Happy reading ^ ^
Cinta pertama akan begitu berkesan untuk dua umat manusia yang baru mengenal cinta. Begitu juga untuk sepasang insan yang dulu pernah merajut cinta di masa putih abu-abu. Hubungan yang sangat serius, penuh cinta dan nyatanya tak berakhir bahagia.
Tujuh tahun berlalu dan mereka sudah mempunyai kehidupan masing-masing. Namun siapa sangka takdir kembali mempertemukan. Waktu seolah kembali berputar untuk mereka, dimana kisah pilu dan bahagia pernah mereka rasakan.
Flashback on
Tujuh tahun sebelum mereka memutuskan untuk putus.
"Pak tunggu! Ayo cepat kak, pagarnya sudah hampir di tutup!" teriak Laila saat tengah berlari bersama dengan Niko dan melihat pak satpam akan menutup pagarnya.
Akhirnya mereka sampai di depan pagar sekolah, namun sayang pagar itu sudah tertutup, Niko mencoba membujuk pak satpam untuk membuka pagarnya.
"Pak, tolong biarkan kami masuk," bujuk Niko.
"Iya pak, sekali ini saja,"Ucap Laila memelas.
"Kalian ini kebiasaan, saya tidak akan membukakan pagar ini," tegas pak satpam.
Niko mengambil dompetnya dan mengeluarkan selembar uang pecahan seratus ribu, "Ehmm, pak ayo lah sekali ini saja," ucap Niko menyodorkan uang itu kepada pak satpam.
Pak satpam itu melirik uang yang ada di tangan Niko, "Ehm ... iya baiklah, lain kali jangan terlambat lagi," pak satpam itu mengambil uang yang ada di tangan Niko dan langsung membuka pagar.
Dengan cepat Niko dan Laila masuk kedalam.
"Selamat .... selamat," ucap Laila sambil mengelus dada.
"Sekarang kamu masuk kelas ya, kakak juga mau ke kelas sekarang," ucap Niko.
"Iya, terimakasih ... aku sayang kakak," Laila berlari meninggalkan Niko yang masih diam mematung sambil tersenyum-senyum sendiri.
"Manis sekali dia," ucap Niko lalu melangkah pergi.
~
Laila berlari memasuki kelas dengan nafas yang masih tersengal-sengal, saat berada di ambang pintu kelas, ia bisa bernafas lega karena guru belum masuk, ia Melangkah masuk dan langsung duduk bersandar di kursinya, Kinan yang duduk di sampingnya sudah biasa melihat pemandangan ini.
"Kamu kebiasaan, jam segini baru datang," ucap Kinan merasa heran dengan sahabatnya.
Laila masih berusaha mengatur nafasnya, "tadi aku, menunggu kak Niko di halte," ucap Jihan.
"Kenapa kak Niko, tidak menjemput kamu saja di rumah?" tanya kinan.
"Ya tidak mungkin lah Ki, kamu tahu sendiri tante aku itu tidak memperbolehkan aku pacaran, kalau tante ku tahu aku bisa di kirim balik ke kampung," ujar Laila.
"Haha ... sudah seperti paket saja, bisa di kirim balik," ucap Kinan sambil tertawa.
"Selamat pagi semuanya." Guru memasuki kelas.
~~
Jam pelajaran sudah selesai, Niko melajukan motornya bersama sang pujaan, Laila mengajak Laila untuk pergi ke sebuah cafe sebelum mereka berpisah untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.
Bukan hanya Laila yang dilarang untuk berpacaran, namun Niko juga demikian, meski ia sudah kelas tiga SMA namun ayahnya yang begitu keras mendidiknya, melarang ia untuk menjalin hubungan pacaran, karena itu hanya akan mengganggu konsentrasi belajar Niko saja.
Niko memang anak satu-satunya dan ayahnya benar-benar mempersiapkan ia untuk menjadi pemimpin perusahaan, jadi untuk menghindari masalah, Laila dan ia berpacaran secara diam-diam .
~
Niko memarkirkan motornya di parkiran cafe, setiap pulang sekolah ia akan mengajak Laila untuk sekedar makan ice cream atau makan siang bersama.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Niko.
"Es campur saja kak," jawab Laila.
"Oke, mbak dua es campur ya," ucap Niko.
mendongak untuk menyampaikan pesananya kepada pelayan cafe yang berdiri di sampingnya.
"Kak Niko sebentar lagi lulus, apa rencana kakak setelah lulus nanti?" tanya Laila.
"Ayah mau aku kuliah di luar negeri, tapi aku Tidak mau" ujar Niko.
"Kenapa?" tanya Laila penasaran.
"Ya karena aku tidak mau jauh dari kamu, aku mau kuliah di Indonesia saja," jawabnya.
"Sebenarnya, aku juga tidak mau jauh-jauh dari kakak, kita sudah hampir dua tahun berpacaran, dan aku belum siap untuk berhubungan jarak jauh," ucap Laila lirih.
"Tenanglah, aku tidak akan meninggalkan kamu, setelah acara kelulusan aku akan bilang ke ayah kalau aku tidak akan pergi ke amerika, aku tidak siap berpisah dari kamu," ucap Niko sambil menggenggam kedua tangan kekasihnya itu
"Iya kak ... aku juga, satu hari saja tanpa kabar dari kak jo aku sudah gelisah," ucap Laila.
"Ini pesananya silahkan menikmati," ucap pelayan cafe yang datang membawa pesanan Niko dan Laila.
~~
Setelah mengantarkan Laila sampai di halte, Niko pun pulang ke rumah.
Baru saja ia sampai, Vita sudah datang menghampirinya.
Vita adalah sahabat kecilnya dan mereka bertetangga, mereka sangat akrab, melakukan berbagai hal bersama dan Vita memang sudah menyukai Niko sejak lama.
Namun Niko tidak menyadari itu, saat ia berpacaran dengan Laila, sahabatnya itu mulai merasa jika ia sudah tidak memperdulikannya. Vita tahu jika Niko berpacaran dengan Laila dan ia setuju untuk merahasiakannya. Tapi semakin hari ia semakin kesal dengan sosok Laila, yang sudah benar-benar menyita waktu Niko.
"Nik ... aku mau bicara sama kamu," ucap vita yang sudah berada di depan Niko.
"Mau ngomong apa sih Vi ... ayo bicara di teras rumah ku saja," ajak Niko.
Niko dan vita duduk di kursi yang ada di teras.
"Kamu mau ngomong apa Vi ... Sepertinya serius sekali," ucap Niko semakin penasaran.
"Sebentar lagi kan kita lulus, kamu mau kan, melanjutkan kuliah ke universitas di Aamerika?" Vita menatap Niko penuh selidik.
"Aku belum memutuskan akan ke amerika atau tidak, jujur aku mau kuliah di sini saja," ujar Niko.
"Kenapa ... ayah kamu dan papa ku sudah setuju kita akan berangkat bersama ke amerika." Vita mulai terlihat kesal karena ia tahu alasan Niko tidak ingin ke amerika.
"Ini hidup aku vi ... aku bebas untuk memilih jalan ku sendiri," ujar Niko.
"Aku tahu kamu tidak mau pergi, karena kamu tidak mau jauh dari bocah itu kan!" Vita mulai tidak bisa mengontrol dirinya.
"Hey ... pelankan suaramu." Niko kaget karena Vita meninggikan suaranya.
"Biarkan saja ... biar om dan tante tahu kalau selama ini, kamu pacaran di belakang mereka,"ujar vita yang semakin kesal.
"Kamu kenapa sih, apa aku salah jika memiliki kekasih, aku sangat mencintai dia Vi, kami sudah hampir dua tahun bersama dan kamu selalu mendukung ku tapi kenapa sekarang kamu menjadi seperti ini," ucap Niko pelan.
"Entah sejak kapan tapi aku tidak suka kamu perhatian dengan dia dan kamu selalu meluangkan waktu mu untuk dia aku tidak suka ... aku cinta sama kamu Nik," ujar Vita yang sudah mulai berkaca-kaca.
Niko menatap tak percaya, sahabatnya sendiri mengatakan cinta padanya, ia bahkan tak pernah berfikir sejauh itu.
Bersambung 💓
Niko sedang berbaring di atas tempat tidurnya, ia masih tidak habis fikir apa yang di katakan vita padanya, jelas sekali vita tahu jika ia sangat mencintai Laila, dengan mengungkapkan perasaannya seperti ini maka persahabatan mereka akan menjadi renggang.
Niko sudah menganggap Vita sebagai saudaranya sendiri, namun persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu memang sulit untuk konsisten karena akan ada saja yang terbawa perasaan entah si perempuan atau si laki-laki, tak jarang juga keduanya.
Di tengah Lamunannya, ponsel Niko tiba-tiba bergetar tanda pesan masuk, ia tersenyum saat melihat layar ponselnya.
[Kak Niko.]
"Apa sayang?"
[Kakak lagi apa?]
"Lagi rebahan saja, kamu sendiri lagi apa?"
[Lagi mikirin kakak, tidak sabar untuk bertemu kakak di sekolah besok.]
"Sama, boleh ke rumah kamu?"
[Jangan, tante ku galak]
"Oh iya aku ingin cerita sesuatu."
[Apa kak?]
Niko terdiam sesaat, ia terlihat ragu untuk mengatakan semuanya, "Tidak jadi, sampai jumpa di sekolah besok."
[Baiklah, sampai jumpa besok.]
~
Pagi hari saat akan berangkat ke sekolah Laila membantu tantenya membereskan meja makan sehabis sarapan.
"Kamu berangkat sekolah sana, biar tante saja yang membereskan meja makan," ucap Mela lalu tersenyum kepada Laila.
"Masih pagi kok tante, Nino mau, aku yang mengatakannya ke sekolah." ujar Laila yang sedang mengangkat piring kotor di atas meja.
"Ninonya sudah pergi kok barusan, sama temannya, Nabila anak tetangga," ucap Mela merasa heran.
"Benar tan, ya ampun, itu anak tidak konsisten sekali, baiklah kalau begitu aku berangkat ke sekolah dulu ya tante," ucap Laila
lalu mengambil tas yang ia letakkan di atas kursi, berjalan dengan cepat menuju halte bus.
Saat sampai di halte, bus terakhir sudah berangkat, karena takut telat Laila beralih untuk naik ojek saja.
"Pak tolong antarkan saya ke SMA harapan ya," ucap Laila yang sudah memasang helmnya.
"Siap Non," ucap tukang ojek itu langsung tancap gas menuju SMA harapan.
~
Niko baru saja akan berangkat ke sekolah namun saat akan membuka garasi, Ayah meminta untuk johan bicara empat mata dengannya.
"Vita bilang kamu menolak untuk pergi ke Amerika!, apa benar begitu?" tanyaToni pada sang putra.
"Iya yah," ucap Niko Jujur,iya sudah bisa menebak jika ayahnya akan membahas hal ini.
"Kenapa! ... Saat masuk SMA kamu bilang setelah lulus akan kuliah di Amerika dan ayah sudah menyiapkan segalanya untuk kamu,lalu apa yang menyebabkan kamu berubah fikiran seperti ini?" Tatapan toni mulai mengintimidasi, membuat Niko diam sambil menunduk
Niko mencengkeram lututnya, lalu kembali menatap ayahnya, "Maaf ayah, aku harus berangkat sekolah sekarang," Niko meraih tasnya dan pergi meninggalkan ayahnya yang masih duduk di sofa ruang tamu.
"Anak itu, apa sebenarnya yang dia inginkan," ucap Toni sambil memandangi kepergian sang putra.
~~
Dalam perjalanan Niko masih tenggelam dalam fikiranya sendiri, kata-kata ayahnya yang semakin menuntut membuat ia bingung,
setelah beberapa saat akhirnya ia sampai di halte yang tidak jauh dari sekolah, meski demikian Laila selalu setia menunggunya di sana, agar bisa masuk ke sekolah bersama.
"Sudah lama menunggu..?" tanya Niko yang sudah menghentikan motornya di depan Laila.
"Tidak lama kak, kenapa? Wajah kakak terlihat murung?" tanya Laila saat melihat ekspresi wajah Niko tak tersenyum seperti biasanya.
Sebaiknya aku tidak menceritakan hal ini kepadanya, aku tidak ingin dia ikut kepikiran, batin Niko
Niko kembali mengembangkan senyumnya,
"Masa iya,sepertinya aku kurang tidur," ujarnya.
"Pasti main Game online lagi ya??" tanya Laila dengan tatapan mengintimidasi.
"Hehe Kamu tahu saja, ayo naik nanti terlambat lagi," Niko memasangkan helm ke kepala sang pujaan.
Niko melajukan motornya, untung saja kali ini mereka tidak telat.
Ia mengantarkan Laila sampai di depan pintu kelasnya, sementara dari kejauhan Vita mengepalkan kedua tangannya, ia benar-benar merasa kesal, bahkan setelah ia menyatakan perasaannya, Niko tak memberikan respon apapun.
Saat akan berjalan Menuju kelasnya, tiba-tiba tangan Niko di tarik oleh Vita.
"Kita perlu bicara," ucap Vita sambil mencengkram lengan Niko.
"Lepaskan, aku masih malas ngomong sama kamu, sebelum kamu memperbaiki sifat kamu, jangan anggap aku sahabat lagi, mengerti!"
Niko Beranjak pergi meninggalkan Vita yang masih diam mematung dengan tatapan mata penuh kebencian, bukan pada Niko namun kepada, Laila.
"Awas saja, aku tidak akan diam saja kali ini," gumam Vita.
~~
"Kak Niko serius tidak jadi ke Amerika demi kamu La?" tanya Kinan.
"Iya, dia bilang seperti itu, tapi jujur aku bingung, aku memang tidak mau berjauhan dengan dia, tapi di sisi lain, aku tidak mau jadi penghalang kak Niko untuk meraih cita-citanya, apalagi ini keinginan kedua orangtuanya," ujar Laila dengan ekspresi wajah yang tiba-tiba saja berubah sendu.
"Berat memang ... kamu coba Bicara lagi dengan kak Niko, agar semuanya lebih jelas," ucap kinan.
"Aku juga maunya seperti itu, tapi aku takut tidak bisa menahan perasaan ku sendiri Ki, kalau aku malah nangis bagaimana, itu malah akan menambah beban fikiran dia kan," ujar Laila.
"Kamu harus bisa La, kalau pun kalian harus berhubungan jarak jauh, aku yakin kalian bisa, aku tahu kalian sama-sama saling mencintai," ucap Kinan.
"Iya deh, nanti aku coba ngomong lagi sama kak Niko" ucap Laila dengan wajah lesunya.
~
Saat jam istirahat sekolah, Laila pergi ke kantin bersama dengan kinan, seperti biasa ia dan sang sahabat akan makan bersama dengan Niko dan vita namun kali ini nampak berbeda, Jihan merasa heran saat ia menghampiri Niko tidak ada vita di sana.
"Kak Vita mana?" tanya Laila yang sudah duduk di samping Niko sementara kinan duduk di hadapan jihan.
"Tidak tahu juga, sepertinya dia ada Urusan lain" jawab Niko berbohong.
"Ya aku jadi obat nyamuk lagi," ucap kinan dengan wajah cemberutnya.
" Tidak kok Ki ... Hehe," kekeh Laila.
"Ayo pesan makan, aku sudah lapar, "ucap Niko.
...***...
Niko baru saja sampai di rumahnya, namun lagi-lagi ia harus menghadapi sang Ibu, baru saja tadi pagi ayahnya dan sekarang ibunya lagi, ia sudah bisa menebak apa yang akan Ibunya bicarakan.
"Ayah bilang kamu menolak kuliah di Amerika?" tanya Maria pada anaknya.
"Kenapa sih, tidak ayah, ibu nanya itu dan itu lagi," keluh Niko.
"Niko, ibu ingat betul saat SMP kamu benar-benar antusias ingin ke Amerika, tapi sekarang kenapa kamu menolak saat ayah kamu sudah menyiapkan apartement dan segala kebutuhan hidup kamu selama di amerika, pasport kamu pun sudah jadi," ujar Maria.
"A-aku," ucap Niko ragu-ragu, ingin rasanya ia mengatakan jika ia tidak ingin berjauhan dengan wanita yang ia sangat cintai, namun lidahnya Terasa kaku.
"Kenapa Niko cerita sama Ibu," Maria menyentuh pundak sang putra.
"Tidak apa-apa bu, itu hanya cita-cita ku saat kecil sekarang tidak lagi," ucap Niko.
"Fikirkan lagi, ibu tahu kamu hanya bingung, ingat ayah kamu yang sudah bekerja keras demi kamu putra satu-satunya," ucap maria lembut.
"Iya bu, aku masuk kamar dulu." Niko Beranjak pergi.
Ujian akhir sudah di depan mata, semua persiapan untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri sudah di persiapkan dengan matang oleh kedua orang tua Niko, namun saat hati sudah menemukan tempatnya maka tidak akan terpisah dengan begitu mudahnya.
Bersambung 💓
Jangan lupa like komen vote ya readers 🙏😊
Laila masih tertidur pulas di atas tempat tidurnya, ia sengaja tidak menyetel alarm karena mulai hari ini libur akhir semester, Nino yang tahu jika kakak sepupunya itu pasti belum bangun, bergegas menuju kamar Laila.
Saat masuk Nino mulai tersenyum licik, seperti sedang merencanakan sesuatu, ia mendekati Laila yang masih tertidur pulas, dan dalam hitungan satu, dua dan tiga.
"Kebakaran! .... kebakaran!" teriak Nino tepat di telinga Laila.
Seketika Laila langsung terperanjat kaget, dengan kondisi yang masih setengah sadar ia berlari keluar dari kamar.
"Dimana kebakarannya," ucap Laila kebingungan.
"Kamu kenapa Laila? " tanya Mela yang bingung melihat tingkah sang keponakan.
"Ada kebakaran tante!" ucap Laila panik.
Mela menggelengkan kepalanya sambil terkekeh, "Haha ... kamu mengigau ya? Pergi cuci muka dulu sana," ucap Mela.
"Tidak ada kebakaran, terus tadi siapa yang bilang--" belum sempat ia meneruskan kata-katanya, Nino sudah menghampirinya
"Haha .... kasihan sekali kamu kak, aku kerjain," ledek Nino.
"Usil sekali sih kamu, awas saja, kalau aku berhasil menangkap kamu." Laila mengejar Nino yang sudah lebih dulu berlari.
"Kejar kalau bisa ... haha," ucap Nino yang masih saja berlari.
Laila mengejar Nino, kesana kemari, tiba-tiba suara pintu di ketuk menghentikan langkahnya, ia berjalan membuka pintu dan ia cukup kaget saat pintu terbuka, sosok vita yang berdiri di sana.
"Kak Vita?" ucap Laila saat melihat kedatangan Vita.
"Ada sesuatu yang penting yang harus kita bicarakan," ucap Vita dengan raut wajah dingin.
"Baiklah kak, kita bicara di warung di seberang sana bagaimana" pinta Laila.
"Baiklah, ayo," ucap Vita.
Laila mengikuti langkah Vita, perasaannya jadi tidak enak karena tidak biasanya vita ingin bicara berdua dengannya saja.
Setelah sampai di warung didepan rumahnya mereka memesan bubur ayam untuk sarapan, saat pesanan mereka datang vita dan Laila tak menyentuh sedikitpun bubur itu.
"Sebenarnya apa yang ingin kakak Bicarakan?" tanya Laila yang sudah penasaran sejak tadi.
"Aku langsung ke intinya saja, aku mau kamu putus dengan Niko, kamu itu tidak pantas dengan dia, dia anak pengusaha terkenal dan sukses, demi masa depannya ia harus kuliah di Amerika dan Karena kamu, dia tidak ingin pergi, harusnya kamu sadar diri, kamu orang baru di hidup Niko, jangan karena keegoisan mu, masa depannya jadi terhalang, sejak awal orang tuanya memang tidak ingin dia berpacaran, entah apa yang akan mereka katakan saat mengetahui hubungan kalian, yang pasti Niko yang akan menerima akibatnya," tutur vita.
"Kak Niko tidak pernah membicarakan tentang kekayaan orang tuanya, dia juga menerima aku apa adanya dan aku tidak pernah melarang dia untuk meraih cita-citanya, kak Niko sendiri yang memutuskan untuk tinggal," ujar jihan tegas.
"Kamu itu hanya jadi penghalang untuk Niko aku sarankan agar kamu mengakhiri hubungan kalian, apa kamu tahu karena ingin bertahan untuk tinggal di Indonesia, dia jadi melawan perintah kedua orangtuanya, padahal dulu dia itu anak yang penurut dan selalu mengikuti keinginan orang tuanya, kamu fikirkan baik-baik, kalau kamu benar-benar cinta dengan dia, relakan dia demi masa depannya, permisi."
Vita beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.
sementara Laila, hanya menunduk seraya memejamkan matanya merasakan sesak di dadanya, namun ia mencoba untuk tegar.
~
Siang harinya, Jihan pamit untuk pergi ke tempat temannya, padahal ia akan pergi bersama Niko.
"Aku pamit dulu ya tante," ucap jihan seraya menyalami tangan Mela.
"Iya Hati-hati ya," ucap mela yang sedang menjemur pakaian.
Merasa bersalah juga lama-lama bohong sama Tante, maafkan aku ya tante, batin Laila.
~
Laila sedang duduk termenung di halte bus, ia sedang meyakinkan diri untuk bicara serius kepada Niko, meskipun sang pacar sudah mengatakan akan kuliah di Indonesia saja, tapi semakin ia fikirkan ucapan vita ada benarnya, ia hanya orang baru di kehidupan Niko dan karenanya sang kekasih jadi membuang cita-citanya sendiri, dari itulah ia mengajaknya bertemu hari ini.
Ujian akhir sudah selesai, Niko tinggal menunggu hasil ujiannya saja, Laila semakin dilema meski ia tak pernah mengatakannya secara langsung kepada Laila. Ia yakin kalau pun ia meminta Niko untuk pergi ke Amerika, Niko tidak akan mau, jalan satu-satunya adalah putus, dengan itu Niko akan menyerah dengan sendirinya dan akan pergi ke Amerika, itulah yang di fikiran Laila.
"Kamu sudah lama menunggu," ucap Niko yang sudah turun dari motornya, membuat lamunan Laila buyar seketika.
"kak Niko ... tidak juga," ucap Laila.
"Ayo kita jalan, hari ini kamu yang menentukan kita akan kemana," ujar Niko sambil memasangkan helm di kepala sang pujaan.
Motor Niko melaju dengan kecepatan sedang, Laila yang duduk di belakang memeluk pacarnya itu dengan erat, seperti tak rela untuk melepaskan, tanpa ia sadari matanya mulai mengeluarkan cairan bening yang membasahi wajah cantiknya.
Akhirnya mereka sampai di sebuah danau, Laila sengaja mengajak Niko ke sana, agar mereka lebih leluasa untuk bicara.
"Tidak biasanya kamu mengajak kakak kemari," ucap Laila yang sudah duduk di pinggir danau berdampingan dengan Jihan.
"Aku hanya ingin bicara dengan kakak lebih tenang," ucap Laila yang mulai nampak sendu.
"Kamu serius sekali, sebenarnya apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Niko.
"Aku mau kita putus saja," ucap Laila Sambil menunduk.
"Kamu beracanda ya, itu tidak lucu," ucap Niko bingung.
Jihan menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, "Aku serius kak," ucap Laila yang masih menunduk.
"Tapi kenapa, apa alasannya?" ucap Niko tak percaya.
"Aku tidak bisa memberikan kakak alasan apapun, aku hanya ingin kita putus, ini demi kebaikan kita berdua" ucap Laila dengan suara yang mulai bergetar.
Nikomenggeleng tak percaya, hubungan mereka baik-baik saja sampai hari ini, "Aku tidak mau, tidak akan pernah!!" tegas Niko.
Laila tak bisa berkata-kata, lama mereka saling diam, tenggelam dalam fikiran mereka masing-masing, sampai pada akhirnya Niko bersimpuh di hadapan sang kekasih.
"Kak ... apa yang kakak lakukan?" Laila menatap johan tak percaya.
"Aku mohon jangan akhiri hubungan kita, aku sangat mencintaimu, lebih dari apapun," ucap Laila yang sudah mulai berkaca-kaca.
Laila tak bisa lagi membendung kesedihannya, ia Menangis tersedu-sedu di hadapan Niko langsung saja Niko memeluk kekasihnya itu untuk menenangkannya.
~~
Kini Laila sudah berada di kamarnya, setelah ia menangis di pelukan Niko, ia langsung minta untuk di antar pulang tentunya hanya sampai di halte saja, Niko tak lagi bertanya dan ikut diam saja, ia mau Laila menenangkan dirinya terlebih dahulu.
Sudah ratusan pesan dari Niko masuk ke ponselnya, namun tak satupun yang ia baca. Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur dan kembali menangis tanpa suara.
Laila tak pernah menyangka akan
memutuskan hubungan dengan pria yang sangat ia cintai, Niko adalah cinta pertamanya dan ia berharap akan menjadi cinta terakhirnya, namun saat kedaan memaksa mereka untuk berpisah, ia bisa apa.
~
Niko mencoba memejamkan matanya, namun yang ia lihat hanya wajah Laila yang sedang menangis, ia mencoba berfikir keras kenapa kekasihnya itu ingin mereka putus, namun ia belum menemukan jawaban apapun. Di lihatnya foto Laila yang menjadi wallpaper ponselnya, foto yang ia ambil secara diam-diam sewaktu ia pertama kali jatuh cinta pada gadis cantik nan manis itu.
Waktu itu masa orientasi siswa, dan Niko adalah ketua OSIS yang memang di tugaskan untuk menangani murid-murid baru, waktu itu ia mengerjai Laila, hingga gadis itu pingsan, karena merasa panik ia menggedong Laila menuju UKS, ia sangat khawatir, maksudnya hanya bercanda tapi malah membuatnya pingsan.
Lama Niko menunggu sampai akhirnya Laila sadar, ia langsung meminta maaf dan jawaban Laila benar-benar membuat johan terpana, Laila berkata, "Kenapa kakak minta maaf, aku tidak apa-apa, terimakasih sudah membawaku kemari."
Niko kembali membuka matanya, ia baru ingat sebentar lagi anniversary mereka yang kedua tahun, ia membuka laci meja belajarnya, di ambilnya kotak kecil yang ada di dalam laci itu, dibukanya kotak itu dan di dalamnya berisi kalung inisial NL, ia kembali merasa frustasi, kenapa mereka harus menjadi seperti ini di saat hubungan mereka memasuki dua tahun.
...***...
Sudah tiga hari berlalu Niko masih tenggelam dalam kesedihannya, ia merindukan Laila. Ingin mendengar suaranya meski hanya sebentar, namun nomor ponsel Laila sudah tidak aktif lagi. Suara ketukan pintu dari luar membuyarkan lamunannya, ia langsung beranjak turun dari tempat tidurnya untuk membuka pintu.
"Vita ada di bawah, dia mau bertemu kamu katanya," ucap Maria.
"Iya bu, sebentar lagi aku turun," ucap Niko
lalu kembali masuk kedalam kamarnya.
Setelah itu Niko pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, baru kemudian ia menghapiri Vita yang sedang duduk di kursi taman yang ada di halaman depan rumahnya.
"Kenapa kamu mencari ku?" tanya Niko seraya duduk di samping Vita.
"Aku ingin minta maaf, aku sadar keegoisan ku telah merusak persahabatan kita, aku ingin terus menjadi sahabat kamu," ujar Vita.
"Syukurlah kalau kamu sudah sadar, aku sudah menganggap kamu sebagai saudaraku sendiri, dan persaan ku tidak bisa lebih dari itu," ujarnya.
Tapi aku tidak mau menjadi saudaramu, aku mencintaimu, batin Vita.
"Iya aku mengerti,"ucap Vita.
"Bagaimana dengan hubungan mu dan Laila?" tanya Vita.
"Dia memutuskan hubungan kami, aku tidak tahu apa alasannya, aku masih benar-benar mencintainya," ucap Niko yang terlihat sedih.
Vita mulai tersenyum menyeringai licik, ia sangat senang karena Niko dan Laila putus, dan rencananya tidak akan sampai di situ saja.
Tinggal satu langkah lagi, aku akan membuat kamu membencinya," batin Vita.
Bersambung 💓
Jangan lupa like komen vote ya readers 🙏😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!