Keisha Alvina Putri Pramuja anak ketiga dan anak perempuan dari Evano dan Violetta. Wajahnya yang ayu, matanya yang bulat dengan bulu matanya yang lentik, bibir tipis dengan warna merah alami, rambut hitam panjang bergelombang, kulitnya yang mulus putih seperti susu, tubuhnya yang tinggi berisi bak model. Dengan fisik yang nyaris sempurna tidak membuat kehidupan rumah tangganya berjalan dengan sempurna.
Menikah dengan laki-laki pilihannya bernama Miko Hendrata tidak membuat kehidupannya bahagia. Keisha harus menelan pil pahit saat Miko tiba-tiba saja membawa wanita lain ke dalam rumah tangganya.
Pada malam tepat di hari ulang tahunnya, Keisha berdiri di ruang tengah rumahnya dengan wajah terkejut sekaligus kecewa. Keisha mengira di hari kelahirannya, suaminya akan kembali memberikan kejutan yang manis untuk dirinya, tetapi pada kenyataannya Miko justru membawa badai sebagai hadiahnya.
Keisha berdiri di hadapan Miko seperti orang yang sedang merasa bingung. Di hadapannya Miko berdiri dengan menggenggam tangan seorang wanita.
"Ini maksudnya apa, Mas?" Keisha menatap suaminya bergantian dengan perempuan yang ada di sebelah suaminya.
"Aku sudah memutuskan untuk menikahi Mayang," jawab Miko.
Waktu seolah berhenti berputar, jantung Keisha pun seolah ikut berhenti berdetak saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Miko.
"A-pa? Manikahi Mayang? Kenapa kamu harus menikahi sahabat aku sendiri?" Keisha mencoba untuk meminta penjelasan dari suaminya.
"Karana Mayang sedang hamil. Hamil anakku," jawab Miko.
"A-pa?" Keisha membungkam mulutnya sendiri untuk menahan teriakannya sendiri.
"Mayang hamil anak kamu?" Keisha menggelengkan kepalanya seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Bagaimana ini bisa terjadi?"
"Maaf aku, Kei. Ini terjadi begitu saja. Kami merasa nyaman satu sama lain. Hingga kami tidak bisa mengendalikan diri kami," jawab Mayang.
Keisha menatap perempuan yang ia kira sahabat baiknya, tetapi ternyata perempuan itu adalah duri di dalam rumah tangganya.
Plak!
Tamparan keras Keisha mendarat di pipi Mayang. Keisha tidak bisa menahan dirinya saat tidak melihat rasa bersalah sedikitpun di wajah Mayang.
"Keisha!" bentak Miko.
"Kamu bilang apa tadi? Nyaman?" Keisha merasa lehernya tercekik hingga tidak bisa berkata apapun.
"Iya, Kei." Mayang masih menunjukan wajah tanpa dosa.
"Apa kamu kehilangan akal, hah? Kamu merasa nyaman dengan suami sahabat kamu sendiri? Hingga kamu mengkhianati sahabat kamu dengan tidur bersama suaminya!" bentak Keisha.
"Dasar wanita tidak tahu diri!" maki Keisha.
Emosi Keisha memuncak membuat Keisha menarik rambut Mayang untuk melampiaskan emosinya. Dirinya tidak peduli dengan pekikan Mayang dan juga teriakan suaminya.
"Awww! Keisha lepaskan! Apa kamu sudah tidak waras?" pekik Mayang.
"Bukan aku yang tidak waras, tapi kamu! Sahabat macam apa kamu yang tega mengkhianati sahabatnya sendiri?" Keisha masih tidak mau melepaskan rambut Mayang.
"Keisha! Aku bilang berhenti!" perintah Miko.
"Tidak akan. Aku harus memberinya pelajaran pada perempuan ini yang sudah berani menggodamu," tolak Keisha.
"Aku bilang hentikan, Keisha! Bukan Mayang yang menggodaku. Tapi aku sendiri yang menginginkannya!" ucap Miko.
"Aku yang memutuskan menjalin hubungan itu dengan Mayang karena aku ingin memiliki seorang anak, Keisha!" lanjut Miko.
Perkataan Miko membuat tubuh Keisha membeku seketika. Melihat Keisha diam Mayang langsung berlari ke arah Miko dan terisak di pelukan kekasih gelapnya.
"Mas Miko," rengek Mayang.
"Tenanglah, Sayang." Miko mengusap punggung Mayang mencoba untuk menenangkannya.
Hati Keisha hancur berkeping-keping mendengar ada wanita lain yang suaminya panggil dengan sebutan 'sayang'. Tanpa terasa cairan bening keluar dari matanya. Keisha menghapus air matanya sebelum berbalik menatap Miko dan Mayang.
"Kenapa, Mas? Kenapa kamu memutuskan ini sendiri?" Keisha bertanya dengan suaranya yang serak.
"Kamu bilang kamu akan sabar menunggu," ucap Keisha.
"Kesabaran ada batasnya, Kei," ucap Miko.
"Kita baru menikah dua tahun. Dan Dokter juga mengatakan jika kita subur. Lalu kenapa kamu malah menjalin hubungan dengan sahabat aku sendiri?" Air mata yang Keisha tahan akhirnya keluar juga.
"Aku malu, Keisha. Teman-temanku mengejekku karena aku belum juga memiliki anak," ucap Miko.
"Lalu apa yang kamu lakukan bersama Mayang tidak akan membuatmu malu, hah?" tanya Keisha.
"Cukup, Keisha! Aku tidak akan peduli dengan perkataan orang. Yang terpenting aku akan segera memiliki momongan," ucap Miko.
"Kamu setuju atau tidak setuju, aku tetap akan menikahi Mayang," ucap Miko.
Keisha mulai terisak sampai dadanya terasa sesak. "Kenapa, Mas. Kenapa kamu tega mengkhianatiku. Kamu bilang kamu sangat mencintaiku dan tidak akan ada perempuan lain yang bisa menggantikan posisiku di dalam hatimu. Tapi apa ini?"
Keisha menjatuhkan dirinya di sofa yang ada di dekatnya. Ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Hati Miko tersentuh saat melihat wanita yang dicintainya menangis tersedu-sedu. Miko menjauh dari Mayang untuk menghampiri Keisha.
"Keisha, aku masih sangat mencintaimu," ucap Miko.
"Kalau kamu mencintaiku, kamu tidak akan berselingkuh dengan perempuan lain, Mas," ucap Keisha.
"Kei ...." Miko meraih tangan Keisha lalu menggenggamnya.
"Kita tidak tahu kapan kita akan bisa memiliki anak. Setelah anak Mayang lahir kamu bisa menganggap anak Mayang sebagai anak kamu sendiri," ucap Miko.
"Apa kamu pikir aku sudi? Maaf, Mas hatiku tidak sebesar itu untuk bisa menerima anak dari perempuan lain dan menganggapnya seperti anakku sendiri, Mas," tolak Keisha.
"Anggap saja anak Mayang sebagai anak pancingan untuk kita. Mungkin dengan begitu kamu bisa cepat hamil," ucap Miko.
"Lagipula aku hanya menikahi Mayang secara siri. Semua orang hanya tahu kamu istriku," ucap Miko.
"Mas, kamu tidak bisa melakukan itu dong. Aku tidak mau kamu menikahiku secara siri." Mayang menyela pembicaraan Keisha dan Miko.
"Jangan ikut campur. Ini urusanku dengan istriku," ucap Miko.
"Mas, bukan itu maksudku." Keisha menoleh ke arah Miko, menatapnya dengan matanya yang basah.
"Apa kamu tidak memikirkan perasaanku saat kamu menjalin hubungan gelap dengan sahabat aku sendiri?" tanya Keisha.
"Sakit, Mas!" Keisha menunjuk dadanya sendiri.
"Maafkan aku, Kei. Aku benar-benar tidak tahu. Kejadiannya begitu saja hingga —" Ucapan Miko langsung dipotong oleh Keisha.
"Hingga kalian akhirnya menikmati perselingkuhan itu," sela Keisha.
"Iya, 'kan, Mas?" desak Keisha.
Semua yang dikatakan Keisha memang benar adanya membuat Miko tidak bisa mengelak.
"Diammu menjadi jawaban untukku, Mas." Keisha menangis sejadi-jadinya. Rasa sakit yang ia rasakan membuat dadanya terasa sesak dan Keisha merasa kesulitan untuk bernapas.
"Maafkan aku, Kei." Miko berucap dengan wajah yang tertunduk.
"Kamu jahat, Mas! Kalian jahat!" Keisha berteriak seraya mendorong dada Miko.
"Kei, aku janji akan bersikap adil padamu," ucap Miko.
"Adil? Apakah yang sudah kamu lakukan padaku ini adil?" tanya Keisha.
"Keisha! Jangan berani kamu menyakiti calon suamiku!" Mayang memegang pergelangan tangan Keisha untuk menghentikan Keisha memukuli dada Miko.
Keisha berdiri dan menatap Mayang dengan penuh amarah. Tangan Mayang yang mencengkram pergelangan tangannya Keisha lepaskan. "Laki-laki yang kamu bilang calon suamimu adalah suamiku, Mayang. Ingat itu!"
"Keisha, tolong hentikan ini." Miko mencoba memeluk Keisha, tetapi Keisha menolaknya.
"Jangan berani kamu menyentuhku, Mas." Setelah mengatakan kalimat itu, Keisha langsung berlari ke kamarnya.
"Keisha, tunggu!" Miko ingin mengejar Keisha, tetapi dicegah oleh Mayang.
"Sayang sudahlah. Untuk apa mengejar Keisha. Dia butuh waktu untuk sendiri. Berikan dia waktu untuk menerima ini semua," ucap Mayang.
Brak!
Keisha menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Tidak lupa pula Keisha mengunci pintu kamarnya. Matanya terpejam bersamaan dengan jatuhnya cairan bening dari matanya. Tubuhnya terlihat masih bergetar. Apa yang baru saja terjadi bagaikan mimpi buruk.
Tubuh Keisha merosot ke lantai karena kakinya sudah tidak bisa lagi menopang berat tubuhnya. Keisha menangis sesenggukan sampai tubuhnya menggigil. Dadanya sendiri Keisha pukul karena rasa sesak yang ia rasakan. Ingin rasanya Keisha menjerit untuk mengeluarkan emosinya, tetapi Keisha mengurungkan niatnya. Yang Keisha justru lakukan saat itu adalah membungkam mulutnya sendiri agar tidak ada yang mendengar suara tangisannya.
"Kenapa kalian tega sekali melakukan ini padaku," ucap lirih Keisha.
Keisha masih terduduk di lantai dengan memeluk kedua lututnya, membenamkan wajahnya di antara lututnya. Dalam lamunannya, Keisha kembali mengingat masa-masa indah bersama Miko dan kedekatannya dengan Mayang.
Cairan bening menetes dari matanya dibarengi dengan matanya yang terpejam. Tidak pernah Keisha bayangkan jika Miko dan Mayang tega mengkhianatinya.
Beberapa saat kemudian Keisha mencoba untuk berdiri. Ia berjalan ke arah tempat tidur dan merebahkan tubuhnya dalam posisi tengkurap. Tangan kanannya Keisha jadikan sebagai bantal, sedangkan tangan kirinya mencengkram sprei untuk melampiaskan amarahnya.
Mata Keisha melihat foto pernikahannya terpajang di meja nakas. Keisha bangun lalu mengambil posisi duduk. Ia ambil bingkai fotonya lalu mengeluarkan foto pernikahan dirinya dan Miko. Untuk sejenak Keisha menatap foto pernikahannya dengan senyuman. Namun, senyum di bibir Keisha menghilang saat bayangan Mayang melintas di benaknya.
"Kamu jahat, Mas." Selembar foto yang menampakan senyum bahagia dirinya dan suaminya, Keisha robek dan membuangnya begitu saja.
Kenangan indah bersama suaminya kini hancur berkeping-keping karena pengkhianatan yang suaminya lakukan. Sejuta kebahagian yang pernah diberikan oleh suaminya kini berubah menjadi luka yang tidak akan pernah bisa Keisha lupakan.
Keisha kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, menatap langit-langit kamarnya. Mungkin karena lelah setelah menangis mata Keisha yang sayup terpejam dengan sendirinya.
*****
Keesokan harinya...
Bunyi alarm membangunkan tidur Keisha. Tangan Keisha terulur untuk meraih ponsel miliknya yang ada di meja nakas. Setelah mematikan alamr-nya Keisha kembali meletakan ponselnya di tempat semula.
Keisha bangun dan mengambil posisi duduk. Matanya ia kucek menggunakan punggung tangannya. Berulang kali Keisha mengedipkan matanya agar bisa beradaptasi dengan cahaya yang ada di ruangan itu.
"Kenapa mataku terasa perih?" batin Keisha.
Mata Keisha melihat waktu pada jam yang tergantung di dinding kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Keisha mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar.
"Baru jam 6. Mas Miko ke mana ya?" Keisha menoleh ke sisinya dan tidak mendapati keberadaan suaminya.
"Mungkin dia sedang mandi. Aku harus siapkan makanan dan bekal untuknya." Keisha bergegas untuk turun dari tempat tidur. Namun, tiba-tiba saja Keisha menghentikan gerakannya.
Rasa sesak di dadanya kembali Keisha rasakan. Matanya kembali dipenuhi oleh air mata. Bisa dipastikan air mata itu akan tumpah dalam satu kedipan saja.
Benar saja, saat mata Keisha berkedip air mata yang di matanya tumpah dan langsung membanjiri pipinya. Keisha mengira apa yang terjadi semalam adalah mimpi buruk yang akan selesai setelah dirinya bangun dari tidurnya. Akan tetapi kini Keisha menyadari jika perselingkuhan Miko dan Mayang memang benar adanya.
Tubuh Keisha merosot ke lantai. Ia bersandar di tepi tempat tidur seraya menangis. Hatinya benar-benar terasa sakit mengingat pengkhianatan yang dilakukan oleh suami dan sahabat.
"Tidak, aku tidak boleh menangis. Jika aku terus menangis seperti ini mereka akan menganggapku lemah," gumam Keisha.
Segera Keisha mengusap air matanya dan bangun dari rasa terpuruknya. Setelah itu Keisha mengambil napas dalam-dalam untuk menetralkan rasa sesak di dadanya.
Keisha melangkah ke kamar mandi dan memutuskan untuk berendam. Tidak peduli dengan tugasnya yang harus melayani suaminya sebelum suaminya pergi bekerja.
Bak mandi besar sudah terisi dengan banyak busa. Setelah menanggalkan pakaiannya Keisha masuk ke dalamnya. Pikirannya terasa lebih tenang saat tubuhnya terendam di air hangat.
"Ini segar sekali," gumam Keisha.
Keisha memejamkan matanya, menikmati wangi dari aroma terapi yang menyegarkan. Saat tubuhnya sudah terasa dingin, Keisha memilih untuk menyudahi berendam-nya.
Keisha keluar dari bathtub dan melangkah menunju tempat mandi. Kakinya yang basah melangkah dengan hati-hati agar tidak terpeleset.
Sampai di tempat mandi Keisha membilas tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower. Busa yang ada di tubuhnya luntur terbawa oleh air.
Selesai mandi Keisha keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk kimono. Keisha berjalan dengan menggosokkan rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil.
Langkah Keisha berhenti ketika sampai di depan lemari pakaian. Ada kaca besar di bagian depan lemari. Keisha memerhatikan pantulan dirinya sendiri di cermin yang ada di hadapannya. Bagian matanya yang menjadi fokus Keisha saat ini. Terlihat sekali area matanya bengkak. Mungkin karena menangis semalam. Jika saja Keisha tidak ingat ada acara di rumah orang tuanya dirinya lebih memilih untuk bermalas-malasan di rumah saja.
Gaun dengan panjang selutut berwarna cerah Keisha ambil dari dalam lemari. Ketika pakaian itu sudah melekat di tubuhnya Keisha duduk di depan cermin untuk merias wajahnya.
Apapun Keisha lakukan demi menutupi bengkak di area matanya. Agar nanti ketika dirinya bertemu dengan keluarga besarnya, mereka tidak akan curiga.
Untuk sementara waktu Keisha tidak ingin keluarganya tahu masalah apa yang sedang menimpanya. Keisha tidak ingin keluarganya merasa sedih.
Selesai bersiap Keisha berdiri dari hadapan meja rias. Setelah memastikan lagi tidak ada kesedihan di wajahnya Keisha mengambil tas-nya dan melangkah keluar dari kamarnya. Namun, baru sampai pintu Keisha menghentikan langkahnya. Keisha teringat akan dua orang yang sudah menghancurkan hidupnya.
"Apa mereka masih ada di sini?" batin Keisha.
Awalnya ada keraguan di dalam diri Keisha untuk melangkah, tetapi tidak mungkin baginya untuk terus mengurung dirinya di dalam kamar. Tempat dirinya berada adalah rumahnya, ia bebas melakukan apapun di rumah itu. Apapun yang terjadi Keisha merasa harus bisa menghadapinya. Setelah menarik napasnya dalam-dalam Keisha keluar dari kamarnya.
Keisha melangkah dengan langkah anggun. Langkah Keisha terhenti saat berada di anak tangga. Keisha melihat keberadaan wanita yang sudah merebut suaminya sedang duduk santai di ruang tengah dengan majalah yang ada di tangannya.
"Heh, dia duduk seperti nyonya besar di rumahku," gerutu Keisha.
"Dasar tidak tahu malu!" Keisha memaki Mayang di dalam hatinya.
Keisha kembali melangkah saat melihat Mayang menoleh ke arahnya. Keangkuhan Keisha tunjukkan dalam langkahnya agar Mayang ataupun Miko tidak menganggapnya lemah.
"Istri macam apa kamu? Jam segini baru bangun. Apa kamu tidak mengurus suamimu sebelum dia pergi bekerja?" Mayang berdiri dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Itupun setelah dia melempar majalah fashion ke atas meja.
"Kenapa? Kenapa harus aku yang mengurusnya? Bukankah kamu juga calon istrinya." Keisha membalas tatapan Mayang dengan pandangan menantang.
"Kamu —" Belum selesai Mayang menyelesaikan ucapannya Keisha sudah lebih dulu menghentikannya.
"Jaga bicaramu! Ini rumahku! Jangan seenaknya kamu melakukan apapun di sini." Keisha bicara dengan sangat lantang.
Kedua perempuan yang awalnya saling menyayangi layaknya bersaudara, kini mereka berdiri saling memandang dengan pandangan saling menantang.
"Bibi." Keisha memanggil asisten rumah tangganya dengan suara yang keras.
Tidak lama dua orang asisten rumah menghampiri dirinya. "Ada apa, Bu?"
"Bersihkan lantai yang perempuan itu injak sekarang! Dan buang semua barang-barang yang perempuan itu sentuh. Aku tidak ingin rumahku terlihat kotor," perintah Keisha.
"Baik, Bu."
Keisha sedang mengemudikan mobilnya menuju kediaman kedua orangtuanya. Seperti biasa, setiap kali dirinya berulang tahun Keisha akan datang ke rumah masa kecil untuk merayakan ulangtahunnya di sana. Jika biasanya Keisha akan datang bersama Miko, kini Keisha hanya datang sendiri.
Keisha merasa malas bicara pada suaminya, mengajaknya untuk ikut datang ke rumah kedua orangtuanya. Biarkan saja seperti itu. Setelah sampai di rumah kedua orangtuanya Keisha akan mencari alasan akan ketidakhadiran Miko.
Laju mobil Keisha berhenti ketika sampai di rumah kedua orangtuanya. Sebelum keluar dari mobil Keisha lebih dulu memastikan penampilannya. Saat keluar Keisha melihat keberadaan mobil milik suaminya.
"Apakah dia di sini?" batin Keisha.
Benar saja ketika Keisha hendak melangkah, ia melihat Miko keluar dari rumah dan berjalan menghampiri dirinya.
"Kamu baru sampai?" tanya Miko.
"Hmm, rumahku sangat kotor. Jadi aku harus membersihkannya lebih dulu," jawab Keisha.
Sebenarnya perkataannya merupakan sindiran untuk Miko. Dan mungkin saja suaminya itu menyadarinya.
"Kei —" Ucapan Miko dipotong oleh Keisha.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Keisha.
"Ini hari ulang tahunmu. Seperti biasanya kita pasti akan berkumpul di rumah orangtuanmu, 'kan?" jawab Miko.
"Jadi kamu masih ingat dengan hari ulang tahunku?" Keisha tersenyum sinis di hadapan Miko.
"Tentu saja. Aku selalu ingat hari ulang tahunmu. Setiap tahun kita selalu merayakannya bersama," jawab Miko.
"Tapi semalam kamu sudah menghancurkan hari ulang tahunku, Mas." Keisha memandang ke atas, mencegah air matanya agar tidak keluar.
"Kei, aku membawa kabar baik untukmu semalam. Kita akan memiliki seorang anak," ucap Miko.
"Anak? Di mana pikiranmu, Mas. Bagaimana bisa kamu berpikir jika aku akan menerima anak dari wanita murahan itu," ucap Keisha.
"Kei, kamu jangan egois," ucap Miko.
"Aku egois?" Keisha menunjukan dirinya. "Kamu yang egois, Mas."
"Kamu menjalin hubungan secara diam-diam dengan sahabatku. Bahkan sekarang dia hamil dan kamu akan menikahinya." Rasanya Keisha sudah kehabisan kata-kata. "Kamu tidak memikirkan perasaanku saat kamu memutuskan untuk melakukan semua itu. Dan kamu masih bilang aku egois?"
Miko terdiam.
"Aku tidak ingin berdebat. Aku lelah, Mas," ucap Keisha.
"Aku juga tidak ingin berdebat denganmu lagi. Kita akan membicarakan hal ini di rumah saja," ucap Miko.
"Lebih baik kamu masuk. Keluargamu sudah menunggumu. Aku harus pergi sekarang. Mayang tadi meneleponku," ucap Miko.
"Jadi perempuan murahan itu sekarang menjadi prioritas utama bagimu?" sindir Keisha.
"Bukan begitu, Kei. Dia bilang perutnya sakit. Aku harus mengantarnya ke Dokter. Aku tidak ingin terjadi sesuatu dengan anakku," jelas Miko.
"Terserah!" Amarah Keisha rasanya sudah menembus ubun-ubun.
Untuk beberapa saat keduanya sama-sama berdiam diri. Hingga suara Violetta memecah keheningan yang ada di antara Keisha dan Miko.
"Keisha." Violetta berjalan menghampiri anak dan menantunya.
Melihat ibunya sedang berjalan mendekat, Keisha langsung menghapus air mata yang ada di sudut matanya. Keisha segera menyingkirkan rasa sedih bercampur rasa kesal dari wajahnya dan menggantinya dengan senyuman di bibirnya.
"Hai, Mah." Keisha langsung memeluk ibunya.
"Sayang." Violetta mengusap punggung Keisha.
Keduanya sama-sama menarik diri dari pelukan itu. Sejenak Violetta memandang wajah Keisha lalu mengusapnya. Mata anaknya terlihat basah dan jelas jika Keisha baru saja menangis.
"Keisha, kenapa kamu menangis?" tanya Violetta.
"Tidak kenapa-kenapa kok, Mah. Aku hanya kelilipan debu tadi," jawab Keisha.
Violetta sangat tahu sifat anak perempuannya. Keisha tidak akan mau memberitahukan masalahnya pada siapapun.
"Oh, Mamah tahu. Pasti kamu sedih karena Miko tidak bisa menemani kamu di sini ya," tebak Violetta.
"Da-dari mana Mamah tahu?" Keisha merasa khawatir jika ibunya mendengar pembicaraannya dengan Miko mengenai Mayang.
"Iya jelas Mamah tahu. Tadi Miko sudah izin sama kami semua di sini. Miko mengatakan ada pekerjaan mendadak. Jadi dia tidak bisa ikut bersama kita untuk merayakan ulang tahun kamu di sini," jawab Violetta.
"Iya, 'kan, Miko." Violetta melihat ke arah Miko dan bertanya pada laki-laki berstatus menantunya.
"I-ya, Mah," jawab Miko dengan nada bicaranya yang gugup.
Keisha menatap Miko dengan rasa sedih bercampur rasa kesal. Tidak habis pikir suaminya bisa membohongi keluarganya. Keisha terus menatap Miko dengan tatapan seolah sedang mengintimidasinya, membuat Miko melihat ke arah lain untuk menghindari tatapan darinya.
"Kamu jangan sedih ya. Miko kan kerja untuk kamu dan masa depan kalian," ucap Violetta.
"Iya, Mah." Keisha mengangguk dengan wajah tertunduk untuk menyembunyikan air matanya.
"Ya sudah Mamah masuk dulu. Kami semua menunggumu di dalam." Violetta pergi setelah mengusap lengan Keisha.
"Iya, Mah." Keisha menganggukkan kepalanya.
Keisha menoleh ke arah pintu masuk, memperhatikan ibunya. Setelah memastikan ibunya sudah masuk ke dalam rumah, Keisha kembali melihat ke arah suaminya.
"Tega kamu, Mas," ucap Keisha.
"Sekarang demi perempuan tidak tahu malu itu, kamu tega membohongi aku dan juga keluargaku," lanjut Keisha.
Belum sempat Miko mengeluarkan kata-katanya, ponsel Miko lebih dulu berdering. Miko merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya. Tanpa melihat secara langsung Keisha tahu siapa yang menghubungi suaminya. Sudah pasti perempuan tidak tahu diri bernama Mayang.
"Sudahlah, Kei. Aku tidak ingin berdebat denganmu saat ini. Aku lebih mengkhawatirkan anakku yang ada di dalam kandungan Mayang," ucap Miko.
Sakit!
Itulah yang sedang Keisha rasakan saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh suaminya.
"Aku pulang dulu." Miko ingin memberikan kening Keisha sebuah kecupan, tetapi Keisha menolaknya.
"Jangan menyentuhku setelah kamu berani menyentuh wanita lain," tolak Keisha.
"Baiklah, terserah kamu saja," ucap Miko.
"Jangan pulang terlalu malam," pesan Miko.
"Aku tidak akan pulang jika wanita itu masih ada di rumah kita," ucap Keisha.
"Baiklah, Keisha. Aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik," ucap Miko.
Keisha melihat Miko masuk ke dalam mobilnya. Sejujurnya Keisha masih berharap Miko mengurus mengurungkan niatnya untuk pergi. Namun, pada kenyataannya Miko tetap pergi demi wanita lain.
Keisha ingin sekali menangis sejadi-jadinya untuk meluapkan rasa sedihnya. Namun, Keisha tidak mungkin melakukannya di hadapan keluarganya. Keisha tidak ingin keluarganya ikut bersedih memikirkan masalah yang terjadi di dalam rumah tangganya. Setelah mobil suaminya menjauh dan hilang dari pandangannya, Keisha masuk ke dalam rumah.
Berulang kali Keisha menarik napasnya dalam-dalam untuk meredam rasa sesak didalam dadanya.
"Hai, semua." Keisha menyapa keluarganya dengan senyuman di bibirnya.
"Hai, adikku. Aku sangat merindukanmu." Melihat adik perempuannya datang Kenzo langsung memeluk. Kenzo merasa sangat merindukan adiknya. Setelah membina rumah tangga dengan Felicia, dirinya jarang sekali menemui adiknya.
"Aku juga sangat merindukan Kakak." Keisha membalas pelukan dari kakak sulungnya.
Setelah Kenzo, Keisha juga memeluk saudara-saudaranya yang lain yaitu Kenzi, Sean, dan juga Marcello.
"Ello, kapan kamu pulang dari luar negeri?" tanya Keisha.
"Aku baru pulang semalam. Aku datang ke sini khusus untuk merayakan ulang tahunmu dan juga aku ingin memperkenalkan calon istriku," jawab Marcello.
"Wah, selamat. Akhirnya kamu akan predikat Playboy," ledek Keisha.
Ucapan Keisha berhasil memanggil membangkitkan tawa semua orang yang ada di dekatnya.
"Sudah, sudah, bercandanya nanti lagi," ucap Evano. "Sekarang kita langsung saja mulai acaranya," ucap Evano yang langsung dianggap disetujui oleh semua orang.
Evano menggiring Keisha kehadapan kue ulang tahun yang sudah disiapkan untuknya. Setelah lilin dinyalakan semua orang menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Keisha.
Sebelum meniup lilin, Keisha lebih dulu memejamkan matanya dan membuat keinginan. Keisha berharap dirinya diberi kekuatan untuk menghadapi masalah yang sedang dihadapinya.
Selesai membuat keinginan mata Keisha kembali terbuka dan langsung meniup lilin yang ada di hadapannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!