NovelToon NovelToon

Gadis Untuk Sang Duda

Chapter 1

Keynand Putra Ardiaz, Lelaki itu memandang lautan luas. Gulungan ombak itu terlihat indah dipelupuk mata. Dia sangat menikmati aktivitas lautan yang menurutnya sangat menarik perhatian.

Bergelombang, seperti itulah hidup. Gelombang itu berhasil dilewati berkat seorang Wanita yang pernah berada disisi namun nyatanya hanya sebentar saja Wanita itu menemaninya. Dia pergi dengan meninggalkan buah hati yang menjadi tumpuannya saat ini. Wanitanya pergi, meninggalkan dirinya untuk tetap melanjutkan hidup di dunia. Sementara dia terlebih dahulu menempatkan raganya pada alam sementara. Kelak, tentu saja akan bersama-sama menghadap Sang Pencipta untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatan di dunia ini.

Disinilah dia bertemu dengan Wanita itu. Hotel milik Reynand Putra Ardiaz yang merupakan Kakak Kandungnya.

Benar, di kamar 99 pertemuan itu kembali. Dimana saat itu Keynand berada dalam jati dirinya. Sebelumnya dia bertemu dengan Wanita itu tatkala dia berniat mengembalikan Name tagnya. Mega Fajrina, Wanita itu yang merupakan jodohnya.

Keynand masih saja asyik memandang lautan bersama masa lalunya. Dia berdiri pada sebuah balkom dari ruang kerja milik dari Reynand. Sudah lima tahun lamanya dia menempati ruang kerja bernuansa Biru itu. Dan sekarang Pemiliknya telah kembali. Dia tentu saja berniat menyerahkan kembali namun apa yang terjadi? Abangnya itu menyerahkan kedudukan untuknya. Itu artinya dia akan menempati ruang kerja itu kembali.

"Abang, bisakah kamu tak menyiksaku seperti ini? Abang telah kembali, seharusnya kedudukan itu kembali kepadamu. Tidakkah kau membiarkan saya mencari seorang Gadis, menyebalkan!" Keynand bermonolog. Dia kesal menerima tanggapan dari Lika yang memberitahu bahwa Reynand menyerahkan Hotel untuk dia kelola sedangkan Reynand hanya sebagai Pemilik yang tetap ikut membantu dan mengawasi Hotel tersebut.

Keynand berjalan keluar dari ruang kerja. Dia berjalan melalui penghubung rahasia yang menghantarkannya menuju Hotel dari Kantor Hotel Ardiaz.

Lelaki itu berjalan menelusuri koredor. Kamar yang dituju adalah kamar 99. Dia telah mengklaim kamar itu menjadi kamar pribadinya.

Selang beberapa menit berjalan, Keynand sampai juga di kamar itu.

"Assalamualaikum," salamnya lirih.

Dia menaruh cardlock, seketika itu juga Pintu terbuka. Keynand berjalan masuk lalu menempatkan cardlock tersebut pada tempatnya yang membuat penerangan itu hidup.

"Ah lelah."

Keynand merebahkan diri pada kasur king size yang tersedia disana. Dekorasi kamar itu membuatnya sangat tenang sekaligus mengingatkannya dengan mendiang Isteri. Ia, Isterinya yang mendekorasi kamar itu.

"Mega Fajrina My Wife. I love you so much," guman Keynand sembari meraba hatinya yang masih bertengger wanita itu.

Keynand menatap langit kelabunya. Dia termenung sembari mengingat memori daun pisang ops Memori salah kamar.

***

Back to dulu.

"Aaaaaaaaa, kamu siapa?"

Plak

Seorang Gadis berteriak sembari melemparkan bantal ke arah tubuh seorang Lelaki yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Tubuh indahnya berwarna putih dengan otot yang menonjol dan perut sixpack. Bentuk itu memberikan kesan bahwa Lelaki itu sangat menjaga tubuhnya. Lelaki itu memang sedikit kurus dengan wajah tirus. Akan tetapi kekurangan itu tidak menjadikan ketampanan itu memudar.

Melihat tubuh terbalut handuk yang hanya menutupi keperjakaan dan yang lainnya terekspos dengan nyata membuat Gadis itu berteriak lagi. Bukan suka melainkan ilfeel dengan apa yang dilihatnya.

"Pergi anda dari hadapan saya. Kenapa anda menumpang mandi di kamar saya? apa di rumah anda tidak ada air sehingga menumpang di Hotel." Gadis itu berucap seperti orang mengomel. Dia menutup wajah dengan kedua tangannya dengan cepat membalikkan tubuh untuk menghalau pandangannya.

Lelaki itu tentu saja terkejut mendapati kamarnya disusupi Gadis aneh.

"Hey, ini kamar saya. Tidakkah anda salah masuk kamar, Nona?" sahut Lelaki itu sembari memperhatikan Gadis yang berdiri membelakanginya. Gadis itu menggunakan Gamis dengan jilbab lebar yang menutupi sebagian Gamisnya.

"Jangan mengarang, jelas-jelas ini kamar saya. Anda yang penyusup, anda diam-diam masuk ke kamar ini saat tadi saya keluar sebentar. Iya, kan? mengaku saja." Gadis itu menyahuti pernyataan Lelaki itu dengan tetap membelakanginya.

"Kalau berbicara itu harus melihat wajah orang yang diajak bicara. Nona malah membelakangi saya, apa itu sopan namanya?" ucap Lelaki itu. Dia menampakkan senyum jahilnya.

"Saya akan sopan tapi bungkus dulu raga anda. Enggak sopan juga berbicara dengan lawan jenis anda dengan bertelanjang dada seperti itu. Satu hal lagi kita bukan mahrom." Gadis menyahuti. Dia tetap berdiri di tempat tanpa mau membalikkan tubuhnya. Sebenarnya dia merasa malu menyebut salah satu bagian tubuh yang kerap kali dijadikan tempat bermanja ria. Dia berusaha menguasai raga yang grogi. Dan tak ingin terlalu lama terjebak di kamar Hotel bersama Lelaki asing yang tak pantas berada bersamanya. Sebab itulah dia harus segera mengusir Lelaki asing ini.

"Kenapa harus dibungkus. Bukankah ini anugerah untuk Nona karena dengan gratis melihat tubuh indah ini. Asal Nona tahu, tubuh sixpack ini menjadi dambaan para Wanita. Bahkan mereka rela menyerahkan Mahkotanya hanya demi bermanja-manja pada tubuh saya ini. Nah, kamu sekarang bisa melihatnya dengan leluasa bukankah itu suatu keberuntungan."

Lelaki itu dengan penuh percaya diri membanggakan tubuhnya. Dia sengaja bertingkah seperti itu hanya untuk menggoda Gadis tersebut.

"Saya tidak suka Lelaki berotot dan satu hal juga jangan bangga dengan kesombonganmu apalagi mempergunakan tubuh indahmu itu untuk berbuat maksiat. Kelak tubuh indahmu itu akan menjadi musuh bahkan menyeretmu ke Api karena marah," sahut Gadis itu menekan kata-katanya.

Lelaki itu tersentuh. Dia sudah menyadari apa yang pernah dilakukannya. Dia selama ini hanyut dalam dunia yang menipu.

Dia segera memakai pakaian sebelum Gadis di hadapannya akan menceramahi lebih sarkas lagi. Dia senang dengan apa yang dikatakan Gadis ini. Kesadaran yang dimiliki sudah ada semenjak bertemu dengan Ipar perempuannya beserta keluarga. Sekarang ia sudah mulai menata hidup dan mempelajari ajaran agama yang dianutnya. Dulu hanya sebatas KTP tapi sekarang ingin menjalankannya dengan sepenuh jiwa raga.

"Berbaliklah, saya sudah membungkus diri," ucap Lelaki setelah selesai memakai pakaiannya. Dia melihat raga Gadis itu memutar. Hadap belakang gerak, seperti itu yang dia lakukan. Apakah dia dulu Gadis Paskib sehingga segala tingkahnya menunjukkan hal itu. Lelaki bertanya dalam diam.

"Terima kasih. Sekarang bisakah anda meninggalkan kamar ini. Kamar ini milik saya dan saya sudah berbaik hati memberikan anda tumpangan kamar mandi," ucap Gadis setelah dia menghadap Lelaki di hadapannya dengan sedikit menunduk.

"Mega Fajrina, inikah kamu?" Lelaki itu bukannya mengindahkan permintaan Gadis di hadapannya. Dia malah menyebut nama Gadis itu dengan raut terkejut. Sejurus kemudian dia tersenyum senang bertemu kembali dengannya. Sebuah nama yang kini tersimpan di Otak. Tentu saja Gadis ini berhasil mengusiknya. Membuatnya tidak bisa makan dengan tenang karena bayangnya seakan ada di hadapannya untuk menganggu. Gadis ini juga membuatnya tidak bisa tidur nyenyak karena wajah itu muncul begitu menggoda netranya.

Gadis ini, mendengarkan namanya dipanggil tentu saja dahinya mengkerut. Dia berusaha untuk mengingat wajah di hadapannya. Namun wajah tampan itu tidak pernah dilihat sebelumnya. Dia menyipitkan mata untuk melihat wajah itu, siapa tahu pernah terekam dalam ingatan. Dia tidak pikun, respek menggelengkan kepala sebagai bantahan bahwa mereka pernah bertemu sebelumnya.

"Ega, apa kamu lupa? saya Keynand Putra Ardiaz. Kita pernah bertemu sebelumnya. Kamu bekerja di Dinas Perdagangan dan saat itu kita bertemu untuk mengembalikan Name tag yang terjatuh. Apa kamu ingat?"

Iya, Lelaki itu adalah Keynand Putra Adiaz. Dia baru saja menyelesaikan ritual mandinya setelah lelah bekerja.

Gadis bernama Mega Fajrina yang biasa dipanggil Ega tentu saja ingat bertemuannya dengan seorang Lelaki bernama Keynand Putra Ardiaz.

"Iya saya ingat, tapi Lelaki bernama Keynand itu bukan anda," sahut Ega kemudian.

"Apa anda mengambil identitas Keynand setelah mengkudeta kamar saya? anda benar-benar hebat," lanjut Ega tak percaya. Dia sudah mulai sebal atas pengakuan Lelaki di hadapannya.

"Saya Keynand, tidakkah kamu ingat dengan saya?" ucap Keynand meyakinkan Gadis di hadapannya. Dia menyadari saat bertemu dengan Ega dulu dan berkenalan, saat itu dia dalam penyamaran. Tentu saja Gadis itu tidak mengetahui hal itu.

"Sebaiknya anda keluar dari kamar ini sebelum saya meminta Security untuk menyeret anda keluar," ucap Ega dingin. Gadis itu menghela nafas dengan kasar melihat tingkah Lelaki itu.

Keynand menampakkan senyum menggodanya. Saat ini dia sedang berpikir. Tidak lama kemudian dia menemukan ide untuk menjahili Gadis di hadapanya.

"Silahkan Ega, saya menunggu Security menyeret kebenaran itu," sahut Keynand merebahkan diri pada kasur empuk. Dia tersenyum sembari mengedipkan mata membuat Ega memutar bola mata indahnya dengan malas. Dia jengah sangatlah jengah.

"Anda, beraninya menempatkan tubuh di ranjang itu. Saya minta dengan hormat agar anda bangun dan segera keluar." Ega sekali lagi meminta dengan berusaha setenang mungkin. Dia tidak ingin menunjukkan amarahnya dengan Lelaki yang tidak dikenal meskipun saat ini dia sangat lelah.

"Silahkan saja jika kamu berani menyentuh kulit dan menyeret saya dari kamar ini. Lagipula saya juga bersedia berbagi ranjang dan juga menyeretmu masuk ke Hatiku. bagaimana Nona Mega Fajrina apakah kamu menyukainya," sahut Keynand. Dia kembali mengedipkan mata. Dia tertawa melihat raut marah yang diperlihatkan oleh Gadis itu.

"Saya Pria kesepian dan kamu tiba-tiba datang di hadapan mata tentu saja petanda kamu bersedia menemaniku. Sini mendekatlah, rebahlah di samping ini. Tenang saja kita akan tidur bersama tanpa melakukan apapun. Bukankah itu menguntungkan?" Keynand melanjutkan ucapannya sengaja menggoda Gadis yang masih berdiri dengan kokohnya. Dia menepuk ruang kosong di samping. Hal itu mengisyaratkan agar Gadis itu bersedia merebahkan raganya disana.

"Apa dia lelah?" Pertanyaan itu yang ada dalam pikiran Keynand saat ini. Dia memandang wajah manis yang memiliki lesung pipit. Tangannya ingin terulur untuk membelai pipi yang sangat menggodanya itu.

Keynand menekannya, dia sekarang bukan Keynand yang dulu. Dia berjanji akan meninggalkan dunianya yang kelam itu.

"Kamu bukan Keynand Putra Ardiaz. Mana mungkin wajah Keynand bisa berubah secepat membalikkan tangan. Walaupun Operasi plastikpun membutuhkan waktu yang lama," ucap Mega membatah Lelaki di hadapannya adalah Keynand yang dikenal.

Ega sudah lelah, dia datang kesini untuk berlibur. Menenangkan diri karena lelahnya bekerja. Bukan kejadian seperti ini yang dia inginkan. Bertemu dengan seorang Lelaki yang menyebalkan sekaligus mengaku-ngaku dan mengada-ngada.

"Ada apa dengan Cardlock yang diberikan oleh Resepsionist itu. Mengapa cardlock menghubungkannya dengan dunia yang menyebalkan." Ega membatin dengan menampakkan raut permusuhan disana.

"Hallo Sekurity, ada penyusup di kamar 99."

Pada akhirnya Ega melaporkan ketidak nyamanan yang didapatkan pada pihak keamanan Hotel Ardiaz.

Keynand tertawa bahagia mendengarkan pengaduan itu. Sedangkan Gadis itu memandang dengan pandangan bingung melihat kelakuan Lelaki yang mengaku sebagai Keynand.

"Rasanya ingin membawa Lelaki ini ke Selagalas agar dikasik timba bolong untuk mengambil air." Ega membatin.

***

Disisi berbeda, seorang Wanita sedang duduk manis memandang layar. Dia tersenyum geli melihat tingkah sepasang insan yang sedang perang dingin. Wanita itu adalah Lika, dia yang melakukan semua ini. Dia sengaja memberikan Voucher menginap kepada Mega Fajrina dan memberikan Cardlock sama yang ditempati oleh Keynand.

Lika melakukan misi ini untuk mendekatkan Gadis itu dengan Keynand seperti apa yang diinginkan Suaminya Reynand.

Bukankah ini misi cinta!

Bersambung.

Chapter 2

Keynand masih asyik merebahkan diri dengan posisi gagahnya. Sedangkan Gadis bernama Ega itu juga masih berada dalam posisi semula. Berdiri mematung dengan pandangan kesal ke arah Keynand. Lelaki itu menampilkan senyum playboynya. Senyum itu membuat Ega kegerahan. Lantas apa fungsi AC jika Gadis itu merasakan gerah? Ini sebuah ironi atau apa? entahlah!.

"Apa kamu tidak kelelahan? duduklah di Sofa itu? atau apa kamu mau duduk di pangkuan? dengan senang hati saya akan melakukannya," ucap Keynand hangat. Dia bangun dari rebahan lalu duduk bersila.

"Sudah jadi kursi pangkuan milikku, silahkan Nona Ega?" lanjut Keynand terdengar merayu. Sebuah senyuman nakal tersungging pada bibirnya yang sexy.

Ega diam tak bergerak. Satu hurufpun seakan enggan dia perdengarkan. Hanya pelototan yang dia tampilkan sebagai bentuk ketidak sukaan dan ketidak nyamanan yang dirasakan saat ini.

Hahahaha

Alih-alih tersinggung, Keynand malah tertawa. Dia sangat menikmati wajah marah itu. "Suka."

Diam, kembali hening setelah Keynand menghentikan tawanya.

Tok Tok Tok

Sejurus kemudian terdengar Pintu di ketuk. Ega dengan cepat beranjak ke arah Pintu lalu membuka nya. Dibalik Pintu dia mendapati seorang Security.

"Silahkan Pak, Penyusup itu ada di dalam," ucap Ega mempersilahkan.

Security itu mengangguk. Dia berjalan secara berlahan. Saat dia sampai di hadapan Keynand, Security itu kaget sekaligus heran dengan Bosnya itu. Mengapa dia dianggap Penyusup? bukankah dia berhak untuk memasuki kamar manapun. Hotel ini merupakan haknya. Sebenarnya bukan hal ini yang membuat Security merasa surprise, tapi karena adanya seorang Gadis yang membuat kepala dipenuhi oleh gosip asmara dan skandal.

"Pak kenapa diam? segera seret orang ini dari kamar saya," ucap Ega meminta. Dia heran dengan Security ini yang tak tanggap.

"Maaf mbak saya tidak bisa melakukannya," jawab Security itu gugup.

"Kenapa? apa Bapak takut dengan orang ini? kenapa harus takut dengan Penyusup," sahut Ega tegas. Dia heran kenapa Security ini mendadak loyo seperti kerupuk yang disiram air. Dia seakan kehilangan wibawa saat melihat Lelaki Penyusup di hadapannya.

"Maaf mbak saya takut dipecat," ucap Security itu jujur.

"Apa? dipecat? memangnya siapa yang berani memecat Bapak jika sedang bekerja? Bapak sedang memberesi ketidak nyamanan yang dialami tamu Hotel ini," sahut Ega tak percaya dengan apa yang disampaikan oleh Security itu.

"Maaf Mbak, lebih baik saya kembali ke tempat kerja," ucap Security hendak menghilang dari hadapan Keynand. Dia tidak ingin berurusan dengan Direkturnya itu.

"Tunggu dulu Pak? saya menjamin bahwa Bapak tidak akan di pecat. Saya mengenal Isteri dari Pak Reynand Pemilik dari Hotel ini. Saya akan menghubungi Mbak Lika dan meminta mbak Lika untuk tetap mempertahankan posisi Bapak, bagaimana?" Ega masih berusaha menahan Security itu agar mau mendepak Lelaki yang mengaku sebagai Keynand. Bahkan dia memberikan penawaran agar Security itu mau bekerjasama dengannya. Cara ini pasti berhasil untuk mengusir penyusup. Itu yang dipikirkan Ega.

"Memang, Ibu Lika adalah Pemilik dari Hotel ini tapi yang menjadi Direktur adalah Pak Keynand. Apa mbak tidak tahu kalau orang yang ada di hadapan kita adalah Keynand Putra Ardiaz, Direktur Hotel Ardiaz." Security itu menerangkan bahwa yang mereka hadapi adalah Direktur dari Hotel ini.

"Apa?" Ega terkaget. Dia memandang Keynand dengan pandangan menyelidik. Dia mengamati dari atas hingga bawah. Mengapa Keynand yang dikenalnya dulu berbeda dengan Keynand yang ada di hadapannya. Apa ada dua Keynand Putra Ardiaz? Kalau di Lomboq bisa saja itu terjadi. Memiliki satu nama dengan orang yang berbeda. Setiap nama tidak menggunakan nama keluarga atau marga hanya nama Baiq, lalu, Lale, Dende dan Raden. Itupun bukan satu keturunan keluarga yang sama melainkan nama masyarakat umum yang memiliki keturunan menak yang berasal dari Ayahnya. Jika Ayah bernama Lalu maka dia akan memberikan nama Lalu dan Baiq untuk anaknya. Nama itu identitas yang berasal dari Lomboq bukan identitas dari satu keluarga. Dalam pikirannya, Ardiaz yang disandang Keynand merupakan nama sebuah keluarga yang hanya boleh digunakan oleh keturunan dari keluarga itu sendiri.

Keynand hanya tersenyum melihat kebingungan yang ditampilkan oleh Gadis ini. Dia mencoba menebak bahwa ada kerumitan yang terjadi dalam pikiran Ega. Keynand sedari tadi hanya diam menyimak tanpa menyela ataupun menanggapi. Dia menjadikan dirinya sebagai pendengar saja.

"Anda boleh pergi, Pak! ini hanya salah faham yang terjadi," ucap Keynand mempersilahkan Security itu meninggalkan kamar.

"Terima kasih, Pak Keynand. Saya permisi," ucap Security itu mengundurkan diri.

"Anda tahu apa yang harus dilakukan, mengunci perkataan dengan serapat mungkin," ucap Keynand terdengar tegas.

"Baik Pak," jawab Security itu. Dengan langkah cepat dia meninggalkan kamar. Dia tidak ingin berurusan dengan Direkturnya. Jika dia berani, bisa jadi akan mengancam keberlangsungan hidup keluarganya. Orang kecil hanya sanggup diam, tak apa jika itu menguntungkan. Sebaliknya jika merugikan apa salahnya untuk bersuara.

Ega, menggelengkan kepala tak percaya dengan apa yang dialaminya. Dia masih membatah dan menganggap ini sebuah lelucon dan penipuan.

"Penyusup, jangan menipu saya. Jelas-jelas anda bukan Keynand. Apa anda bersengkokol dengan Security tadi?" ucap Ega masih tak percaya.

"Oh ya? untuk apa saya melakukan itu?" tanya Keynand mendekat. Dia mendekati Ega yang kian terpojok di tembok. Hampir tidak ada jarak membuat Gadis itu kian meradang.

"Apa-apaan ini?" tanyanya marah. Dia berusaha mendorong tubuh itu tapi hasilnya nihil. Tubuh itu tidak bergerak sama sekali. "Celaka? apa dia gundukan batu, kenapa tidak bergeser sama sekali?" Ega membatin berusaha mencari cara untuk meloloskan diri. Akan percuma mengandalkan fisiknya. Tentu hanya kelelahan yang berhasil dicapainya.

"Mari kita menikah?"

Netra Gadis itu membola tak percaya dengan apa yang didengar. Tak menampik bahwa pada dasarnya dia senang ada orang mengajaknya menikah bukan mengajaknya pacaran. Masalahnya sekarang bukan dari orang yang diharapkan.

"Apa dia gila?"

Keynand sangat menikmati keterkejutan yang ditampakkan oleh Gadis di hadapannya. Mungkin saja Gadis ini menganggapnya sedang bercanda. Sedangkan dia, entah mengapa bisa mengucapkan begitu saja selancar itu. Seperti jalan baru yang menghubungkan Bandara dengan Sirkuit International Mandalika yang bebas hambatan dan macet.

"Tak waras," ucap Ega.

"Jika hari ini saya menculikmu dan membawamu ke rumah keluarga. Serta saya memberitahu Kepala lingkungan bahwa ada Gadis yang saya bawa, kira-kira apa yang bisa kamu lakukan, Mega Fajrina?" Keynand kembali berkata sembari menatap bola mata indah milik Gadis di hadapannya.

"Saya akan kabur, anda tidak berhak mengintimidasi saya apalagi memaksa saya," sahut Ega tegas, dia mempelototi Keynand. Tidak ada ketakutan tergambar pada wajahnya.

"Saya tidak memaksa, sebaliknya kamu yang datang menyerahkan diri di kamar ini?" sahut Keynand sembari menampakkan senyum menang.

"Tidak ada itu, saya kesini untuk berlibur. Resepsionist yang memberikan cardlock kamar ini." Buru-buru Ega menampik.

Setelah berkata, dia berpikir untuk mengurutkan setiap kejadian dialaminya. Sejurus kemudian dia menatap Keynand dengan pandangan tak suka.

"Apa anda menjebakku?" tanya Ega menatap Keynand dengan pandangan permusuhan sekaligus membenci.

"Tidak!" jawab Keynand singkat dan tegas.

"Saya tidak sejahat itu. Kamu harus percaya, saya adalah Keynand. Saat kita bertemu dulu saya sedang menyamar. Saya tidak heran jika kamu tidak mengenali. Semenjak hari itu bertemu denganmu sepertinya saya merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Saya tidak tahu mengapa hal itu terjadi?" Keynand berucap. Dia berusaha menjelaskan siapa dirinya. Tak ingin Gadis ingin menganggapnya Pasien yang terlepas dari Mutiara Sukma.

Ega tidak mau begitu saja mempercayai Lelaki di hadapannya. Dia menggelengkan kepalanya membantah.

"Apa buktinya kalau anda benar Keynand yang saya kenal dulu?" tanya Ega menantang Lelaki itu.

"Baiklah, akan saya buktikan jika kamu menginginkannya." Keynand menyanggupi.

Dia kemudian berjalan ke arah Lemari lalu mengambil atribut yang digunakan untuk menyamar. Dia menggunakan Brewok palsunya dan kaca mata culunnya. Selanjutnya memberikan sentuhan pada wajahnya yang membuatnya sama seperti Keynand yang dikenal Gadis itu.

"Bagaimana? apa kamu percaya?" tanya Keynand melangkah di hadapan Ega.

Ega, dia terpaku. Dia terkejut dengan perubahan yang dinampakkan oleh Lelaki yang mengaku sebagai Keynand. Dia hampir tidak tahu bagaimana caranya berkedip. Dia menatap wajah yang kini di kenalnya dengan penuh arti yang sulit diterjemahkan.

"Mas Keynand? apa betul dengan yang saya lihat?" tanya Ega. lnilah wajah yang dikenalnya bukan wajah yang terlihat lebih tampan milik Keynand Si Penyusup.

"Jadi kamu percaya, kan?"

Ega mengangguk, dia tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya.

"Kenapa Mas Keynand melakukannya?" tanya Ega penasaran.

"Hem, terjadi komplik di Hotel Ardiaz semenjak Abang Reynand dinyatakan hilang." Keynand menceritakan alasannya mengapa saat itu dia menyamar. Dalam penyamarannya dia bertemu dengan Ega dan memperkenalkan diri dengan nama aslinya.

"Jadi begitu? jadi Mas Keynand adalah adik dari Pak Reynand?" tanya Ega.

"Iya, apa kamu tidak menyadarinya?" sahut Keynand bertanya.

"Saya tidak berpikiran untuk memperhatikan wajah Mas Keynand. Saya terlalu panik untuk menyadari kemiripan Mas Keynand dengan Pak Reynand," sahut Ega merasa malu. Dia malu telah menganggap Keynand Penyusup dan marah-marah kepadanya. Disini dia sebenarnya Penyusup dan kamar ini milik Keynand sendiri.

"Mas Keynand, sebenarnya apa yang terjadi? kenapa saya di kasik Cardlock yang sama dengan Cardlock milik Mas Keynand," ucap Ega heran. Dia berpikir tentang hal ini. Apakah ada tujuannya? siapa yang punya tujuan itu? Ega bertanya dalam pikirannya.

"Itu artinya kita berjodoh. Kamu telah menjadi Penyusup di dalam hatiku. Tidakkah ingin menyeretku juga ke dalam hatimu, Ega?" ucap Keynand bertanya.

Ega, kali ini dia tersipu dan tidak lagi menampilkan amarahnya. Dia sudah tahu kebenaran tentang Lelaki ini. Dia mengenalnya jadi untuk apa membencinya.

"Kenapa? apa kamu tak percaya?" tanya Keynand serius.

"Terlalu dini membicarakan tentang perasaan," ucap Ega memberikan pengertian. Dia tidak ingin tergesa-gesa untuk memutuskan. Apalagi menyangkut masa depan dunia dan akherat.

"Baiklah kita berkenalan dulu," sahut Keynand setuju.

Plash Back end

Keynand kembali pada masa kininya. Dia merebahkan diri untuk menutup mata. Cukup dia mengenang Isterinya malam ini dan nantinya dia akan bercerita kembali agar orang mengetahui kisahnya.

***

Di hati yang berbeda. Lika sedang menatap langit bertaburkan Bintang. Langit yang sangat disukainya. Selama lima tahun, setiap malam dia menatap langit. Dalam harapannya suaminya bisa merasakan rindu yang sama. Kini harapan itu dikabulkan Tuhan. Saat ini dia bisa memandang langit bersama Suaminya. Yang semula terpisah oleh tempat yang berbeda, akan tetapi tujuannya sama yaitu langit.

"Lika, apa kamu rindu?" tanya Reynand lembut. Dia mendekap tubuh itu dengan erat. Merebahkan kepalanya di bahu Isterinya.

"Setiap hari aku rindu, Mas!" jawab Lika tersenyum. Netranya masih memandang ke arah langit.

"Hem, katanya rindu tapi mengapa langit lebih indah dari pada wajahku. Aku sadar, wajahku tak seindah langit bahkan lebih kelam dari gelapnya malam. Aku merasa sedih setelah kehilangan pesona." Reynand berkata dengan mengatur nadanya semiris mungkin.

Lika merasa tersindir dengan perkataan Suaminya. Dia segera membalikkan tubuhnya lalu memandang Reynand penuh cinta.

"Mas tetap yang tertampan," ucap Lika kemudian.

"Fitnah! ternyata Isteriku ini bisa memfitnah Suaminya. Apa kamu tidak khawatir Keynand akan murka?" ucap Reynand bersedih.

"Seburuk apapun wajah Suamiku aku tetap mencintainya. I Love You Pangeran buruk rupaku," ucap Lika tulus. Dia mengelus Pipi Suaminya yang rusak parah.

"I Love You to Isteri cantikku," jawab Reynand tidak kalah tulus.

"Boleh saja rupa Suamiku buruk tapi hatinya sangatlah tampan. Bukankah itu yang aku perlukan. Akan percuma memiliki Laki tampan tapi hatinya buruk, bukankah itu makan hati?" Lika menuturkan pendapatnya sekaligus pujian.

"Bukannya hati Ayam itu enak?" tanya Reynand sok polos.

"Itu istilah Mas Reynand. Ah sudahlah, percuma dijelaskan jika orangnya berpura-pura polos. Rasanya aku ingin makan empedu kalau gini, mah!" sahut Lika gemes.

"Kamu ngidam sayang?"

"Iya ngidamin betis sepertinya sudah membekak," sahut Lika asal. Dia tersenyum geli melihat raut Reynand yang bingung.

"Coba aku lihat," ucap Reynand kemudian. Dia jongkok lalu meraih Betis Isterinya.

"Ah iya, ada isi dan keliatannya sedikit membuncit," ucap Reynand serius.

Sejurus kemudian mereka tertawa menyadari kekonyolan yang diciptakan.

hahahahw

"Sayang, aku ingin memberikan kamu hadiah karena telah memujiku," ucap Reynand setelah mereka berhasil meredakan tawa.

"Serius, aku sangat bahagia mendapatkannya." Lika kegirangan dengan apa yang diucapkan Suaminya.

Cup

"Ini hadiahnya," ucap Reynand tersenyum nakal.

"Kok sedikit, aku maunya berkali-kali dan panjang," sahut Lika menantang.

"Rupanya kamu kemaruk?" Reynand tertawa bahagia mendengarkan Isterinya. Dia lantas mengecup bibir isterinya beberapa kali dan selanjutnya kecupan panjang yang membuat keduanya merasakan sensasi nikmat.

"Hem, apa kamu puas?"

"Belum lega, bukankah kita harus ngerapel. Sudah lima tahun kita tak melakukannya," ucap Lika tampak malu-malu.

"Siap, dengan senang hati. Apakah kamu rindu?"

"Iya."

"Jika rindu mari kita melegakan rindu ini. Bukankah ini malam kedua kita," ucap Reynand manja. Dia meraba leher putih itu dengan bibirnya lalu menggigitnya. Lika menjerit kesakitan sekaligus nikmat.

"Sayang, sudah lima tahun aku tidak merasakannya. Ini malam Pengantin kita? apakah sarang kura-kura tidak sedang banjir?" tanya Reynand terdengar penuh hasrat.

"Sudah kering," sahut Lika lembut.

"Kalau begitu mari kita memulai." Reynand tak sabaran. Dia membopong tubuh mungil itu lalu merebahkan raga Lika di ranjang empuk milik mereka.

Iya, malam ini malam Pengantin mereka berdua. Reynand kembali mengucapkan kabul. Dia tidak ingin ragu untuk menyatukan diri dengan Isterinya karena itulah mereka menikah lagi. Dia memang tidak mengucapkan kata talak. Pun begitu juga dengan Lika. Dia tidak menggugat cerai di Pengadilan Agama saat dia di nyatakan janda mati.

Mereka tidak ingin berjalan dalam kekeliruan. Sehingga mereka memilih kembali mengucapkan janji suci. Jika mengingat begitu lamanya mereka terpisah. Wajar hati mereka meragu untuk melakukan hubungan Suami Isteri. Selama ini dia menekan hasrat itu, hanya ciuman dan pelukan yang bisa mereka lakukan meskipun mereka boleh untuk itu.

Malam ini mereka sedang manikmati rindu yang terlalu lama membelenggu sepasang insan yang saling mencintai itu.

"Ya Habibati, apa kamu siap? kita berdoa dulu," ucap Reynand. Mereka kemudian berdoa sebelum melakukan penyatuan raga.

Reynand dengan lembut memanjakan Isterinya. Membelainya dengan penuh rasa sampai akhirnya berhasil menyatu. Lika merasakan nyeri pada area itu membuatnya sedikit mencengkram rambut Suaminya.

"Aku menikmati perawanmu lagi," lirih Reynand. Dia tersenyum bahagia karena miliknya terjaga dengan baik.

Sudah beberapa menit lamanya mereka hanyut dalam permainan membuat peluh bercucuran namun Reynand tidak mau menyudahi. Dua kata yang terucap dari bibir bahwa dia sedang kemaruk dan rapelan.

"Ayah."

"Ibu."

Saat mereka sedang asyik, Renia memanggil sembari menggedor pintu kamar.

"Mas, cepetan cabut," ucap Lika panik.

"Biarkan saja. Tanggung sedang asyik ini enggak mungkin setengah harus full dong," sahut Reynand tak mengindahkan. Dia melajukan pergerakannya dengan lebih cepat lagi. Sangat cepat, Lika sebenarnya merasakan nikmat itu tapi Renia yang mendekat membuatnya tak tahu seperti apa merasa.

"Mas cepat cabut, aku lupa mengunci pintu," sahut Lika semakin panik.

"Hah?"

Reynand ikutan panik mendengarkan perkataan Isterinya.

"Celaka."

Reynand secepat kilat mengangkat tubuhnya. Sebelumnya dia masih sempat menempatkan calon keturunannya dengan lantunan doa di hatinya. Karena terlalu asyik, Reynand tidak sadar berada di tepi ranjang dan kedubraaaak.

Raga polosnya pada akhirnya menyatu dengan marmer.

"Aduuuuh, apes banget," ucap Reynand mengaduh. Dia merasa tubuhnya sakit karena terbentur lantai.

Lika secepat kilat melempar selimut untuk menutupi tubuh polos suaminya sedangkan dia sudah bersembunyi dibalik selimut.

Ceklek

Pintu terbuka, bersamaan itu pula muncul Gadis kecil dengan membawa bantalnya.

"Ayah, Ibu? kakak Renia enggak bisa tidur. Boleh kakak bobok bersama Ayah dan Ibu?" ucap Renia meminta.

"Ayah kenapa tidur di lantai?" tanya Renia melihat Reynand berada di Lantai dengan selimut menutup seluruh badannya.

"Ayah sedang Push up sayang," ucap Reynand pada akhirnya Push up dibalik selimut.

Kini Renia mengarahkan pandangannya ke arah Ibunya yang juga tertutupi selimut.

"Ibu juga, apa sedang Push Up seperti Ayah?" tanya Renia lagi.

Tepuk jidat berjamaah.

"Astaghfirullah, kenapa Putriku kepo banget. Buyar dah lamunanku menikmati yang enak-enak," batin Reynand merana.

Bersambung.

Chapter 3

Paginya, suasana di Meja makan riuh dengan celotehan dari Renia. Setelah semalam dia berhasil menggagalkan fantasi liar kedua orang tuanya. Kini Gadis kecil itu tanpa sengaja membuat Ibunya tersipu dan Ayahnya menahan geli.

"Ninik Selaki, semalam Ayah lagi push up di lantai sedangkan Ibu push up di kasur. Push up itu apa, sih?" tanya Renia terlihat serius. Mata indahnya berkedip menunggu jawaban dari Mamiq Ali Hasan.

Reynand menggelengkan kepala. Dia tidak menyangka Putrinya itu meminta penjelasan dengan jawaban asalnya semalam.

Lika, Wanita itu menepuk dahinya. Dia tak percaya dengan apa yang ditanyakan Putrinya itu. Ternyata Renia penasaran dan mengungkit apa yang dilihatnya semalam.

"Push Up itu maksudnya menggerakkan badan atau disebut juga olahraga. Jadi, saat itu Ayah dan Ibu sedang berolahraga." Mamiq Ali Hasan menjelaskan sesederhana mungkin.

Renia mengangguk tanda mengerti. Gadis kecil itu tidak bertanya lagi. Dia melahap makanannya.

"Kakak Renia, Ayah dan Ibu sebenarnya berbohong. Mereka berdua tidak Push Up, karena kepepet itu merupakan langkah akhir biar enggak ketahuan." Keynand ikut melibatkan diri dalam pembicaraan antara Kakek dan Cucunya itu.

Keynand tersenyum melihat netra Elang Reynand yang mempelototinya. Pun begitu juga pandangan Lika yang memintanya untuk tidak melanjutkan ucapannya.

Renia memandang wajah Keynand dengan pandangan tertarik.

"Berbohong? Enggak boleh berbohong. Nanti Daddy di Gunting Lidahnya oleh Malaikat." ucap Renia menanggapi.

"Malaikat? Malaikat siapa yang tugasnya mengunting Lidah orang yang suka berbohong?" tanya Keynand meladeni jawaban Renia.

"Pokoknya Malaikat, itukan namanya Malaikat," sahut Renia dengan polosnya.

"Hahahahaha."

Mereka tertawa mendengarkan jawaban polos dari Renia. Memang benar, itu cara ampuh emak-emak untuk menakuti anak-anaknya jika ketahuan berbohong dan bertutur kata tidak baik. "Nanti dipotong Lidahnya oleh Malaikat."

"Ibu dan Ayah berbohong apa?" tanya Renia melanjutkan pembicaraan. Rupanya Gadis kecil itu masih ingat dengan ucapan Keynand.

"Sebenarnya Ayah dan Ibu malam tadi di kamar. ...!"

". ... Keynand!" panggil Reynand menghentikan pembicaraan itu. Dia tidak ingin pembicaraan semakin melebar dan panjang. Nantinya Mereka harus menjelaskan sedetail mungkin. Tidak mungkin Renia akan diam saja. Dia pasti bertanya dan menuntut jawaban.

Lika mempelototi Keynand yang terlihat santai menikmati sarapannya.

". ... Sebenarnya Ayah dan Ibu sedang bercocok tanam," lanjut Keynand tanpa menghiraukan pandangan Suami Isteri. Keynand terkekeh melihatnya. Sebaliknya Renia berpikir sebentar. Gadis kecil itu berusaha untuk mengerti apa yang diucapkan Daddynya.

"Daddy bohong, enggak boleh bohong Daddy. Ayah dan Ibu di kamar terus, enggak pernah ke kebun. Di kamar enggak ada tanah, dimana tempat nanemnya," sahut Renia membatah jika kedua orang tuanya membohonginya.

"Dy bo'on, tak leh bo'on Dy," celoteh Raski ikut menirukan apa yang diucapkan Renia. Dia belum lancar berbicara sehingga apa yang diucapkan tidak jelas terdengar.

"Anak pinter, Dadek Raski bilangin sama Daddy agar tidak boleh berbohong," sahut Lika senang. Dia merasa terbantu dengan kedua anaknya.

"Sepertinya Daddy di serang oleh anak Daddy yang cantik dan ganteng ini. Daddy sedih padahal Daddy enggak bohong," ucap Keynand menampakkan wajah sedihnya. Dia berakting sesedih dan semenderita mungkin untuk menarik simpati dua bocah itu.

"Dy gak le sedi, nangi Dade," ucap Raski menenangkan Daddynya.

"Daddy enggak boleh bohong dong?" sahut Renia. Dia cengengesan khas anak kecil yang terlihat seperti mengejek.

"Hahahahaha." Mereka kembali tertawa melihat kelucuan yang diperlihatkan oleh Renia dan juga Raski.

"Makanya jangan iseng. Mau mengerjain kita berdua eh terpental dengan jawaban Renia," ucap Lika mengejek Iparnya itu.

"Daddy enggak bohong kok! lahannya milik Ibu itu ukurannya kecil dan disembunyikan dengan baik. Terus tongkatnya Ayah yang punya. Jadi Ayah menggunakan tongkatnya untuk di tancapkan pada lahan milik Ibu. Nah baru benihnya di tanam, nanti kalau sudah berumur sembilan bulan baru di panen." Keynand tidak mau kalah. Dia membela dirinya dengan sebaik mungkin.

"Mana? Renia pingin lihat," ucap Renia. Dia memandang Keynand seakan ingin mempercayainya. Setelah puas baru memandang Ayah dan Ibunya secara bergiliran untuk mencari pembenaran.

"Keynand! sekarang kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang kamu ucapkan. Renia masih kecil, eh malah di ajak berbicara dengan hal yang Ibunya saja masih menganggapnya tabu dan malu-malu. Jangan jadikan anakku masak sebelum waktunya." Reynand tidak tahan lagi, dia mengomeli Adik Kandungnya itu.

"Masak? Sayang kok gitu sih? padahal lahap banget menikmati Pelemengnya Abang Reynand. Nikmat katanya, bikin nagih terus." Keynand menangkis serangan Abangnya itu dengan godaan terhadap Lika.

Terjadilah perang kata di antara mereka. Sedangkan Lika berusaha untuk menengahi agar salah satu di antara mereka mau menyudahi.

"Selesaikan sarapan kalian dulu baru lanjutkan perdebatan kalian. Ini seperti anak kecil saja. Apa pantas di tunjukkan kepada Kakak Renia dan Dadek Raski. Mungkin maksud kalian hanya becanda tapi lihat bahan candaan kalian dan dengan siapa kalian becanda." Ibu Fatimah yang sedari tadi hanya diam saja, pada akhirnya ikut menengahi.

"Nggih Inaq," sahut Reynand dan Keynand dalam waktu bersamaan. Mereka seperti anak kecil yang sangat patuh dengan Ibunya.

"Saya sudah selesai makan. Saya ingin lihat tanah Ibu dan tongkat Ayah," ucap Renia polos. Dia melangkah ke arah kamar Ayah dan Ibunya.

"Mati saya, rupanya Kakak Renia serius menanggapi," ucap Keynand tepuk jidat.

Keynand dan Lika sepakat mempelototi Keynand dan meminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

"Ya ampun, serius amat. Amat saja kalah dengan keseriusan kalian." Keynand berucap sembari memperdengar tawanya.

"Keynand, Renia itu anak yang cerdas. Rasa ingin tahunya itu besar. Dia tidak akan puas jika belum melihat bukti dari apa yang kalian sampaikan kepadanya. Jadi, sebagai orang tua bijaklah untuk bertutur kata." Mamiq Ali Hasan menasehati anak dan Menantunya.

"Nggih Miq," jawab anak dan Menantunya kompak.

"Jangan nggih dalam Bibir saja. Masuk Kuping kanan terus keluar Kuping kiri. Itu sama artinya bohong, harus diperhatikan itu." Ibu Fatimah menambahkan. Setiap apa yang diucapkan dia memperagakan dengan gerakan tangan meraba telinga kanan dan kiri. Seperti Aktris Pantomin

"Nggih Inaq! kita akan denger, inget dan berusaha menjalankan semampu mungkin. Insyaa Allah," jawab Lika serius. Dia akan berusaha menjadi Ibu yang baik untuk Renia dan Raski. Kesiapan itu dianggukkan oleh Reynand yang senantiasa berusaha menjadi Ayah yang baik dan benar untuk kedua anak-anaknya.

"Apa bunga ini maksud Daddy?" Renia datang dengan membawa pertanyaan dan juga sebuah Pot Bunga Euphorbia.

Renia berdiri dengan senyum merekah sembari menunjuk Pot Bunga Euophorbia yang di pegangnya.

Kini pandangan mereka terpusat pada Sosok Gadis cantik, duplikat Reynand Putra Ardiaz Sang Ayah.

"Benar sayang, duh pinter banget," jawab Keynand. Dia menghampiri Renia kemudian memeluknya.

Lika dan Reynand bernafas lega. Pun begitu dengan Mamiq Ali Hasan dan Ibu Fatimah. Mereka tersenyum dengan kecerdasan yang terlihat pada kedua cucunya.

Bunga Euphorbia itu merupakan hadiah dari Reynand. Lika menempatkan Bunga itu di kamar mereka. Agar kamar terlihat segar, ada beberapa bunga di tempatkan disana dalam Pot yang berukuran kecil. Nah, Bunga tersebut yang ditemukan oleh Renia dan Renia beranggapan Bunga itu yang dibicarakan oleh Keynand.

"Daddy enggak bohong dong? ini bunga yang Ibu dan Ayah tanem semalam?" tanya Renia mencari kebenaran.

Lika dan Reynand saling pandang kemudian menjuruskan pandangan ke arah Renia. Mereka berdua kompak mengangguk.

"Ibu dan Ayah juga enggak bohong, iya kan?" Lanjut Renia membentuk senyum jenakanya.

"Iya sayang, enggak boleh bohong dan enggak ada yang bohong," jawab Lika. Sejurus kemudian Renia mendapatkan ciuman pada kedua Pipinya oleh Ayah dan Ibunya. Lalu bersama-sama memeluk Gadis kecil itu.

"Alhamdulillah. Engkau berikan aku kesempatan untuk bernafas setelah mengalami kecelakaan. Dan selama lima tahun saya terpisah dari Isteri dan anak. Kini Engkau anugerahkan kebersamaan itu. Insha Allah kita akan senantiasa bersama-sama. Semoga saya maupun Lika, menjadi orang tua yang mampu menjadi suri tauladan yang baik untuk anak-anak. Semoga Anak-anak tumbuh menjadi anak-anak yang Soleh dan Soleha. Senantiasa berpegang teguh pada agama dan menjalankan tugas untuk beribadah hanya kepada-Mu." Reynand mengucapkan untaian doa yang panjang dalam hati berupa harapan akan masa depan di dunia dan akherat.

***

Selesai sarapan bersama. Ibu Fatimah dan Lika bersama-sama membersihkan peralatan yang dipergunakan sarapan tadi.

Keynand terlebih dahulu meninggalkan Rumah keluarga Mamiq Ali Hasan dan Ibu Fatimah. Selama ini, Lika dan Reynand masih tinggal di Rumah Mertuanya.

Selama lima tahun ini Lika tinggal bersama orang tuanya. Itu merupakan keinginan dari Suaminya selama dia tidak ada di rumah. Saat itu dia sedang mengandung dan Reynand harus pulang ke Jakarta untuk menyelesaikan permasalahan yang di hadapi Perusahaan Daddy.

Namun ternyata di perjalanan Reynand mengalami kecelakaan Pesawat. Jasadnya tidak ditemukan dan keluarga menganggapnya telah meninggal.

Kini setelah lima tahun berlalu, Reynand kembali dengan Sosok Umar berwajah buruk rupa.

Awalnya mereka bertemu dalam kesalah fahaman dan kini kembali menenun kembali kebersamaan mereka.

Reynand pada hari ini akan memboyong Isteri dan kedua anaknya menempati kembali rumah mereka di Desa Sada.

***

Keynand sudah sampai di Hotel Ardiaz. Dia segera memarkirkan Mobilnya lalu berjalan menuju Loby. Tidak ada perbedaan disini. Mereka menggunakan Lift yang sama. Keynand selalu menyapa para Pegawai yang berpapasan dengannya dengan melantunkan salam. Sedangkan untuk Non muslim dia menyapa dengan sapaan pada umumnya diucapkan.

Keramahan Direktur Hotel Ardiaz tidak di ragukan lagi. Mulai dari Direktur sebelumnya Reynand Putra Ardiaz dan Sang Isteri Baiq Mandalika hingga Keynand Putra Ardiaz. Sosok mereka sangat dihormati oleh para karyawan yang menggantungkan harapan akan Rezeki yang telah Tuhan titipkan kepada mereka.

Hotel Ardiaz merupakan mimpi dari seorang Reynand dan mimpi itu berhasil diwujudkan. Dan sekarang Reynand telah mempercayakan sepenuhnya perusahaan miliknya itubuntuk di pimpin oleh Adik Kandungnya Keynand.

Sementara ia dan Sang Isteri akan memimpin Yayasan Sekolah Putri Mandalika yang dulu dipersembahkan untuk Isteri tercintanya yaitu Baiq Mandalika.

Tok Tok Tok

Keynand mengetuk daun Pintu Sekretarisnya. Dia berdiri menunggu di balik Pintu. Setelah mendengar suara langkah kaki, Keynand bergegas untuk bersembunyi.

Ceklek

Pintu terbuka, muncullah Sosok berhijab dengan membawa perut yang kian hari kian membesar.

Fitri, Sekretaris Keynand memendarkan penglihatannya. Tidak ada siapapun dibalik pintu. Dia mengkerutkan dahinya berpikir.

"Aneh, tadi jelas-jelas ada suara ketukan tapi kok orangnya enggak ada. Saya belum budeg hamil, kan? pendengaran masih tajam, sepertinya?" guman Fitri terlihat bingung. Dia kembali memendarkan pandangannya namun Sosok yang mengetuk Pintu tak terlihat batang hidungnya.

Fitri memutuskan untuk kembali ke kursi kerja dan menutup Pintu.

Sementara itu Keynand, Lelaki itu berusaha menahan tawanya. Direktur usil itu selalu saja menganggu Sekretarisnya. Mengganggu Fitri merupakan hiburan baginya. Bukan hanya Fitri saja melainkan Lika dan orang-orang terdekatnya kerap kali mendapatkan keusilannya.

Keynand kembali mengetuk pintu. Ketika Fitri menghampiri maka dia akan bersembunyi. Terus seperti itu hingga Fitri menyadari bahwa ada Mutiara di dalam Kerang.

"Ini pasti ulah Pak Bos," ucap Fitri menduga. Kali ini dia tidak mau membiarkan keusilan Reynand berlanjut. Dia akan mempergokinya dan membuatnya penasaran.

Fitri kembali masuk dengan berpura-pura bingung. Keynand kembali melancarkan keusilannya. Tanpa disadari olehnya. Adly sudah berdiri dengan mensedekapkan tangannya mengawasi kelakuan Pak Bosnya itu. Dia siap menangkap Pak Bos usil itu kapanpun yang dia mau.

Tok Tok Tok

Tidak ada tanggapan dari dalam. Suara langkahpun tak terdengar. Dia seakan diabaikan membuat Pak Bos usil mengkerutkan dahinya.

"Ayok, ketangkap basah! ngapain Pak Bos dari tadi bolak balik mengetuk Pintu terus bersembunyi. Mau ngerjain bini saya ya? makanya cari Ibu Sambung untuk Raski biar ada yang di usilin. Ini malah ngerjain bini orang, iseng banget sih Pak Bos." Adly mengomeli Direkturnya itu dengan wajah ditekuk.

Hahahahahaha

Keynand tertawa meladeni omelan Adly, Suami dari Sekretarisnya. Dia tidak mengira Adly berani mengomelinya dan mencak-mencak tidak terima Isterinya dijadikan sasaran dari keusilannya.

"Kualat nanti kalau suka mengerjain Ibu Hamil," lanjut Adly.

Tidak ada tanggapan apapun dari Keynand. Yang terdengar hanya suara tawa yang menggema di sekitarnya.

"Pak Boss sudah enggak waras, nih? sudah minum obat belum?" tanya Adly sembari menaruh jari telunjuk di kening sedikit miring lalu menggerakkan. Telunjuk miring itu mengisyaratkan bahwa orang yang dimaksudkan tidak waras.

Hahahahaha

Keynand tidak hentinya tertawa, dia puas menghibur dirinya dengan mengerjain Sekretarisnya itu.

"Pak Bos, apa mungkin kelamaan menduda jadi hilang akal. Mau saya nemenin midang?" ucap Adly menawarkan diri. Midang merupakan acara kunjungan ke rumah seorang Gadis.

"Iya Bang, ajak Pak Boss itu midang biar pikirannya enggak usil. Sudah saatnya dia punya gacoan lalu menikah. Kasian Pelemengnya entar basi," sahut Fitri yang sudah berdiri di ambang Pintu. Entah kapan Ibu hamil itu membuka Pintu sehingga luput dari pendengaran kedua Laki-laki itu.

"Ayok kita midang, Adly!" Keynand tiba-tiba berucap sembari memainkan alisnya dan membentuk senyum jahil.

"Yang bener saja Boss? terus siapa yang masak untuk tamu-tamu dan juga mengurus Kantor." Adly membesarkan mata tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Suruh saja asisten kamu, apa gunanya punya Asisten, harus di berdayakan, dong! Terus kalau mengenai kerjaan, biar Isteri kamu yang handle," ucap Keynand tak bersalah.

"Pak Bos serius?" Adly bertanya dengan keseriusan yang diucapkan Lelaki yang telah lama menduda itu.

"Seriuslah, tadi kamu yang ngajak. Sekarang kita Midang ke Desa mana? asalkan jangan Midang sama Gadis Selak ya? ngeri!" ucap Keynand merangkul bahu Adly. Keynand menyeret Adly menjauh dari hadapan Fitri.

Fitri terbengong dengan apa yang di lihat dan di dengarnya. Dia lantas berteriak saat menyadari sesuatu. Cukup lama dia terbengong menjadikan dirinya pelupa.

"Pak Boss, sebentar lagi kita akan meeting dengan Para Pemegang saham." Fitri berteriak memberitahu.

"Biar Abang Reynand yang memimpin. Hotel ini miliknya, kan? Saya mau Midang jadi saya sandera Suami kamu dulu, Fitri," sahut Keynand santai. Dia melambaikan tangannya berdadah.

Adly tidak bisa berkutik lagi. Dia tadi yang menyarankan dan sekarang dia terjebak dengan ucapannya sendiri.

"Bahlul ini mah!" Andly menggerutu.

"Pak Boss, mana ada Midang pagi bolong. Orang midang itu pada waktu malam. Sekarang kita kerja dulu nanti malam baru kita pergi midangnya." Adly berusaha untuk membujuk Direkturnya itu agar berubah pikiran.

"Enggak ah, kalau malam nanti Gadisnya berubah jadi Selak. Entar saya di buntuti terus di takut-takuti. Bukan sebatas itu juga, Gadis itu berubah menjadi Kucing jadi-jadian. Ih ngeri!"

Keynand menolak. Dia melangkahkan kaki dengan menyeret Adly yang melangkah enggan.

"Mana saya tahu kalau Gadis itu Selak. Nah sekarang itu yang selalu diinget. Alamak nasipku apes banget." Adly membatin sembari mengomeli dirinya.

"Dasar Duda, seenaknya saja," ucap Adly pasrah.

Bersambung.

Selak merupakan Manusia jadi-jadian yang menganut ilmu hitam. Ilmu hitam terkadang didapatkan dari keturunannya dan juga dipelajari dari orang lain

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!