NovelToon NovelToon

Mengasuh Calon Istri

Menyelamatkan bayi mungil

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Seorang remaja SMK yang baru saja merayakan kelulusannya.

Terlihat dari seragamnya yang penuh coretan warna-warni.

Lelaki berbadan tinggi dan kurus itu, dengan rambut sedikit memanjang. Terlihat dari poni yang hampir melewati alisnya yang tebal dan hitam.

Hidung mancung dengan bibir tipis, nampak serasi dengan kulitnya yang kuning langsat.

Terlihat ia memacu kendaraan roda duanya dengan kecepatan tinggi, membelah malam yang semakin pekat dan jalanan yang mulai sepi.

Karena ia melewati jalur tikus agar tidak tercium pihak berwajib yang suka patroli malam, mencari anak muda yang suka balapan liar, termasuk geng-geng motor.

Namun ia pulang larut malam bukan karena keduanya.

Meski tampang nya terlihat selengean tapi sebenarnya ia anak muda yang patuh peraturan.

Semua ini karena beberapa temannya tak mengindahkan peraturannya, mereka mencoba mabuk-mabuk kan dengan membuat minuman oplosan.

Hingga menjadikan raga mereka terkapar di ruang instalasi gawat darurat sebuah rumah sakit unit daerah.

Untung saja,malaikat maut masih enggan mencabut nyawa mereka.

Mungkin tidak elit mencabut nyawa bocah ingusan yang mabuk karena minuman murahan.

Andra El Barack, adalah nama bocah di atas vespa merah yang ngebut itu.

Dua hari lagi usianya genap 18 tahun. Ia terus tancap gas, berharap secepatnya sampai di rumah, karena takut membuat umma nya khawatir.

Ia sudah cukup lama berada di luar rumah dan semua ini tak sesuai janjinya.

Ya, Andra memang remaja penurut ia selalu menepati janjinya pada siapapun, terutama umma.

Sosok perempuan hebat yang telah melahirkannya, dan berjuang seorang diri membesarkannya dan juga adik lelakinya.

Karena abuya( panggilan untuk orang tua laki-laki,sama seperti ayah,atau abi)telah berpulang kerohmatullah sejak 10 tahun lalu.

Di jalan yang minim pencahayaan itu, Andra terus memacu kendaraannya.

Pohon-pohon besar menjulang di setiap sisi jalanan yang panjang dan sepi itu.

Ada belokan di depan namun anak ini tetap tidak menurunkan kecepatan akan laju kendaraannya.

Hingga,

Ckiitt...

Brakk

"Aduh!"

Andra memekik ketika ia terjungkal bersama motornya,bkakinya tertimpa body motor. Untung saja ia mengerem hingga tidak mengakibatkan luka dan kerusakan serius pada motor esteticnya itu.

"Astagfirullah! Perasaan tadi gak ada apa-apa," pekiknya sambil berusaha bangun dan mendirikan motornya yang terjungkal.

" Kira-kira tadi orang apa mbak kun ya?"

"Ish, gua gak takut kalo cuma si kun-kun."

Sambil bermonolog sendiri, Andra menghampiri sosok samar yang tergeletak di tengah belokan tadi.

Namun, tiba-tiba Andra menghentikan langkah kakinya.

Ia terlihat menyadari sesuatu.

"Gimana kalo itu begal? bisa di ambil tuh, si Semok gua, ah gua kagak rela,"

"Ini pasti akal bulus komplotan mereka."

Andra hampir saja balik badan ketika ia mendengar sayup-sayup suara perempuan.

"Tapi, kalo tadi yang gua serempet orang beneran, gaswat! Bisa di BAP gua. Enggak, enggak! Nginep di hotel prodeo gak masuk dalam list cita-cita gua."

Setelah di rasa cukup berdebat dengan hati kecilnya.

Andra memutuskan kembali menghampiri sosok yang tergeletak itu, sambil komat-kamit merapal doa yang ia bisa.

Terlihat sosok yang tergeletak itu, berpakaian panjang tertutup hingga ke ujung kaki.

Dengan baju besar dan penutup kepala yang lebar.

Terlihat seperti sedang memeluk sesuatu atau seseorang?

"Astagfirullah! Ternyata gua nabrak orang!"

"To-tolong..., eh gua mau minta tolong ama siapa sepi banget gini?"

Andra nampak bingung, terlihat ia menggaruk kasar rambutnya.

Kemudian ia memberanikan diri berjongkok agar dapat melihat, korbannya itu masih selamat atau tidak.

"Tolooonggg....," lirih suara perempuan yang tergeletak itu.

"Ya Allah, Bu, eh, Mbak. Ma-maaf saya gak sengaja." Andra meringis sambil menyibak kerudung yang menutupi wajah perempuan itu.

(Masyaallah...cantik)

"Maaf, saya rasa tadi saya udah banting stang, ternyata..."

"Saya antar ke rumah sakit ya, Mbak. Mari saya bantu berdiri."

Dengan raut wajah yang menyiratkan penyesalan penuh.

Andra berusaha memegang bahu wanita itu berniat untuk membantunya bangun.

Namun, ia terkesiap tatkala tangannya berlumuran darah.

Karena wanita ini berpakaian syar'i,Andra tak dapat melihat dimana luka itu sebenarnya. Mengapa wanita ini berkubang dalam darahnya sendiri?

Apakah separah itu? Ia merasa hanya menyerempet saja tadi.

Wanita itu menggeleng lemah,nafasnya tersengal.

Kemudian ia menyerahkan sesuatu yang sedari tadi di dekap nya dengan erat.

"Selamatkan dia...,"

"Ku mohon," lirih terdengar suara dari wanita itu, sekuat tenaga ia berbicara sambil menahan rasa sakit di tubuhnya.

Ia mengarahkan mahluk kecil yang meringkuk di dalam bedongan hangat itu. Membuat Andra yang tak siap, menangkapnya dengan gelagapan.

Andra menjengit kaget dengan netra membola, tatkala ia mengetahui apa yang ada di gendongannya kini.

"Selamatkan saja, nyawa anakku, tolong...,"

"Ku rasa ini sudah waktunya ajal menjemput ku...,"pinta wanita itu dengan wajah yang bersimbah air mata, sepasang netra yang sayu itu nanar memohon, dengan sebelah tangan menggenggam erat lengan Andra.

Sepertinya ia merasa, bahwa ajalnya sudah sangat dekat.

Andra mematung, tubuhnya kaku dan lidahnya terasa kelu.

Ia ingin menolak, bahkan dengan sekuat tenaga ia berusaha mengeluarkan suaranya.

" Ta-tapi...,"hanya sepatah kata itu yang mampu di keluarkan lidahnya.

Bahkan tenggorokannya terasa kering, seakan rongga mulutnya tak lagi memproduksi saliva.

"Semua identitasnya ada di dalam bedongan itu..." tutur wanita itu dengan sekuat tenaganya, terlihat dari caranya yang sesekali memejamkan mata.

Andra memberanikan membuka penutup kepala dari mahluk yang berada di dalam dekapannya.

Seraut wajah mungil dengan kulit memerah, matanya masih terpejam damai, seakan tak menyadari apa yang terjadi saat ini.

Hidung dan bibir yang begitu mungil, serta kedua pipi dan dagu yang bulat, begitu cantik dan menggemaskan.

Apakah ia akan kehilangan ibunya?

Di saat tubuhnya masih sekecil ini?

Dan, itu semua karena salah ku.

Perang di dalam batin mulai bergejolak, mencuat kan rasa sesak penyesalan dan bersalah yang teramat sangat.

"Beri...kan...lah... ia...kasih sayang dan lindungilah,"

Ucapan wanita itu terpotong, nafasnya tersengal-sengal.

"Pergilah cepat dari sini, bawa dia bersamamu, selamatkan dia dari orang yang hendak menghabisi nyawanya...pergilah...pergiii!" wanita itu seperti mengeluarkan sisa tenaga terakhirnya untuk memberi perintah itu kepada Andra.

Karena setelahnya, Andra mendengar sayup-sayup suara anjing-anjing yang menggonggong dari kejauhan, juga beberapa langkah kaki yang mendekat.

Ia menatap sebentar ke wajah mahluk kecil yang tak tahu urusan itu.

Kemudian beralih ke sosok wanita yang keadaannya sudah sangat lemah tersebut. Wajahnya semakin memucat karena begitu banyak darah yang mengalir.

"Pergilah!" usir wanita itu dengan tangisnya.

Andra seketika beranjak berdiri.

Sepertinya, keadaan bayi ini benar-benar terancam.

Ia menatap sekali lagi, hingga netra nya dan wanita itu beradu.

Wanita itu mengangguk lemah, kemudian Andra pun bergegas menghampiri motornya. Ia mendekap bayi mungil itu dengan sebelah tangannya.

"Maafkan aku...," lirihnya pelan sambil melihat di mana sosok ibu dari sang bayi yang tergeletak, karena tidak akan mampu membawa keduanya dengan vespanya itu.

.....

Suara gonggongan anjing dan derap langkah para pemburu itu semakin jelas terdengar.

Menyobek pekat di keheningan tengah malam yang berbau amis darah.

Sesosok tubuh yang lemah itu tak lagi bergerak.

"Kenapa cepat sekali larinya? padahal dia sudah terkena tembakan ku," gumam salah satu pemburu yang menghisap cerutu di sela kedua bibirnya.

Asap nya mengebul membumbung udara, membuat malam pekat semakin dramatis.

Terdengar binatang yang berbulu coklat hitam itu menggonggong berkali-kali.

"Good boys! Kalian menemukan mereka!" serunya sambil mengelus kedua kepala anjing tersebut.

Bersambung>>>

Semoga bermanfaat dan menghibur🥰

Salam dari mak Chibi😘

Kucing doyan pete

____*****____

*Flasback*

Hari ini,tepatnya adalah hari terakhir bagi Andra,Puspa,Jelita,,Miko,Emil dan Husen bersekolah di SMK PEJUANG HARAPAN.

Mereka memutuskan akan membuat hari yang penuh kenangan untuk memory ketika mereka dewasa nanti.

Mereka akan melakukan party klasik,ciri khas lulus-lulusan siswa-siswi sekolah menengah atas.

Ya,mereka akan party corat-coret seragam.

Sekolah menengah kejuruan tidak memiliki siswa sebanyak sekolah negeri lainnya.

Andra dan Miko sebagai pencetus ide ini sedang berdiri di depan kelas untuk memberi penjelasan dan tata cara party agar berjalan dengan tertib dan sesuai dengan peraturan sekolah .

"Oke guys,look at here everybody...!"

seru Miko mengundang perhatian teman-temannya agar melihat ke depan kelas.

Karena sejak tadi mereka semua asik ngobrol sendiri.

"Dengerin baek-baek,ini Bung Andra mau pidato dulu sebelum kita terjun ke lapangan," kelakar Miko sehingga mendapat tatapan super tajam dari yang namanya ia sebutkan tadi.

Sedangkan Miko hanya cengengesan sambil kembali ke tempat duduknya.

"Jadi gini guys,kita memang akan having fun,but rules(peraturan)tetap harus dikedepankan.Oke,syarat dan ketentuan udah di laksanakan,bagus!Dan saya hargai itu semua.Setelah acara kita selesai hari ini,besok kita langsung menuju panti asuhan dan beberapa yayasan anak jalanan untuk menyerahkan donasi seragam serta alat-alat sekolah yang sudah kita kumpulkan.Dan peraturan untuk hari ini,gua ingatkan lagi,no miras,no drugs,end no free ***!"Andra menjeda sebentar orasinya dengan memperhatikan ekspresi teman sekelasnya satu persatu.

"Jadilah pemuda-pemudi yang berprestasi dengan akhlak yang mulia,sesuai dengan adat ketimuran kita.Kita adalah penerus bangsa ini,kitalah adalah lentera mimpi kedua orang tua kita,jangan jadikan pengorbanan,perjuangan mereka dan juga kita selama ini sia-sia!"seru Andra dengan semangat dan lantang ia berorasi singkat didepan kelas.

"Siippp!"

"Oke!"

"Ashiyaapp!"

Beberapa jawaban di serukan para siswa dan siswi yang berjumlah sekitar 30 orang itu.

"Any quetions?"tanya Andra

" Jelas Ndra!"

"Enggak!"

"Rebesss!"

"Oke,karena acara ini hanya di adakan oleh kelas kita,jadi kita akan mulai pesta ini di rumah Emil sang donatur,beri tepuk tangan guys!"

"Whooo...!" seruan Andra di sambut tepuk tangan riuh para siswa dan siswi di jurusan

Industrial Robotic desain atau desain robotika industri.

Jurusan yang mempelajari bagaimana membangun keberlanjutan industri dengan sistem produksi yang berbasis robot.Di kelas ini, mereka mempelajari konsep dasar robotika, perancangan robot,hingga mereka merancang dan merakit sendiri beberapa robot ukuran kecil hingga sedang.

Seperti tangan,kaki dan jari palsu robotic.

Robot-robot ini beberapa diantara nya di aplikasikan untuk membantu para lansia dan manula,serta penyandang disabilitas agar lebih mandiri dan tidak bergantung pada kursi roda.Sehingga mereka bisa bebas bergerak dan beraktifitas di luar ruangan.

Yah,begitulah kira-kira,masih remaja saja sudah keren kan.

Emil adalah satu-satunya murid terkaya,meskipun begitu dia tidaklah sombong.

Bahkan,Emil sering menjadi donatur bila kelas mereka akan mengadakan praktek serta lomba.

Emil akan dengan suka rela menyediakan,perangkat-perangkat mahal untuk melancarkan riset dan pengerjaan project mereka.

Hingga seringkali grup yang di beri nama"Iron Steel"ini menang lomba taraf nasional maupun internasional.

Emil sebagai donatur sedangkan otak jenius itu, berasal dari Andra dan Puspa.

Sedangkan Miko dan Husen bagian shopping dan cutting(belanja barang dan motong-motong perangkat keras)alias kuli.

Dan,Jelita yang bentuk dan rupa tak kontras dengan namanya.

Entah kenapa ia masuk jurusan ini,sedangkan pelajaran tak satupun masuk ke otaknya yang sepertinya hanya berisikan cemilan itu.

Akan tetapi,ketelitiannya pada hal kecil,caranya mengkritik dan melihat kesalahan sangat di butuhkan oleh tim ini.

Yah,begitulah di balik kekurangan pasti ada kelebihan bukan?

Tibalah mereka di rumah mewah nan megah Emil.

Beberapa cemilan dan makanan berat sudah terhampar di karpet yang di gelar di halaman luas belakang rumah.

Aneka makanan dan minuman itu,mereka belanjakan dari uang kas kelas dan patungan dari uang jajan siswa dan siswi itu.

Karena mereka tidak ingin merepotkan Emil,yang penting mereka punya tempat untuk party.

Pesta itu pun di mulai,dengan aksi corat mencoret baju atasan seragam mereka menggunakan cat pilok.

Kemudian mereka serentak mengocok minuman soda berwarna merah dan orange,hingga ketika tutup botol itu di buka menyembur lah busa-busa soda itu.

Mereka bersorak dan berteriak,berjingkat bahkan melompat.

Sesederhana itu,ya itulah jiwa remaja yang bergejolak dan menyukai keseruan serta gegap gempita.

"Attention please!"

seru Miko menghentikan euphoria yang sudah meluluh lantakkan halaman yang bersih itu.

"Sekarang waktunya kita isi tanki guys...full tank sebelum kita konvoi,setuju...?!"tambahnya

"Yuhuuu...!!"Kemudian di sambut sorak-sorai kumpulan anak remaja putih-abu yang mangkat dewasa itu.

Mereka pun berebut meletakkan bokong mereka dia atas karpet,yang tidak kebagian pasrah saja ngedepor di atas rumput gajah mini itu.

Comot makanan ini dan itu,semua mengisi perut kosong mereka dengan antusias dan sedikit rusuh.Karena ada beberapa tangan yang harus berebut,entah itu kerupuk atau sambal.

" Wegelaseehh...sapa yang bawa pete dah?"

tanya Puspa sambil mengangkat pete mentah yang masih di tangkainya itu.

"Gua yang bawa,ngapa?sini dah kalo kagak ada yang doyan," sungut salah satu anak lelaki yang berambut cepak.

"Gua doyan,anjir...,nih liat." Pupsa mengeluarkan biji pete itu dari kulitnya lalu mencocolnya kesambal terasi kemudian memasukkan ke dalam mulutnya bersama dengan suwiran ikan asin peda tumis jagung dan sekepal nasi.

"Mantabb Pus!"

"Meoongg...!"

"Kucing doyan pete,hahaha...!"

"Sedeep gilak lu!"

"Enak banget sumpah,makasih ya Sen,pete nya legit benerr," jelas Puspa sambil mengangkat kedua ibu jarinya kemudian mengerling ke arah Husen.

Puspa,meskipun cantik dan pintar namun dia tak pernah sekalipun pongah dan berbangga.

Dia adalah pribadi yang cuek dan apa adanya,wajahnya selalu polos tanpa riasan.

Kecantikannya tak pernah membuatnya merasa special.

Sehabis makan mereka tak lantas melupakan ibadah.

Beberapa dari mereka pun bergantian untuk solat dzuhur.

"Husen mana Jel?" tanya Puspa kepada kawannya yang mengenakan jilbab itu.

"Gua kagak ngeh dah,tadi si dia sama Miko nongkrong di sana," jawab Jelita sambil membetulkan ujung jilbabnya yang lecek.

"Pada ngelepus kali tu bocah,anterin gua patroli kuy,takut pada nyimeng." Pupsa menarik paksa tangan Jelita yang sedang menusukkan peniti ke tengah kerudungnya.

"Bentar napa sih,jilbab gua belom rapih!" pekik Jelita yang terus di seret oleh Puspa.

"Tuh kan,pada mojok di mari lu pada!" seru Puspa membuat beberapa remaja itu nyengir kuda.

"Apaan tuh yang pada lu isep?sini gua liat!" hardik Puspa karena melihat ada yang tidak beres,bisa kacau dan bisa ngamuk si Andra kalo sampek mereka melanggar.

"Ck,cuma env*io,dasar cah kismin," Puspa pun menyerahkan batangan rokok berwarna putih itu sambil terkekeh geli.

Kemudian,tawa mendadak berhenti karena di tabok Jelita.

"Fokus,kita kan mau nyari Husen sama Miko," omel Jelita

"Eh,iya he...,eh_lu pada liat mereka berdua kagak?"tanya Puspa kepada beberapa remaja yang menghisap kembali benda putih itu.

Mereka pun serentak mengangkat bahu.

Terimakasih yang sudah berkenan mampir kesini.

Kritik dan saran di terima lho,apalagi bunga sama kopi...beuhhh😁

Pendek Akal

___****___

Suara ambulance yang baru saja keluar dari kompleks perumahan elit itu mengundang keingintahuan para warga sekitar.Mereka sontak keluar dan mengerubungi halaman depan rumah mewah tersebut.

Tuan Nico Anggara,sebagai papi Emil segera menutup kejadian ini agar tidak terendus pihak berwajib.Ia tidak mau rumahnya di datangi oleh petugas kepolisian.

Kejadian beberapa jam yang lalu__

Puspa dan Jelita terus berpatroli dengan menyisir sejengkal demi sejengkal,halaman belakang yang luas nya sepertiga lapangan sepak bola itu.

Di pinggir kolam renang tak nampak batang hidung mereka berdua.

"Katanya mau konvoi?malah buang waktu aja coba," gerutu Puspa

"Mereka berdua ngumpet dimana sih?kok perasaan aku gak enak deh," ucap Jelita sambil meraba lengannya yang tertutup seragam lengan panjang.

"Awas aja kalo sampek mereka melanggar peraturan,bisa di sunatin ama si Andra," geram Puspa sambil memukul telapak tangannya dengan kepalan.

Mereka berdua masih terus mencari sampai ketika mendekati sebuah kandang burung besar koleksi papinya Emil.Seorang remaja bertubuh kerempeng menghampiri mereka berdua.

"Pus,Jel!"(hosh...hosh...)

Anak itu memegang dadanya yang bergemuruh dengan nafas yang terengah-engah.

" Ada apaan sih,pake lari-larian,entar rumput orang rusak nih,"protes Puspa

"Hush,biar dia ambil nafas dulu,jangan ngomel aja napa," ujar Jelita merasa ada yang tidak beres.

"Mi...ko,sama....Hu,Hu...sen," ucapnya terpotong-potong karena nafasnya yang tercekat hingga bulir-bulir keringat itu bercucuran di dahinya.

"Lu yang tenang,ambil nafas dulu...iya gitu,terus bilang ke gua_tu anak dua dimana dan kenapa?" cecar Puspa tak sabaran.

"Di belakang gudang,kejang-kejang...,"

ucapnya dengan raut wajah yang semakin panik.

"What!!"

Puspa dan Jelita memekik bersamaan.

Sontak mereka bertiga pun segera berlari ke belakang gudang dan benar saja keadaan Miko dan Husen sudah lemas hingga mengeluarkan busa di mulut nya.

Jelita membekap mulutnya sendiri namun tak ayal ia teriak juga.

Puspa segera menelepon Andra,yang secepat kilat menghampirinya bersama Emil dan yang lainnya.

Emil segera menghubungi dokter keluarganya dan mereka pun mengirim ambulance.

Saat ini di rumah sakit unit daerah.

Disinilah beberapa dari siswa dan siswi itu mengakhiri party mereka.

Di depan kamar instalasi gawat darurat.

Empat orang itu,Andra,Emil,Puspa dan Jelita.

Sedangkan para siswa yang lainnya terpaksa membubarkan diri dengan raut wajah yang kecewa.

Karena ulah dua orang yang pendek akal itu acara mereka semua berantakan.

Bagaimana pun kecewanya namun,rasa khawatir itu tetap ada,bahkan ketakutan itu sempat menyelimuti sejak siang tadi.Beruntung nyawa mereka berdua masih bisa di selamatkan.

Mungkin,Tuhan masih memberi kesempatan bagi mereka berdua untuk menyadari kesalahannya.

Sungguh di sayangkan,padahal Andra selaku ketua kelas sudah mengingatkan.

Entah apa yang ada di otak mereka berdua saat itu.

Saat ini kedua remaja itu sudah melewati masa kritisnya,setelah hampir sepuluh jam tim dokter melakukan aksi penyelamatan.

Waktu hampir menjelang tengah malam,tapi orang tua dari Miko belum juga terlihat batang hidungnya.

Mungkin karena Ibunda Miko sudah tua dan masih ada beberapa adik yang masih kecil.

Entahlah,kepala Andra benar-benar pusing karena masalah ini.

Untung saja biaya rumah sakit sudah di lunasi oleh papanya Emil,tuan Nico Anggara pengusaha besi dan logam.

Karenanya,Emil memiliki relasi yang luas dalam pengadaan perangkat keras untuk bahan praktek mereka ketika membuat robotic.

Karena Andra sebagai pemimpin acara,maka ia merasa harus bertanggung jawab,hingga ia harus memastikan dulu keadaan kedua kawannya barulah bisa pulang.

Dengan terpaksa ia menitipkan Miko pada kedua orang tua nya Husen.Biarlah besok pagi ia ke rumah ibunda nya Miko.

"Hati -hati ya Nak,ini sudah menjelang tengah malam,jangan ngebut ya," pesan ayahnya Husen.

Andra kemudian mengangguk dan mencium tangan suami istri tersebut.

Andra memang anak yang menjunjung tinggi kesopanan kepada yang lebih tua.

Remaja berseragam putih-abu itu berjalan lesu,di koridor rumah sakit yang sepi.

Beberapa dari kawannya sudah pulang sedari tadi.

Andra mengeluarkan motor vespanya dari parkiran,terlihat berkali-kali ia membuang nafasnya kasar.

"Duh,ini mah umma pasti khawatir dah, hape juga pake lowbet."Andra terlihat gusar hingga sesekali ia menggaruk-garuk rambutnya kasar.

" Mana baru makan siang doang,laper...,"keluhnya sambil meremas perut ratanya yang kempes itu.

Andra pun memajukan motornya menuntunnya sampai pos parkir.

Kehadirannya di tengah malam buta itu membuat kening tukang parkir itu berlipat.

Di lihatnya remaja di hadapannya itu dari atas hingga ke bawah.

Wajah kusut,pakaian lesu,mana penuh coretan pulak.

Kayak buku gambar anak teka,yang baru belajar mewarnai.

Semua warna bercampur baur dengan bau keringat yang pekat menyengat.

"Kenapa Pak?jangan ngira saya maling,nih kartu parkirnya," jelas Andra sambil menyerahkan secarik kertas itu.

"Heran aja tong,tengah malem ada anak sekolah kucel?"

"Horror tauk!" seloroh sang petugas parkir.

"Emang baju saya bolong?"cebik Andra pada petugas parkir yang sedang menertawainya itu.

"Dah ah saya mau pulang,kudu bayar berapa nih," cetus nya,tubuhnya benar-benar lelah dan ia juga khawatir pada umma nya.

"Ceban aja Tong,gak ampe jual kolor," ledek petugas parkir itu lagi.

Andra pun menyerahkan lembaran uang sepuluh ribuan.

Kemudian menyalakan motornya dan memainkan starter nya dengan keras.

Ia sengaja melakukannya untuk membalas aksi si tukang parkir.

Andra pun tertawa dengan puas hati, setelah membuat sang petugas parkir kaget sampai latah,kemudian ia pun melajukan vespa merah nya itu,memecah gelapnya malam.

Sementara itu di tempat lain.

Seorang wanita muda berlari dengan tertatih hingga masuk hutan buatan yang terletak pinggiran kota.

Nafasnya terengah-engah,keringat membanjiri seluruh wajah nya.

Pakaiannya panjang dan menutupi hampir seluruh tubuhnya,kecuali wajah dan telapak tangan.

Wajah yang cantik dengan pipi tirus,dibingkai dengan alis hitam tebal,hidung mancung,mata hazel dengan bulunya yang lentik bak boneka.Kulit putih dengan bibir sensual namun kini memutih karena luka yang membuat nya mengeluarkan banyak darah.

Disela-sela langkah kakinya yang berlari,terlihat ia sesekali menatap sosok tenang yang berada di dalam dekapannya.

Ia terus berlari tanpa menoleh ke belakang lagi.

Baju dan khimar panjangnya melambai seiring laju larinya.

"Bunda harus menyelamatkanmu sayang,"

"Biarlah bunda saja yang mati tak mengapa,tapi kau harus hidup," bisik nya pada sosok yang berada di dalam dekapan eratnya.

"Cepat kejar dia,dasar binatang bodoh!"

"Endus bau darahnya!wanita itu takkan bisa pergi jauh dengan peluru yang sudah bersarang di tubuhnya,"hardik seorang pria berbadan tinggi dan besar,kepada dua ekor hewan berwarna hitam pekat, dengan lidah yang senantiasa menjulur ke luar,serta menyalak dan menggonggong itu.

*FLASHBACK END*

Terimakasih atas dukungannya...💖

Buat penulis yang masih belajar kayak aku gini,udah di baca aja seneng apalagi kalo di komentarin dan di kasih like,vote end gift..

woaahh...bisa koprol deh aku saking senengnya😁.

Salam sayang dari mak chibi💞

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!