Ga apa-apa Bram, dia emang udah biasa masak sendiri."

"Pih, boleh Lila nemenin ka Keinya masak di dapur? " tanya Lila penuh harap.

"Iya tapi gak boleh megang pisau ya!" jawab Bram sambil tersenyum.

.

.

"Bell, seriusan Keinya sering masak sendiri"? tanya Bram. Bram merasa heran sekaligus takjub dengan Keinya.

"Lu tau gwe ga pernah manjain anak- anak gwe, kita selalu makan apa yang bibi masak. Tapi kalau mereka mau makanan yang lain mereka gwe suruh masak sendiri," ujar Aysel sambil terus mengunyah makanannya.

"Lu ga pernah ngelarang kalau Keinya sama Rafa makan makanan gak sehat, " tanya Bram heran. Sampai sekarang dia selalu aneh ketika orang lain memakan makanan yang tidak sehat.

"Gak lah, Keinya sama Rafa selalu olahraga bareng daddy mereka. Jadi ga ada salahnya mereka makan apa yang mereka mau," ujar Aysel santai.

Bram hanya geleng- geleng kepala melihat ekpresi Aysel yang santai. Karna Bram selalu menyuruh keluarganya untuk makan sehat, berbeda dengan Aysel yang cuek tentang makanan.

.

.

.

Di dapur

"Ka Kei, boleh Lila mencicipi nasi goreng buatan kaka?" tanya Lila yang tergoda saat melihat nasi goreng buatan Keinya.

Tentu Lila, Kaka membuat nasi goreng untuk ber dua," jawab keinya sambil tersenyum ke arah Lila.

"Tapi ka Kei."

" Bagaimana kalau kita makan nasi goreng di kamar Kaka." Keinya yang menebak jika Lila takut makan di hadapan Bram, karna Bram tak perna mengijinkan Lila makan-makanan yang mengandung minyak.

Mereka pun berjalan ke kamar Keinya,sambil membawa nasi goreng beserta jus.

.

.

.

.

Sesudah makan malam Aysel memilih kembali ke kamar tamu. Dan Bram kembali

keruang kerja :nya.

Namun karna Aysel tak bisa memejamkan mata nya. Aysel memutuskan untuk menghampiri Bram di ruang kerjanya.

.

.

.

Mau tau kan gimana rahasia Tya di masa lalu

mau up besok atau nanti malem?

yah pilihan ada di tangan kalian hahahah

spam coment ya kalau bisa haha

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!