NovelToon NovelToon

I LOVE YOU CAPT !!

PENYELAMATAN

Halo semuanya, novel ini adalah sekuel dari novel My Husband is my Secret Lover. Menceritakan tentang seorang pria matang berusia 32 tahun yang berprofesi sebagai master atau kapten di sebuah kapal pesiar dengan seorang gadis muda berusia 21 tahun.

Mereka adalah Reza Pahlevi seseorang yang mencintai Ana dalam diam dalam novel My Husband is My Secret Lover dan Laluna Aditama yang merupakan adik dari Lanthana atau Ana gadis yang pernah mengisi hati Reza selama bertahun-tahun itu.

Oke, mari kita mulai cerita ini.

Sincerely Lady Meilina

PENYELAMATAN

Bright Star!! Bright Star!!

Bright Star!! BRIGHT STAR !!!

BRIGHT STAR ENGINE CONTROL ROOM B DECK STARBOARD SIDE!!!

Sebuah peringatan dari anjungan menggema di seluruh speaker di penjuru kapal. Menandakan ada seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan medis di ruang mesin lantai B sebelah kanan.

Seketika dokter dan seluruh perawat di infirmary lepas landas turun melalui anak tangga, bagaikan sekelompok robot-robot berbaju biru lengkap dengan alat perlindungan menuruni anak tangga menyusuri koridor lantai kedua dari lantai paling dasar tersebut.

Sementara itu di depan engine control room tempat Luna terkunci dan tak bisa keluar itu nampak pria tampan yang posisinya paling tinggi di kapal ini. Dia adalah Capt Roosevelt, idola para kaum hawa itu tak dapat menyembunyikan raut wajah paniknya.

"Chief Engineer, berikan kunci masternya." Ucap Capt Roose, dengan penuh penekanan.

"No, Capt. Saya tidak setuju jika kunci ini digunakan untuk saat ini." Jawab chief engine itu.

"Berikan kunci masternya sekarang juga..." kata kapten mulai tidak sabar.

"Tidak Capt, masih ada cara lain selain menggunakan kunci ini." Jawab Chief Engineer itu masih ingin mempertahankan benda miliknya.

"Chief Engineer, berikan kunci master itu sekarang juga. Ini perintah! " Ucap kapten mulai emosi sambil melirik ke arah pundaknya.

Mengintimidasi jika setripnya lebih banyak daripada setrip chief engineer.

"Baik Capt! " dengan ketakutan akhirnya Bos Luna itu memberikan kunci masternya kepada kapten.

Bertahanlah Girl, aku tak tau siapa dirimu. Tetapi kau adalah tanggung jawabku selama berada di kapal ini. Batin Roosevelt sambil terus mencoba membuka pintu besi itu, sebuah pintu yang tak dapat ditembus air dan api saat kapal dalam keadaan darurat, bisa dibayangkan bagaimana kuat dan kokohnya benda itu.

****

Aku Roosevelt Van Denberg, nama Indonesiaku adalah Reza Pahlevi. Ayahku seorang blasteran manado Belanda dan Ibuku seorang wanita asli indonesia dengan nama keluarga pahlevi.

Dua kewarganegaraan yang kumiliki, menyebabkan identitasku menjadi ganda. Aku memilikin satu adik perempuan bernama Rengganis atau Ganis.

Patah hati yang begitu hebatnya membuatku menghilang dari industri perhotelan pada kapal pesiar. Aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di departemen Deck. Setelah melakukan cross training. Dan pendidikan lanjutan di darat. Aku berhasil meraih gelar master di dunia kemaritiman.

Proses panjang dan bertahun-tahun kulalui. Demi mendapat jabatan empat setrip dan satu setrip tambahan di pundakku. Aku hampir tidak mengenali diriku lagi.

Hingga seorang gadis periang hadir di hidupku. Sungguh awalnya aku merasa sangat illfeel padanya. Tetapi seiring berjalannya waktu. Aku mulai menemukan sosokku yang telah menghilang selama beberapa dekade ini ada pada dirinya.

"Laluna Aditama?" tanyaku kepadanya saat memberikan briefing di training room. Sungguh nama ini sangat mirip dengan nama gadis yang telah memporak-porandakan hatiku selama ini.

Aku melihatnya sekilas, tak ada yang menarik darinya. Namun lengsung pipi di kedua pipinya itu membuatku terpaku selama beberapa detik.

Dia sangat berbeda dengan gadis-gadis lain di kapal ini. Ketika para gadis memilih departemen hotel di sini, gadis misterius itu malah memilih masuk ke departemen engine atau mesin. 

Jika gadis lain memilih memakai seragam yang cantik bak bidadari dia malah memilih memakai wearpack yaitu seragam para engineer atau deck. 

Jujur saja dia sangat lucu memakai seragam itu karena agak kebesaran di tubuh langsingnya. Untung saja tinggi badannya proporsional karena jika tidak dia akan terlihat seperti orang-orangan sawah karena seragam coverall yang dipakainya itu.

Awalnya aku sungguh acuh padanya tetapi bagaikan mendapat angin segar di hidupku bayangan gadis itu sungguh mengganggu tidurku yang selama ini terbilang lelap sebab aku tak harus menyapa kekasih hatiku setiap malam setelah bekerja, karena memang aku tak memiliki orang yang spesial di hidupku.

****

Aku Laluna Aditama. Usiaku 21 tahun. Aku adalah puteri kedua dari keluarga Aditama. keluargaku terbilang sederhana hingga pada suatu ketika aku mendapati satu fakta, jika ayahku, Pramuja Aditama adalah seorang anggota BIN.

Itu sangat unik. Aku pikir agen rahasia hanyalah ada di film-film action seperti James Bond. Ternyata Ayahku adalah James Bondku selama ini.

Aku memiliki seorang Kakak bernama Lanthana, kakakku itu cukup cantik tetapi agak bodoh. Percayakah kalian, selama sepuluh tahun dia mencari-cari cinta sejatinya di masa SMA, dan ternyata pria yang dicarinya tersebut adalah pria yang selama ini tengah mengejar-ngejar dirinya juga.

Kak Yoshi, begitulah aku memanggilnya. Saat ini dia dan kakakku sudah menikah. Dan kesalapahaman pun usai. Mereka sangat menyayangiku. Hingga memasukkanku ke sekolah ikatan dinas perkapalan.

Aku mengambil jurusan Engine, ini sangat keren untukku. Luna yang cengeng ini akan menjadi seorang Engineer. Hari-hariku sangat indah semuanya berjalan dengan normal tanpa kesengsaraan.

Hingga pada suatu ketika mataku melihat seorang pria yang umurnya jauh dari umurku. Bahkan usia kami terpaut 11 tahun.

Pria tampan berdarah asia-belanda bernama Roosevelt Vandenberg. Seorang Kapten di kapal tempatku magang.

Awalnya aku bersikap biasa saja padanya, namun setelah suatu peristiwa penting yang terjadi di antara kami. Entah mengapa aku ingin mengetahui lebih lanjut tentang kehidupan kapten tampan itu.

Kisah ini dimulai

Pagi itu di kediaman keluarga Pahlevi. Seperti biasa mama selalu membahas hal yang sama setiap harinya.

"Reza, bagaimana dengan tawaran Mama? Apa kau setuju?" Ucap mamaku. Sesungguhnya aku sangat malas untuk membicarakan hal ini.

"Tentang apa Ma?" ucapku berpura-pura tidak tau.

"Tentang perjodohanmu dengan Sharon putri Om Kuppens!" Tanya mamaku, aku benar-benar tidak tertarik untuk membahas masalah ini.

"Reza masih sibuk Ma, bulan depan Reza sudah harus kembali bertugas." Ucapku sambil menatap secangkir kopi hitamku.

"Apa kau tidak menyukai Sharon?" tanya Mama.

"Reza tidak mengenalnya. Bagaimana bisa cinta." Jawabku, aku bisa gila jika Mama terus saja mengajakku membahas ini.

"Apa kau memiliki gadis idaman sendiri?" Tanya mama.

"Iya Ma.. " Jawabku dengan bodohnya. Bisa-bisa mama akan menghabisiku jika tau aku menyukai istri seseorang.

"Baik, mama akan menunggu. Jika tahun ini kau masih saja belum menemukan gadis yang tepat untukmu, maka Mama yang akan turun tangan." Kata mama sambil menatap tajam ke arahku.

Astaga aku terjebak dengan perkataanku sendiri saat ini. Bagaimana mungkin aku mengejar Ana sedangkan aku tau bahwa dia sudah sangat mencintai suaminya saat ini.

****

Satu bulan kemudian, sebuah panggilan masuk ke ponselku.

"Selamat pagi Capt Roosevelt." Ucap seseorang dari seberang.

"Sudahlah panggil Reza saja. Lagi di Indo gini." Jawabku pada staf kantor kepengurusan keberangkatan kru kapal.

"Hehe iya deh Bro Za, besok join di Niew Stantendam yah." Kata pria bernama Dandi itu, kami sudah cukup mengenal satu sama lain.

"Niew Statendam?" ucapku kaget. Pasalnya itu adalah kapal yang dulu mempertemukanku dengan Ana, yaitu gadis yang sangat kucintai hingga kini.

Delapan tahun yang lalu ketika aku masih menjadi seorang staf crew office di sana. Aku bertugas menjemput kru yang baru datang untuk membimbingnya selama masa pengenalan dunia kapal.

Hari berganti, bulan berlalu aku sadar bahwa aku telah jatuh hati pada Ana. Namun aku tak berani mengungkapkan perasaan itu. Hingga pada suatu ketika datanglah seorang officer  yang pangkatnya lebih tinggi dari pada pangkatku dan menyatakan bahwa dirinya dan Ana akan menikah.

Seketika hatiku terasa mati saat itu. Bahkan aliran darah di nadiku seperti berhenti begitupun dengan detak jantungku. Tak dapat dipercaya, aku mengutuk diriku sendiri jika saja aku mempunyai nyali untuk menyatakan perasaanku pada Ana mungkin saja saat itu akulah yang akan menikahinya bukan dia.

Waktu terus bergulir namun tidak dengan hatiku, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil cuti dari dunia kapal pesiar. Aku ingin lari dari dunia yang telah mempertemukanku dengan gadis yang sangat kucintai itu.

Aku mengajukan surat resign pada kepala bagian departemenku dan meminta izin untuk melakukan cross training di departemen lain yaitu departemen deck. 

Sebuah departemen di kapal pesiar yang mengatur navigasi bukan seperti departemenku sebelumnya. Aku berhadapan langsung dengan kapten dan stafnya di anjungan.

Dengan surat rekomendasi dari kapten akhirnya aku pun meneruskan pendidikanku di darat. Berbagai pelatihan dan pendidikan telah kulalui ribuan sertifikat kemaritiman telah kudapatkan.

Delapan tahun berlalu kini pangkatku adalah seorang master atau kapten. Aku sungguh tak percaya dengan ini. Hingga hari ini pun aku belum memiliki seorang pendamping hidup, aku terlalu malas untuk berurusan dengan hati. Aku takut rasa sakit dan kecewa akan muncul kembali.

Jika saja mama tidak memaksakan kehendaknya, maka aku tidak akan pusing seperti ini. Memangnya apa masalahnya jika seorang pria memutuskan untuk tidak menikah? Apakah itu sebuah dosa? Sementara di luar sana banyak orang menikah lalu berpisah karena terlalu terburu-buru mengambil keputusan. Tentu aku tak ingin hal seperti itu terjadi.

Hingga hari ini pun tiba. Setelah liburan yang cukup lama aku pun kembali bertugas ke kapal itu lagi. Kapal pesiar berbendera Belanda tempat pertemuanku dengan pujaan hatiku yang kini ke telah menjadi milik orang.

"Reza ingat, usiamu sudah 32 tahun saat ini. Mau tidak mau sepulang dari kontrak ini kau harus menikah. Jika kau tidak dapat menemukan gadis yang kau mau. Maka Sharon lah yang akan menjadi istrimu." Kata Mama mengancamku.

"Iyaa ma, yang penting sekarang Reza harus kembali bekerja untuk memghidupi calon istriku itu." Ucapku serampangan. Aku ingin segera pergi dari hadapan ibuku.

"Bagus Reza. Sebentar lagi papa juga akan pulang untuk membahas pernikahanmu." Ucap mama sebelum aku melangkahkan kaki untuk keluar.

Hari itu juga pesawat dengan lambang burung itu membawaku ke Amsterdam tempat kapalku sandar. Setelah menempuh perjalanan satu hari satu malam. Aku pun tiba di MS Nieuw Stantendam, yaitu nama kapal yang akan kupimpin. Aku bertanggung jawab penuh atas kapal ini. Bila terjadi bencana yang memasakkan untuk seluruh penumpang meninggalkan kapal, maka akulah orang terakhir yang akan meninggalkan kapal setelah seluruh tamu dan ABK berhasil dievakuasi.

Author POV

Suasana di Engine Control Room. Terlihat beberapa kru dari departemen mesin sedang mengikuti briefing. Seragam wearpack, wajah lusuh dan, tumpahan oli bertebaran di sekujur seragam mereka. Benar-benar jauh dari kata rapi, berbanding terbalik dengan bidang hotel.

Namun satu yang bisa kukatakan. Mereka itu sangat keren. dimana saat anak-anak dari departemen hotel sibuk berjalan di koridor guest dengan menunduk. Mereka dapat dengan bangga berjalan sambil mendongakkan kepalanya tanpa rasa patuh sedikitpun pada guest.

Baiklah ..

Briefing dimulai, terlihat seorang pria bertubuh ideal tetapi proporsional memasukki ruangan yang letaknya di bawah permukaan laut itu.

"Selamat pagi." Sapanya pada semua anggota engine departemen tersebut.

"Pagi Chief." Ucap mereka bersamaan menanggapi sapaan Officer kepala bagian mesin itu.

"Jadi siapa yang akan melakukan pengecekan di area B deck hari ini?" tanyanya

Heningg..

Tak ada yang bersuara.

"Kenapa tidak ada yang menjawab?" tanya officer bernama Emmanuel Canlas itu. Dia menatap ke arah anak buahnya satu persatu untuk menunjuk seseorang yang sesuai menurutnya.

"Baiklah saya menunjuk Paku Bumi untuk bertugas di B Deck hari ini." Kata pria itu sambil menatap ke arah Bumi.

"Tapi chief, saya belum mampu." Jawab Paku Bumi sambil menunduk.

"Kenapa bisa tidak siap? Semua ABK di departmen engine ini didesain untuk siap melakukan tugas apapun yang diperintahkan." Ucap Emmanuel.

"Tapi chief saya belum menguasai tempat itu. Saya takut terjadi kesalahan." Jawab Bumi sambil terus mengelap keringatnya.

"Laluna akan membimbingmu, Bumi." Ucap Chief engineer itu.

"Apa chief? Luna? Saya tidak bisa satu tim dengan Luna." Ucap Bumi dengan ketakutan.

"Kenapa?" Tanya Bos itu sambil membetulkan kacatamatanya.

"Saya takut chief." ucap Bumi terbata, menepis keringat dingin yang semakin bercucuran membasahi pelipis dan mata sipitnya.

"Takut apa? Bicara yang jelas Paku Bumi!" kata chief, mulai emosi.

"Saya takut jatuh cinta jika terus bersama Luna chief. " Ucap Bumi sambil menahan malu.

Sementara suasana briefing semakin kacau akibat perkataan Paku Bumi tersebut..

"Jangan terus membuat alasan yang tak masuk akal Bumi !" Gertak Emmanuel.

"Luna.. Bantulah Paku Bumi !" Perintah Emanuel sambil menatap Luna yang sedang asik menyaksikan Paku Bumi dimarahi habis-habisan.

"Siap Chief !" Jawab Luna dengan mantap.

Mati kau Bumi ! aku akan membalasmu di ruang berhantu itu. Ucap Luna dari dalam hati.

Author POV end.

Aku terkunci

"Lun, lu duluan yang masuk." Kata Bumi kepadaku.

"Lu duluan.. " Kataku sambil menenteng satu bucket rags. Yaitu semacam kain khusus untuk merawat mesin dari kotoran sisa oli.

"Dasar penakut lu!" kata Bumi kepadaku. Aku tau sebenarnya dialah yang penakut di sini.

Kumasukki ruangan berpencahayaan minim itu. Dan kemudian Bumi mengikutiku dari belakang.

"Bumi, jangan tutup pintunya." Kataku kepadanya sambil meletakkan tumpukan rags tadi di atas meja.

"Kenapa memangnya?" tanya Bumi. Sungguh anak ini bodoh atau apa. Bukankah Chief sudah menjelaskannya kemarin.

"Lu tuh sebenarnya kalo lagi briefing beneran dengerin apa cuma manggut-manggut doang sih Bum?" tanyaku. Aku tau dia tak pernah mengikuti briefing dengan benar.

"Serius gue gak tau.. " Jawabnya sambil melihat ke sekitar ruangan yang penuh dengan mesin itu. Sesekali terdengar deburan ombak menghantam dinding.

"Udahlah.. coba cek yang sebelah sana." Kataku sambil menunjuk area paling ujung.

"Ogah ah.. " Katanya sambil mendorong tubuhku agar aku yang maju untuk memeriksa.

"Dasar pengecut!" Jawabku. Aku tak habis pikir mengapa orang seperti ini bisa berada di sini.

"Lun, lu aja deh yang ngecek. Gue tunggu sini ya." Jawab Bumi, jujur saja aku benar-benar kesal padanya dari kemarin.

"Gue bisa aja sih ngecek semua area ini tanpa lu. Tapi, lu harus jujur." Ucapku sambil menatap matanya.

"Jujur gimana maksudnya?" Jawab Bumi dengan wajah bingung.

"Lu yang ngambil sepatu safety gue di loker kan?" Tanyaku, aku tau dialah pelakunya sebab aku menulis insial namaku pada sepatu itu.

"Lah fitnah. Apa buktinya?" Tanya Bumi kepadaku.

"Coba buka sepatu lu." Jawabku, aku yakin dialah orangnya. Sepatu safety itu sangat penting untuk setiap kru. Dan kami akan mendapat hukuman jika tidak mengenakannya.

"Nggak ah!" Jawabnya sambil berlari.

"Bumi tunggu! Kalo emang lu gak salah harusnya lu berani tunjukkin sepatu itu ke gue!" Kataku, aku masih ingat saat Chief memberiku surat peringatan karena menghilangkan sepatu dengan lapisan besi di bagian ujungnya tersebut.

"Sorry lun, gue ke toilet bentar." Ucap Bumi dari kejauhan. Aku tau dia sedang menghindar dariku. Karena takut aku akan melaporkannya masalah pencurian kemarin.

Aku pun duduk di kursi sambil kulihat sekeliling area ini. Tempat ini cukup bersih hanya saja letaknya yang berada di bawah permukaan laut menyebabkan hawa di tempat ini lebih dingin.

Ceklek...

Terdengar suara pintu tertutup. Aku pun melihat ke arah pintu itu. Astaga pintunya tertutup. Bagaimana ini, apakah Bumi sengaja melakukan itu. Aku pun memanggilnya dari dalam.

"Bumi !! Hey kenapa menutup pintunya?" Kataku berteriak dari dalam.

"Lun, tadinya gue mau tekan tombol untuk lampu. Tapi kenapa malah tombol pintu otomatis yang gue pencet" Ucap Bumi dari luar.

"Sengaja lu Bum? Cepetan lapor chief! " Kataku, semakin panik. Bagaimana ini jika aku harus terjebak di sini seharian.

"Sorry Lun, gue gak sengaja. Bentar gue lapor Emmanuel dulu ya." Kata Bumi, aku bisa mendengar nada panik dari mulutnya.

"Cepetan Bum ! Gue udah mulai gak tenang di sini. " Ucapku sambil memeluk lenganku sendiri.

"Sabar Lun!! Tunggu ya !!" kata Bumi, aku merasa dia mulai menjauh dari tempat ini. Sial, tadi aku yang berencana membalasnya tetapi malah diriku sendiri yang terjebak sekarang.

***

Aku semakin tak karuan berada di tempat ini sendirian. Ini sudah dua puluh menit berlalu tetapi Bumi tak juga kembali. Sementara udara semakin dingin menusuk ke tulangku. Aku mencari dimana pusat mesin pendingin agar aku bisa menurunkan suhunya.

Sepertinya mesin itu berada di luar ruangan. Sial tubuhku semakin menggigil tak karuan. Tetapi aku berusaha untuk tetap bertahan.

Cukup lama aku menunggu. Namun bantuan tak juga datang. Hingga kurasakan kakiku mulai keram karena menahan udara yang semakin dingin di tempat ini.

Aku mencoba mencari sesuatu di sekeliling ruangan ini, sebelum akhirnya kutemukan tombol emergency berwarna merah di samping telepon.

Aku memencetnya selama beberapa kali, kemudian kudengar pengumuman dari anjungan jika ada seseorang yang sedang memerlukan bantuan medis di ruang mesin lantai B sebelah kanan.

Bukankah tempat ini yang mereka maksud itu. Aku pun lega. Akhirnya seseorang akan menolongku sebentar lagi.

Terdengar suara langkah kaki dari luar, pertama hanya ada satu kaki tetapi semakin lama semakin banyak. Aku tak dapat mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

Tubuhku semakin kedingingan bahkan buku-buku tanganku mulai memucat dan akhirnya membiru tak kuat menahan hawa dingin ini.

Kulihat sekeliling, tetapi semuanya terlihat buram. Aku tak ingin pingsan. Tetapi rasa dingin itu semakin menyiksa hingga membuatku berhalusinasi.

Pintu pun terbuka dan cahaya senter menyilaukan mataku..

Seseorang membantuku untuk berdiri tetapi kakiku sangat kaku hingga tak mampu untuk bergerak.

"Girl, bertahanlah.. " Ucapnya, sambil mengangkat tubuhku.

Tanganku menyentuh pundaknya. Hingga mataku membulat saat melihat setrip itu. Ada empat setrip di pundaknya.

Apakah dia kapten? Apakah kapten yang sedang mengangkat tubuhku saat ini. Sungguh mataku ini begitu tidak bisa melihat dengan jelas. Kataku dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!