NovelToon NovelToon

BUKAN SITI NURBAYA

Kecelakaan

BRAAAAKKKKKK...

Sebuah sepeda motor matic tiba-tiba menghantam body belakang sebuah mobil sedan yang sedang berhenti karena lampu merah di pertigaan jalan raya.

Kaget saat mobilnya dihantam dari belakang kemudian seorang lelaki berumur 32 tahun keluar dari dalam mobil tersebut dengan memakai topi karena saat itu gerimis.

"Di taruh dimana matamu! Jelas-jelas lampu merah dan kamu masih ngebut! Lihat sampai penyok begini!" hardik lelaki itu

Seorang wanita dalam balutan jas hujan beringsut hendak bangun. Namun dia kesusahan. Kakinya terkilir dan badannya gemetar. Takut dan kalut yang dia rasakan.

Beberapa pengendara motor lainnya membantunya menepikan sepeda motornya di pinggir jalan. Dia pun dibantu berdiri oleh salah satu pengendara motor tersebut.

Begitu berhasil berdiri tiba-tiba dia terhuyung lemas dan tak sadarkan diri, hendak jatuh tapi ditahan oleh pengendara motor itu.

"Bawa ke samping. Bawa kesamping" ujar beberapa orang itu.

"A, bawa kepinggir saja dulu mobilnya. Biar nanti urusannya dilanjut. Kasian orangnya pingsan" ujar bapak-bapak yang menolong wanita tersebut

"Bawa saja ke Klinik Sejahtera depan sana. Takutnya kenapa-kenapa" usul bapak-bapak dengan memakai jaket ojek online.

Lelaki tersebut mematung. Bingung. Wanita yang dia hardik tiba-tiba pingsan. Dia mulai panik. Takut disalahkan dan di keroyok.

"Baik. Kalau begitu tolong angkat saja ke mobilku." lelaki itu terbata. Dadanya berdegup kencang. Kemudian membuka pintu belakang mobilnya.

"Motornya biar kawanku yang bawa ke klinik itu" ujar salah seorang bapak-bapak yang boncengan dengan temannya.

Mobil itu kemudian melaju. Tak lama, setelah pertigaan mereka masuk ke halaman klinik berlantai dua. Disana berderet tulisan nama dokter praktek di klinik yang cukup ramai dan terkenal.

Salah seorang satpam klinik menghampiri mobil tersebut. Lelaki dalam mobil membuka kaca.

"Pak tolong, saya bawa pasien tak sadarkan diri" ujar lelaki dalam mobil itu.

"Baik". Kemudian satpam tersebut membawa brangkar di ikuti salah satu temannya.

Lelaki bertopi itu kemudian membuka pintu belakang dan membopong wanita tersebut ke atas brangkar di bantu oleh dua satpam klinik.

Setelah menutup pintu mobil, dari belakang dia di sapa oleh bapak-bapak.

"A, ini kunci motor si Neng yang tadi. Maaf saya gak bisa nemenin karena saya di tunggu orang" ujarnya

"Baik pak. Terima kasih" ucapnya.

'Dia yang nabrak, gue yang nanggung. Sialan tuh cewek pakai pingsan segala' dumel lelaki bertopi tersebut seraya masuk ke dalam klinik.

Pandangannya beredar mencari satpam tersebut yang membawa orang yang menabrak motornya.

"Sebelah sana pak" ucap satpam seraya menghampiri lelaki bertopi tersebut.

"Baik" dia pun bergegas ke arah yang ditunjukan satpam tersebut.

"Maaf, bapak keluarganya? Tolong daftar dahulu pak sebelah sini" ucap salah satu perawat yang berjaga

"Bu.. Bukan Bu. Saya tidak kenal. Hanya saja saya menolongnya" Sanggah lelaki bertopi tersebut.

"Oh begitu. Baik, bapak tunggu saja dahulu sampai pasien siuman. Dokter sedang memeriksanya"

"Baik Bu" kemudian lelaki bertopi tersebut menghampiri dokter yang sedang memeriksa.

Jas hujan, kerudung, dan tasnya pun tersimpan di kursi. Terlihat wajah perempuan cantik namun terlihat pucat.

"Bagaimana dok? Dia gak kenapa-kenapa?" tanyanya memberanikan diri

"Tidak apa-apa pak. Dia hanya syok dan kelelahan. Kakinya sepertinya terkilir. Bengkak sedikit di kakinya." ujar dokter wanita berkaca mata menjelaskan.

"Memarnya biar nanti diberi anti septik oleh perawat. Saya permisi dulu, masih banyak pasien yang menunggu" lanjut Dokter wanita tersebut.

"Baik dok. Terima kasih" ucap lelaki bertopi tersebut seraya tersenyum manis kepada dokter.

Seorang perawat yang mendampingi dokter nampak sibuk menggulung celana yang dipakai wanita tersebut kemudian membersihkan luka memar di lutut wanita tersebut dengan telaten.

Lelaki bertopi tersebut hanya diam memperhatikan. Pikirannya kacau dan kebingungan.

"Maaf sus, masih lama dia bangunnya?" tanya lelaki bertopi tersebut

"Di tunggu saja ya pak. Sebentar lagi pasti bangun" jawab perawat tersebut sambil merapihkan celana wanita yang sedang terbaring itu.

"Saya permisi kalau begitu pak" lanjut perawat tersebut.

"Terima kasih ya sus" jawabnya singkat.

Klinik Sejahtera

Lelaki bertopi itu memindahkan barang-barang wanita tersebut ke tepi kasur. Kemudian dia duduk. Diamatinya lekat-lekat wanita tersebut.

'Cantik juga nih cewek. Kayaknya anak baik-baik' batinnya

Ddrrrtt.. Ddrrrtt.. Ddrrrtt..

Ddrrrtt.. Ddrrrtt.. Ddrrrtt..

Ddrrrtt.. Ddrrrtt.. Ddrrrtt..

Getaran dalam ponsel menyadarkannya dalam lamunan. Di carinya ponsel tersebut yang berasal dari tas wanita itu.

Dia lihat layar ponsel wanita itu tertulis nama 'Ibu' dibubuhi tanda hati di tulisannya.

"Assalamualaikum " sapa suara wanita di seberang sana

"Waalaikumsalam" jawab lelaki tersebut dengan gemetar

"Kamu siapa? Ini ponsel anak saya" si Ibu langsung mencerca dengan pertanyaan begitu mendengar suara lelaki tersebut

"Maaf bu, saya yang menolong anak ibu. Anak ibu sekarang lagi di klinik sejahtera" belum selesai lelaki tersebut bicara wanita di seberang sana sudah histeris

"Ya Allah.. Anakku kenapa?" tanyanya sambil menangis

"Tidak apa-apa bu. Hanya syok."

"Saya kesana sekarang" kemudian mematikan teleponnya.

Tak lama kemudian

"Ssshh..." begitu membuka mata wanita tersebut meringis. Badannya terasa sakit semua, terlebih bagian kakinya sangat sakit yang dia rasakan.

"Kamu sudah bangun?" ketus lelaki tersebut.

"Maaf, om siapa? Saya kenapa ada disini." sambil memegang kepalanya. Dia masih mengumpulkan kesadarannya

"Hah? Kerudungku kemana?" paniknya kemudian sambil menutup rambutnya.

"Kamu gak ingat sudah nambrak mobilku sampai penyok! Dan kamu menyusahkanku pakai pingsan segala! Dan perlu kamu ingat aku bukan om kamu! Seenaknya saja kamu panggil om!" hardiknya

Wanita tersebut ketakutan. Dadanya berdegup kencang.

"Maaf a, a.. Aku tadi hilang kendali. Jalanan licin, pas mau rem motorku tiba-tiba saja malah tergelincir" jawabnya jujur

"Nanti saya ganti kerugiannya a" lanjutnya dengan suara menahan tangis.

"Haruslah! Sudah rugi banyak aku gara-gara kamu!" hardiknya lagi

"Aku minta maaf a" sesalnya

Lelaki itu diam. Tak berkata lagi. Dia cukup kasihan melihat wanita pucat di depannya.

"A, boleh minta tolong ambilkan kerudungku" karena dia masih merasa kesakitan untuk bangun. Kepalanya masih terasa pusing.

"Sudah salah. Nyuruh pula" lelaki tersebut bersungut

Wanita itu hanya diam sambil masih menutupi rambutnya.

"Nih" disodorkan kerudungnya

"Terima kasih a. Aku minta maaf sudah merepotkan" ucapnya sambil mengambil kerudung dari lelaki tersebut.

Wanita itu menutupi kepalanya dengan kerudung secara asal. Kemudian dia berusaha untuk duduk. Lelaki tersebut hanya diam sambil memainkan ponselnya.

"Syaa... Tasyaaa.. " tiba-tiba seorang ibu datang sambil menangis diikuti oleh suaminya.

"Ibu.." pecahlah tangis wanita itu yang dia tahan dari tadi. Mereka berpelukan.

"Kamu yang bawa anak saya kemari?" tanya lelaki paruh baya

"Iya Pak" jawabnya singkat

"Kamu yang nabrak anak saya" ketus ibu tersebut sambil terisak

"Bukan bu, aku yang nambrak aa itu" jawab wanita bernama Tasya tersebut.

"Naaakk.. Ibu gemeteran ini. Ya ampun Alhamdulillah kamu gak kenapa-kenapa. Ya Allah.. Lemes banget ibu" ucapnya kemudian

"Terima kasih ya Nak. Maaf sudah direpotkan. Maaf juga ibu menuduhmu" ucap ibu jujur ke lelaki bertopi tersebut

"Tidak apa-apa bu" jawabnya lagi singkat

"Motor kamu tidak apa-apa? Nanti bapak ganti kerusakannya" sambung ayah Tasya

"Mobilnya penyok Yah. Di tabrak Tasya" jawab Tasya serasa menyesal.

"Kamu ini bawa motor sambil tidur apa bagaimana? Bisa bikin penyok mobil orang dan sampai masuk klinik" ayahnya memojokkan Tasya.

"Yah sudah sih yah. Yang penting anaknya gak kenapa-kenapa" Ibu Tasya membela.

Tasya hanya diam. Dia makin merasa bersalah karena telah membuat orang tuanya khawatir juga.

Rumah Tasya

Setelah membereskan administrasi, Tasya dan keluarganya pun bergegas pulang. Lelaki bertopi telah terlebih dahulu meninggalkan klinik karena ia harus menjemput ayahnya. Dia bertukar nomor ponsel dengan ayah Tasya untuk biaya mobilnya yang penyok. Padahal dia sudah menolak dengan dalih masih di asuransikan. Tapi keluarga Tasya bersikukuh untuk bertanggung jawab.

Tasya jalan dengan terpincang-pincang karena bengkak di kaki kanannya mulai membesar.

"Nanti langsung di pijat saja Sya sama Mak Iyam" Ibu membuka percakapan

"Iya bu." jawab Tasya singkat. Dia merasakan seluruh tubuhnya makin sakit. Mau menangispun malu dengan kedua orang tuanya. Terlebih dia merasa bersalah dan masih syok dengan kejadian tadi.

"Mang Maman, nanti tolong ambil motor Tasya di Klinik Sejahtera ya. Nanti kuncinya saya kasih setelah saya sampai rumah" ucap ayah Tasya menelepon seorang kepercayaannya.

"Bu, Tasya mau makan sate" mulai manja

"Kamu ini, hari ini sudah berulah masih bisa request makan sate" ayahnya menyela

"Sudah Yah, kan namanya juga kecelakaan. Gak kasihan apa sama Tasya Yah." ibu membelanya

Tanpa di komando, ayahnya Tasya menepikan mobilnya di warung sate langganannya. Dia keluar mobil untuk memesan sate. Sementara Ibu dan Tasya menunggunya di mobil.

"Untung Reza baik, Sya. Coba kalau yang kamu tabrak orang galak terus kamu pingsan gak di tolongin bagaimana. Duh Ya Allah..ibu takut kamu kenapa-kenapa" ujar ibu mengingat kejadian tadi

"Iya bu. Dia marah sih sama Tasya. Tapi untungnya masih baik mau nolongin Tasya. Ngomongnya saja yang ketus bikin Tasya takut. Makanya tadi Tasya nangis juga bu, itu Tasya habis di marahin juga sama dia" Tasya mengingat wajah lelaki bertopi yang memperkenalkan dirinya dengan nama Reza.

"Ya karena kamu yang salah. Mungkin dia juga panik Sya" ucap ibu

Tak lama ayah Tasya masuk kedalam mobil. Aroma sate tercium menggoda selera Tasya yang sangat kelaparan.

Setibanya di rumah Tasya berganti pakaian kemudian makan bersama orang tuanya.

"Assalamualaikum" seseorang masuk ke dalam rumah

"Eh Mang Maman, sini makan bareng" ajak ibu Tasya

"Saya sudah makan. Terima kasih bu. Silahkan di lanjut" jawab Mang Maman

"Hayo, jangan malu-malu Mang" ajak ibu lagi

Mang Maman kemudian ngobrol dengan Ayah Tasya, setelah itu Ayah Tasya menyodorkan kunci motor kepada Mang Maman. Dia pun pamit untuk mengambil motor di klinik.

"Sya, kamu istirahat dulu sambil nunggu Mak Iyam datang. Jangan lupa obatnya di minum" ujar ibu

"Iya Bu" jawab Tasya

Tak lama kemudian Mak Iyam datang. Mak Iyam tukang pijat panggilan yang terkenal di kampung Tasya. Tasya kemudian di pijat oleh Mak Iyam di kamarnya.

Tasya merupakan anak bungsu dari Taufik Martadinata. Ayahnya merupakan orang terpandang di kampungnya. Dia memiliki lahan perkebunan yang luas. Dan hampir seluruh warga kampung bekerja sebagai buruh di perkebunannya.

Keluarga Tasya tidak seperti keluarga berada pada umumnya yang sombong dan sok kaya. Mereka sangat disegani warga karena kedermawanan dan keramahannya.

Tasya memiliki seorang kakak laki-laki yang sedang melanjutkan studi magister di Jawa Tengah. Tasya dan kakaknya pun tidak di manjakan dengan materi. Mereka di latih menjadi anak yang mandiri. Tasya sering membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan untuk urusan memasak, Tasya sudah sangat jago. Sementara kakaknya dilatih untuk membantu pekerjaan ayahnya. Tak segan kakak Tasya pun sering memikul sayuran untuk membantu para pekerja ayahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!